Saturday, August 2, 2025
Home Blog Page 9

Aep Saefulloh Mulya SUKSES PENDAMPING UMKM BERBASIS MINDSET, MANAGERIAL SKILL, DAN SOCIAL CAPITAL

0

Asuhan : Dr Meriza Hendri, SIp, MM

Ada yang menarik ketika diskusi tentang pendampingan bagi UMKM bersama Aep Saefulloh, anak muda yang memang mendedikasikan dirinya kepada pengembangan usaha pelaku UMKM di Jawa Barat. Yang paling pasti, dapat terlihat dan terasa diskusi dengan Aep adalah passion dan antusiasme serta ide kreatif dan inovatifnya dalam pengembangan usaha UMKM.

Alumni Program Studi Magister Manajemen Universitas Widyatama kelahiran Karawang, 32 tahun yang lalu ini memiliki motivasi untuk meningkatkan mindset, kompetensi bisnis dan pemanfaatan social capital yang ada di sekitar UMKM. “Saya selalu mendorong pelaku UMKM agar mereka berhasil dengan basis mindset kewirasuahaan, manajerial sampai dengan pemanfaatan social capital atau modal sosial yang didapat dari akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah sampai media” kata Aep.

Visi Aep dalam pendampingan UMKM adalah membantu memotivasi pelaku usaha, membantu memberikan solusi bagi setiap masalah pelaku usaha dalam berbagai bidang usaha, membantu memfasilitasi para pelaku usaha dalam berbagai aspek. “Saya selalu ingin membantu teman-teman UMKM dan untuk itu, saya terus belajar, baik secara formal maupun informal serta berusaha mendapatkan sertifikasi agar memiliki kompetensi yang sesuai untuk menjadi pendamping UMKM”, tambah Aep.

Pendidikan formal Aep diawali dengan Teknik dan Manajemen Industri yang memberikan bekal yang luar biasa dalam proses pendampingan UMKM melalui konsultasi, coaching, mentoring. “Pendidikan S1 saya benar-benar memberikan bekal berharga untuk menjalankan peran saat ini”, kata Aep. Dan untuk peningkatan kompetensinya, Aep melanjutkan kuliah di Magister Manajemen Universitas Widyatama dengan konsentrasi kewirauashaan dimana Aep mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang bisnis dan mananjemen, khususnya manajemen stratejik, manajemen keuangan, manajemen operasi dan manajemen sumber daya manusia serta yang tidak kalah penting adalah kewirausahaan itu sendiri.

Pendidikan informal Aep berupa pelatihan dan workshop yang diadakan oleh pemerintah ataupun lembaga sampai mendapatkan sertifikasi dari BNSP. “Fokus pendampingan saya adalah Mindset, Risk Manajemen, Inovasi dan Teknologi yang terus saya kembangkan sejak pendampingan UMKM pertama kali pada tahun 2015”, tambah Aep.

Beberapa pengalaman dan project yang dijalankan oleh Aep adalah Pendamping Pembiayaan ABDSI – Pertamina dimana Aep mendampingi pelaku UMKM yang dibina oleh Pertamina. Dengan lembaga pendampingan ABDSI, Aep mengoptimasi setiap UMKM yang dibina oleh PT Pertamina. Selain itu, di tingkat Jawa Barat, Aep terus mendampingi UMKM dalam program UMKM Juara Provinsi Jawa Barat dimana Aep menjadi koordinator pendamping. “Masih banyak program pendampingan yang sudah saya jalankan bagi pelaku UMKM di Jawa Barat”, kata Aep.

Aep sangat bersyukur berkesempatan untuk mengambil kuliah Magisteri Manajemen khususnya di konsentrasi Kewirausahaan karena memperkuat MINDSET kewirausahaan serta penguatan manajemen yang sangat dibutuhkan oleh para UMKM. “bahkan tesis saya pun yang dibimbing oleh Dr. Meriza Hendri, SIP, MM berhubungan dengan pelatihan dan pendampingan bagi UMKM” tambah Aep.

Inilah yang menjadi kunci sukses Aep dalam menjalankan peran sebagai pendamping UMKM dimana penguatan mindset sebagai pendamping dan terus memperkuat kompetensi dalam bisnis dan manajemen, baik secara pendidikan formal ataupun informal serta membangun ekosistem bisnis bagi UMKM yang didampingi oleh Aep melalui akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media. Sukses ya Aep, alumni MM Universitas Widyatama. Bagi sahabat yang ingin berdiskusi dengan Aep, dapat menghubungi di 0821-1373-8265 (MH).

Wayang Windu Panenjoan Sky Park 1800 Mdpl

0

Sampurasun,

Hallo bertemu lagi Gaiss dimana pun kalian berada, mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat ya. Langsung saja di lawatan kali ini saya menceritakan sedikit perjalanan saya ke salah satu tempat wisata yang sekarang sedang hits di kalangan anak muda.  Tempatnya indah dan instagramable tentunya, pokoknya keren deh buat berfoto. Tempat wisata ini bernama Wayang Windu Panenjoan Sky Park atau lebih dikenal dengan WWP atau Taman Langit. Destinasi wisata yang menyuguhkan pemandangan alam dengan hamparan perkebunan teh yang memanjakan mata ini berada di ketinggian sekitar 1.800 mdpl, di kawasan perkebunan teh Pangalengan. Untuk menuju ke tempat ini ditempuh dengan waktu kurang lebih 2.5 jam dengan traffic sedang atau setara dengan jarak 55,2 km, itu kalau dari kantor saya di daerah Cikutra, kalau dari tempat kalian berapa lama ya? bisa di cek di google map yaaa teman-teman.

 

Di mana letak Gunung Wayang?

Gunung Wayang merupakan gunung berapi kembar yang terdiri dari Gunung Wayang dan GunungWindu. Terletak di sebelah timur kota Pangalengan di Kabupaten Bandung di Jawa Barat, Indonesia, sekitar 40 km sebelah selatan dari Kota Bandung. Menurut data yang dirangkum oleh Smithsonian Institute, meski jadi tempat wisata, kawasan WayangWindu juga kini menjadi lokasi proyek panas bumi aktif.

 

 

Kenapa disebut Gunung Wayang?

Menurut warga sekitar, disebut Gunung Wayang karena setiap malam Selasa dan Jum’at acapkali terdengar gamelan pengiring pementasan wayang, itu mitosnya’ ujar Pak Ije, tapi sekarang- sekarang karena ramai oleh wisatawan sudah tidak berbau aroma mistis.

Selintas kami berkunjung ke WWP Sky Park, kami sengaja bertemu dengan salah satu pengelola WWP Sky Park Bapak Ije. Wisata Wayang Windu Pangalengan Bandung berdiri pada tahun 2019 akhir, yang dikelola oleh Penduduk lokal di daerah Kebun Teh Blok Panenjoan, Pengalengan. WWP Sky Park ini diresmikan oleh para Direksi PTPN, wisata satu ini menghadirkan pesona dataran tinggi pegunungan dan hamparan perkebunan teh rapih yang asri dan sejuk. Tidak hanya indah, disini, kamu bisa melakukan beberapa aktivitas menyenangkan seperti hiking, bersepeda di Bike Park, mengendarai ATV yang disediakan oleh Pengelola dan yang dikejar oleh wisatawan adalah melihat sunrise.  Ada juga jembatan kayu yang instagrammable sehingga bisa kamu jadikan spot foto dan eksis di halaman Instagrammu. Selain itu juga ternyata memasuki kawasan ini sangatlah sejuk dan jangan lupa ya guys membawa pakaian hangat, karena disini juga ternyata menjadi salah satu Produsen Energi Panas Bumi terbesar di Indonesia yang dioperasikan oleh PLTP Star Energy Geothermal.Ltd. Sungguh luar biasa kekayaan alam Indonesia.

 

Sumber Foto: ThinkGeoEnergy

 

Map Perjalanan dari Cikutra ke WPP Sky Park

 

Lokasi:  Banjarsari, Kec. Pangalengan, Bandung, Jawa Barat 40378

Jam Operasional: jam 05.00 s.d 19.00 WIB

Harga Tiket: Rp10.000/ Orang

Parkir: Rp 10.000/ Mobil

 

Panenjoan sendiri mempunyai arti melihat atau pandangan atau juga sejauh mata memandang kesejukan, keasrian yang membikin mata serta hati menjadi sejuk, indah senang senang. Destinasi wisata yang berkonsep wisata alam dengan harga tiket yang sangat terjangkau oleh semua kalangan ini terletak di Perkebunan Teh Kertamanah, Kec Pangalengan, Kab Bandung tersebut dengan memiliki luas mencapai 13 hektar.

 

Sumber foto: Y.Rama

 

Ketika pengunjug sedang beruntung di tempat ini, pengunjung bisa merasakan pengalaman seperti sedang berada di negeri di atas awan karena kabut putih akan selelu berada di lokasi ini. Dan yang lebih menariknya, di destinasi ini pengunjung bisa menikmati spot tempat sunset di sore hari yang Indah.

Seiring dengan adanya pandemi Covid-19, semua sektor terkena imbasnya, apalagi setelah diterapkannya kebijakan PPKM Darurat semua tempat sarana publik tutup total. Namun setelah ada pelonggaran PPKM Darurat dengan Level 3, barulah sarana publik bisa dibuka kembali secara bertahap dengan pembatasan pembatasan dan protokol kesehatan.

Menurut kordinator lapangan Wayang Windu Panenjoan yang ditemui tim Majalah Komunita di lokasi wisata mengatakan “Selama pemberlakuan PPKM, Kami di sini ikut aturan pemerintah, begitu juga dengan para pedagang di sini ikut berhenti juga”. Menjelaskan, setelah diperbolehkannya tempat tempat wisata untuk buka kembali, pengunjung sudah mulai berdatangan ke tempat ini. “Alhamdulillah sekarang tempat ini sudah mulai dibuka, meskipun ada penurunan sekitar 60 persen dari biasanya, rata rata pengunjung ramenya hanya week end saja, sementara ini para pengunjung masih didominasi dari sekitaran daerah Bandung saja”.

Sumber foto: SebeningIntan

Untuk memasuki objek wisata ini, para pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan.  ”Kami menerapkan prokes secara ketat, bahkan mulai dari gerbang masuk, tempat parkir sampai di dalam lokasipun. Kepada para pengunjung kami terus menghimbau serta mengingatkan agar selalu menerapkan prokes” imbuh Pengelola disana.

            Kalau kalian ke tempat ini, jangan lupa menggunakan jaket tebal (mantel) ya, karena akan melewati kawasan perkebunan teh Pangalengan yang dingin, dan jangan lupa tentunya bawa Hp canggih kalian dengan kamera hp nya yang yang jernih akan menemani perjalanan dan mengabadikan moment-moment keren kalian.

Tapi sayangnya sekitar 2 Km menuju lokasi, jalannya masih rusak, berbatu batu (belum ada perbaikan), sedikit menanjak dan banyak batu kerikil, jadi kalian harus berhati-hati, slow but sure aja ya, yg penting sampai tujuan hehehe. Tapi ketika sampai di lokasi wisata, rasa lelah itu terbayar dengan pemandangan dan hamparan kebun teh yang sangat indah dan ini beberapa foto yang diambil di WWP 1800 MDPL.

 

Sumber foto: Y(.Rama)

Kalau kalian tertarik ke tempat ini usahakan berangkat lebih pagi lagi biar tidak terlalu penuh untuk foto di jembatannya, atau ke lokasi wisata pada waktu weekday (kalau memungkinkan) dan ketika cuaca lagi cerah tentunya biar hasil fotonya lebih bagus. Bagaimana tempatnya? apa ada yang berminat kesana?? mungkin itu sekilas perjalanan saya dan tim Majalah Komunita kemarin ke WWP 1800 mdpl Pangalengan.

 

Sumber foto: Sebeningintan

Dalam kesempatan tersebut kita semua berharap pemerintah Kabupaten Bandung atau pihak pihak terkait lainnya agar lebih memperhatikan lagi akses jalan yang menuju ke tempat tersebut. Dengan akses jalan yang bagus atau memadai, tentunya akan menjadi daya pikat bagi pengunjung untuk datang Apalagi disertai dengan fasilitas yang lengkap dan nyaman, rasanya tidak masalah tiket masuk dinaikkan untuk pengembangan daerah wisata dan perawatannya tapi wisatawan puas untuk menikmati suasananya atau healing kata anak muda sekarang. Semoga destinasi wisata di seluruh Indonesia segera pulih kembali, karena kita butuh healing. ***(Y.Rama)

Judul : A Day In Bandung…

0

Ga ada habisnya kalo ngomongin bandung, cuaca yang adem bikin siapa aja betah lama lama jalan jalan di Bandung. Hari ini aku bakal ngajak kalian ke tempat yang biasa dikunjungi sama para wisatawan luar Bandung kalo lagi pada main main seharian di Bandung. Ookey lets start with “a day in Bandung”.

Mari kita berandai andai jadi orang Luar kota yang lagi short trip  ke Bandung. Anggap aja kita berada di jam 07.00 pagi hari dan baru aja sampe di Bandung. Biasanya pas sampe mereka menyempatkan sarapan di “Sate Jando” yang letaknya di belakang Gedung Sate, tepatnya yaitu di jalan Hayam Wuruk.

  1. Sate Jando (sate susu sapi), belakang gedung sate. Harga mulai dari Rp.30,000/porsi

Sate yang sudah cukup lama ada di Bandung ini berawal dijajakan oleh Mba Ayu  menggunakan gendongan dan alat pangganan sate seadanya. Mba Ayu dulu berjualan di dalam kawasan Gedung Sate dan pelanggannya memang kebanyakan pegawai negeri yang bekerja di  gedung tersebut. Seingat saya tahun 1994 pun Mba Ayu sudah berjualan sate. Hingga sekarang 2022 ternyata Sate Jando semakin terkenal. Karena sering muncul di acara kuliner yang ditanyangkan televisi dan diteruskan oleh anak dan pegawai-pegawainya.

Dari pagi antrian Sate Jando ini sudah mengular, potongan daging dan lemak sapinya besar- besar dan sangat lembut. Di balur bumbu kacang yang kental dan gurih semakin menambah kenikmatan sate ini. Buka dari jam 7 pagi ternyata Sate Jando sekarang buka hingga malam.

 

  1. Sambil menunggu jam makan siang, enaknya ngopi santay dulu nih di Toko Kopi Purnama, Jl. Alkateri No. 22. Harga mulai dar Rp10,000.

Kopi susu adalah salah satu menu yang paling terkenal di sini, tapi ternyata mereka tidak hanya menyajikan minuman saja. Ada banyak  menu lain, mulai dari menu sarapan hingga makan berat. Terletak di daerah heritagenya Bandung, yaitu sekitaran Alun-alun Bandung, membuat Toko Kopi Purnama jadi destinasi wisata kuliner.

Bangunan tua yang berdiri sejak tahun 1930 membuat ke Legend-an tempat ini semakin kental terasa. Berikut beberapa menu andalan Toko Kopi Purnama: Bubur ayam, Kopi susu purnama, Roti sarikaya (selainya dijual terpisah loh), Keju aroma, Nasi goreng purnama dan masih banyak lain. Ternyata kopi  terbuat dari biji Kopi Aroma yang merupakan salah satu toko kopi legendaris dan paling tua di Bandung.

Ga terasa waktu udah menunjukan jam makan siang, mari kita melipir agak jauh dari jalan Alkateri menuju ke jalan Kebon Bibit (dekat jalan Layang Pasopati). Kita makan siang di Warung Kopi Imah Babaturan.

 

Source Image : ottencoffee.com

  1. Warung Kopi Imah Babaturan, Jl Kebon Bibit No.3. Harga mulai dari Rp.6,000-Rp.80,000.

Loh ko warung kopi lagi yaaaa. Tenang meskipun namanya warung kopi tapi tempat ini biasanya jadi pilihan makan siang siapapun yang sedang melancong di Bandung. Kedai yang buka di tahun 2018 ini menyajikan masakan rumahan yang biasa kita makan sehari hari. “Imah” dalam bahasa Indonesia artinya rumah, merupakan konsep utama yang mereka sajikan, yaitu masakan rumahan.  Menu andalan mereka adalah Nasi cumi cabe ijo, tumpukan cumi yang dioseng dengan cabe hijau segar ditambah dengan nasi panas yang disajikan dengan piring klasik khas jaman dulu menggugah nafsu makan siapapun yang melihatnya. Kedai yang cukup kecil ini berkembang cukup pesat dari tahun ke tahun, sehingga banyak wisatawan yang semakin penasaran untuk datang dan mencicipi masakan rumahan andalan Warung kopi Imah babaturan.

Beberapa menu rekomendasinya : Bala-bala bumbu kancang, Nasi cumi cabe ijo, Tongseng kambing, oseng sapi pedas, es latte.                                                 Source Image : keluyuran.com & barayakita.com

  1. Sambil nurunin makan siang kita bisa berkeliling sekitaran dago atas, Taman Hutan Raya Ir.H. Djuanda dengan tiket masuk cukup terjangkau sekitar Rp.12,000 untuk Wisatawan Nusantara dan Rp.52,000. Untuk mobil cukup membayar Rp.12,000 dan kendaraan roda dua sebesar 6,000. Tahura juga biasa digunakan para calon pengantin untuk berfoto Pre-wedding dengan membayar biaya sekitar Rp.300. 000.

Ada beberapa tempat yang bisa kalian kunjungi di dalam Tahura, di antaranya adalah Goa Jepang dan Goa Belanda, Curug Omas dan Tebing Keraton.

Source Image : wikipedia & travelpromo

Ga kerasa waktu udah mulai sore, setelah berkeliling di Tahura, perut pastinya terasa lapar lagi dan sudah saatnya jam makan malam tiba. Ga jauh dari Tahura kita melipir untuk makan di Saung Punclut, letaknya di kawasan Cimbuleuit atas.

 

  1. Saung Punclut Teh Ita, Harga mulai dari Rp.5,000.

Makannya khas warung Sunda biasa, tahu, tempe, ayam goreng, sambel, lalapan dan masih banyak lagi.

Yang membuat Saung Punclut terasa berbeda yaitu suasana malam yang indah, karena letaknya di atas gunung sehingga kita bisa menikmati pemandangan Kota Bandung di malam hari yang dipenuhi lampu lampu. Cuaca  yang cukup dingin membuat suasana Bandungnya semakin terasa deh.

Source Image : youtube image

Ga kerasa perut udah penuh terisi karena dari pagi sampai malam ga berhenti makan, hehehhe ^-^. Sah deh jadi turis ala ala seharian ini di Bandung, next kira kira enaknya kemana lagi yaaa….

E-Magazine-33

0

 

Biro Kemahasiswaan, LP2M dan IKA UTama Gelar Vaksin Massal

0

Biro Kemahasiswaan, LP2M dan IKA UTama Gelar Vaksin Massal

Biro Kemahasiswaan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) bekerjasana dengan Ikatan Alumni (IKA) Universitas Widyatama beserta Masyarakat Tionghoa Peduli menggelar kegiatan vaksinasi massal COVID 19, sebagai upaya membentuk kekebalan kelompok.

Vaksinasi kali ini menggunakan jenis dosis pfizer dengan kuota 300 orang. Acara dilang-sungkan di Gedung Serbaguna UTama, Jalan Cikutra, No 204-A, Kota Bandung, Sabtu, 24 September 2022 lalu.

Wakil Rektor Bidang Tridharma Perguruan Tinggi, Dr. R. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.SI., AK., C.A. dalam sambutan pada acara tersebut menyebutkan kegiatan ini bisa terlaksana dengan baik karena kerjasama dengan IKA UTama dan Masyarakat Tionghoa Peduli, dan diinisiasi Biro Kemahasiswaan dan LP2M”. Ia menambahkan bahwa vaksin booster penting artinya terutama bagi stakeholder sivitas akademika Universitas Widyatama maupun masyarakat sekitar.

Hadir pada kesempatan itu, Andre Anderson – Ketua Ikatan Alumni Universitas Widyatama. Menurut dia vaksinasi massal kali ini dilaksanakan dengan inisiatif bekerjasama dengan Rektorat dan Kemahasiswaan serta Masyarakat Tionghoa Peduli dengan dukungan POLRESTABES dan para Sponsor. Vaksinasi ini dilakukan mengingat  perkuliahan sudah dimulai, memudahkan dalam beraktifitas untuk syarat akses dalam bepergian dan ket empat umum dimana salah satu syarat harus memiliki vaksin booster.

Andre menambahkan bahwa peran Alumni sangat penting terutama dalam acara seperti ini. Menurutnya alumni merupakan tonggak utama sebuah perguruan tinggi. Keberhasilan Universitas Widyatama tidak terlepas dari alumninya. Masyarakat akan menilai seberapa berhasil alumni-alumni Universitas Widyatama jelasnya. (UTama, 24Sep2022)

UTama Lakukan PkM Integratif Bersama Kemenko PMK, dan Dekranasda Jabar

Kamis, 16 September 2022 lali UTama menyelenggarakan PkM integratif kolaborasi bersama Kemenko PMK dan Dekranasda Provinsi Jawa Barat di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Pada kesempatan tersebut Rektor UTama,  Prof. Dadang Suganda bersama Deputy Menko PMK Didik Suhardi, Ph.D, serta Ketua Dekranasda Jabar Atalia Praratya dan Sonya Fatmala – Ketua Dekranasda Kabupaten Bandung Barat secara bersama-sama menanam bibit pohon di Wilayah Hutan Lindung PTPN VIII Parongpong.

Kegiatan kolaborasi bersama Kemenklo PMK dan Dekranasda Jabar tersebut sekaligus sebagai implementasi Tridharma Perguruan Tinggi UTama yakni Pengabdian kepada Masyaraklat (PkM) dengan melakukan penanaman 342 ribu bibit pohon secara simbolis sebagai bagian dari penanaman 10 juta pohon di seluruh Indonesia.

