Pengelolaan & Pengembangan Padi Organik di Desa Cikurubuk – Sumedang

0
211 views

Profil Kecamatan Buahdua tahun 2013 menggambarkan Desa Cikurubuk berstatus sebagai pedesaan dengan klasifikasi desa swadaya. Secara topografi, wilayah Desa Cikurubuk memiliki bentuk bentang permukaan tanah berupa lereng (Dewi et al., 2017), dimana ketinggian wilayah Kantor Desa berada sekitar 436 meter di atas permukaan laut.

            Dengan luas wilayah 630,80 hektar Desa Cikurubuk terbagi dalam beberapa peruntukan, seperti sebagai lahan pertanian, pemukiman, lahan kehutanan dan penggunaan lainnya. Luas lahan pertaniannya sebesar 63,60 % atau sekitar 401,19 hektar yang terbagi ke dalam dua jenis yaitu jenis pertanian lahan basah dan pertanian kering. Luas lahan pertanian basah atau pesawahannya mencapai 26,98 % atau sekitar 170,19 hektar, dan luas lahan pertanian keringnya (termasuk ladang dan huma) sebesar 36,62 % atau sekitar 231 hektar. Sedang yang digunakan sebagai lahan pemukiman dan pekarangan mencapai luasan 36,40 % atau 230,87 hektar.

Lahan pesawahan di Desa Cikurubuk merupakan lahan pesawahan yang menggunakan sistem pengairan non-teknis, menghasilkan produk utama berupa padi. Selain menghasilkan padi, lahan pertaniannya juga menghasilkan produk berupa: jagung, ubi kayu, kacang panjang, cabai rawit, tomat, dan terung. Sementara hasil pertanian dari jenis buah-buahan berupa: alpukat, mangga, pisang, dan petai.

Selain hasil pertanian secara langsung, juga ada yang menjadi makanan olahan. Beberapa jenis industri rumah tangga mengolah bahan makanan menjadi makanan olahan. Selain industri makanan, terdapat industri di bidang perkayuan (pengolahan kayu). Bidang seni budaya, di Desa ini ada beberapa jenis kesenian tradisional yang masih dipelihara masyarakat dengan  baik, salah satunya seni kuda renggong.

Sebagian besar penduduk Desa Cikurubuk bekerja di sektor pertanian, baik sebagai petani maupun sebagai buruh tani. Sebagian kecil lainnya berkarya di bidang transportasi, perdagangan, konstruksi dan jasa. Dengan penggunaan lahan yang mayoritas sebagai lahan pertanian, tidak mengherankan jika sebagian besar penduduk Desa ini bekerja di sektor pertanian.

            Kepala Desa Cikurubuk, Muhammad Fadar Junawar mengungkapkan sebagian petani di Desa Cikurubuk saat ini sedang mengembangkan sistem pertanian organik yang sudah berlangsung selama tiga tahun lebih (Margolang & Sembiring, 2015). Pada prinsipnya kami sudah tidak memakai lagi produk sintetis kimia, baik pupuk maupun pestisida, namun menggunakan pestisida nabati. Muhamad menyebut, dari 172 hektar lahan pertanian, ada sekitar 30 hektar lahan yang telah tersertifikasi menerapkan sistem pertanian cara organik. Sistem pertanian organik ini harus dilengkapi sertifikat dari lembaga sertifikasi organik. Jadi tidak sembarangan orang mencantumkan produk organiknya.

Potensi dan Masalah

Tiga tahun lalu, tanggal 10 Juni 2021 Kepala Desa Cikurubuk membentuk kelompok tani Limus dan Kanem dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian masyarakat pedesaan yang sangat vital untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat; juga agar upaya meningkatkan hasil usaha pertanian di Desa Cikurubuk lebih optimal. Ketua kelompok Limus – Yaya Sunarya Atmana dan Ketua Kelompok tani Kanem – Yoyo Rahya, menjelaskan anggota kelompoknya masing-masing 20 (duapuluh orang) per-kelompok. Hampir semua mereka memiliki permasalahan yang sama terkait produksi padi organik, serta kekurangan modal (Kristiani & Sari, 2024).

Yoyo Rahya menyebutkan anggota kelompoknya masih minim keterampilan dalam pengelolaan, serta pendistribusian padi organik, terutama dalam mempertimbangkan kondisi dan potensi strategis Desa Cikurubuk, khususnya pengembangan produk pertanian (Keni et al., 2024). Padahal Desa Cikurubuk memiliki potensi besar untuk mengembangkan produktivitas padi organiknya yang inovatif melalui simulasi perencanaan dan optimalisasi kapasitas produksi padi organik berbasiskan Ekonomi Hijau. Para petani padi organik perlu memahami secara menyeluruh sistem industri padi organik yang meliputi: proses produksi padi organik dari penanaman hingga distribusi; faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi; persyaratan regulasi dan standar untuk padi organik dan permintaan pasar dan tren konsumen terkait padi organik.

