Editorial

0
444 views
Daya Saing Bangsa, APK Pendidikan Tinggi, dan Kualitas SDM

Penonaktifan 243 PT paling tidak telah menimbulkan gonjang-ganjing. Langkah yang ditempuh pemerintah tersebut Dianggap gegabah, karena berdampak pada keberlanjutan PT tersebut, berikut mahasiswa dan dosen yang ada didalamnya. Pemerintah bergeming, memandang “penoaktifan” tersebut disebabkan pelanggaran yang dilakukan mereka (PT tersebut), sehingga memang perlu dilakukan. Ada kesan pemerintah lebih mengumbar pendekatan “kekuasaan” daripada” pembinaan”. Apalagi keberadaan mereka 243PT dan PT lainnya adalah dampak dari kebijakan dan pelaksanaan pembinaan pendidikan tinggi oleh pemerintah dimasa lalu.

Memang masalah mendasar PT adalah problem relevansi dan mutu yang belum menggembirakan. Pendidikan tinggi belum bisa menjadi faktor penting yang mampu melahirkan enterpreneur dengan orientasi job creating dan kemandirian. Pengangguran terdidik dari hasil pendidikan terus bertambah , problem pengabdian masyarakat dimana PT tersebur berada dirasa kurang responsif, dan berkontribusi terhadap problem masyarakat. PT juga belum sepenuhnya mampu melahirkan lulusan yang memiliki akhlak mulia dan karakter yang kuat, tegas Marzuki Alie.

Perjalanan lebih dari setengah abad (63 tahun) ternyata belum menjadikan pendidikan tinggi kita mendekati harapan semua pihak. Setelah hampir empat tahun UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, lalu Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi da n Pengelolaan Perguruan Tinggi, serta Peraturan Menteri Riser, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi diundangkan dan disosialisasikan, akhirnya dengan tidak memandang tinjauan historis terhadap sekitar 4,600 perguruan tinggi yang ada, Kemenristekdikti mengeluarkan teguran keras terhadap 243 PT, sebagaimana dikutip dari www.kopertis12.or.id. Teguran berupa “penonaktifan”. Jumlah tersebut tampaknya sudah melalui pantauan fakta di lapangan serta pertimbangan dalam rangka pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan dan perguman tinggi, sebagaimana diamanatkan undang? undang dan peraturan yang berlaku.

Langkah “penonaktifan”, tampaknya sebagai upaya cut off(memotong) yang dilakukan pemerintah dalam menindak lanjuti upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi dan perguruan tinggi. Sepertinya ini memang Jangkah yang harus ditempuh, sekaligus diapresiasi dalam situasi yang penuh ketidakpastian dalam pengelolaan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi berkualitas, yang ujungnya pertaruhan kualitas SDM dan daya saing bangsa. Basis landasannya sudah jelas undang-undang dan peraturan yang berlaku, maka implementasi dari hal tersebut sangar perlu dilakukan dan mendesak. Memang ada konsekuensi logis yang harus diterima pemerintah dan masyarakar. ltu adalah pilihan. Segera menentukan pilihan berarti kita melangkah menuju masa depan yang kira harapkan dan inginkan.

Dalam kaitan di atas “Komunita” mencoba memahami apa dan mengapa penonaktifan PT sebagai jalan yang di tempuh pemerintah, dalam hal ini Kemenristekdikti yang memandang 243 PT tersebut bermasalah. Untuk itu, “Komunita” mencoba mengurai untuk lebih memahami.

“Komunita” juga menyajikan rubrik lain, yaitu : makna bahasa, buah pikir, dan ragam yang merupakan olah pikir civitas academica terkair dengan profesi masing – masing. Kali ini ini kami ungkap keindahan alam Stone Garden Geo Park (Taman Batu) – Cipatat, Padalarang, Bandung untuk relaksasi . Selain itu, di tengah-tengah globalisasi bisnis yang dirandai dengan inovasi dan kreatifitas, kami angkat resensi buku Wirausaha Mandiri. Kewirausahaan hakekatnya, merupakan kecenderungan bagi perekonomian di skala regional maupun global. Kewirausahaan mempakan sebuah peluang sekaligus tantangan bagi kita, khususnya generasi muda. Fakta, semisal Jepang, Amerika, bahkan ASEAN (Singapura, Thailand) telah mendorong kewirausahaan sebagai kunci pertumbuhan ekonomi mereka. Sebagai negara – archipelago terluas Indonesia memiliki populasi penduduk terbesar ke empat di dunia – sekitar 238 juta orang yang merupakan potensi sekaligus pasar – di mana dalam beberapa tahun ke depan memiliki keuntungan demografis – penduduk usia muda yang produktif berjumlah relarif besar. Indonesia hams menumbuhkan jiwa kewirausahaan generasi muda. Saat ini para pelaku wirausaha kebanyakan bukan hasil pendidikan formal. Juga tulisan rehat berupa aktivitas Widyatama, dan tulisan lain berupa best practice perusahaan paling etis di dunia, trend, lawatan serta lifestyle yang diharapkan menambah energi kreatif, Mari kita simak bersama.-

– Vivat Widyarama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta .

 

TRANSFORMASI KEDUA “KOMUNITA”

Dinamika perubahan diera kini mengalami percepatan yang sangat tinggi dipercepat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi . Dengan semangat perubahan kami berusaha melakukan lompatan menjadi jauh lebih baik, lebih baik lagi.

Memasuki penerbiran tahun kedua, tepatnya di edisi tujuh, majalah Komunita berusaha tampil lebih fresh, elegant, stylish, minimalis, desain menarik dan kekinian dalam setting serta layout mulai dari gambar serta foto sampai jenis huruf. Hal tersebut dilakukan tak lain untuk agar majalah Komunita lebih dekar dan diterima oleh para pembaca tanpa harus merubah konteks sebagai majalah pendidikan tinggi. Itulah transformasi “Komunita” pertama kali, khususnya dalam aspek logo, desain cover dan tata letak majalah .

Di tahun keempat dan memasuki tahun kelima pada edisi #16 ini “Komunita” melakukan transformasi yang kedua. Transformasi kali ini menyangkut dua hal, yakni:

1) menguatkan agar tampilan selalu lebih fresh, elegant, stylish, minimalis, dengan desain menarik dan kekinian dalam setting serra layout mulai dari gambar serta foto sampai jenis huruf; 2) menegaskan dirinya bahwa “Komunita” adalah majalah pendidikan yang memfokuskan diri pada isu-isu pendidikan tinggi dan perguruan ringgi (PT).

Kami terus mencoba mengenali, berinteraksi, beradaptasi dan memperbaiki diri agar pada akhirnya dapat menjadi bagian tak terpisahkan dan memiliki nilai tambah bagi lingkungan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi pada khususnya, serta bagi pembaca khalayak banyak pada umumnya. Kami berusaha selalu seiring sejalan dengan semua komponan bangsa mengembangkan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi yang kita cintai. Akhir kara, Selamar membaca dan semoga kehadiran “Komunita” bermanfaat menambah wawasan dan cara pandang kira. (Lee)