Sementara itu kolaborasi Widyatama dengan Dekranasda Jabar dan Dekranasda KBB berupa pameran hasil karya sejumlah pelaku usaha UMKM di sejumlah tempat di Jawa Barat dalam bentuk festival yang pelaksanaanya bekerjasama dengan 27 cluster PkM yang ada di berbagai prodi fakultas di Universitas Widyatama. Seluruh peserta dan undangan setelah melaksanakan penanaman bibit pohon berbagai jenis berkesempatan menyaksikan festival berbagai karya para pelaku usaha UMKM hasil binaan sejumlah cluster PkM Universitras Widyatama.

Rektor Universitas Widyatama, Prof. Dadang Suganda mengingatkan semua pihak bahwa: “Negara ini bukan warisan nenek moyang, tapi titipan untuk anak cucu kita nanti. Dalam konteks perubahan mental, mudah-mudahan hal negatif yaitu penebangan hutan secara liar dapat berubah menjadi hal yang positif yaitu penanaman pohon”.

Sementara Deputy Menko PMK, Didik Suhardi menyatakan sangat mengapresiasi Universitas Widyatama yang telah berhasil mengkolaborasikan kegiatan dalam rangka Revolusi Mental melalui penanaman 10 juta pohon. Kemenko PMK bertindak sebagai koordinator yang menghubungkan dari yang menyediakan bibit ke yang membutuhkan bibit pohon”.

Ditambahkannya masalah Revolusi Mental perlu aksi nyata melalui gotong royong. Apalagi “Indonesia berada di tengah ring of fire yang tentunya harus diselamatkan dan harus disadari jika bencana alam dimana-mana tidak lepas dari kesalahan manusia itu sendiri.” Selain itu, Didik Suhardi juga mengingatkan, “Indonesia merupakan pengimport buah yang sangat besar setiap tahunnya, menghabiskan triliunan, padahal Indonesia merupakan negara agraris. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini kita semua sadar untuk menuhi kebutuhan kita sendiri.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Jawa Barat Atalia Praratya Kamil mengatakan dalam wilayah Jawa Barat ada sekitar 700.000 lahan kritis dan 200.000 hektar diantaranya sebagai lahan kritis di hutan lindung yang belum di maksimalkan. Atalia berharap kegiatan tanam pohon bukan hanya dilakukan sekali gerakan melainkan perlu dilakukan secara terus menerus.

Kami di pemerintahan sudah membiasakan diri berkontribusi menyumbang dan menanam 1 pohon jika ada yang berulang tahun atau kenaikan pangkat dan jabatan. Kita mendorong civitas akademika Widyatama, dan masyarakat bekerja sama dengan pemerintah aktif dalam kegiatan semacam ini. (UTama 16Sep2022)

 

LSP UTama dengan Sertifikasi BNSP Sudah Melayani Mahasiswa

Setelah hampir 2 (dua) tahun perkuliahan Universitas Widyatama dilakukan secara daring (dalam jaringan) atau sering disebut kuliah online, dan seluruh aktivitas tidak berjalan dengan semestinya akibat pandemi Covid 19. Kini Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Universitas Widyatama yang berdiri tahun 2019 yang juga sempat terhenti kini aktif melayani mahasiswa.

Keberadaan Lembaga Sertifikasi Porfesi sebagai bagian Universitas Widyatama merupakan nilai tambah bagi mahasiswa di tengah persaingan ketat setelah lulus kuliah. Mengacu pada aturan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemdikbudristek Dikti) tentang 8 indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi, salah satunya mengenai lulusan berkualitas.  Universitas Widyatama telah mengantisipasi dengan mendirikan unit baru LSP untuk memberi nilai lebih kualitas lulusannya.

LSP UTama telah menyiapkan infrastruktur sistem sertifikasi yang dipersyaratkan meliputi: kelembagaan LSP, Dokumen Sistem Manajemen Mutu (SMM), Standar Kompetensi, Skema Sertifikasi, Asesor Kompetensi, Materi Uji Kompetensi (MUK), Tempat Uji Kompetensi (TUK), kantor LSP beserta fasilitasnya serta perangkat pendukung lainnya. Sehingga pembentukan dan lisensi LSP Universitas Widyatama (UTama) telah berfungsi. Berdasarkan Akta Pendirian Yayasan Widyatama AHU-AHA.01.06-0009510 pada tanggal 22 Mei 2018 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) berdiri untuk melayani mahasiswa.

Pembentukan LSP UTama dimulai dari pembuatan 18 Skema perwakilan Program Studi dan Fakultas yang dalam kurun waktu satu tahun kemudia terbit Lembar Verifikasi 18 Skema yang diajukan Ke Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Menunjuk surat keputusan tersebut LSP UTama menyiapkan dokumen-dokumen pendukung sebagai prasyarat mendapatkan Lisensi dari BNSP agar ketetapan hukum ijin LSP Utama dapat segera terealisasikan. Kegiatan Pertama Full Assesment dari BNSP, dokumen-dokumen prasyarat Lisensi serta diterbitkannya surat keputusan Ketua BNSP mengenai Lisensi LSP Utama Nomor : KEP.2020/BNSP/XII/2020, serta Kegiatan Witness Assesment atau penyaksian Uji Kompetensi perdana yang disaksikan oleh Asesor Lisensi BNSP dengan Nomor Sertifikat Lisensi BNSP-LSP-1860-ID yang berlaku sampai 17 Desember 2025.

Visi Lembaga Sertifikasi Profesi UTama adalah mewujudkan Sumber Daya Manusia yang mempunyai Kompetensi bertaraf  Internasional. Misinya adalah: menciptakan Lulusan yang menguasai bidang keilmuannya; mempersiapkan tenaga kerja profesional dibidangnya; mempersiapkan sumber daya manusia unggul yang bertaraf internasional; menciptakan daya saing tinggi sesuai disiplin ilmu. Sasaran dari Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi adalah agar para mahasiswa/i UTama mendapatkan pengakuan dari industri baik dalam dan luar negeri melalui serangakaian Kegiatan Sertifikasi Kompetensi dan mendapatkan Sertifikat Kompetensi.

Maksud dan tujuan Kegiatan LSP adalah: melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja pada mahasiswa/i universitas widyatama berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI); berperan aktif dalam menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan capaian pembelajaran ke dalam jenis dan jenjang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Saat ini 18 skema sertifikasi LSP UTama meliputi: Tenaga Pemasar Manajerial (Prodi Manajemen), Certified Liaison Officer Specialist (Prodi Manajemen), Kewirausahaan Industri (Prodi Manajemen), Tenaga Pengadaan Barang/Jasa (Prodi Manajemen), Tenaga Ahli MSDM (Prodi Manajemen), Wealth Management

Uji Kompetensi Cerified Liaison Officer Specialist (MICE), 27 September 2022

(Prodi Manajemen), Teknisi Bidang Ekspor Impor (Prodi Manajemen), Teknisi Akuntansi Muda (Prodi Akuntansi), Teknisi Akuntansi Madya (Prodi Akuntansi), Teknisi Akuntansi Ahli (Prodi Akuntansi), Fotografer Muda (Prodi Multimedia), Junior Web Programmer (Prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika),, Junior Mobile Programmer (Prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika), Enterprise Architecture Design (Prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika), Database Administrator(Prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika), Data Warehouse Director (Prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika), Big Data Scientist (Prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika), Executive Administrative Assistant (Prodi Bahasa Inggris). Mahasiswa dapat memilih Salah satu skema uji kompetensi sesuai program studinya.

Keberadaan Lembaga Sertifikasi Profesi UTama diharapkan dapat menambahkan kualitas dan daya saing lulusannya ketika terjun di dunia usaha dan dunia industri. (Pipin Sukandi, S.E., M.M. –  Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTama)

 

Kolaborasi Dosen FEB UTama dan BNNP Jawa Barat Tumbuhkan Minat Wirausaha Klien Binaan BNN

Mengembangkan pola pikir positif memulai berwirausaha diusung sebagai tema kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat UTama bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat.

Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa 5 Juli 2022 lalu diikuti pegawai, klien binaan rehabilitasi BNNP Jawa Barat, masyarakat umum dan mahasiswa.

Kepala BNNP Jawa Barat yang diwakili Drs. Anas Saepudin, M.Si. – Koordinator Bidang Rehabilitasi mengatakan kejahatan narkotika tidak bisa ditangani biasa saja, hal ini bukan hanya tanggungjawab BNN tapi juga seluruh masyarakat termasuk kalangan perguruan tinggi. BNN ditopang 4 pilar dengan tiga pendekatan yaitu: soft power approach (melakukan kegiatan pencegahan dan rehabilitasi, mencegah orang yang belum terkena penyalahgunaan narkotika dan yang sudah terkena kita sembuhkan, kita pulihkan); hard power approach (BNN memiliki kewenangan membasmi dari hulu sampai ke hilir dilakukan bersama-sama); dan smart power approach (menggunakan teknologi).

Dalam kaitan itu, dengan perguruan tinggi dilakukan upaya pencegahan, rehabilitasi termasuk jika ada mahasiswa yang mengalami penyalahgunaan  segera diberi tindakan sehingga dapat tetap merajut masa depan. Program BNN tidak hanya pelatihan pemulihan, tetapi berkelanjutan melakukan pembinaan terhadap bakat yang dimiliki oleh klien. Salah satu hal yang dapat membuat pengguna kembali kambuh adalah kepastian tidak memiliki kehidupan di masa depan.

Sementara, Prof. Dadang Suganda – Rektor Universitas Widyatama mengatakan kegiatan ini merupakan program kerja dari Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Modal Intelektual UTama yang dibantu para dosen yang disebar ke berbagai lokasi untuk membantu para warga yang perlu mendapatkan pelatihan dari berbagai ilmu yang dimiliki dosen.

Hari ini pelatihan motivasi berwirausaha. Banyak ketakutan ketika akan memulai usaha. Apakah itu takut rugi, takut gagal, takut tidak laku dan takut-takut lainnya. Sehingga ketakutan yang menumpuk akan menimbulkan keraguan memulai menjalankan ide. Sehinga sebelum dimulai berwirausaha harus merubah pola pikir terlebih dahulu. Setiap manusia tidak selalu mempunyai gaji, tetapi setiap manusia mempunyai rejeki tutur Pipin Sukandi selaku narasumber, yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTama.

Sama halnya seseorang akan menyetir kendaraan kita tidak pernah mengukur jarak kiri kanan kendaraan yang kita tumpangi dengan kendaraan sebelahnya,  tetapi kita tahu seberapa besar kemampuan kita untuk memajukan kendaraan tersebut. Tidak cukup dengan harga murah produk kita pasti akan laku, tetapi banyak hal seperti layanan ke konsumen, kemasan, contoh produk dll. merupakan kunci keberhasilan produk kita akan dibeli atau tidak lanjut Pipin yang juga dosen Entrepreneurship.

Keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh bakat semata, tetapi juga oleh segala daya upaya pikiran yang mendorong ke arah keberhasilan. Mungkin sering diucapkan bahwa pembeli adalah raja ini artinya bukan dengan seenaknya pembeli mau apa saja terhadap penjual, tetapi esensinya adalah kita sebagai penjual harus serius full power dalam menjalankan usaha.

Kegiatan ini melibatkan total 7 dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTama yang diketuai Pipin Sukandi, S.E., M.M. bersama Rima Rahmayanti, Dr., S.E., M.M., Neneung Ratna Hayati, Dr., S.E., M.M., Dwinto Matri Aji Buana, S.E., M.Si., Rd. Herman Sofyandi, S.E., M.M., Darwis Agustriyana, S.A.B., M.M. dan R. Achmad Drajat Aji Sujai, S.E., M.M. Mereka ahli dalam berbagai bidang seperti marketing, manajemen, organisasi, kewirausahaan dan keuangan, sehingga melalui kolaborasi yang baik ini dapat memberikan ilmu untuk para peserta juga menularkannya kepada orang lain.

Kegiatan hari ini, akan secara berkelanjutan dilakukan penyuluhan dan pelatihan kepada mereka agar menjadikan binaan BNNP Jabar yang maju, cerdas dan sejahtera tutur Pipin. (Pipin Sukandi, S.E., M.M. –  Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTama)

 

Dosen UTama – Narasumber Sosialisasi

Pusat Karir dan Tracer Study Bagi PT LLDIKTI Wilayah 4

Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah 4 (LLDIKTI) Jawa Barat dan Banten menyelenggarakan Bimbingan Teknis Peningkatan Kinerja Utama Perguruan Tinggi melalui

Pusat Karir dan Tracer Study. Kegiatan ini dibagi menjadi 4 region untuk wilayah Bandung, Tasikmalaya, Banten dan Cirebon. Bimbingan Teknis yang dimulai tanggal 13 Juli 2021 roadshow bertujuan agar setiap perguruan tinggi memiliki pusat karir dan tracer study.

Sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut, Pipin Sukandi, S.E., M.M. dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTama mengatakan saat ini perguruan tinggi tidak bisa asal-asalan melacak lulusannya, apalagi  baru dilaksanakan ketika ada akreditasi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud) Riset dan Teknologi menetapkan salah satu penilaian (dari 8 penilaian) dalam Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi adalah lulusan bermutu. Artinya setiap perguruan tinggi wajib mengetahui posisi lulusannya dan kualitas dari lulusan tersebut. Saat ini kurang lebih baru 5% perguruan tinggi memiliki pusat karir. Artinya masih sedikit kesadaran perguruan tinggi akan pentingnya unit pusat karir.

Selain melaksanakan pelacakan lulusan atau tracer study sebenarnya pusat karir merupakan jembatan penghubung antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dunia industri (DUDI) sehingga para pencari kerja dan yang membuka lowongan kerja bersinergi dan memudahkan lulusan maupun perusahaan mendapatkan tenaga kerja sesuai kebutuhan mereka. Manfaat pelacakan lulusan atau tracer study dapat menjadikan bahan evaluasi perguruan tinggi, pengembangan atau perubahan kurikulum pendidikan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan industri.

Kegiatan bimbingan teknik berakhir pada tanggal 28 Juli 2022 dengan harapan perguruan tinggi khususnya yang berada dibawah naungan LLDIKTI Wilayah 4 lebih peduli dan menjalankan kewajiban dalam melakukan pelacakan lulusan yang wajib dilaporkan melalui portal Kemdikbud. (Pipin Sukandi, S.E., M.M. –  Fakultas Ekonomi dan Bisnis UTama)

 

Pencerahan Kekerasan Seksual dan Radikalisme di PPU UTama

Calon mahasiswa baru Universitas Widyatama/UTama, Jumat (26/08) mendapatkan pencerahan perihal kekerasan seksual di dunia pendidikan dan paham anti radikalisme serta terorisme dari dua orang pakar di bidangnya. Psikolog  Hj. Listiyaningati menyampaikan pemaparan perihal kekerasan seksual di dunia pendidikan, sedang Enda Nasution – aktivis Media Sosial (Medsos) berbicara tentang paham anti radikalisme, terorisme serta gerakan anti kekerasan seksual dan perundungan.

Di hadapan 1.592 peserta dari 2.102 calon mahasiswa Program Pengenalan Universitas (PPU) Widyatama yang dilaksanakan secara daring dan tatap muka Listiyaningati memperingatkan berbagai kasus pelecehan, maupun kekerasan seksual. Potensi kejahatan tersebut, jika mengacu pada pelaku lebih banyak dilakukan oleh orang dewasa. Lalu siapa korbannya? Bisa anak oleh pelaku anak, anak oleh pelaku dewasa, dan korban dewasa oleh pelaku dewasa. Saat ini korban kekerasan seksual bukan hanya wanita, tetapi bisa juga lelaki. Apakah itu sesama jenis atau dari kalangan wanita terhadap laki-laki. Dampak psikologis dari semua peristiwa kekerasan tersebut pada umumnya memunculkan perubahan sikap dan perubahan perilaku korban.

Namun patut disayangkan, jika sekalipun terjadi masalah-masalah semacam kekerasan seksual di kalangan mahasiswa, kebanyakan para korban tidak berani melapor, sehingga penyelesaiannya sulit terjangkau hukum.

Hj. Listiyaningati mengingatkan para calon mahasiswa, perilaku kekeraan seksual umumnya melakukan aksi tindakan-tindakannya melalui cara-cara sebagai berikut : 1) Penolestation (menyentuh secara tidak senonoh atau memaksa untuk menyentuh alat kelamin atau buah dada pelaku); 2) Rape/perkosaan (dimasukannya benda apapun ke dalam lubang apapun untuk kepuasan seksual); 3) Voyeurism (melihat korban di berbagai tahap melepas pakaian); 4) Ekshibisionisme (mempertontonkan alat kelamin); 5) Pornografi (memfilmkan atau merekam video anak secara tidak senonoh) dan, 6) Prostisusi paksa (terlibat prostitusi atas perintah orang dewasa).

Peserta PPU diminta agar selalu waspada, karena pelaku kekerasan seksual juga sering kali melakukan aksinya secara daring. “Contohnya, berawal dari grooming secara online, dimana seseorang mengincar orang-orang yang secara psikis sedang galau di media sosial. Pelaku seolah bisa menjadi orang yang sangat peduli dan paling baik dan ujung-ujung nya melakukan pelecehan.” Dalam kasus-kasus pelecehan dan kekerasan seksual, pelaku bahkan tak segan-segan mengancam korban dengan cara apapun. “Salah satu kasus, misal pelaku meminta korban mengirimkan foto-foto syur. Lalu di suatu waktu pelaku menggunakan foto tersebut untuk mengancam korban dengan menyebarkannya.”

Menghadapi kemungkinan terjadinya masalah seperti ini, termasuk ancaman, maka korban bisa langsung melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Dia menilai hampir  95% kasus pelecehan dan kekerasan seksual terjadi akibat lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau tidak berfungsinya peran keluarga.

Paham Radikalisme

Sementara itu, aktifis Medsos Enda Nasution mengingatkan bahwa kalangan muda termasuk mahasiswa merupakan target yang paling mudah untuk dipengaruhi, baik oleh hal positif maupun hal negatif. Di berbagai kampus di Indonesia, mahasiwa  menjadi target baru untuk menyusupkan paham paham radikalisme, termasuk lewat media sosial.

Ia menggarisbawahi bahaya yang tetap mengancam kalangan muda dan mahaiswa dengan penyebaran paham radikalisme. Tetap hati-hati terhadap paham ini, karena para pelaku radikalisme menganggap masih ada dan banyak potensi untuk rekrutmen radikalisme lewat media sosial terutama. Diingatkan, dengan teknologi digital semua bisa menjadi produsen informasi dan ikut menyebarkan informasi, meski pun informasi yang disebarkan belum tentu benar.

Ada 6 hal kenapa pemuda rentan terpapar radikalisme dan terorisme jelasnya: 1) Pemuda dan mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang sedang mencari identitas; 2) Pemahaman mengenai keagamaan yang tidak sama; 3) Membutuhkan perasaan kebersamaan; 4) Memperbaiki apa yang dianggap sebagai ketidakadilan; 5) Mencari sensasi dan kegagahan, serta 5) Menaruh simpati pada kelompok radikal atau teroris melalui jaringan internet.

Dia tetap mengingatkan, kaum muda dan mahasiswa sebagai target rekrutmen dari penganut paham radikalisme dan teroriosme.Dia ingatkan anda boleh percaya, membaca semua hal, dan ekspose diri kamu terhadap berbagai hal yang ada, tetapi selalu berfikir kritis, jangan cukup percaya terhadap informasi dari satu sumber,  jelasnya. (UTama, 26Agu2022)

 

 

 

 

 

Atalia P. Kamil Bekali Karakter dan Soft Skill Peserta PPU UTama

Isteri Gubernur Jabar, Atalia Praratya menjelaskan membangun karakter dan soft skill kuat menjadi dua hal penting yang perlu dimiliki setiap individu termasuk mahasiswa, agar dapat menjadi manusia unggul yang cerdas, berkarakter serta mampu bersaing di kemudian hari.

Hal ini disampaikan Atalia di hadapan 723 orang calon mahasiswa UTama secara langsung, serta diikuti 869 calon mahasiswa lainnya secara daring pada kegiatan Program Pengenalan Universitas (PPU) Widyatama, Rabu (24/08) lalu.

Universitas Widyatama//UTama dalam tahun perkuliahan 2022-2023 menerima 2.102 mahasiswa yang terdaftar di lima fakultas dan satu program Pascasarjana. Dari jumlah tersebut 1.592 orang mendapat giliran pertama menjalani Program Pengenalan Universitas (PPU) secara hybrid.

Atalia Praratya yang juga dosen UTama menekankan bahwa untuk menjadi individu unggul tidak hanya cukup memiliki pendidikan formal yang tinggi, namun harus diperkuat dengan karakter dan soft skill memadai. Ia menjelaskan pentingnya memiliki Karakter dan Soft Skill dengan memberikan contoh sebuah konten tayangan dari salah satu media sosial yang dinilainya sudah offside karena pembuatannya tidak memperhatikan faktor etika. Untuk membuat konten apalagi menjadi viral, (pembuat) harus tetap berlandaskan pada etika.

Isteri Ridwan Kamil juga mengingatkan, untuk dapat mencapai era generasi emas, maka generasi muda harus terpenuhi kebutuhan jasmaninya antara lain melalui kegiatan berolahraga dan tetap mengkonsumsi makanan-makanan dengan gizi seimbang. Mencapai sebuah generasi emas menurut Atalia juga penting memperhatikan pemenuhan kebutuhan pikiran dengan nutrisi otak melalui budaya literasi dan pendidikan yang baik.

Di penghujung pemaparannya dia mengingatkan betapa pentingnya memenuhi kebutuhan jiwa melalui pendekatan agama antara lain dengan rajin beribadah. Pesan kepada seluruh peserta PPU: ”maksimalkan waktumu untuk bekal di masa depan.” (UTama, 24Agu2022)

 

Pencerahan Stunting Ketua Bappeda Jabar Buat Calon Mahasiswa UTama

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menargetkan penurunan penderita stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita menjadi 19%  tahun 2023 dan 14% tahun 2024. Berbicara di hadapan 1.592 peserta kegiatan Program Pengenalan Universitas (PPU) UTama, Rabu (24/08) lalu, Kepala Bappeda Jabar, H. Sumasna menjelaskan stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan infeksi berulang yang terjadi pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis yang di Jawa Barat pada tahun 2022 mencapai 23%.

Data statistic penduduk Jawa Barat saat ini berjumlah 48.274.162 jiwa atau 20% dari jumlah penduduk Indonesia dan merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di negeri ini. Jadi jika kita menyelesaikan masalah-masalah di Jawa Barat apakah itu stunting, kemiskinan maupun pengangguran, berarti kita menyelesaikan 20% dari pekerjaan rumah kependudukan di Indonesia, ujar Sumasna.

Untuk mengatasi bertambahnya penderita stunting, pemerintah terus menyiapkan program makanan tambahan bagi anak-anak yang berpotensi menderita stunting melalui asupan makanan yang baik dan bergizi. Oleh karena itu Sumasna mengapresiasi langkah UTama yang turut memerhatikan pentingnya sosialisasi program pemerintah dalam gerakan “zero stunting”, di Provinsi Jabar kepada calon mahasisma baru. Stunting dalam jangka waktu panjang akan menimbulkan kerugian secara ekonomi bagi negara,” tambahnya. (UTama, 24Agu2022)

 

Ketua Pembina Yayasan Bekali  Tata Nilai DJITU Calon Mahasiswa UTama

Ketua Badan Pembina Yayasan Widyatama, Sri Juniati, SE., MBA Selasa (23/08) menyambut dan menyapa ribuan calon mahasiswa Universitas Widyatama (UTama) secara daring pada acara Program Pengenalan Universitas (PPU) dari kampus UTama Bandung.

Kepada 1.592 dari 2.102 orang calon mahasiswa yang mengikuti PPU, Ketua Yayasan Widyatama mengingatkan tentang tata nilai yang dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan seluruh civitas akademika yang disebut DJITU ++.

DJITU menurut Sri Juniati singkatan yang mengandung makna positif untuk dijalankan civitas akademika agar berhasil dalam mencapai tujuan hidup yang baik. DJITU mengandung arti, Disiplin, Jujur, Inovatif, Tekun dan Ulet. Sedangkan dua plus (++) berarti dalam menjalankan tata nilai DJITU perlu ditambah dengan nilai-nilai Rasa Memiliki serta Perbaikan secara terus menerus.

Nilai-nilai jiwa civitas akademika itu dicetuskan oleh pendiri Yayasan Widyatama almarhumah Prof. Dr. Koebandijah kemudian plus-plus (++) ditambahkan oleh Rektor pertama Universitas Widyatama, Dr. Mame S. Soetoko.

Didampingi Kepala Pusat Karir UTama, Yelli Eka Sumadhinata, S.E., M.Si., Ak. sebagai moderator, Sri Juniati  yang juga salah seorang cucu dari Prof. Koesbandiah menambahkan: “Kita, jika ingin sukses harus mempunyai tujuan yang jelas dan nilai-nilai DJITU ++  dapat mengarahkan kita kesana.”

Di hadapan seluruh peserta PPU yang antusias menyimak dan memperhatikan, Sri Juniati merinci pengertian tata nilai DJITU, yaitu Disiplin, yang bagi mahasiswa artinya adalah patuh pada aturan-aturan yang berlaku; Jujur adalah modal utama untuk mendapat kepercayaan; Inovatif yaitu sikap inisiatif yang timbul dari luar kebiasaan; Tekun dan Ulet, memiliki arti saling terkait satu sama lain berarti sebuah proses, yang jika dijalani secara bersungguh-sungguh hasilnya dapat menjadikan sebuah keahlian.

Pengertian Plus-Plus (++) menurut Ketua Pembina Yayasan Widyatama adalah; “Kita percaya bahwa sense of belongingatau rasa memiliki terhadap institusi akan mempengaruhi keberhasilan kita. Mengikuti segala kegiatan di kampus, menyadari bahwa anda dapat mengukir prestasi, Continues Improvement. Sebagai sebuah organisasi, kita harus terus berkembang dengan memperbaiki dan dengan tujuan yang jelas.”

Di ujung pemaparannya Sri mengatakan:“Untuk anak-anaku, semua generasi UTama 2022 yakinlah dan tunjukkan komitmen anda (akan) menjadi mahasiswa terbaik yang Indonesia punya. Anda adalah generasi UTama. UTama adalah kita dan kita harus memahami nilai-nilai kita, serta berkembang dan berprestasi untuk Indonesia. Salam generasi UTama. Salam Sobat UTama dan Salam DJITU.” (UTama, 23Agu2022)

 

1592 Calon Mahasiswa Baru UTama Ikuti Program Pengenalan Universitas 2022

Sebanyak 1.592 calon mahasiswa Universitas Widyatama Bandung, mulai 22 Agustus sd 2 September 2022 mengikuti program Program Pengenalan Universitas (PPU) secara hybrid live streaming zoom meeting dan tatap muka.

Acara PPU Widyatama resmi dibuka Rektor Universitas Widyatama (UTama) Prof. Dr. H. Dadang Suganda, Senin pagi (22/08) dengan peserta terbanyak berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) berjumlah 799 calon.

Program pengenalan universitas juga diikuti calon-calon mahasiswa dari Fakultas Teknik (369), Fakultas Ilmu Budaya (149), dari Fakultas Desain Komunikasi Visual (149), dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (129) dan dari pascasarjana (129).

Rektor UTama pada pembukaan acara menyampaikan bahwa pada dasarnya kegiatan orientasi memiliki tujuan mulia yaitu untuk mempersiapkan mahasiswa baru memasuki lingkungan pendidikan yang baru dengan serangkaian acara kegiatan selama dalam dua pekan.

Selain itu kegiatan juga dilaksanakan dengan tujuan menumbuhkan motivasi, kebanggaan terhadap almamater dan semangat belajar, serta meningkatkan kedisiplinan, kesadaran diri dan tanggung jawab sebagai mahasiswa Universitas Widyatama.

Pada hari pertama kegiatan PPU 2022, para calon mahasiswa diwajibkan hadir secara daring melalui zoom meeting mulai pukul 07.20 diisi penjelasan-penjelasan senior mereka berupa aturan-aturan dalam kegiatan PPU 2022,  dilanjutkan perkenalan para mentor PPU.

Peresmian kegiatan PPU kali ini dimanfaatkan oleh Rektor UTama, Prof. Dadang Suganda untuk memperkenalkan perangkat struktural universitas lainnya, yaitu Warek I Bidang Tridharma Perguruan Tinggi, Dr. R. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E.,M.SI., Ak. CA. dan Wakil Rektor Bidang Operasional, Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., Q.I.A., CA., ACPA.

Acara PPU dilanjutkan dengan pemutaran video profil Universitas Widyatama, serta penjalasan dari klinik Universitas Widyatama tentang Sosialisasi Asuransi Mahasiswa dan Fasilitas Kesehatan bagi seluruh calon mahasiswa selama berkuliah di Universitas Widyatama. (UTama, 22Agu2022)

 

 

WIBI UTama Bantu Maksimalkan Produksi Opak Oded Melalui Mesin Produksi

Universitas Widyatama kembali membantu pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya. Kali ini giliran Widyatama Incubator Bisnis (WIBI) dan tim PkM yang diketuai Dr. Keni Kaniawati  melaksanakan program tersebut.

Tim PkM Widyatama yang juga beranggotakan Ifa Latifah, M.Si dan Yani Riani, M.T. memberikan alat bantu mesin pengolahan makanan tradisional Sunda, Opak yang dananya diperoleh dari bantuan atau hibah Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Teknologi (Kemenristerdikti) dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknlogi.

Diharapkan dengan dimilikinya mesin pengolah makanan, pelaku usaha Opak Oded yang juga tenant binaan WIBI dapat merasakan manfaat terutama dalam efisiensi produksi. Mesin bantuan tersebut diserahkan Rektor UTama, Prof. Dr. H. Dadang Suganda dan Sekretaris Yayasan Widyatama Rahmat Taufik, S.E., M.AK., AK., CA di Gedung B lt.6 Ruang Theater Universitas Widyatama, Sabtu (20./08).

Acara penyerahan mesin bantuan kepada pelaku UMKM yang berkaitan dengan kegiatan PkM itu juga dihadiri oleh Hardiles, S.T., MT. (KLT BSN Provinsi Jawa Barat) yang menjelaskan mekanisme suatu produk agar dapat memiliki sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), serta Aitsa Jusnidar (PT. Pegadaian) yang menjelaskan tentang investasi modal untuk pelaku UMKM yang bisa didapatkan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Prof. Dadang Suganda pada kesempatan itu mengatakan kegiatan para dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam wadah PkM dinilai sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak, dosen maupun masyarakat. Dikatakannya semua orang berhak menciptakan ilmu, bukan hanya di perguruan tinggi. Ilmu ada dimana-mana. Yang jadi persoalan, ilmu yang dipraktekan itu belum diabstraksi dan tugas perguruan tinggi adalah menciptakan, mempraktekan dan menyampaikannya kepada masyarakat. Kita juga bisa mendapatkan ilmu dari masyarakat yang tidak kita dapatkan di perguruan tinggi.

Sementara Dr. Keni selaku ketua tim PkM FEB UTama berharap mesin produksi yang diberikan bisa bermanfaat serta berterimakasih kepada Universitas Widyatama dan Kemenristekdikti serta PkM Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknlogi yang telah memfasilitasi kegiatan Tim PkM yang diketuainya.

Pemilik usaha Opak Oded menyatakan terimakasih atas bantuan UTama yang bahkan sudah merancang dan mendesain alat mesin tersebut untuk keperluan produksi Opak Oded.  (UTama, 20Agu2022)

 

 

 

 

Upacara HUT RI ke-77 Civitas Akademika Widyatama

Rabu, 17 Agustus 2022 segenap sivitas akademika Widyatama melaksanakan upacara bendera di lapangan parkir kampus tepat pukul 08.00 WIB. Pelaksanaan upacara ini sebagai bentuk penghormatan bagi para pahlawan yang telah mengorbankan darah, keringat dan nyawa bagi kepentingan bangsa dan Negara. Upacara berlangsung hikmat dengan Inspektur upacara Rektor Universitas Widyatama, Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum. yang membacakan teks naskah yang diamanatkan oleh Kemendikbudristek.

Pada 77 tahun yang lalu dengan penuh keberanian para pendahulu kita mengumandangkan proklamasi, mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih, menyatakan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa; lalu terlahirlah Indonesia Merdeka. Perjuangan menggapai kemerdekaan telah tercatat dalam sejarah. Kita tidak boleh berhenti bergerak dan melangkah. Khususnya pada tahun ini, kita memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2022 dengan semangat “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”.

Semangat tersebut saat ini sedang kita buktikan bersama melalui presidensi G20 tahun 20222 dengan peran besar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan, Teknologi (Kemendukbudristek) dalam menggalang kola-borasi global untuk bergotong royong memulihkan dan membangkitkan sistem pendidikan.

Pemerintah pusat menerapkan  tema dan logo yang digunakan sebagai branding rangkaian kegiatan Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia atau HUT RI ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia. Tema HUT RI tahun 2022 ini, “77 Tahun Republik Indonesia Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat.” Upacara peringatan ditutup dengan kumandang lagu-lagu kemerdekaan dari paduan suara mahasiswa Universitas Widyatama. (UTama, 17Agu2022)

 

Program Digital Library Dosen dan Mahasiswa Perpustakaan & Sains Informasi UTama Bermanfaat bagi SMKN 8 Bandung

Program studi (Prodi) Perpustakaan dan Sains Informasi, Universitas Widyatama (UTama) Bandung berkolaborasi dengan Program Studi Teknik Informatika melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di SMKN 8 Bandung. Pada PKM ini kedua Prodi membuat program dan pemanfaatan Digital Library, diberi tema “Sosialisasi Penggunaan Digital Library”.

Kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 29 Juli 2022 lalu. Acara sosialisasi penggunaan Digital Library berlangsung di gedung perpustakaan SMKN 8 Bandung, Jalan Kliningan No 31.

Hadir Kepala Perpustakaan, Staf Perpustakaan dan Staf ICT SMKN 8 termasuk dosen serta mahasiswa kedua Prodi UTama.

Kepala Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi UTama, Diah Sri Rejeki, S.Sos., M.I.Kom. menjelaskan pengembangan Digital Library ini merupakan hasil riset bersama antara Dosen Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi, Dosen Prodi Teknik Informatika serta mahasiswa kedua prodi melalui kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program tersebut sudah selesai dibuat kemudian diimplementasikan. Saat ini sudah dirasakan manfaatnya oleh pustakawan dan siswa SMKN 8. Sehingga operasional di perpustakaan tersebut, mulai pendaftaran anggota baru, penginputan koleksi buku, peminjaman dan pengembalian koleksi buku serta dilengkapi fasilitas forum sangat membantu.

Menurut Diah, bahwa fitur-fitur yang dibuat sudah sesuai dengan apa yang diinginkan Perpustakaan SMKN 8 Bandung, walaupun masih ada beberapa fitur yang masih perlu penyempurnaan. Menanggapi kegiatan tersebut Staf ICT SMKN 8 Bandung – Indra Nurdiyana, S.T. mengatakan bahwa kegiatan pengembangan sudah mencapai 80% dan bisa dilanjutkan kembali untuk MBKM mahasiswa UTama berikutnya, sehingga ke depan fitur-fitur yang ada bisa dimaksimalkan.

Sementara itu Kepala Perpustakaan SMKN 8 Bandung Elok Wahyu Yudha Wantina, S.Pd serta para Wakil Kepala Sekolah SMKN 8 memberikan apresiasi kepada dosen dan mahasiswa MBKM UTama yang telah membangun Digital Library di SMKN 8 dan sudah bisa diakses oleh pustakawan dan siswa SMKN 8 Bandung. (UTama, 15Agu2022)

 

Mahasiswa Prodi Informatika Berkerjasama dengan Petani dalam Kegiatan MBKM

 

Mahasiswa Prodi Informatika terlibat dalam kegiatan MBKM UTama yang berkerja sama dengan para petani dalam pembuatan sistem penjualan produk hasil bumi, kegiatan MBKM ini  diselenggarakan di Desa  SUKAPURA Kabupaten Bandung. Fungsi pembuatan aplikasi  ini  mampu membantu para petani menjual produk mereka dengan harga yang wajar, serta untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Kolaborasi petani dan mahasiswa Widyatama (E-Comodity) mampu membuka peluang besar bagi pembentukan UMKM petani Indonesia dalam era digital yang berujung pada peningkatan perekonomian nasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini melibatkan 5 orang mahasiswa prodi Informatika: Gilang Pratama Putra, NIM 0619101001/ Networking; Muhammad Aiman Abdul, NIM 0619101031/ Networking; Dimas Naufal Hakiki, NIM 0619101028/ Networking; Muhammad Irfan Restu Perkasa, NIM 0619101005/ Networking; Yusuf Afandi, NIM 0615103015/ Multimedia; Rhadhiya Wiraga Sudrajat, NIM 0619101054/ Database. (UTama, 15Agus2022)

HUT ke-21, UTama berbagi ke Panti Asuhan Tunas Harapan

Universitas Widyatama diwakili Dr. Diana Sari, S.E., M.SI., AK., Q.I.A., C.A., ACPA.(Wakil Rektor bid. Operasional) serta Uning Kuraesin, Dra., M.Pd. (Sekretaris Universitas) berkunjung ke Panti Asuhan Tunas Harapan di Gg. Bastaman, Cikutra, Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat 40124 pada Kamis, 11 Agustus 2022 lalu.

Pada kesempatan itu UTama menyampaikan titipan bantuan dari para stakeholder kampus, mulai mahasiswa, karyawan, serta alumni dengan harapan diterima dengan senang hati. Titipan disampaikan dalam rangka HUT Universitas Widyatama ke-21. Wakil Rektor berharap anak-anak dari pati tersebut bisa berkuliah di Universitas Widyatama. Insyaallah bisa dipermudah dengan program KIP/Karti Indonesia Pintar, ujar Diana. Disambut anak-anak dan Pengurus Panti Asuhan Wakil Rektor Operasional bercerita mengenai aktivitas keseharian serta tak lupa memotivasi anak-anak panti agar bisa sukses dan mencari ilmu setinggi-tingginya hingga ke perguruan tinggi. Menurut Diana UTama selalu rutin melakukan kegiatan sosial terutama berkunjung ke Panti Asuhan yang berlokasi di sekitar lingkungan kampus.(UTama, 12Agu2022)

Pesan Ketua Yayasan Widyatama pada Dies Natalis ke-21 UTama

Capaian usia 21 tahun bagi sebuah universitas swasta dengan berbagai prestasi yang diraihnya, bukanlah merupakan hal sederhana. Itu dicapai melalui berbagai perjuangan dari seluruh civitas akademika serta pemangku kepentingan secara bahu membahu.

Universitas Widyatama (UTama) yang berlokasi di Bandung merupakan salah satu perguruan tinggi swasta yang kini berpredikat akreditasi “Unggul” dan berhasil mencapai usia 21 tahun melalui berbagai dinamikanya.

Ketua Pengurus Yayasan Widyatama sebagai badan penyelenggara UTama, Roeshartono menyambut ùsia ke-21 lembaga pendidikan tinggi itu sebagai sebuah proses pendewasaan yang berhasil mengatasi berbagai rintangan dan cobaan.

Pada acara peringatan dies natalis ke-21 yang dihadiri seluruh unsur pimpinan Yayasan dan universitas Widyatama, Roeshartono menilai perjalanan UTama tentu saja memiliki makna tersendiri, tergantung dari sudut mana melihatnya, menyikapinya serta memahami berbagai dinamika yang terjadi.

Acara dies natalis yang juga berbarengan dengan pelantikan 14 pimpinan di lingkungan Universitas Widyatama itu Ketua Yayasan mengingatkan sejalan dengan perjalanan kiprahnya sesungguhnya Universitas Widyatama sudah memasuki usia dewasa dan harus lebih dewasa pula dalam menjalankan berbagai programnya. Ada masa-masa semua terkontrol dengan baik, tetapi ada masa-masa lain juga seolah masih banyak kekurangan yang karenanya masih perlu melakukan berbagai perbaikan.

Selanjutnya dikatakan dalam setiap peristiwa yang terjadi, UTama selalu mendapatkan hal-hal baru, menjadi lebih baik, lebih tahan banting dan selalu mengambil hikmah untuk menjadi lebih dewasa. Ia juga mengingatkan kepada seluruh unsur pimpinan Universitas bahwa kedewasaan usia berarti harus dibarengi dengan kematangan dalam berfikir, matang dalam memandang sesuatu dan bertindak. Tidak perlu takut dikritik, tetap menghargai suatu pendapat  serta berterimakasih terhadap saran yang diberikan dari pihak mana pun.

Di lain bagian sambutannya Roeshartono menyampaikan arti makna lain dari dies natalis UTama ke-21 yaitu sebagai sebuah perubahan. Pada saat usia sudah dewasa akan senantiasa berhadapan dengan berbagai tantangan yang datang silih berganti. Menghadapi perubahan-perubahan yang sedang dan bakal terjadi itu, dia mengajak seluruh sivitas akademika untuk secara bersama-sama merasakan arti sebuah perjuangan dan selalu peka terhadap apa pun yang terjadi di lingkungan tempatnya mengabdi. Syukuran usia ke-21 Unioversitas Widyatama diakhiri dengan doa dan makan bersama sivitas akademika. (UTama, 12Agu2022)

 

Rektor UTama – Prof. Dr. Dadang Suganda Lantik 14 Pejabat UTama

UTama yang tahun ini memasuki usia ke-21 sebagai perguruan tinggi swasta berpredikat “Unggul” telah merotasi, melantik dan mengambil sumpah 14 pejabat universitas yang berlangsung di Bandung, Kamis (11/08) lalu.

Pengambilan sumpah para pejabat baru dipimpin Rektor Universitas Widyatama (UTama) – Prof. Dr. Dadang Suganda, M.Hum dan dihadiri seluruh unsur pimpinan Yayasan Widyatama maupun Rektorat serta unit-unit kegiatan yang bernaung di bawah Yayasan Widyatama.

Pada sambutan pelantikan pejabat baru tersebut, Rektor Dadang Suganda mengajak seluruh pimpinan di lingkungannya melaksanakan tugas sesuai visi dan misi yang ditetapkan melalui semangat kebersamaan. Rektor menilai keberhasilan akan mampu diraih jika semua pihak memahami betapa pentingnya keberadaan Widyatama bagi banyak orang. Widyatama adalah hajat hidup orang banyak,” kata Rektor.

Rektor UTama juga mengingatkan pentingnya merespons berbagai program pemertintah dalam kaitan kegiatan-kegiatan perguruan tinggi, termasuk kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Menurut Rektor, Pemerintah saat ini sedang giat menggelontorkan berbagai program sebagai transformasi pendidikan tinggi yang sangat masif. Dalam aspek Tri Dharma perguruan tinggi misalnya, pemerintah meluncurkan program MBKM yang implementasinya akan sangat tergantung kepada respons para Prodi, dosen dan mahasiswa. Untuk iu Rektorat dan Yayasan berperan menaungi, memback-up serta mendukung melalui kebijakan-kebijakan. Tapi ujung tombak implementasi dan realisasi ada di Prodi, Mahasiswa dan dosen. Oleh karenanya fakultas sebagai rumpun keilmuan harus betul-betul mendesain apa yang harus dilakukan sesuai target-target yang rencanakan.”

Tentang studend body seperti disinggung dalam sambutan Ketua Yayasan Widyatama, Roeshartono, Rektor sangat setuju dan memahaminya. Kami di Rekrtorat telah membuat road-map kerbijakan-kebijakan yang mungkin bisa mengakomodasi target-target seperti disampaikan Ketua Yayasan Widyatama. Rektor mengingatkan bahwa pemerintah dalam hal transformasi pendidikan orientasinya pada MBKM dan tidak bisa menghindar, karena kinerja seluruh perguruan tinggi, baik negeri atau swasta parameternya adalah keberhasilan implementasi program MBKM.

Berkaitan dengan isyarat Ketua Yayasan tentang studend body, Rektor melempar gagasan tentang sistem program pemasaran pola tradisional mungkin harus migrasi ke pola pemasaran modern. Pemasaran modern bukan hanya pada aspek digitalisasinya semata, tetapi juga menyangkut kontennya.

Para pejabat baru yang dilantik bersamaan dengan syukuran peringatan 21 tahun berdirinya Universitas Widyatama adalah:

  1. Wedi Rusmawan Kusumah, S.E., M.Si., Ak., C.A. sebagai Wakil Rektor Bid. Tridharma Perguruan Tinggi & Kemahasiswaan
  2. Uning Kuraesin, M.Pd. sebagai Sekretaris Universitas
  3. H. Nuryaman, S.E., M.Si., Ak., C.A. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis
  4. Neuneung Ratna Hayati, S.E., M.M. sebagai Wakil Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis
  5. Didit Damur Rochman, S.T., M.T. sebagai Dekan Fakultas Teknik
  6. Yanyan Agustian, S.T., M.eng., Ph.D. sebagai Wakil Dekan Fakultas Teknik
  7. Hety Nurohmah, S.S., M.Hum. sebagai Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya
  8. Khairul Shaleh, S.E., M.Sc. sebagai Sekretaris Program Pendidikan Profesi Akuntansi
  9. Sri Astuti Pratminingsih, S.E., M.A., Ph.D. sebagai Kepala Program Studi Magister Manajemen
  10. Siti Komariah, S.E., M.M. sebagai Sekretaris Program Studi Magister Manajemen
  11. Arief Rahmana, S.T., M.T. sebagai Kepala Lembaga Penelitian, PkM & Modal Intelektual
  12. Verani Hartati, S.T., M.T. sebagai Kepala Biro Administrasi & Kepegawaian
  13. Vincentia Wahju Widajatun, S.E., M.M. sebagai Kepala Galeri Investasi.
  14. Meita Lukitawati Sujatna, S.S., M.Hum. sebagai Direktur Penjaminan Mutu Widyatama (UTama, 12Agu2022)

 

UTama Serahkan Apresiasi Penghargaan Mahasiswa Berprestasi

Rektor, Dekan, Ka Prodi serta Biro Kemahasiswaan Universitas Widyatama memberikan 20 penghargaan sebagai bentuk apresiasi terhadap mahasiswa berprestasi di Universitas Widyatama, bertempat di Ruang Rapat Rektorat, Jum’at, 29 Juli 2022 lalu.

UTama serahkan Penghargaan terhadap Mahasiswa Berprestasi

Atas nama pimpinan kami bangga karena kalian telah menorehkan prestasi pribadi serta Universitas Widyatama dan ini membuktikan bahwa Universitas Widyatama Unggul. Semoga kalian bisa menceritakan pencapaian ini kepada teman-teman kalian agar bisa menginspirasi. Rektor, Prof. Dadang Suganda mengingatkan agar bentuk apresiasi jangan dilihat dari nilai dan harganya tetapi dilihat dari kebanggaan dan kebahagiaannya, doa saya menyertai kalian, tegasnya.

Ucapkan terimakasih juga beliau sampaikan kepada para Dekan, Ka. Prodi, dan dosen-dosen yang ikut berkontribusi membimbing mahasiswanya.

Berikut mahasiwa yang mendapatkan penghargaan: Vina Rustandy – Peraih Medali Emas (KSPI);

Sarah Lutfiah Zahra – Peraih Medali Emas (KSPI); Nisrina Qurrotu’aini – Peraih Medali Emas (KSPI); Mutiara Lestari  Sujana – Peraih Medali Perak (KSPI); Muhammad Fajar Ramdan – Peraih Medali Emas (KSPI); Mikha Angelin Susanto – Peraih Medali Perak (KSPI); Muhammad Bramantyo WIibowo – Peraih Medali Emas Perak (KSPI); Krivan Mattheus Saragi – Peraih Medali Perak (KSPI); Hikari Permana Putri – Peraih Medali Emas (KSPI); Haris Rahman Hasani – Peraih Medali Perunggu (KSPI); Halifa Hasna Auliarahman – Peraih Medali Perak (KSPI); Fanny Asri Rahmasari – Peraih Medali Emas (KSPI); Dimas Tri Anugrah Wicaksono – Peraih Medali Perak (KSPI); Annisa Nur Shadrina – Peraih Medali Emas (KSPI); Anita Natalina Andriyanto – Peraih Medali Emas (KSPI); Anita Natalina Andriyanto – Peraih Medali Perunggu (OGMN); Muhammad Sulthon Hernanda – Peraih Juara 2 Choukai Contest; Muhammad Sulthon Hernanda, Hiro Anandi Sakki, Andra Shafa Maharani – Peraih  Juara 3 Kategori Digital Manga Contest; Regina Deisty Fitriana – Peraih Juara 2 Kategori Organik Putri; UTama Dance Crew  – Peraih Juara 1 Extraditionar Dance Competition Part III. (UTama, 1Agu2022)

 

Kembali Career Center UTama Pecahkan Rekor MURI

(Gelar Career Day Virtual Expo 2022 50 Jam Nonstop)

Career Center Universitas Widyatama kembali menggelar acara Career Day Utama Virtual Expo 2022 yang digagas Yelli Eka Sumadhinata., S.E., M.M. – Kepala Career Center UTama yang rutin setiap tahun. Menggandeng perusahaan-perusahaan yang telah bekerjasama Career Day UTama Virtual Expo 2022 merupakan sebuah inisiasi menanggapi situasi pandemik dalam membantu para lulusan mendapatkan pekerjaan. Career Day UTama Expo 2022 memecahkan Rekor Muri dengan Tajuk “Bursa Kerja secara Virtual Terlama” Non Stop 50 Jam.

Kegiatan ini dilaksanakan secara VIrtual melalui 3D Virtual Booth pada tanggal Selasa – Kamis, 26 -28 Juli 2022 lalu. Bentuk Virtual Bursa Kerja “Career Day UTama Virtual Expo 2022” adalah Career Expo dan Webonar.

Career Expo  diikuti perusahaan-perusahaan yang bergerak di berbagai bidang dan dimaksudkan memberikan kesempatan kepada mahasiswa atau alumni: mengenal perusahaan dan budaya kerjanya; berinteraksi dengan representatif perusahaan; mengirimkan lamaran kepada lowongan; serta engikuti proses rekrutmen secara online.

Sementara, Webinar mengusung tema pengembangan softskill dan pengembangan karir.

Acara dibuka Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Dr. Hj. Ineu Purwadewi Sundari S.Sos., M.M. yang mengapresiasi kegiatan Career Day 2022 dengan harapan dapat menambah motivasi para pencari kerja, khususnya fresh graduate. Sementara itu perwakilan Museum Rekor Indonesia (MURI) Andre Purwandono, S.S. mengatakan bahwa  Career Day kali ini dilakukan pencacatan Rekor MURI sebagai bursa kerja virtual yang dilakukan selama 50 jam non stop. Ia berharap kegiatan ini berjalan lancar, dan para lulusan yang mencari pekerjaan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang ilmunya dan kami berharap tidak ada suatu masalah yang tidak diinginkan.

Rektor Universitas Widyatama – Prof. Dadang Suganda dalam sambutan sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Salah satunya implikasi terhadap daya serap lulusan di Universitas Widyatama, serta dapat meninjau seberapa jauh kompetensi yang diberikan Universitas kepada mahasiswa relevan dengan dunia kerja. Beliau jelaskan pula bahwa Kemendikbudristek sedang menggelontorkan Kurikulum Kampus Merdeka, dimana satu konten menjelaskan bahwa praktisi boleh masuk kampus dengan harapan akan menambah ilmu-ilmu yang bisa didapat oleh mahasiswa. Karena itu pada kesempatan ini kami menghimbau pimpinan perusahaan, dan pakar-pakar yang ada di perusahaan, mari masuk kampus memberikan ilmu pengetahuan baik bersifat hardskill maupun softskill.  Sesungguhnya ilmu itu berada dimana-mana. Ilmu itu tidak dimonopoli perguruan tinggi, tidak dimonopoli yang memiliki gelar.  Ilmu yang dimiliki para pimpinan perusahaan adalah ilmu-ilmu baru yang bisa dikembangkan oleh kami.

Career Day dihadiri sebanyak 23.856 pengunjung, 435 orang pengguna terdaftar, dan 1.569 total pengguna terdaftar yang melamar pekerjaan. (UTama, 26 Jul2022)

 

UTama dan Lembaga Pendidikan Jurnalisme PWI Jajagi Kerjasama Implementasi MBKM

Rektor Universitas Widyatama Prof. Dr. Dadang Suganda merespons baik dan secara prinsip sepakat menjalin kerjasama dengan Lembaga Pendidikan Jurnalisme PWI dalam mengimplementasikan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan  pemerintah.

Prinsip kesepakatan kedua pimpinan lembaga pendidikan itu dicapai pada pertemuan antara Rektor Widyatama dengan Direktur Lembaga Pendidikan Jurnalisme PWI,  Ahmed Kurnia Soerawijaya di kampus Universitas Widyatama , Rabu 13 Juli 2022 lalu.

Pada kesempatan itu Ahmed yang juga wartawan senior menjelaskan peranan lembaga pendidikan yang dipimpinnya dalam merespon tumbuh dan berkembangnya profesi kehumasan dan kewartawanan di berbagai instansi maupun media-media online di seluruh Indonesia. Perkembangan ini menurut Ahmed harus diimbangi  dengan lahirnya tenaga-tenaga terampil di bidang kehumasan maupun jurnalistik melalui lembaga-lembaga pendidikan khusus yang tepat sasaran.

Saat ini lembaga Pendidikan Jurnalisme PWI di Jakarta menurut mantan wartawan Majalah Tempo itu telah banyak dimanfaatkan berbagai instansi pemerintah, perusahaan swasta maupun lembaga-lembaga sosial termasuk  perusahaan media cetak dan online untuk mendidik karyawan-karyawannya yang bertugas di bidang kehumasan dan kewartawanan.

Sementara itu Rektor Universitas Widyatama menyatakan tertarik dan siap bekerjasama untuk dapat memberikan nilai lebih kepada seluruh mahasiswa dengan menerima ilmu dan pengetahuan tambahan sebagai bekal mereka setelah selesai kuliah dan terjun ke dunia masayarakat dan dunia usaha.

Kerjasama ini bukan hanya bermanfaat sebagai tempat kegiatan memberikan pelatihan bidang jurnalisme kepada publik yang berminat, namun juga penting diikuti para mahasiswa agar mendapatkan Sertifikat Pendamping Izasah (SPI) yang dibutuhkan pada saat mereka lulus menjadi sarjana. Prof. Dadang Suganda meminta  kepada  Direktur Lembaga Pendidikan Jurnaisme PWI  segera menyampaikan proposal kerjasama dimaksud kepadanya untuk ditindaklanjuti. (UTama, 14Jul2022)

UTama Gelar Gathering dengan 40 Perusahaan untuk Rekrutmen Lulusan

Career Centre dan Biro Kerjasama Universitas Widyatama menggelar acara Gathering dan Penandatanganan MoU dengan 40 Perusahaan Swasta dan BUMN, Selasa, 12 Juli 2022 lalu bertempat di Gedung Seminar lt. 6 Universitas Widyatama.
Tujuan diselenggarakannya acara tersebut untuk menjalin kerjasama rekrutmen lulusan.

Yelli Eka Sumadhinata, S.E., M.M. (Kepala Career Centre UTama) mengatakan UTama telah menjalin hubungan baik dengan beberapa Perusahaan BUMN maupun Perusahaan Swasta. Sudah lebih dari 50 perusahaan yang telah kerjasama dengan Career Center baik Perusahaan Swasta maupun BUMN. Baik dalam program recruitment maupun program magang bagi mahasiswa.

Sedang Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum. -Rektor Universitas Widyatama mengatakan jika pendidikan bisa didapatkan melalui pendidikan formal, non formal, dan informal. Mahasiswa bisa mendapatkan ilmunya di dalam dan di luar kampus, termasuk dengan magang di beberapa perusahaan karena bisa melihat dan mengamati langsung dari praktisi.  Sekarang mahasiswa punya potensi menjadi Presiden, Profesor dan Menteri, lalu yang harus dilakukan oleh kita adalah memberikan jalan agar pikiran dan potensinya terbuka untuk mencapai apa yang diinginkan. Itulah yang dinamakan Kampus Merdeka.

Manfaat kami mengundang praktisi agar mahasiswa dapat diberikan pengalaman dalam bekerja nyata Ilmu yang tidak didapat di kampus bisa diberikan kepada mahasiwa kami, contoh problem solving, cara berkomunikasi, kerjasama, hingga menghargai orang lain. Saya ingin sekali lagi banyak mengajak praktisi ke kampus untuk memberikan knowledge yang diberikan kepada mahasiswa kami.

Beliaupun menekankan jika indikator perguruan tinggi yang baik adalah seberapa banyak praktisi didatangkan ke kampus, dan ilmu-ilmu apa saja yang diberikan oleh praktisi, serta manfaat dari output-nya. Ilmu yang didapat harus ada implikasi pragmatisnya yaitu bermanfaat bagi kehidupan nyata.

Acara dilanjutkan dengan Penandatanganan MoU dan pemaparan materi tentang implementasi MBKM serta Testimoni Perusahaan mengenai lulusan dari Universitas Widyatama di Perusahaan PT. Chroma International yang dipaparkan oleh Siti Sarah, M.Psi sebagai HRD, dari PT. Taekwang Indonesia yang dipaparkan oleh Moch Yhanuar Wijaya, S.I.Kom sebagai HRD,  serta  Bunga Indah Bayunitri, S.E., M.M., Ak., C.A. sebagai Moderator pada pembahasan tersebut.

            Lulusan Universitas Widyatama yang bekerja di perusahaan mereka memiliki keunggulan percaya diri yang tinggi, mudah beradaptasi dan mau belajar sehingga ini menjadi value added bagi lulusan widyatama, dan untuk ke depan diharapkan lulusan Widyatama memiliki spesialisasi untuk setiap bidangnya, jelas Siti Sarah. Sementara menurut Yhanuar, lulusan Widyatama memiliki keunggulan mudah berkomunikasi, mau belajar dan mudah beradaptasi serta tentunya memiliki kemampuan manajemen yang baik, sehingga PT. Taekwang  merasa terbantu dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia di perusahaan. (UTama, 14Jul2022)

 

50 Klien Binaan BNNP Jabar Ikuti Pelatihan Kewirausahaan dari Tim Dosen FEB UTama

Sejumlah dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Widyatama Selasa 5 Juli 2022 lalu menggelar acara Pelatihan Kewirausahaan dalam kaitan melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).

Kegiatan pelatihan dimaksud dilakukan secara daring diikuti klien binaan yang mendapatkan pemantauan dan pendampingan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan maksud dan tujuan memberikan motivasi berwirausaha kepada klien binaan BNNP Jawa Barat.

Kegiatan bagi para dosen FEB Universitas Widyatama itu merupakan salah satu bentuk Tridharma Perguruan Tinggi, sekaligus juga sebagai kegiatan pelatihan kewirausahaan yang diusung bersama dua institusi, Universitas Widyatama dengan BNNP Jawa Barat.

Pelaksanaan pelatihan berlangsung mulai pukul 09.00 WIB dan dibuka Ketua Cluster PkM Universitas Widyatama Yelli Eka Sumadhinata SE., MM yang juga Kepala Pusat Karir Universitas Widyatama.

Pada kesempatan itu juga memberikan kata sambutan Anas Saepudin mewakili BNNP Jabar dan Rektor Universitas Widyatama – Prof. Dr. Dadang Suganda. Peserta pelatihan terdiri dari 50 orang klien Binaan BNN Provinsi Jabar yang telah memiliki usaha maupun mereka yang tertarik memulai usaha.

Kegiatan pelatihan yang dilakukan PkM FEB UTama juga bermanfaat untuk membina karier serta pengembalikan klien binaan BNNP Jabar ke tengah masyarakat karena peran mereka masih dibutuhkan. Materi pelatihan kewirausahaan meliputi cara bagaimana pentingnya mengembangkan pola pikir positif untuk memulai berwirausaha dengan pembicara Pipin Sukandi, S.E., MM, seorang Motivator, Hypnotherapis, sekaligus dosen Manajemen FEB, yang dimoderatori Irma Nilasari, Ph.D, salah seorang dosen FEB UTama.

Pipin Sukandi melalui pemaparan materi pelatihan diantaranya mengatakan, “Mulailah merubah stigma negatif dengan memikirkan sesuatu hal yang positif yang kita inginkan, termasuk keberanian berpikir sukses untuk usaha yang akan kita bangun”.

Hasil akhir dari kegiatan tersebut diharapkan para peserta mampu mengimplementasikan materi -materi dan kiat-kiat menjadi wirausaha dan dapat memperkokoh perekonomian bangsa. Selain itu hasil dari program pelatihan PkM FEB UTama tersebut juga diharapkan dapat mengangkat sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai sumber penggerak ekonomi baru di Indonesia. (UTama, 06Jul2022)

 

Desain Grafis UTama Gelar Webinar Fotografi dan Periklanan

Prodi Desain Grafis UTama menggelar Webinar berjudul “Animals & Macro Photography & Creative Advertising” Selasa, 28 Juni 2022 lalu, dengan narasumber Lessy Sebastian pendiri SKOLA MACRO yang telah malang melintang di Industri Periklanan, dan pernah menjadi Dosen di beberapa Universitas.

Lessy menjelaskan proses produksi pada agensi iklan, proses pembuatan iklan dan proses kreatif. Lessy memaparkan pengalaman di bidang Fotografi Macro Satwa. Ia telah memenangkan beberapa penghargaan nasio-nal hingga internasional, diantara-nya  International Animal Photo Competi-tion  2017 – Taman Safari Indonesia; SIPA CONTEST Siena International Photography Awards 2017 – Siena, Italy; SONY WORLD PHOTOGRAPHY AWARDS 2015 – UK.

Lessy juga memberikan tips and trick  cara memfoto yang baik dan benar, tips menggunakan aplikasi dan peralatan yang tepat, serta menjelaskan keistimewaan menjual hasil karya di internet yang dapat menjadi pasif income. Ia mengatakan alumni Fakultas DKV dapat bekerja dimana saja. Klasifikasinya mulai dari Corporate Branding, Book Design, Music/Event, Information & Environment Design, Advertising & Media, Interactive & Digital, Motion & Video, Type & Lettering, Editorial & Publishing, Entrepreneur.

Webinar dihadiri Wakil Dekan Fakultas Desain Komunikasi Visual, Drs. Budiman, M.Pd., beserta jajarannya dan Ka. Prodi Desain Grafis, Drs. Rudy Farid C. P., M.Ds. sebagai Moderator (28Jun2022 – UTama).

 

UTama Wisuda 1.120 Sarjana Baru

Universitas Widyatama a mewisuda 1.120 sarjana dan magister baru pada Sabtu 25 Juni 2022 lalu yang dilaksanakan secara daring/Online maupun luring/Offline. Acara wisuda berlangsung di gedung GSG UTama dan secara online disiarkan secara live streaming UTama TV dan dapat dilihat para wisudawan yang mengikutinya secara online.

Rektor UTama, Prof. Dr. H. Dadang Suganda berpesan kepada para wisudawan bahwa gelar akademik yang baru diperoleh menjadi sebuah tanggung jawab tinggi yang dipikul agar para lulusan dapat memberi sumbangsih bernilai kepada masyarakat, bangsa dan negara. Karena itu Rektor mengingatkan agar para wisudawan menjadikan momentum ini menjadi tapakan lebih kuat untuk menjadi pribadi lebih baik lagi di masa mendatang. Ini penting agar para sarjana UTama mampu dan berani menatap masa depan, serta memiliki keyakinan penuh untuk sukses meraih masa depan yang dicita-citakan.

Keyakinan, menurut Rektor menjadi modal sangat penting bagi wisudawan dalam melewati masa-masa yang penuh ketidakpastian, seperti sekarang dan masa yang akan datang. Ketidakpastian hanya dapat dilawan dengan sebuah keyakinan yang terbangun secara nyata selama menjalani proses studi di kampus ini,” katanya.

Prof. Dadang pada kesempatan itu juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para orang tua wisudawan yang telah mempercayakan pendidikan putra-putrinya di UTama. Di bagian lain sambutannya, Rektor menjelaskan bahwa UTama secara terus menerus dengan penuh kesungguhan serta tanggung jawab melakukan upaya-upaya perbaikan dari sisi kualitas penjaminan mutu hingga peningkatan sarana dan prasarana pendidikan sesuai kebutuhan.

Selain itu UTama juga senantiasa mendukung program pemerintah khususnya “Merdeka Belajar-Kampus Merdeka” (MBKM). “Kampus Merdeka mendorong kita menjadi pelajar sepanjang hayat, keharusan terus belajar, menggali bakat dan minat serta meningkatkan keunggulan kompetensi di era baru Pendidikan dan era Revolusi Industri 4.0,” urainya.

Mengenai program MBKM, Rektor mengingatkan perlunya mengubah paradigma belajar di perguruan tinggi, bukan hanya menjadikan kuliah untuk belajar, melainkan belajar bagaimana bisa berkarya atau bekerja di berbagai bidang. Filosofi MBKM sejalan dengan pemikiran Helen Tupper dan Sarah Ellis dalam bukunya “Sqquigly Carrier” berpendapat kehidupan ini penuh dengan warna. Karenanya mahasiswa diharapkan bukan hanya belajar di dalam kampus semata, tetapi juga belajar di luar kampus. Ini bertujuan agar dapat mengenal banyak warna kehidupan.

Guru Besar Unpad itu juga mengingatkan hadirin bahwa Helen Tupper dan Sarah Ellis menulis bahwa siapapun sekarang harus memiliki pola pikir berbeda dari biasanya, yaitu pola pikir berliku. Yakni agar setiap orang perlu banyak mengenal warna kehidupan agar dapat tumbuh dan berkembang. Mengutip ibi buku dimaksud, Prof. Dadang menyatakan ada enam hal yang dapat dijadikan rujukan agar setiap orang dapat mencapai kesuksesan menghadapi ketidak pastian dan mengejar kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Keenam rujukan itu meliputi: Kekuatan vs kelemahan; Kepercayaan diri; Pengalaman sukses; Networking/jaringan/silaturahmi; Kemungkinan vs rencana dan Nilai.

Rektor UTama juga menginformasikan sejumlah prestasi dan keberhasilan yang diraih Lembaga yang dipimpinnya, diantaranya: UTama merupakan salah satu universitas swasta terkemuka di Indonesia, khususnya di Bandung dan Jawa Barat, yang pada tahun 2022 menempati peringkat terbaik ke-63 secara nasional berdasarkan ranking versi Webometrics. UTama juga tercatat sebagai peringkat ke-1 universitas swasta terbaik se-kota Bandung.

UTama memiilki Sekolah Pascasarjana Program Magister Manajemen, Magister Akuntansi dan Pendidikan Profesi Akuntan yang menyandang akreditasi “A” dari BANPT. Selain itu,  UTama memperoleh izin operasional dan sudah memulai perkuliahan bagi Program Pascasarjana Doktor Manajemen S3. Pada awal tahun 2022 juga memperoleh status Akreditasi A (Unggul).

Selain itu, Lembaga Sertifikasi Internasional (ASIC) Inggris telah melakukan visitasi terhadap enam Prodi S1 UTama masing-masing prodi Manajemen, Akuntansi, Teknik Industri, Sistem Informasi, Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang D3. Keenam Prodi tersebut mendapat predikat akreditasi internasional dengan nilai “Premium”. (25Jun2022 by UTama)

 

****000****

How to be a smart entrepreneur and to start a new business

0

Judul : How to be a smart entrepreneur and to start a new business
Penerbit : ANDI OFFSET
Penulis : Ir. Hendro, M.M.

Ilustrator : Harsono/Bluefish Design
Ketebalan : 310 hlm
ISBN : 979-731-798-7

Ukuran Buku : 15 x 23 cm
Tahun Terbit : 2005

 

 

 

“ia bergerak tanpa suara dan muncul secara tiba-tiba. Di saat orang lain berkata bahwa itu sulit, sang entrepreneur berfikir bahwa itu adalah peluang. Di saat kita sibuk mengatasi masalah yang belum terpecahkan, sang entrepreneur diam-diam sedang mendesain sebuh rencana besar, yaitumenciptakan sebuah produk. Di saat mereka yang pesimis menunggu datangnya peluang, sang entrepreneur telah menciptakan dan memanfaatkan peluang yang akan datang.” – Hendro –

Jika ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak anda, misalnya apakah saya adalah anak muda yang ingin menjadi seorang entrepreneur?  lalu, apakah Anda bertanya apakah menjadi seorang entrepreneur itu sulit? Jika ya, apa saja yang harus dipersiapkan agar kesulitan tersebut dapat diatasi?

Buku berjudul “How to Be a Smart Entepreneur and To Start A New Business” ini sepertinya sesuai untuk menjawab pertanyaan tersebut, karena buku ini menjelaskan tentang cara, rute, strategi dan konsep dalam memulai dan mempersiapkan bisnis. Setiap orang bisa menjadi pengusaha yang sukses. Karena itulah pentingnya anda memahami ilmu bisnis dan entepreneurship. Di dalam buku ini juga, Anda akan memahami lebih jauh tentang kewirausahaan, serta cara memanfaatkan krisis dan kesulitan. Jangan takut menjadi pengusaha, karena kesuksesan itu harus diperjuangkan dan harus dikejar dengan keyakinan diri.

Siapa penulis buku ini?

Ir. Hendro, MM adalah seorang praktisi, akademisi, dan peneliti entrepreneurship. Ia aktif memberikan seminar tentang cara cerdas berbisnis (Entrepreneurship). Ia berbagi dari satu kampus ke kampus lain di tahun 2009 yang dimulai dari UIN-JKT, UNN Sudirman, Universitas Binus, UI-Lemtek, Universitas di Lampung, Pekanbaru, Padang. Termasuk SMK-SMK di kota tersebut.

Beberapa insight menarik yang bisa kita pelajari dari buku ini antara lain:

  • Perubahan mindset dan paradigma tentang entrepreneur landscape, bahwa menjadi enntepreneur itu harus “be a smarter, not just a harder”.
  • Personality exploration, perlunya mengoptimalkan AQ (Adversity Quotient) anda dengan memulai dari otak kanan dan mengelola dengan otak kiri, serta mengawalinya dengan menemukan karakter bisnis terlebih dahulu.
  • Menemukan peluang bisnis anda, dengan melatih daya kreatifitas dengan acuan teori kesempurnaan dan dasar-dasar konsep kreatifitas yang benar.
  • Mempersiapkan mental, spirit, dan kekuatan pikiran serta hati untuk mengatasi rasa takut yang sebenarnya “semu”.
  • Mengubah paradigma tentang tentang “Kegagalan” dan menggali untuk mengetahui level of entepreneurship, bahwa setiap orang mempunyai entrepreneur skill, tetapi berbeda di level mana kita berada.
  • Mengubah mitos-mitos yang salah mengenai entrepreneur dan menanamkan bahwa latar belakang kita tentang pengalaman yang sudah dilalui (Burned your old bridge and take your future bridge now).

 

Hidup itu suatu pilihan, Kesuksesan itu tantangan. Kebahagiaan itu diciptakan. Tetapi, tanpa perubahan dan pengorbanan, Itu hanyalah mimpi. Tidak ada sesuatu yang indah yang bisa diraih dalam satu malam saja, layaknya anak tangga demi anak tangga, kita harus melaluinya satu demi satu. Demi tujuan hidup anda dan impian anda, Its time to change!”

 

Berwirausaha yang smart itu diawali dengan mengambil keputusan karena berani, yang disebabkan karena kita yakin dan memiliki rasa percaya diri yang kuat. Keyakinan itu muncul bila kita mempersiapkan segala kemungkinannya sambal mencoba mengendalikan semua resiko yang akan muncul  sekarang maupun di masa yang akan datang (Risk Management).

Tentunya, keberanian itu harus disertai dengan visi, rencana dan perhitungan yang matang. Agar rasa berani itu tidak berubah menjadi nekat yang percuma. Setelah kita memutuskan untuk menjadi seorang entrepreneur, terkadang kita masih bingung dalam menentukan langkah awal memulai bisnis yang dipilih. Setidaknya, dalam buku ini dibahas ada empat langkah besar yang harus dilakukan dalam memulai bisnis, yaitu:

  1. Create your “power of dream” (Angan-angan dan cita-cita);
  2. Take a decision and break it up-manage your afraid and do it now;
  3. Change your way of life, mindset, and paradigm;
  4. And be a SMART Enteprenuer.

 

Bicara tentang angan-angan dan cita-cita itu adalah sebuah kekuatan yang sangat dahsyat. Bagi seseorang yang menyukai tantangan dan bersifat optimis, maka visi jauh ke depan akan menjadi suatu kekuatan untuk mewujudkan sebuah mimpi dan menggerakan tubuh untuk mencoba meraihnya. Inilah disebut “the Power of Dream”. Mimpi itu harus seperti matahari yang tetap bersinar dan terus bersinar. Sekalipun akan tetrutup oleh awan gelap, ia akan terang kembali dan bersinar lagi. Buatlah angan-angan menjadi mimpi, dan ubahlah mimpi menjadi cita-cita. Mimpi akan mempunyai kekuatan (power) dengan mengandung unsur di dalamnya, seperti :

  1. Ambisi (Ambition);
  2. Tekanan dan keterpaksaan itu syarat mutlak untuk keluar dari kebiasaan lama (under pressure);
  3. Persistance (keuletan) yang terus focus pada mimpi anda;
  4. Keteguhan hati (determination) tanpa menyerah;
  5. Rela mengorbankan sesuatu yang menyenangkan (waktu berkumpul bersama teman, bermain, dll) untuk meraih mimpi itu.

 

Kesulitan itu pasti ada, namun jangan  biarkan kesulitan itu menjadi penghalang yang bisa mengalahkan mimpi dan menguburnya dalam-dalam.  Karena sejatinya, orang yang beriman harus yakin bahwa di dalam kesulitan pasti ada kemudahan yang dijanjikan Allah. Ini tertuang dalam surat Al Insyirah ayat 5. Artinya: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

 

Selain kekuatan mimpi, modal awal dalam memulai berwirausaha adalah kekuatan pikiran (power of mind). Kekuatan pikiran atas keyakinan pada diri sendiri bahwa kita bisa. Bisa dan yakin akan potensi yang dimiliki, bisa menggerakan seluruh potensi dan kemampuan tersebut, sehingga akan ada energy mengalir ke dalam dirinya, untuk dapat maju dan meraih kesuksesan.

Kesuksesan adalam metamorphosis dari serangkaian kegagalan yang terus menerus diperbaiki. Seperti halnya seekor kupu-kupu, yang ingin melakukan perubahan dalam hidupnya. Ia harus menelurkan ide-idenya yang kemudian ia letakkan di tempat yang tepat sehingga mendapatkan makanan yang cukup untuk berusaha ber-“evolusi diri”. Menjadi ulat yang siap mengatasi rasa takut, lapar, tidak adanya support dari induknya, dan berada di dalam kepompong. Setelah mengalami masa sulit, kini tibanya ia menjadi kupu-kupu muda, yang siap menuai hasilnya.

Buku “How To Become Smart Entrepreneur And To Start A New Business” ini disusun untuk menjadi bahan dasar, pedoman dan acuan bagi yang ingin memulai usaha, tetapi belum menemukan perubahan yang berarti sehingga diperlukan sebuah strategi dalam bisnisnya untuk membentuk platform perusahaan yang lebih baik lagi.

 

-Intanlis2022-

Publikasi Ilmiah, Semangat Keilmuan & Etika serta Administratif

Bait lagu Indonesia Raya “….Hiduplah tanahku, Hiduplah neg’riku, Bangsaku, Rakyatku, semuanya, Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya. …” mengajak kita membangun keseimbangan jiwa dan raga. Jiwa dalam pandangan Al-Farabi mempunyai: 1) Daya al-Muharrikat (gerak), yang mendorong untuk makan, memelihara, dan berkembang; 2) Daya al-Mudrikat (mengetahui), yang mendorong untuk merasa dan berimajinasi; 3) Daya al-Nathiqat (berpikir), yang mendorong untuk berpikir secara teoretis dan praktis (Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, 2017).

Pendidikan salah satu upaya membangun jiwa generasi masa depan. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan dan dosen (pendidik) di dalamnya menyiapkan warisan bagi generasi masa depan melalui  upaya mengembangkan jiwa mereka – setidaknya mendekati pandangan Al-Farabi. Maknanya dosen berkewajiban mengembangkan jiwa generasi masa depan agar mereka mampu mengembangkan dan memajukan diri, bangsa, dan peradaban.

Publikasi Ilmiah sebagai buah dari Tri Dharma (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) merupakan sarana untuk menyampaikan informasi keilmuan dan kepakaran yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi pengembangan wawasan ilmiah bagi dosen dan para pihak. Publikasi Ilmiah tentunya sebagai upaya mengembangkan semangat keilmuan sekaligus etika yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak riset dan publikasi yang dilakukan akan  menghasilkan dosen yang semakin ahli dan ujung-ujungnya pengalaman serta hasil penelitian merupakan bahan yang sangat baik untuk memperkaya  bahan kuliah yang akan disampaikan kepada mahasiswa .

Dari pengamatan, karya-karya penelitian dosen tidak selalu mengalami “uji publik” sehingga mereka hanya melakukan penelitian untuk kemudian hasilnya ditulis menjadi laporan  tertulis  sebagai bukti penelitian mereka tanpa harus diuji oleh publik. Apakah hasil penelitian itu memang benar-benar sahih ataukah hanya sekedar teori yang masih sulit diterapkan dalam praktek. Maka Publikasi Ilmiah akan mendorong peneliti lebih giat melakukan kajian-kajian sehingga karya mereka tidak hanya tersimpan  di rak-rak perpustakaan yang tidak dapat dinikmati oleh masyarakat  sehingga  dapat diaplikasikan bagi pengembangan ilmu  pengetahuan.

Menurut Wahyudi Darmalaksana dan Yaya Suryana (2018) Publikasi Ilmiah merupakan indikator kinerja utama akademisi. Belum bermakna hasil penelitian tanpa sebuah publikasi, baik publikasi pada media online atau media cetak lainnya. Publikasi Ilmiah adalah penerbitan paper hasil penelitian pada jurnal nasional atau internasional secara on-lineatau berbasis OJS (open journal system). Publikasi Ilmiah merupakan salah satu output dari penelitian. Publikasi yang baik dimulai dari memilih jurnal berkualitas, jurnal berkualitas dapat dicirikan dengan terindeksnya jurnal tersebut seperti Google Scholar, DOAJ, Scopus, Thomspon and Reuters, atau jurnal terakreditasi nasional atau internasional sesuai yang dipersyaratkan serta menghindari jurnal predator.

Akhir-akhir ini bermunculan jurnal-jurnal predator,  umumnya jurnal OJS luar negeri yang menawarkan kemudahan terbit dengan biaya tertentu. Agar tidak terjebak dengan hal tersebut sebaiknya melihat kualitas jurnal tersebut pada Scimago. Selanjutnya penelusuran referensi yang sebagian besar dari pustaka primer seperti jurnal ilmiah dan conference/prosiding terbaru. Untuk menemukan sebuah referensi yang berbasis jurnal dapat diperoleh melalui Google Scholar, DOAJ, Scopus atau indeksing lainnya yang menyimpan ratusan bahkan ribuan judul jurnal yang bereputasi.

Namun, publikasi ilmiah dapat saja terkendala faktor korespondensi yang berakibat macetnya capaian indikator kinerja utama tadi (Lukman, 2016). Menulis artikel pada jurnal perlu memiliki keterampilan khusus dalam menyusun setiap paragrap kemudian menjadi paper yang siap terbit. Jurnal atau berkala ilmiah atau paper ilmiah yang selanjutnya disebut sebagai jurnal adalah bentuk terbitan yang berfungsi meregistrasi kegiatan kecendekiaan, mensertifikasi hasil kegiatan yang memenuhi persyaratan ilmiah minimum, mendiseminasikannya secara meluas kepada khalayak ramai, dan mengarsipkan semua temuan hasil kegiatan kecendekiaan ilmuwan yang dimuatnya (Lukman, 2016). Umumnya pada jurnal disediakan template sebagai aturan, kaidah dan tata cara penulisan sehingga menjadi paper yang utuh sesuai dengan style penulisan jurnal tersebut. Tiap jurnal memiliki template yang berbeda sesuai dengan style jurnal tersebut.

Sasaran publikasi hasil penelitian menjadi titik tekan pemerintah akhir-akhir ini adalah kewajiban bagi dosen untuk mempublikasikan hasil penelitiannya pada jurnal terindeks Scopus atau Thompson Reuter atau jurnal internasional bereputasi yang dicirikan dengan Q1, Q2  Q3 dan Q4 sebagai salah satu sasaran output yang harus dicapai oleh perguruan tinggi menuju World Class University. Adalah jumlah publikasi ilmiah di jurnal dan seberapa banyak jurnal tersebut dimanfaatkan oleh akademisi lain dengan mensitasi tulisan yang dihasilkan. Salah satu sarana diseminasi jurnal yang efektif saat ini melalui jurnal elektronik (e-journal) (Lukman, 2016; Pribadi & Delfy, 2015).

Penelitian/ riset merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi dan/ atau data secara sistematis untuk menambah pemahaman terhadap suatu fenomena tertentu (Ramdhani, 2013). Riset berbasis outcome merupakan jalinan yang terintegrasi antara input, output, outcome, benefit dan impact. Integrasi ini diorientasikan dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas penelitian. Dalam konteks Indonesia, riset berbasis outcomemerupakan kebijakan yang mempunyai dua sisi, yakni substansi dan administrasi.

Penyelenggara penelitian mesti melibatkan jaminan mutu untuk tujuan meningkatkan kualitas penelitian. Mutu penelitian yang berkualitas adalah yang menghasilkan output, outcome, benefit dan impact. Secara sentral kebijakan penelitian di Indonesia mengarahkan segenap institusi perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu dan kualitas penelitian, baik substansi maupun administrasi (Darmalaksana, 2017). Oleh karena itu, publikasi ilmiah sangat membutuhkan peran koresponden. Secara teknis, penulis paper dapat terdiri atas penulis pertama atau penulis utama, penulis pendamping, dan penulis koresponden (corresponding author). Untuk menuju ke arah sana maka perlu dipersiapkan naskah yang baik, pengelolaan jurnal yang professional dan mekanisme diseminasi yang efektif dari jurnal yang diterbitkan.

Korespondesi sendiri adalah proses keterhubungan antara penulis paper dan penerbit jurnal, yang dalam sistem OJS, seluruhnya dilaksanakan secara on-line sesuai ketentuan sistem manajemen jurnal. Dengan perkataan lain, sistem OJS tidak melayani komunikasi di luar sistem, dan seluruh korespondensi harus berlangsung di dalam dan/atau sesuai sistem.

Penulis pertama atau penulis utama adalah penulis yang dicantumkan pada urutan pertama pada sebuah paper, atau penulis yang memiliki kontribusi paling besar dalam sebuah paper, atau penulis yang mempunyai komitmen paling kuat untuk publikasi ilmiah. Penulis pendamping ialah pembimbing seperti dalam penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, atau disertasi. Sedangkan penulis korespondensi, yaitu penulis yang bertanggungjawab atas semua korespondensi serta perbaikan artikel. Atau penulis yang bertanggungjawab atas isi dan legalitas pengiriman artikel. Secara teknis, adanya penulis korespondensi pada sebuah paper mengindikasikan pembagian tugas secara proporsional dan profesional. Secara umum, karya tulis ilmiah membahas sebuah subjek secara akurat, impersonal dan objektif (Pribadi & Delfy, 2015).

Karya ilmiah yang dipublikasikan merupakan kontribusi pemikiran untuk menjawab berbagai permasalahan yang terjadi pada kehidupan manusia (Rohmah, et al., 2016). Semoga.

 

Rewriter: lili irahali- Oktober 2022, dari berbagai sumber.

SEWINDU ART THERAPHY CENTER – WIDYATAMA BERKIPRAH

0

Peraturan Pemerintah Nomor  52 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sosial Bagi Penyandang Disabilitas penjabaran amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 merupakan acuan teknis berupa perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial, dan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas harus mendapat peluang, penghargaan, dan kesempatan untuk memiliki derajat yang sama.

Yayasan Widyatama sudah melakukan langkah nyata memberikan kepedulian terhadap pendidikan anak bangsa,, khususnya dalam mengembangkan kesetaraan penyandang disabilitas melalui pendirian Art Therapy Center/ATC  Widyatama. ATC Widyatama dengan memanfaatkan pendekatan keilmuan seni dan desain dalam aplikasi terapi telah memberi  ruang penguatan keterampilan bagi penyandang disabilitas (berkebutuhan khusus).

Lembaga pendidikan vokasi untuk penyandang disabilitas pada tahun 2014 lalu didirikan seiring dengan dipercayanya Dr. Anne Nurfarina, M.Sn. sebagai Dekan Fakultas DKV Universitas Widyatama yang difasilitasi oleh Ketua Yayasan Widyatama. Berawal dari temuan hasil riset yang dijadikan disertasi untuk meraih gelar doktor senirupa  Institut Teknologi Bandung (ITB) yang disebut sebagai Sensasi Method.

Lembaga Pendidikan vokasi ATC Widyatama berkembang dan mendapat sambutan hangat dari berbagai stakeholder. Sampai saat ini telah terbentuk jurusan Desain Grafis, Seni Musik, Seni Kriya, dan Seni Tari, termasuk treatment khusus yang telah menghasilkan lulusan dalam delapan angkatan. Masing-masing peserta didik harus menyelesaikan tugas akhir berupa hasil karya pada masing-masing jurusan. Pada saat finalnya dilakukan uji kompetensi dengan pengujinya dari dunia industri dan bidang terkait lainnya.

Ciri khas pendidikan vokasi di ATC Widyatama adalah program kurikulumnya selalu menyesuikan diri dengan kondisi siswanya. Sehingga setiap angkatan mempunyai kekhasannya. Uniknya pada setiap angkatan menghasilkan karyanya yang berbeda. Misalnya pada jurusan seni musik, ada yang bisa membuat lagu, menyanyikannya sendiri maupun bersama rekannya dalam suatu group band. Tetapi pada angkatan berikutnya belum tentu bisa seperti kakak angkatan sebelumnya. Mungkin saja ada yang berhasil membuat puisi tentang kehidupan, atau membuat group band dan tampil di berbagai even di kota Bandung. Karya terakhir adalah lagu berjudul “INDUNG” yang telah menjadi single album dan sudah dipasarkan luas melalui online/digital market, seperti di Sportify, Youtube, IG, dan lainnya. 

Methoda sensasi ini diterapkan kepada anak didik lebih diarahkan pada kehidupan sekitar mereka, yaitu membahas tentang keluarga, seperti tentang ibunda, ayahanda, kakak atau adik mereka, dan saudara sekitar kehidupan mereka.

Proses pembuatan lagu “Indung”  ini ternyata melibatkan berbagai pihak, terutama ibu dan ayah dari Reihan (pembuat lagu), para pengajarnya di ATC Widyatama, group band dari rekan-rekan seangkatannya, dan diproduksi oleh studio ATC Widyatama sendiri. Termasuk dibuatkan majalah khusus “Musicbility Tour” untuk publikasi yang berkolaborasi dengan rekan-rekannya di jurusan desain grafis. Peran orangtuanya sangat besar sampai terwujudnya album single ini, bahkan sampai berperan menjadi managernya ketika promo keliling di berbagai station radio di sekitar kota Bandung.

Metoha Sensasi difokuskan pada menumbuhkan kepercayaan diri anak didik. Mereka harus tahu siapa mereka, siapa orangtuanya, saudara-saudaranya, dan orang sekitar kehidupannya. Sehingga hasil karyanya pun akhirnya membahas tentang keluarganya. Seperti contoh lagu Indung tersebut diatas. Disamping itu sebelumnya pernah lahir pula sebuah lagu yang hampir sama berjudul “ Ayah bunda” dari group band kakak angkatannya Rifal dkk. yang diciptakan oleh Agip/double handicab (tuna netra dan Autism). Suatu kolaborasi kerjasama yang sangat luar biasa dari berbagai unsur yang melahirkan hasil karya yang brilian.

Bagaimana menterjemahkan hasil buah pikirnya ke dalam karya lagu maupun gambar, yang ternyata menjadi karya seni yang apik bahkan mampu jual. Sebagai salah satu contoh hasil karya desain grafisnya pernah dibeli oleh pihak Starbucks (adalah rantai kedai kopi multinasional Amerika) untuk diaplikasikan di-tumbler yang dijual mereka di semua cabangnya di seluruh Indonesia. Pesanan tersebut bahkan sampai re-order. Atau pesanan dari pihak lain seperti membuat kalender. Hasil karya kolektif seangkatan misalnya kolaborasi antara desain grafis, seni musik, dan kriya seperti pada hasil karya bersama “Musicibility Tour” yang merupakan kolaborasi antar skill. Double handicab yang sebagian disandang oleh beberapa anak didik, justru menghasilkan karya yang luar biasa. 

Kolaborasi dengan penulis buku, jurusan Desain Grafis membuat buku karya yang dilaksanakan secara tim sebagai karya tugas akhir. Akhirnya berhasil membuat karya buku yang menjadi bukti keberhailan selama proses pendidikan di ATC Widyatama. “Itu semua berkat kerjasama berbagai pihak yang berjalan dengan baik, yakni Yayasan Widyatama, penggagas (Dr. Anne Nurfarina), para pengajar, bahkan orangtua siswa peserta didik, termasuk para pelaku dunia industri yang peduli, maupun pihak pemerintah, ATC Widyatama sampai tahap ini telah membukti kiprahnya”, demikian tutur Direktur ATC Widyatama Dadi Firmansyah.

Lembaga yang mengembangkan teori Sensasi method  penemuan founder ATC Dr. Anne Nurfarina ini terus berjalan dan membutuhkan dukungan dari stakeholder lainnya dari berbagai disiplin ilmu, sehingga jerih payah yang telah ditempuh ini semakin menemukan jatidirinya sebagai Lembaga Vokasi untuk siswa disabilitas dan treatment khusus. Hal ini disampaikan oleh Direkturnya Dadi Firmansyah dalam suatu diskusi dengan tim redaksi Komunita di ruang kerjanya.  Proses yang dilalui selama ini telah menghasilkan berbagai karya dari anak didik yang sangat membanggakan. Setiap angkatan mempunyai cirikhas masing-masing. Hal ini berkat dari kerjasama berbagai pihak dalam mendorong tercapainya karya dari anak didik yang mempunyai nilai tambah bagi diri dan lingkungannya. 

Kami sangat membutuhkan masukan-masukan para pihak seperti proses pembelajaran, berbagi pengalaman dan bantuan dari dunia usaha untuk memberi kesempatan bagi anak didik mengembangkan potensi dirinya di dunia kerja. ATC Widyatama harus terus berjalan dan terus maju sesuai arahan Yayasan Widyatama. Secara bertahap bagaimana ATC Widyatama bisa mandiri, dapat berdiri di kakinya sendiri, karena lembaga vokasi untuk disabilitas membutuhkan support, kemitraan, dan kolaborator. 

Kesepakatan founder Dr. Anne Nurfarina sang penemu Metoda Sensasi – yang berdiskusi panjang dengan (Almh) Ibu. Prof. Koesbandijah dan Bapak (Alm) Ontowiryo dalam hal pendirian lembaga ATC Widyatama – bahwa pembelajaran dengan metode ini tidak hanya untuk anak-anak saja, tetapi harus satu circle (satu lingkaran) termasuk dengan keluarganya juga. Karena ketika pembelajaran di lingkungan sekolah pada anak tidak sejalan (match) dengan yang terjadi di lingkungan dan keluarganya, tidak akan jadi apa-apa. Terapi yang bagus dan efektif itu ada di rumah, hanya dengan adanya kami itu untuk mengarahkan cara dan kiat dalam mengerahkannya.

Jadi Metode ini dielaborasi antara anak didik sendiri, dengan para pengajar dan keluarga di rumah, jadi ada pertemuan khusus dengan keluarga. Selain itu ada program-program penunjang seperti Parents School. Jadi namanya kolaborasi dan elaborasi, dan semuanya itu dalam dunia pendidikan ataupun vokasi sangat diperlukan.  Kalau tidak sealu update akan tertinggal jauh, sedangkan dunia ini cepat berubah. Kemudian embrionya dari metode sensasi itu juga sudah sangat berkembang dan harus berkembang.  Selain di ATC Widyatama sudah ada tempat lain yang menerapkan metode sensasi ini, dalam artian ketika siswa/i distabilitas setiap tahunnya ada sesuatu yang baru, termasuk juga ide dalam pengajarannya, dan tidak bisa kita (copy paste) mengikuti yang sudah ada di tahun sebelumnya. Ketika siswa/i distabilitas yang baru masuk, kita juga harus beradaptasi lagi dan modifikasi kembali disesuaikan dengan kondisi siswa/i baru tersebut. 

ATC Widyatama setiap hari belajar, bukan hanya siswa tetapi pengajarnya juga terus belajar. Kondisi siswanya dengan kondisi yang baru, dengan habit yang baru, kebiasaan-kebiasaan siswa/i ini berbeda dengan angkatan yang sebelumnya. Di ATC Widyatama, misalnya bagaimana cara kita mengajar siswa/i ini bisa menjadi sesuatu. Ha itu ada proses tarik ulurnya. Metode awalnya adalah tidak tahu menjadi tahu atau tidak bisa menjadi bisa, di mana semangatnya menjadikan siswa/i menjadi lebih mandiri. 

Kata-kata Therapy ini sering diartikan untuk menyembuhkan, namun paradigma ini menjadi salah presepsi. Di ATC Widyatama kami tidak menyembuhkan, tapi mengasah  atau mempertajam potensi siswa/i, dalam artian yang tinggi diturunkan, yang terlalu rendah dinaikkan Jadi balance menyeimbangkan kondisi mentalnya, bukan menyembuhkan, tetapi mengasah potensi skill siswa/i diasah dengan tepat. 

Jurusan di ATC Widyatama antara lain Desain Grafis, Seni Musik, Kriya dan Program Treatment Khusus. Progran Treatment Khusus untuk anak-anak yang low fuction, dimulai dari usia 6 tahun sampai 24 tahun yang mampu didik atau masih bisa mengikuti dan masih bisa berubah. Untuk Seni Musik, siswa/i ini bermacam-macam potensinya dan dari setiap angkatan pasti berbeda-beda. Misalkan angkatan pertama ada siswa/i bisa “Mencipta” namun  belum tentu di angkatan selanjutnya siswa/i ada yang bisa “Mencipta”. Mungkin baru ada lagi di angkatan berikutnya. Memang proses penciptaan itu tidak semua siswa/I bisa. Karena itu adalah kemampuan lebih yang dimiliki siswa/i tertentu, apabila ada siswa/I yang bisa mencipta lagu akan kami asah lebih dalam kemampuannya, karena dalam “Mencipta” tidak semua orang bisa.

Contoh, lagu dengan judul “Indung”. Dalam mata pelajaran di bidang Musik Nusantara, di dalam pelajaran ini bukan hanya lagunya, tetapi bagaimana caranya siswa/i paham siapa dirinya, asal darimana, orangtuanya asal darimana. Kebetulan yang menciptakan bernama Raihan untuk lagu “Indung” , Ibunya dari Jawa Barat, Bapaknya dari Madura. Beda budaya, disitulah issue yang dijadikan pembelajaran. Kalau mau jadi sesuatu, harus paham dulu siapa diri kita, bukan kebudayaanya dahulu. Siapa diri kita dan dari mana kita berasal, karena ini alurnya Musik Nusantara. Siswa/i ini bisa mencipta dengan bercerita tentang orangtuanya. Tetapi yang sekarang dibuat tentang Ibu, asal muasal orangtua dan dirinya sendiri, dengan narasinya bahasa Sunda. Tentu harus ada kolaborasi dengan orangtua, syair itu kolaborasi dengan ibunya, anaknya yang bikin ibunya yang revisi, Goalsnya adalah kolaborasi antara anak dan ibu menjadikan satu karya, bukan hanya di sekolah, tetapi di rumahpun mereka berproses. Bagaimana caranya kolaborasi dalam lingkup keluarga, yang menghasilkan sebuah lagu, tidak hanya sebuah narasi. Walaupun hanya beberapa bait saja karya ini dapat dikenang oleh yang lain, juga dapat dijadikan inspirasi untuk yang lain Ada rentetan cerita dalam lagu yang diciptakan, dengan bahasa Sunda, bahasa Inggris juga bahasa Indonesia. Mengapa ada bahasa Inggris, karena kebetulan siswa/i tersebut pernah tinggal di sana dan lafal Inggrisnya bagus, dimasukkan ke dalam lagu dan menjadikan suatu cerita tentang dirinya. Mengapa mengambil “Indung” ini karena yang bersangkutan harus mengetahui jati dirinya. Lagu ini menjadi single yang telah dipromosikan dan dijual, dan sudah ada di semua platform music digital.

Suatu kebanggaan untuk Widyatama, bahwa ada siswanya bisa menghasilkan suatu hasil karya yang luar biasa, dibalik keterbatasannya. Jadi ada cerita di belakang lagu itu. Kita tidak akan tahu ini hanya sekedar lagu saja dan luar biasanya ini diciptakan oleh anak yang “luar biasa”, dengan proses yang luar biasa juga. Memang proses ini dapat menghabiskan 1 semester, dan semua produksi, aktifitas dan program-program kita semua lakukan di ATC Widyatama karena di full support oleh Yayasan Widyatama, dari mulai fasilitas, recording, editing dan lainnya.

Karya Tulis yang dihasilkan Mahasiswa ATC Widyatama :

  • Buku MARLEE MATLIN dibuat oleh Bethara Bagas Pria Pradana, Kintan Nurul Sabrina, Muhammad Fadhilah
  • Buku NICK VUJICIC dibuat oleh Mahasiswa ATC Widyatama sebagai Tugas Akhir
  • Buku Cita- Cita Nino dibuat oleh Mahasiswa ATC Widyatama yang Berkolaborasi dengan Penulis Difable di Jakarta yang berkolaborasi decara virtual via Zoom

Hasil karya Ini ibarat “Mutiara” yang terpendam, kini nampak di permukaan dan tidak kalah dari hasil karya lainnya.

 

Penulis: Eddy Budianto, Editor: Lili Irahali

 

Publikasi Jurnal Ilmiah utamakan Kebermanfaatan, bukan Administrasi

“agar tidak terjadi kemubaziran dan penghianatan keilmuan”

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.

Guru Besar Universitas Langlang Buana

Komunita: Pengalaman Prof. Dedi terkait Publikasi Jurnal Ilmiah?      

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Masalah Jurnal ini yang dipublikasikan dan diakui DIKTI, memang agak sulit dijangkau oleh banyak orang. Jurnal sebagai alat mempublikasikan ide-ide atau gagasan-gagasan praktik, hasil penelitian tujuannya adalah kebermanfaatan.  Dalam kaitan itu, saya berpendapat apakah lebih bermanfaat di jurnal yang jarang dibaca oleh dosen dan mahasiswa, semisal terindex yang Scopus atau lebih efektif bila bekerja sama dengan surat-surat kabar di Indonesia untuk publikasi tersebut. Dosen dan mahasiswa lebih banyak menggunakan Jurnal terbitan Indonesia dibanding Jurnal luar negeri. Apalagi keharusan menggunakan bahasa asing yang kurang akrab di banyak orang kita. Ditambah lagi, budaya baca bangsa Indonesia agak kurang, lebih pada budaya melihat. Karena itu bila tujuannya untuk kebermanfaatan, apa tidak ada alat lain untuk bisa diterima secara manfaat oleh orang lain. Menggunakan jurnal memang bagus bila bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, serta bagi yang bersangkutan bagus sekali bila masuk kategori Q1, Q2. Namun demikian, apakah menjamin orang yang artikelnya masuk di Q1, Q2, atau Q3 lebih hebat dari orang yang artikelnya masuk di Jurnal Nasional? Tidak ada jaminan.

Saya senang bila pemerintah mengembangkan alternatif bekerjasama dengan surat kabar dalam publikasi. Syaratnya bagaimana, yang diajukan ke Jurnal Internasional bereputasi, berikan perjanjian kerjasama (MoU) dengan Kementerian. Sekarang diakui atau tidak diakui surat kabar cetak kurang banyak diminati dibanding dahulu. Umpamanya pemerintah punya keinginan seperti itu, barangkali bisa membantu, tentunya nilai angka kreditnya dinaikkan jangan sampai hanya 0.5 (sangat kecil) untuk publikasi di surat kabar. Padahal menulis di media massa juga sangat sulit, bahkan pagi-pagi orang sudah berkomentar. Publikasi di Jurnal Internasional berreputasi, ketika akan mengajukan kenaikan pangkat. Hal ini sudah dievaluasi Mahkamah Konstitusi. tapi syaratnya tetap untuk kenaikan Guru Besar.  Karena itu kalau tujuannya kebermanfaatan dan kualitas, maka jangan mengutamkan administrasi.

 

Komunita: Publikasi Jurnal dilihat dua sisi, yakni kebermanfaatan juga sebagai syarat administratif. Bila demikian Publikasi Jurnal untuk kepentingan yang bersangkutan atau lembaganya?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Pemerintah berkebutuhan memperbanyak dosen-dosen yang sudah memperoleh gelar Guru Besar (bukan guru besar kehormatan, yang tanpa Scopus juga bisa). Jadi kalau media publikasi diperlebar, dosen tidak akan terlalu sulit meningkatkan kualitas diri. Kalau sekarang yang dikejar hanya keterampilan mempublikasikan, atau publikasi jurnal hanya sebagai syarat administrasi.  Sehingga akhirnya bisa saja ambil dengan jalan kiri (berkembang jurnal predator, jurnal abal-abal, calo jurnal, jurnal discontinued – red) atau jalan kanan. Nah itulah yang menjadi masalah. Apalagi bila dihubungkan dengan agama, bahagia pasti bahagia, guru besar ya guru besar, tapi kalau ancamannya berat, ya dilaknat. Jadi jangan publikasi jurnal hanya di tataran syarat administrasi, harus diutamakan pada kebermanfaatan.

Komunita: Tulisan Publikasi Jurnal hanya dipublikasikan oleh dan di kalangan tertentu saja. Maksudnya?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Dulu syarat Publikasi Jurnal belum seperti sekarang.  Saya loncat dari Lektor ke Guru Besar. Lektor saya Lektor 300, Alhamdulillah diterima Kementerian dengan SK Guru Besar 1560. Syarat waktu itu belum ada Q1. Syaratnya Jurnal Internasional, ditambah Jurnal Nasional terakreditasi yang terdaftar 2. Juga boleh Jurnal Internasionalnya tidak, tapi Jurnal nasionalnya menjadi 4. Waktu itu memang agak lama, karena masih jarang Jurnal yang terakreditasi ataupun terdaftar. Sudah menunggu lama, 2 tahun publikasi jurnal baru terbit. Ketika disampaikan sebagai syarat Publikasi Jurnalnya sudah out of date, jadi usulan ditolak. Jelas bahwa yang dinilai hanya aspek administrasi. Akhirnya saya mencari lagi. Alhamdulillah dalam waktu dan bulan yang sama terbit bersamaan  4 Jurnal nasional. Saya ajukan lagi, diterima dan tahun 2007 saya mendapatkan fungsional Guru Besar.

Persyaratan di atas tidak seperti sekarang. Sekarang agak rumit, seperti ada linieritas, dulu belum ada. Kalau kita simak di abad pertengahan, namanya aliran Newtonian. Hanya mengakui semua yang linier, maka waktu itu pada saat bersamaan meningkat linieritas. Tapi tidak bertahan lama, kalah oleh aliran kompleksitas, bahwa manusia tidak linear, tapi kompleks. Seperti juga teori yang diakui dan dipraktikan sekarang. Teori Pavlov yang menghasilkan teori stimulus dan response, dengan riset pada hewan “anjing”.  Namun bagi manusia tidak seperti itu.

Teori Behavioristic menyebutkan bahwa perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Maka berkembang ke teori behaviorism. Kalau anjing dikasih daging setiap hari ya akan senang. Kalau manusia, andaikan hari ini diberikan Rp 50.000,-, karena sedang butuh uang akan senang. Minggu depannya diberikan Rp 500.000,- sambil dilempar atau dimaki-maki, tidak sesenang diberikan Rp. 50.000,- Jadi manusia itu kompleks.

Namun Teori Pavlov masih dipakai di sekolah sekarang ini, termasuk memasuki era digital, teori-teori untuk offline masih dipakai. Oleh karena itu kebijakan tentang linieritas jangan mematikan sebagian besar kemampuan manusia. Manusia terlahir diciptakan sempurna oleh Allah SWT. Maaf ya saat ini “dipersempit oleh kurikulum”. Keahliannya dicetak menjadi ahli matematika, ahli bahasa, ahli ilmu sosial, politik dsb. diberikan secara luas dan dipersempit oleh kurikulum, ditambah dengan linieritas.

Jangan terlalu kaku, apalagi dihubungkan dengan kenaikan jabatan guru besar dan lain sebagainya. Seperti ketika saya membutuhkan satu kajian misalkan, materi yang akan disampaikan kepada mahasiswa. Materinya bagus, namun misalkan saya tidak punya kemampuan metodologi, maka sehebat apapun materinya, itu tidak akan bisa.

Komunita: Indikasinya ini terkait Merdeka Belajar, Kampus Merdeka?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.:

Saya dengar di Jakarta sudah mulai berbicara tentang itu, kita doakan mudah-mudahan lancar. Ini ditunggu oleh Guru-Guru Besar yang kesulitan dengan linieritas itu.

Komunita: Publikasi hasil riset perlukah tidak hanya tergantung pada publikasi di Jurnal, kalau memang kebermanfaatan yang dicari. Misal melalui media massa.  Sehingga ada pencerahan-pencerahan yang bisa menjangkau lebih banyak orang. Khusus dengan publikasi jurnal, sejauhmana ini bisa memberi kemanfaatan dalam penguatan keilmuan dan pendidikan?     

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.:  Kalau melalui Publikasi Jurnal sudah objektif, maka publikasi melalui media massa berfungsi dengan baik. Jadi publikasi jurnal bukan alat administrasi saja, namun juga kejelasan. Dengan kondisi sekarang mau tidak mau, publikasi jurnal ada jalan cepat dan ada jalan lambat. Jalan cepat bisa jadi materinya tidak jelas, permasalahannya kurang jelas, fokus penelitiannya juga kurang baik, alat analisis datanya mungkin juga tidak valid (mengukur jalan dengan kilogram misalkan ya tidak akan bisa, mengukur sikap dengan presentase yang tidak mungkin) Karena itu kalau publikasi jurnal ini objektif, bukan mencari-cari kesalahan, tapi meluruskan sesuatu yang belum baik menjadi baik. Jadi kalau itu bisa berfungsi baik dan tidak menjadi “alat”. Kemudian dosen juga memasukkan materi-materinya itu sudah jelas dan terukur dengan menggunakan metoda yang relevan. Maka akan bermanfaat, tapi syaratnya tidak terbatas di jurnal.

Bagaimana implementasinya itu? Kalau hanya terbatas di jurnal, maka itu menjadi dokumen saja. Karena itu pemerintah harus punya keinginan untuk mengimplementasikan gagasan-gagasan yang ada di jurnal itu. Tentunya akan bermanfaat. Kalau tidak, saya katakan tadi bahwa masyarakat Indonesia budaya bacanya belum bagus, kalau hanya disimpan di dokumen saja,, maka kebermanfaatannya akan berkurang.

Komunita: Apakah hanya bergantung kepada pemerintah? Apakah unsur masyarakat lain tidak ada inisiatif atau didorong sedemikan rupa sehingga punya inisiatif untuk memanfaatkan?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.:  Kalau hasil riset terkait dengan perusahaan-perusahaan dalam kehidupan masyarakat dalam dan luar negeri pasti mereka tertarik. Contoh pemanfaatan efisiensi bahan bakar. Bisa saja dimanfaatkan oleh perusahaan mobil, bukan hanya pemerintah.  Tapi karena jurnal ini diwajibkan oleh Kementerian, maka sisihkanlah dana pemerintah untuk mengimplementasikan hasil riset itu.

Komunita: Jadi sebaiknya pemerintah memberikan ruang dari sisi lainnya, atau menyediakan pendanaan untuk impelementasi mana yang dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan.

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Seperti di UNLA. Banyak hasil riset dosen dalam membuat teknologi-teknologi baru. Ada suatu produk yang luar biasa bagusnya dan perlu kerjasama dengan perusahaan swasta dan ini sangat bermanfaat. Apabila tidak ada yang membuat produknya mengejar modal produksi itu sulit.

Komunita: Artinya perguruan tinggi masih menghadapi kendala-kendala dalam rangka mendorong produktifitas publikasi karya ilmiah dosen. Faktor yang menghambat lingkungan pendidikan tinggi, utamanya dosen berkreatifitas dalam menulis dan menerbitkan karya-karya ilmiah?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Memang diawali fakta yang dialami sebagian dosen, juga cerita tentang kesulitan publikasi dan sebagainya, maka spirit untuk itu menurun. Khususnya melalui jalur “Normal” atau seharusnya. Di kalangan dosen, sadar atau tidak penyakit utama adalah kemalasan. Kita punya pengetahuan luas, keterampilan yang mumpuni, IQ yang tinggi, gelar yang bagus, tapi apabila tidak punya spirit (semangat), tidak punya kepercayaan diri, tidak punya semangat untuk menjadi yang terbaik dalam arti dikuasai oleh kemalasan. Maka pengetahuan, keterampilan, IQ tinggi hanya sebagai simbol di kepala.

Perumpamaan saya, sukses itu bukan kemampuan mengumpulkan sejumlah ide kreatif, atau gagasan inovasi, tapi sukses itu kemampuan untuk membebaskan diri dari kemalasan, dari keburukan, dan dari kesia-siaan. Tapi karena tiga perkara tersebut masih menguasai kita, ini suka menyalahkan yang lainnya. Jadi jika belum bisa menulis di Jurnal, jangan salahkan hal lainnya. Mungkin saja kemalasan masih menguasai hati sehingga tidak menulis Jurnal. Karena kita tidak ingin menyalahkan diri sendiri, jadinya ada 1000 alasan untuk menentang prestasi. Tapi kalau hati ini sudah sembuh, maka akan ada 1000 alasan untuk meraih prestasi. Jadi yang paling utama adalah kepada diri sendiri, kemudian pada sistem, tapi seburuk apapun sistem, kalau kita sudah sehat, kita akan menjadi yang terbaik. Tapi sehebat apapun sistem, kalau kita masih “sakit”, kita tidak bisa menjadi orang hebat.

Komunita: Setelah semangat terbangun dalam diri dosen, apa yang harus dipersiapkan dosen agar karya ilmiah dimuat dan dipublikasi di jurnal atau bahkan media massa?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.:  Dalam kaitan karya ilmiah, kita harus mempunyai masalah yang jelas, bukan sesuatu masalah, karena yang akan diriset itu adalah masalah. Kala sesuatu itu hanya dilaporkan saja, tidak perlu diteliti, kalau masalahnya jelas menelitinya bukan dari masalah, tapi dari akar masalah. Kalau dari masalah belum tentu tuntas, sekalipun kita sudah menganalisis melakukan kajian dan sebagainya. Contoh kasusnya seperti ini. Kalau ada seorang pasien sakit kepala datang ke dokter dikasih obat dan pulang. Sakit kepalanya hilang datang lagi karena lemas dan dikasih vitamin oleh dokter. Kembali lagi, dokter ini panas dingin, datang lagi kasih obat lagi. Nah penyakit yang dirasakan itu adalah masalah. Ternyata radang tenggorokan. Selama penyakit intinya belum diketahui, tetap akan muncul masalah yang sama. Karena itu Riset harus dari akar masalah, bukan dari masalah. Setelah masalahnya diketahui akar masalahnya, baru fokus penelitiannya lebih jelas. Setelah fokus penelitiannya jelas, baru kita mengetahui posisi keilmuan itu ada dimana.

Maksudnya, katakanlah itu ilmu politik mengait dengan pendidikan, maka menjadi Pendidikan Politik. Ada 2 akar keilmuan, untuk mengetahui teori yang dijadikan landasan itu apa, supaya relevan nantinya. Setelah jelas, baru ditetapkan bagaimana merumuskan masalah dan bagaimana menetapkan tujuan, bagaimana menetapkan populasi dan samplenya. Setelah melakukan kajian dilapangan, dengan analis pengumpulan data dan analisis data yang relevan.

Sebagian besar di Jurnal Internasional menggunakan pendekatan kuantitatif, pakai uji parameter itu harus jelas dulu uji instrumennya, uji validitasnya, uji normalitasnya, uji homogenitasnya Kalau ini tidak ada, ya mungkin ditolak, karena tidak valid. Kalau alatnya sudah jelas dan relevan, langsung teori yang melandasinya apa? Landasan filosofinya apa? Kalau ini di bagian pembahasan, lakukan analisis teori, itu harus ada teori yang melandasi, bukan hanya konsep. Konsep itu sesuatu pemikiran-pemikiran orang. Baik itu pendapat atau pengertian atau issue, yang masih bisa ditolak kebenarannya.

Teori itu pengertian-pengertian umum yang telah diakui kebenarannya, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Kalau alatnya sudah jelas, relevan langsung teori yang melandasinya, landasan filosofinya juga. Kalau ini dibagian pembahasan lakukan analisis teori, itu harus ada teori yang melandasi, bukan hanya konsep. Kebanyakan dipembahasan hasil penelitian itu konsep. Pendapat siapapun masih bisa ditolah kebenaranannya, kalau teori itu pegertian–pengertian umum yang telah diakui kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Contoh kecil 2 di kali 2 pasti 4, atau air dipanaskan pasti mendidih dan ditaruh di suhu 0 derajat pasti membeku, itu teori, bukan konsep. Tidak bisa ditolak kebenarannya. Kecuali kalau teori masih bisa ditolak kebanarannya, akan berubah menjadi konsep. Contoh kecil dulu ada teori kecerdasan. Disebutkan bahwa kecerdasan itu ditentukan oleh besarnya otak, orang yang besar otaknya dia itu cerdas. Sekarang bisa ditentang teori itu tidak berlaku lagi, dengan teori kecerdasan baru. Bahwa kecerdasan itu tidak ditentukan oleh besar atau kecilnya otak, tapi ditentukan oleh cepat tidaknya hubungan antar sel di kepala. Maka semakin cepat hubungan antara sel di otak makin cerdas dia. Karena itu perlu ada semacam pelumasnya, yaitu neurotransmitter. Semakin banyak prodiksi neurotransmitter, semakin cepat hubungan antar sel. Siapa yang banyak memproduksi neurotransmitter adalah orang-orang yang selalu bahagia, selalu nyaman, peduli, jadi itu bukan sekedar ibadah itu sehat juga, itu cerdas, sistem imunpun meningkat. Teori kecerdasan awal tadi berubah menjadi konsep, karena sudah disempurnakan oleh teori baru.

Dibagian pembahasan harus jelas teori yang melandasinya dan harus jelas konseptualnya, itu di bidang  materi penelitiannya. Bagaimana kalau bagian tim reviewer sudah melihat itu, itu tidak ada masalah ada relevansi antara judul, masalah, tujuan, temuan dan kesimpulan. Jangan sampai judul dengan masalah tidak sama, atau masalah dengan tujuan penelitian tidak sama, itu jelas ditolak atau dicoret oleh reviewer. Dan juga untuk mempermudah diterima atau tidaknya. Apalagi tahu jalan-jalannya kemana, jangan sampai salah, disampaikan ke majalah atau jurnal yang discontinue. Ini yang dijual sekarang berjuta-juta. Kebanyakan dimasukkan ke jurnal yang discontinue. Hal itu masuk penghianatan, tidak ada manfaatnya di keilmuan. Jurnal discontinue itu hanya 1 tahun, dan 1 tahun ke depan tidak diakui sama sekali. Ada guru besar menggunakan jurnal discontinue itu tidak akan diakui. Padahal waktu diterbitkan masih terbit, ini masalah. Masalahnya bukan di administrasi, tapi masalahnya di “Hati”. Pikirannya tidak benar. Hatinya sedang sakit, yang ada bukan kebenaran, yang ada “Pembenaran” menurut yang bersangkutan. Yang saya dengar korbannya banyak sekali dan menyedihkan apabila ini berkelanjutan, Seharusnya orang yang seperti itu jangan di Dunia Pendidikan, masuklah ke dunia lain.

Komunita: Kondisi seperti ini terlihat dimanfaatkan oleh orang tertentu. Sehingga muncul jurnal predator, jurnal discontinue, calo jurnal, jurnal bodong yang berkelindan di lingkungan pendidikan tinggi, dosen dan lainnya, karena mengejar orientasi administrati. Bagaimana mempercerah diri kita supaya tidak terjebak disitu. Bukankah dari sisi aspek kejujuran akademik, telah mengorbankan diri sendiri?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Itulah bila ukurannya terbit. Maka apapun akan dihalalkan asal terbit. Sama dengan di pendidikan saat ini. Pendidikan ukurannya bukan tercapainya tujuan pendidikan nasional, tetapi orientasi pada angka dan ijazah. Karena itu “mencontek halal” demi angka. Belum ada teori yang bisa menghapuskan mencontek, selama orientasinya pada angka. Publikasi jurnal pun sama. Selama orientasinya adalah “terbit” saja, maka ini akan sulit diberantas. Jangankan yang ada peluang, yang tidak ada peluang saja, orang-orang mencari, sekalipun itu melanggar etika atau norma. Karena hakekatnya manusia itu semakin hari semakin kuat kepentingannya, meningkat kepentingannya, dan di sisi lain semakin hari semakin menurun kemampuannya. Ketika ada kesenjangan antara kepentingan dengan kemampuan di sisi lain, maka akan terjadi jalan pintas. Siapa dia, yang imannya tidak bagus, logika berfikirnya buruk dan hati nuraninya kosong. Akibatnya logikanya akan diperbudak  oleh nafsu dan kepentingan, menghalalkan semuanya dengan dalil-dalil atau diselimuti agama. Ini hal yang sangat buruk dan berbahaya apabila ada di dunia pendidikan. Oleh karena itu, kampus harus mendatangkan redaksi- redaksi/reviewer atau orang yang ahli bergelut di dunia Jurnal. Kemudian membina dosen-dosen agar dapat menulis dengan baik, bukan calo jurnal yang didatangkanya, itu malah berbahaya.

Komunita: Bagaimana memilih Jurnal yang tepat, dengan persyaratan yang seharusnya?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Kita harus paham bahwa ada jurnal yang baik diakui. Ada jurnal yang tidak diakui. Harus banyak membuka jurnal mana saja yang diakui oleh Kementerian atau DIKTI, dan jurnal mana saja yang Jurnal tidak diakui. Itu bisa dibuka di website Kemendiktiristek. Setelah tahu ini ada kelompok-kelompoknya. Di Kementerian sudah diterbitkan jurnal-jurnal yang tidak diakui oleh DIKTI. Tahun 2012 sudah gencar-gencarnya, sekarang juga masih di-update oleh Kemendiktiristek, kemudian akan diketahui dengan kelasnya Q1, Q2, Q3. Untuk Guru Besar yang mana, darimana itu, dari orang- orang yang berpengalaman dan banyaklah berdiskusi dengan orang yang berpengalaman memasukkan Jurnal dan bukan sebaliknya.

Komunita: Bagaimana strategi lembaga dalam  rangka meningkatkan publikasi ilmiah sekaligus mendorong dosen melalukan penelitiannya yang beretika dan bernorma?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Tidak lepas dari standar mutu. Pimpinan atau universitas harus mempunyai kebijakan standar mutu yang baik, juga mempunyai budaya mutu yang baik. Kemudian dibiasakanlah dosen-dosen berdiskusi tentang tugas, kewajiban bagi yang bersangkutan. Di UNLA sekarang sudah dibagi. Ada 5 Guru Besar yang bagus, dosen-dosen yang sudah lektor dan lektor kepala dibuatkan SK Rektor, dan dibina oleh Guru Besar 1, 2 dan 3. Setiap Guru besar membina 6-7 orang, sehingga di bawah koordinasi satu Guru Besar, dan dilakukan pembinaan apa yang kurang atau baiknya. Jadi yang sebenarnya saling menolong. Hal ini sudah berjalan dan ternyata skills dan kepercayaan dirinya meningkat. Yang tadinya hopeless setelah tahu permasalahannya dan  berpedoman kepada kebijakan dan standar mutu. Mudah-mudahan lembaga di Perguruan Tinggi Swasta bisa meningkatkan budaya mutu secara terencana dan terukur hasilnya.

Komunita: Tahun 2015-2017 Jurnal yang diterbitkan Indonesia dibandingkan oleh Negara tetangga, kita sangat jauh. Tapi 2020- 2022 ini cenderung meningkat. Menurut pengamatan Prof. apa maknanya ini. Apakah meningkat dalam kuantiti atau justru substansial keilmuannya yang naik?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Memang kita sudah di atas negara-negara tetangga. Karena dosen sudah dipaksa untuk menerbitkan jurnal, dan syarat untuk naik pangkat, golongan atau guru besar harus ada tulisan di Jurnal. Karena dipaksa mau tidak mau, apapun yang dihadapi dilakukan. Kalau tidak ya sudah habis karir dia. Bagusnya seperti itu. Tapi pertanyaannya apakah ide-ide atau budaya mutu yang baik atau sekedar dokumen-dokumen paksaan yang diterbitkan didalamnya. Jangan sampai sekadar menutupi kewajiban administrasi untuk kenaikan saja. Harus dimanfaatkan, pemerintah harus tanggungjawab dengan kesadarannya, tugas berikutnya pemerintah membangun kesadaran untuk membentuk masa depan dan kualits bangsa yang bisa mempersiapkan anak cucunya ke depan nanti.

Ini berarti peran peguruan tinggi, dan badan penyelenggara membangun anak bangsa. Riset apa yang dimasukkan ke dalam jurnal itu dan Rektor perlu tahu, dan ada tim dari rektorat melakukan kajian untuk mengembangkan riset dosen tersebut. Bagaimana agar kampus ini menjadi kampus yang kompetitif dan juga kampus yang dipercaya, dan dibutuhkan oleh masyarakat. Rektor juga punya keinginan untuk mengimpelementasikan hasil risetnya bukan hanya sekedar formalitas saja.

Komunita: Terakhir, pesan-pesan apa yang bisa disampaikan kepada komunitas pendidikan, khususnya dosen?

Prof. Dr. Dedi Mulyasana, M.Pd.: Saya katakan tadi “jangan bangga dengan IQ tinggi, jangan bangga dengan pengetahuan luas, jangan bangga dengan keterampilan yang mumpuni, tahu dengan gelar yang banyak. Kalau tidak punya spirit untuk menjadi yang terbaik, kalau tidak punya disiplin dan tanggungjawab untuk menjadi pelopor kebaikan.” Krena itu, jadilah orang-orang yang hidup dengan spirit dengan motivasi, disiplin dan tanggungjawab untuk menjadi yang terbaik. Tidak perlu orientasi pada kursi orang nomor 1, itu tidak perlu. Kalau oerintasi pada kursi orang nomor 1, itu akan melakukan penyimpangan-penyimpangan kiri kanan. Maka dari itu jadilah yang terbaik dalam berbagai hal. Apa kuncinya, senangi dahulu tugas, cintai dan tekuni pekerjaan. Kalau dosen nikmati kelas, kalau anda kehilangan yang 4 ini. Tidak akan bisa menjadi sosok yang terbaik di dunia pendidikan. Umpamanya melihat jadwal mengajar sudah tidak senang, jangan harap bisa maju. Senangi, cintai, tekuni dan nikmati, Insha Allah Sukses.

Tujuan Pendidikan Nasional itu membentuk manusia beriman, bertakwa, ahlak mulia, cerdas, terampil, itu hebat. Itu bukan sekedar dunia, tapi juga akhirat, di dunia manusia tidak beriman dan tidak berahlak bisa hidup. Tapi di akhirat, tidak akan bisa hidup. Karena itu pendidikan itu bukan sekedar untuk dunia, tapi pendidikan dijadikan alat hidup dan alat mempertanggungjawabkan kehidupan setelah hidup. (lili_irahali – September 2022)

(Interview & Rewrite: Lili Irahali – Audio to transcript: Yanda Ramadana)    

 

Dedi Mulyasana,  adalah Guru Besar Universitas Langlang Buana. Lahir di Majalengka 65 tahun lalu, meraih Sarjana dari  IKIP kini UPI (1982), Magister Pendidikan dari IKIP kini UPI (1993), dan Doktor dari Universitas Pendidikan Indonesia/UPI (2000).

Kepakaran beliau dalam Manajemen Pendidikan serta Pengampu Mata Kuliah: Organisasi,  Ke- pemimpinan dan Manajemen Personil, Seminar Pengembangan Disertasi,  Seminar Pengembangan Proposal Tesis, Dasar-dasar Ilmu Politik, Konsep, Sistem dan Strategi Politik, serta Kriminologi dan Pembinaan.

Dedi Mulyasana telah menghasilkan 79  karya dan publikasi ilmiah dalam bentuk buku dan paper yang dalam catatan Google Scholar sejak tahun 2017 karyanya disitasi 1250, dengan index-h 5 dan indeks-i10 3. Salah satu karya bukunya adalah “Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing”, Penerbit Rosda Karya tahun terbit tahun 2015.

Publikasi Jurnal Ilmiah adalah “buah”, Fondasinya Keutuhan Tri Dharma

Komunita: Makna Publikasi Jurnal bagi dosen, dan pengalaman menulis karya ilmiah di Publikasi Jurnal?

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D: Publikasi itu buahnya, bukan batangnya atau akarnya. Fondasinya adalah tridarma perguruan tinggi yang harus dilihat secara utuh dan komprehensif, juga dengan mempertimbangkan kesejarahan dan nilai-nilai budaya kita. Keterkaitan antara komponen pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat harus padu. Jadi apabila kita melakukan publikasi ilmiah jangan pincang. Misalkan seorang menjadi peneliti, tapi dia tidak pandai mengajarkannya, sangat disayangkan. Banyak orang publikasi ilmiahnya tinggi tetapi mengajarnya kurang bermutu, kurang menarik, bahkan sering mangkir.

Prof. Ir. Tarkus Suganda, M.Sc., Ph.D. – mantan Wakil Rektor UNPAD sangat menekankan pentingnya pengajaran, selain publikasi ilmiah dan pengabdian masyarakat. Sebagai dosen kita harus mengajar dengan disiplin. Jangan sampai publikasi bagus, mempunyai h-index tinggi di Scopus atau Google Scholar, tetapi di mata mahasiswa kita bukan dosen yang patut diteladani. Mengajar harus meneladani, memotivasi orang, mencerdaskan secara emosional dan bahkan secara spiritual, bukan sekadar mencerdaskan anak didik secara intelektual.

Tujuan didirikan Perguruan Tinggi agar masyarakat sejahtera lahir dan batin, secara material sejahtera, secara emosional spiritual sejahtera. Apabila kita dapat mencapai itu, Alhamdulillah. Jangan sampai universitas menjadi menara gading, mencapai peringkat tinggi tetapi membuat stress. Jangan sampai secara material kemakmuran kita tinggi, tetapi tingkat bunuh diri kita juga tinggi. Ini artinya kemanfaatan ilmu kita tidak berjalan. Daripada perguruan tingginya bagus tapi masyarakatnya tidak sejahtera, lebih baik perguruan tingginya standar namun masayarakatnya sejahtera. Memang, yang paling bagus perguruan tingginya bagus dan masyarakatnya pun sejahtera lahir dan batin. Ini tugas kita semua.

Untuk mempublikasikan karya ilmiah kita harus cermat. Bila tidak bermanfaat bagi masyarakat untuk apa? Sistem pendidikan di Indonesia sudah terkontaminasi ideologi kapitalis. Jurnal-jurnal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah menawari kita untuk publikasi di jurnal mereka. Fee-nya mahal, mereka meminta sampai  30 jutaan Q1, 20 jutaan rupiah untuk Q2, dan belasan juta rupiah untuk Q3, meskipun ada juga yang fee-nya masih beberapa juta rupiah, tergantung pada kredibilitas jurnal itu, seberapa cepat dimuatnya, dan seberapa baik pelayanan dan prosesnya. Jadi publikasi artikel di jurnal sebetulnya untuk siapa? Mencerdaskan kita atau mereka? Karena kalau kita serahkan kepada mereka, tidak jarang copyright-nya pun kita serahkan kepada mereka. Kalau jurnalnya tidak open access, untuk bisa membacanya pun harus bayar. Jurnal yang tidak open access memang banyak yang tidak menuntut bayaran, namun mereka menjualnya setelah artikel kita dimuat.

Problemnya kita didominasi bangsa lain yang punya kriteria akademisnya sendiri. Misalnya, harus dalam bahasa Inggris, jadi kita tidak bisa menyaingi dosen-dosen luar. Jangankan bersaing dengan akademisi Barat, dengan akademisi Singapura atau Malaysia kita kalah. Mereka mewarisi bahasa Inggris, karena dulu mereka dijajah bangsa Inggris. Tak heran jumlah mahasiswa asing mereka juga lebih banyak. Mereka terbiasa menulis publikasi ilmiah dalam bahasa Inggris. Disertasi mahasiswa S3 umumnya juga menggunakan bahasa Inggris.

Artikel saya di PR berjudul “Kebanggaan Semu” menguraikan hal-hal tersembunyi.  Mengapa? Komunitas akademis Indonesia melakukan publikasi ilmiah karena tiga hal: motif bersifat instrumental (memenuhi syarat administrasi untuk kenaikan jabatan fungsional), untuk mendapatkan insentif, dan sekadar pencitraan yang menjebak kampus untuk meraih status universitas kelas dunia. Tidak semua orang melakukannya tetapi banyak orang melakukannya. Tetapi seorang dosen/peneliti melakukan penelitian pertama-tama untuk mengembangkan ilmunya. Kalau ada keuntungan finansial, dan manfaat untuk kenaikan jabatan, anggap saja itu bonus.

Tahun-tahun 1990-an hingga 2000 – an secara nominal publikasi jurnal kita di bawah, tapi mulai tahun 2010-an sudah ada kemajuan, bahkan belakangan sejak 2019 jumlah atrikel di jurnal ilmiah kita paling tinggi di ASEAN, yakni 30.000- an. Menurut saya, di tahun 2021/2022 publikasi ilmiah Indonesia mungkin sekitar 50.000, sementara  Malaysia itu masih 30.000-an dan Singapura  masih 20.000-an. Memang kita sudah bisa menyaingi secara kuantitatif. Namun kita harus memperhatikan jumlah dosen/peneliti di negara masing-masing. Rasio publikasi ilmiah dan jumlah dosen harus diperhatikan.  Jumlah dosen kita sekarang di atas 250.000 di seluruh Indonesia. Singapura paling 10.000 sekian. Jadi sebetulnya berdasarkan rasio ini, kita ketinggalan oleh Singapura, rata-rata baru sekitar 20 % dosen kita yang menulis artikel jurnal setiap tahun, sementara Singapura 10 kali lipatnya dari kita. Satu hal lagi, artikel kita dimuat di jurnal mana? Karena meskipun jumlahnya secara nominal banyak, kita menduduki peringkat 2 (16,2 %) di dunia sebagai penulis di jurnal predator, setelah Kazhakstan (17%).

Artinya, secara implisit kita lebih mementingkan hasil daripada proses. Ini yang bahaya. Soal kualitas, dan etika penerbitan kita kedodoran. Bagaimana mungkin ada orang yang tiba-tiba menulis artikel di jurnal internasional bereputasi, sementara pada masa lalu dia tidak pernah menulis. Saya tidak bermaksud menggeneralisasi. Ternyata prosesnya ada yang tidak etis. Contohnya seseorang yang mempunyai kekuasaan, tapi tidak punya kemampuan, dan karena mempunyai kekuasaan, dia bisa meminta bawahannya untuk menuliskan namanya. Mungkin juga dia sekadar menyumbangkan uang untuk membayar jurnal agar namanya tertulis.

Ada lagi proses tidak etis lainnya, yang saya tulis di Kompas dengan judul “Calo Scopus”. Jangankan individu, lembaga saja ada yang berperan sebagai mafia jurnal/calo jurnal. Contohnya, jika ada yang mau menulis artikel jurnal biayanya 10 juta, akan tetapi diminta oleh calo tersebut 20 juta. Ada seorang dosen bergelar doktor yang publikasinya berjumlah 60-an dalam satu tahun. Ternyata dosen tersebut adalah calo Scopus. Calon bayar kepada dosen tersebut untuk diteruskan kepada sebuah jurnal dan namanya juga minta dicantumkan, meski di jurnal yang bukan bidangnya. Ini kasuistik tetapi hal ini jangan dibiarkan, karena akan menular seperti virus. Sebaiknya kita mengirimkan artikel kita ke jurnal yang tidak berbayar. Apabila artikel kita bagus dan bisa bersaing dengan yang lain, mengapa kita harus mengirim karya kita ke jurnal yang berbayar? di mata akademisi Barat, aneh sebetulnya kalau kita menulis artikel di jurnal dan harus membayar fee.

Saya tidak bisa melarang publikasi berbayar, tapi saya bilang hati-hati kepada mahasiswa S3, agar jurnalnya jangan yang abal-abal, terserah apakah Q2 atau Q3. Kalau saya melarang, kemudian dimuatnya lama karena artikelnya dikirim ke jurnal yang tidak berbayar, sementara mahasiswa S3 itu harus lulus sebelum waktu yang ditentukan, saya akan merasa bersalah. Ada  mahasiswa saya yang lulus dengan mengirimkan artikel ke jurnal yang tidak berbayar. Artikelnya baru terbit 2 tahun kemudian. Untungnya waktu studinya masih memungkinkan.

 

Komunita: Jurnal-Jurnal luar melihat ada potensi ekonomi. Tampaknya kita dimanfaatkan dari sisi materi dan kelimuan. Mereka lebih tahu tentang budaya, juga pengetahuan yang berkembang di Indonesia, lalu dijual pula oleh Pengelola Jurnal tersebut. Kapan kita bisa maju?

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D: Solusinya kita harus mengurangi ketergantungan kita pada jurnal asing. Kita harus mengembangkan jurnal sendiri yang nantinya juga bisa terindeks Scopus, sehingga bukan kita yang mengirimkan artikel keluar, tetapi akademisi dan peneliti luar yang mengirimkan hasil penelitian mereka ke jurnal kita, atau minimal ada timbal balik.

Komunita: Apakah sudah cukup rasio Jurnal kita yang tercatat di SINTA dan jurnal-jurnal lainnya yang terindeks, dibanding sejumlah  250.000 dosen dari berbagai disiplin keilmuan?

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.: Tidak cukup, tetapi kita harus memulainya. Misalkan Widyatama harus punya target bahwa dalam target jangka waktu 10 atau 20 tahun Jurnal harus terindeks Scopus. Memang tidak mudah, tergantung pada kualitas, kecepatan, networking dan lainnya. Dimulai dengan jurnal yang tidak terindeks dahulu, lalu mulai terindeks SINTA 6, SINTA 5, SINTA 4, dan seterusnya. Lalu nanti melompat dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, prosesnya perlahan, dan buka peluang untuk penulis dari negara lain. Ini memang memerlukam waktu dan pelatihan-pelatihan.

Komunita: Tantangan bagi dosen, tentu harus mempersiapkan dirinya sendiri?

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.: Ya, harus ada upaya yang sistematis. Misalkan untuk tahun depan dilakukan proses pelatihan lokakarya untuk pengelolanya, lalu untuk para penulisnya, juga upaya untuk lebih memperdalam ilmunya. Saya ingat di UGM (Universitas Gajah Mada), dilakukan lokakarya penulisan artikel jurnal sampai 2 bulan meski tidak tiap hari, namun setelah selesai tak ada jaminan bahwa peserta peserta akan menjadi penulis handal. Karena tergantung pada pengalaman, keterampilan, kualitas dosen bersangkutan pada saat mengikuti. Jadi perlu perencanaan, serta harus dipilah semisal berdasar kemampuan menulis dosen-dosen itu. Bisa digolongkan berdasarkan kemampuannya, di samping berapa karya ilmiah yang sudah dihasilkan, dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

Seberapa banyak perguruan tinggi menyediakan pelatihan-pelatihan menulis karya ilmiah? Sepertinya masih relatif sedikit, biasanya hanya 2 hari atau kadang-kadang hanya 3 jam (2 sesi) pada hari yang sama.

Komunita: Memang jurnal lebih berkualitas daripada buku?

Prof. Deddy Mulyana. M.A. Ph.D: Bagi sebagian akademisi, membuat buku tidak mudah. Ada buku yang ditulis beberapa bulan hingga beberapa tahun. Buku saya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar saya tulis tahun 1999-2000 dansudah dicetak hingga 23 kali dan dibajak habis-habisan. Dari segi waktu, lama penulisan itu bisa beberapa kali dari menulis artikel di jurnal.  Satu lagi buku saya berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif saya tulis selama enam bulan ketika sedang postdoc di Amerika tahun 2000 dengan beasiswa Fulbright. Buku itu baru terbit 2 tahun kemudian, karena naskahnya masih banyak harus saya poles. Buku ini tidak selaku buku pertama di atas, tetapi sudah 8 kali cetak ulang.

Pengalaman saya sebagai penulis pertama atau kedua artikel di jurnal, menulis artikel jurnal paling memerlukan beberapa minggu hingga beberapa bulan. Jadi dari segi tenaga, energi dan waktu menulis artikel jurnal lebih singkat. Karena itu tidak mengherankan apabila di Universitas Malaya, textbook nilainya sama dengan 3 kali menulis artikel di jurnal Scopus. Berbeda di Indonesia,  di sebuah perguruan tinggi misalnya, textbook nilainya hanya 18% dari nilai artikel Scopus Q1. Jauh sekali bedanya. Bahkan textbook hanya 2,5 kali dari nilai artikel di koran. Jadi menulis textbook yang butuh waktu 6 bulan hingga 1 tahun hanya dihargai sama dengan menulis 3 artikel di koran, tidak sebanding dengan effortyang kita lakukan.

Bagi saya, meski saya juga menulis artikel di jurnal, menulis buku lebih memuaskan. Karena, pertama, dibaca orang dan bisa diwajibkan untuk dibaca. Kalau kita menulis artikel jurnal yang terindeks di Scopus, Q1 misalnya, apakah yakin dibaca oleh teman kita sesama dosen atau oleh mahasiswa? Artikel jurnal yang ditulis dosen di Fakultas Ilmu Sosial atau Humaniora, jika dosen akan mengajukan menjadi guru besar dari lektor kepala, tidak jarang yang menilainya profesor yang berasal dari Fakultas Ilmu Pasti Alam. Akhirnya ada saja yang tidak lulus, karena kriteria penilaiannya berbeda. Untuk dosen-dosen Ilmu Sosial, memang susah bersaing dengan dosen-dosen Ilmu Pasti Alam di PT yang sama kalau kriterianya adalah jurnal. Yang lebih banyak “berprestasi” mendapatkan penghargaan adalah Profesor atau Doktor dari Pasti Alam, karena jumlah jurnalnya di dunia juga jauh lebih banyak.

Persaingan di kalangan peneliti ilmu sosial lebih ketat karena peneliti Ilmu Sosial banyak sekali. Ketika kita sama-sama sebagai dosen/akademisi di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, di situ ada paradigma/ mazhab yang berbeda. Secara sederhana ada yang penelitiannya kuantitatif dan kualitatif. Jurnal-jurnal yang menyediakan artikel dengan metode kuantitatif jauh lebih banyak. Jadi kalau penelitian kita didasari metode kualitatif itu lebih sulit, karena jumlah jurnalnya terbatas (skala dunia). Apalagi jika penelitian kualitatif itu berdasarkan perspektif kritis, akan lebih sulit lagi. Karena penelitian yang kritis itu lebih terikat oleh budaya, situasi lokal, dan tidak bisa digeneralisasikan, lebih sulit untuk disitasi, jadi belum tentu menarik perhatian dari editor dan juga khalayak pembaca. Contoh, pada tahun 2015 artikel saya sebagai penulis pertama dimuat di Jurnal Health Sociology Review,” Q2 Scopus. Saya dibantu seorang seorang profesor dari Australia yang pernah 2 bulan mengajar di Fikom Unpad. Hingga kini sitasinya relatif sedikit, karena artikel yang kami tulis itu tentang kasus Prita Mulyasari. Dengan perspektif kritis, siapa orang luar negeri yang tertarik dengan kasus Prita Mulyasari?

Karena akses ke jurnalnya harus berbayar, sitasi kita bisa relatif sedikit. Padahal sitasi dijadikan sebagai ukuran, di situ problematikanya. Lalu, soal sitasi juga, standar mana yang mau dipakai? Standar Scopus, Standar SINTA atau Google Scholar? Jadi seorang akademisi yang dianggap TOP atau hebat itu kriterianya apa? Apakah hanya Scopus? Untuk di Google Scholar semua tulisan dosen, termasuk buku semua disitasi, dan sitasinya itu tidak dibobot, kalau di SINTA itu dibobot. Anda bisa lihat sitasi saya di Google Scholar sejak tahun 2015, sekarang h-indexnya 43 dan sitasinya itu 32.000 lebih. Kalau di SINTA yang menggunakan skor Google Scholar dan skor Scopus, skor saya menjadi biasa, apalagi di Scopus.

Sitasi bisa dimanipulasi. Kalau saya mau sitasi saya tinggi, saya harus sering dan banyak mengutip karya ilmiah saya sendiri – hanya saja itu tidak etis. Ini saya ulas dalam tulisan saya di Kompas berjudul “Calo Scopus”. Kedua saya bisa bekerja sama dengan dosen lain untuk saling mengutip karya ilmiah. Saya bisa meminta mahasiswa S2 dan S3 untuk mengutip artikel jurnal Scopus saya. German Science Foundation sejak tahun 2013 tidak perduli dengan sitasi. Ukuran mereka kualitas dan kemanfaatan artikelnya saja. Kualitas artikel terletak pada isi artikel itu sendiri, terlepas dari dipublikan atau tidak. Albert Einstein mendapatkan hadiah Nobel dengan 2 halaman paper, tidak dipublikasikan, juga tidak ada sitasi.

Kalau kita ingin pemikiran kita tuntas tidak cukup dipublikasikan dalam jurnal, tetapi harus ditulis dalam buku, dan bahkan harus disampaikan juga dalam berbagai seminar. Untuk dapat diangkat menjadi guru besar, sebaiknya penulis artikel jurnal internasional bereputasi juga mempresentasikannya di hadapan para penguji. Akan terlihat penguasaannya terhadap materi artikel jurnal, apakah argumen ilmiahnya benar, bahkan juga akan terlihat apakah bahasa Inggrisnya bagus atau tidak. Idealnya seorang calon guru besar bukan hanya bisa menulis dalam bahasa Inggris, tetapi juga bisa memaparkan paper-nya dalam bahasa Inggris dengan baik, walaupun dibaca.

Menulis artikel di jurnal levelnya sudah tinggi. Sebelum ke tahap itu, seorang dosen sebaiknya memulainya dengan seminar (sebaiknya dalam bahasa Inggris) di prodi, di fakultas, kemudian secara regional, nasional, dan akhirnya secara internasional. Namun proses itu sering tidak dilakukan oleh akademisi. Tiba-tiba semua orang bisa menulis artikel di jurnal. Sekali lagi, kita lebih mementingkan hasil daripada proses. Kecenderungan itu sudah lama dituliskan Mochtar Lubis, dalam bukunya Manusia Indonesia yang terbit tahun 1978. Kalau kita mementingkan proses, maka semua tahap harus kita lalui, termasuk pelatihan menulis artikel jurnal yang selama ini jarang atau enggan kita lakukan. Menulis adalah keterampilan yang harus berdasarkan kebiasaan. Bagaimana menulis artikel jurnal dengan baik, mau dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris, kalau  kita tidak terbiasa melakukannya.

Komunita: Jadi pekerjaan rumah kita menguatkan proses di dunia pendidikan tinggi agar dosen menjalankan perannya, salah satunya menjalani proses menulis dari hasil riset sehingga bisa dipublikasikan dengan baik?

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.: Betul, ini adalah PR masing-masing perguruan tinggi. Harus ada kolaborasi dengan prodi, fakultas, universitas, bahkan Kementerian. Perlu ada sponsor, saya kira tinggal bagaimana kita membangun networking. Satu hal lagi, tidak perlu sebuah perguruan tinggi (fakultas/prodi) menuntut semua dosennya menjadi guru besar. Untuk kondisi sekarang ini, tidak semua orang mempunyai motivasi ke sana, dan mereka tidak bisa dipaksa. Perguruan Tinggi bisa memetakan dosen-dosen yang berpotensi menjadi Guru Besar, dan dosen-dosen penekanannya pada pengajaran, tidak harus menjadi Guru Besar. Tetapi apabila sejak awal kita memang menginginkan semua dosen harus menjadi Guru Besar berarti kita harus memulai dari proses recruitment. Untuk menjadi dosen, kita harus merekrut orang-orang yang bermotivasi tinggi, tidak berorientasi materi semata, selain cerdas dan punya kemampuan bahasa Inggris yang bagus, termasuk kemampuan menulis. Syukur-syukur mereka sudah punya publikasi ilmiah di jurnal nasional atau bahkan jurnal internasional. Kalau ingin gaji tinggi, jangan jadi dosen. Tetapi kalau kita ingin jadi akademisi yang hebat, nanti materi akan mengikuti sendiri. Banyak peluang di situ, menjadi konsultan, peneliti, dan lainnya. Tunjangan guru besar pun sekarang cukup besar, jika kita jadi guru besar.

Komunita: Perlukah melakukan terobosan perubahan diri menghindar dari “Calo Scopus”, Jurnal Predator, Jurnal Discontinued yang terlihat berkembang?

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.: Harus ada peraturan yang tegas dan detail, kemudian disosialisasikan sampai ke bawah, dengan informasi yang lengkap, terbuka dan updated. Jangan hanya mengatakan “tidak boleh menerbitkan di jurnal predator,” tanpa tindakan dan aturan yang lengkap dan updated.  Meskipun tersosialisasikan, ada pertanyaan yang sulit dijawab.  Andaikan dosen-dosen kita cerdas dan pintar semua, dapat menghasilkan artikel yang layak untuk dimuat di jurnal, apakah jumlah jurnal yang terbit di seluruh dunia cukup atau tidak? Kalau semua dimuat kapan dimuatnya? Karena kalau semuanya bagus tetap harus antri.

Sekarang saja apabila saya menulis artikel di jurnal yang terindeks Scopus yang sah dan legal, kadang-kadang dibutuhkan waktu antara satu sampai dua tahun, jadi harus sabar. Tidak ada artikel sebagus apapun yang langsung dimuat, harus melalui proses review dulu. Karena artikel jurnal ini ingin terakreditasi (ulang), harus ada bukti dan proses reviewoleh mereka dan terrekam.

Contoh, Saya dengan Sri Seti Indriati (Indri) menulis di jurnal Scopus Q1, ternyata artikel kami di-review sampai 4 kali dan setiap kali oleh 2 orang, , sampai ke bentuk terakhir harus di-review lagi secara online, jadi 5 kali review dalam jangka 1 tahun. Setiap review harus kita ikuti, karang-kadang ada review yang reviewer-nya tidak mengerti dari segi perspektif, teori atau metode penelitiannya. Resikonya apabila editornya berpihak pada reviewer mungkin artikel jurnal kita ditolak. Tetapi kalau kita membela diri dengan argumen kita yang ilmiah dan logis, kalau perlu ada rujukan buku,atau jurnal, artikel kita bisa dimuat juga akhirnya. Jadi harus sabar.

Komunita: Perspektif tentang artikel publikasi jurnal dalam kaitan “proses”, bukan hanya mengejar “hasil”.  

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D: Sementara ini kita masih terikat keinginan dinilai sebagai universitas berskala dunia atau “World Class University”. Jadi perguruan tinggi semakin jauh dari misi pendidikan yang holistik dan membumi. Padahal klausul Undang-undang pendidikan adalah mendidik mengembangkan manusia menjadi insan yang bertaqwa.

Ketika akademisi dituntut untuk menulis artikel di jurnal nasional atau internasional sebetulnya secara historis atau metodologis bentuk atau format jurnal yang hanya beberapa ribu kata itu, lebih cocok untuk disiplin Ilmu Pasti Alam. Penelitian-penelitian Ilmu Sosial apalagi dengan metode kualitatif lebih cocok dipublikasikan dalam bentuk buku. Karena penelitian kualitatif menurut prinsip dari Clifford Gates, harus ada Thick Description (Uraian Tebal). Mengapa format artikel jurnal lebih cocok dengan disiplin ilmu alam, karena ada ada hipotesis yang harus diuji dan juga dianalisis, jadi sifatnya deduktif, makanya lebih ringkas. Dalam Ilmu sosial dan Humaniora ada interpretasi, selain sifatnya yang dinamis. Jadi memerlukan uraian tebal.

Komunita: Pesan-pesan untuk kalangan pendidik, dan organisasi pendidikan khususnya pengelola dan penyelenggara pendidikan dan juga otoritas pemerintah?

Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.: Pertama, kita harus mengkaji dan mengutuhkan kembali Tri Dharma perguruan tinggi. Pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat merupakan kesatuan yang utuh. Juga harus ditambahkan perlunya “Misi membangun Indonesia yang seimbang antara kognitif, etika dan spiritualitas”. Untuk itu perlu ada upaya memberikan contoh teladan dari para pimpinan lembaga dalam menerapkan aturan-aturan. Kedua, standar pemilihan pimpinan harus berdasarkan meritokrasi. Ketua prodi, dekan, hingga rektor yang dipilih seyogianya yang hebat dalam prestasi akademisnya, selain bermoral dan terampil mengelola organisasi. Siapa yang kredibel harus muncul sebagai pimpinan. Bukan karena faktor kedekatan atau perpolitikan kampus. Kalau di luar negeri menjadi rektor, dekan atau ketua departemen/prodi adalah orang-orang yang sangat kredibel di bidangnya. Tentu yang paling penting adalah intregritas dan kejujuran, dengan tidak melupakan networking dengan baik (lili_irahali – September 2022).

(Interview & Rewrite: Lili Irahali – Audio to transcript: Yanda Ramadana)

 

 

Deddy Mulyana adalah Guru Besar dan Dekan ke-9 (2008-2012, 2012-2016) Fikom Unpad. Ia meraih gelar Sarjana dari Fikom Unpad (1981), M.A. dari Department of Communication Studies, Northern Illinois University, AS (1986), dan Ph.D. dari Department of Anthropology and Sociology,Monash University, Australia (1996). Ia Peneliti dan Profesor Tamu di Northern Illinois University, AS (2000-2001); Randolph-Macon Woman’s College, AS (2004); Technische Universitat Ilmenau, Jerman (2002, 2005); Universiteit Leiden, Belanda (2005, 2006); dan Monash University,Australia (2009, 2011). Deddy telah menjadi pembicara (kunci) di lebih dari 50 konferensi/seminar internasional di lima benua dan Penguji Luar (External Examiner) lebih dari 100 kandidat doktor di Malaysia, Brunei Darussalam, India, Australia, Belanda, dan Inggris.

Deddy telah menghasilkan lebih 50 buku, lebih dari 40 book chapter, dan lebih dari 50 artikel di jurnal ilmiah nasional serta jurnal internasional bereputasi. Ia memiliki Google Scholar h-index 44, dengan lebih 34.000 sitasi atas karya-karyanya, per Oktober 2022. Sejak tahun 1974 Deddy telah menghasilkan lebih dari 500 tulisan yang dimuat di berbagai surat kabar dan majalah.

Deddy telah memperoleh berbagai penghargaan tingkat nasional dan internasional, a.l. Inspirational Award dari Pemerintah Australia (2009) sebagai salah satu alumni terbaik Australia yang berjasa luar biasa bagi pengembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia; Satya Karya Bakti 30 Tahundari Presiden Republik Indonesia (2012); penghargaan kompetensi Public Relations dari ASEAN Public Relations Network kategori Managerial PRuntuk akademisi ASEAN (2014); penghargaan tertinggi (empat bintang) dari Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi (Aspikom) Indonesia (2016) atas kompetensi dan dedikasinya dalam Pendidikan Ilmu Komunikasi di Indonesia; dan Anugerah Perhumas untuk kategori Edukator Humas (2018).