Terdapat dua aspek permasalahan utama yang menghambat realisasinya, yakni: 1) kurangnya pengetahuan tentang konsep dan praktik optimalisasi kapasitas produksi padi organik berbasiskan Ekonomi Hijau serta efisiensi produksi yang rendah, penurunan kualitas produk, penyusutan stok atau keterlambatan dalam pengiriman dan biaya produksi yang tinggi; 2) kurangnya pemahaman mendalam tentang pengelolaan proses produksi padi organik dari hulu sampai ke hilir. Kedua faktor ini menyebabkan inisiatif edukasi proses produksi padi organik belum dapat diimplementasikan secara efektif.

Tim PKM Universitas Widyatama mengajukan solusi inovatif yang mengintegrasikan edukasi tentang optimalisasi kapasitas produksi padi organik berbasiskan Ekonomi Hijau serta efisiensi produksi di Desa Cikurubuk. Inisiatif dimaksudkan mengatasi ketidakpahaman, serta kurangnya edukasi tentang pengelolaan produksi padi organik, pemasaran secara optimal secara digital ekonomi  dan pengemasan produk padi organik dengan menyediakan pelatihan, pembinaan, simulasi langsung yang menarik dan interaktif. Program tersebut tidak hanya meningkatkan kuantitas produk padi organik, tetapi kualitas serta meningkatkan kesejahteraan para petani padi organik bebas dari tengkulak yang selama ini menjerat petani padi organik di desa Cikurubuk.

 

Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Padi Organik

Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi tiga pilar, yaitu Pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pentingnya pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah untuk kemaslahatan  manusia di tengah berbagai persoalan dalam kehidupan Manusia. Kemaslahatan yang dimaksud diantaranya mengenai kesejahteraan.

Universitas Widyatama menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi mengacu pada Sustainable Development Goals (SDGs) yang diinisiasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dan diadopsi oleh seluruh negara anggota PBB. Tri Dharma Perguruan Tinggi pada program pengembangan padi organik di Desa Cikurubuk Kabupaten Sumedang tersebut mengadopsi dan menurunkan tujuan SDGs tersebut menjadi tema-tema Pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pada program yang sama, Universitas Widyatama mengimplementasikan program pemerintah, terkait percepatan penurunan stunting, percepatan penurunan kemiskinan ekstrim, dan pengembangan Pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi, serta program One Village One Product (OVOP).

Implementasi Tri Dharma UniversitasWidyatama di atas dipetakan dalam tujuan, topik, judul seba-gai panduan Tim Pelaksana Pengabdian  kepada  Masyarakat dalam rangka  pengembangan  padi organik di Desa Cikurubuk sebagai  tabel  berikut.

Tujuan Topik Judul Kegiatan
1. Tujuan Pemba-ngunan  Berkelan-jutan (SDGs). (1). Tanpa kemiskinan.

(2). Tanpa kelaparan.

(3). Kehidupan sehat dan sejahtera. (4). Pendidikan berkualitas.

(5). Kesetaraan jender.

(6). Air bersih dan sanitasi layak.

(7). Energi bersih dan terjangkau.

(8). Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

(9). Industri, inovasi, dan infrastruk-tur.

(10). Berkurangnya kesenjangan.

(11). Kota dan komunitas berkelanjut-an.

(12). Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

(13). Penanganan perubahan iklim.

(14). Ekosistem laut.

(15). Ekosistem daratan.

(16). Perdamaian, keadilan, dan ke-lembagaan yang tangguh.

(17). Kemitraan untuk mencapai tujuan.

• Edukasi masyarakat dalam pengelolaan produksi beras organik.

• Peningkatan potensi wirausaha masyarakat ber-basis pengemasan air bersih.

• Membangun Kesadaran Ekologis: Aksi Komu-nitas untuk Perlindungan Lingkungan

• Mewujudkan Pangan Sehat untuk Semua: Inisi-atif Komunitas Petani dalam Pertanian Berke-lanjutan

• Pendidikan Inklusif untuk Masa Depan: Kola-borasi Komunitas Petani Mendukung Akses Pendidikan.

• Keterampilan dan Pelatihan untuk Kemandirian Ekonomi: Membangun Komunitas Petani yang Mandiri

• Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelan-jutan: Aksi Komunitas Petani untuk Air Bersih dan Sanitasi.

• Kemitraan dan Kolaborasi Lokal: Menggerakkan Komunitas Petani untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

• Pariwisata Berkelanjutan: Peran Komunitas Pe-tani dalam Pengembangan Destinasi Ramah Lingkungan

• Membangun Ekonomi Lokal yang Berkelanjut-an: Peran Komunitas dalam Mengentaskan Ke-miskinan.

• Melindungi Lingkungan Hidup: Aksi Komuni-tas Petani untuk Konservasi Sumber Daya Alam dan Perlindungan Biodiversitas.

• Pertanian Berkelanjutan: Upaya Komunitas Pe-tani dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan.

• Peningkatan Produktivitas dan Nilai Tambah: Hilirisasi Pertanian Padi Organik untuk Kese-jahteraan Petani.

• Menuju Pertanian Berkelanjutan: Inovasi Hili-risasi Produk Padi Organik dalam Pemberda-yaan Petani.

• Pengembangan Usaha Petani: Strategi Hilirisasi Produk Padi Organik untuk Peningkatan Pen-dapatan.

• Mewujudkan Pertanian Ramah Lingkungan: Pe-ran Hilirisasi Petani dalam Pelestarian Alam.

• Pengolahan Berkelanjutan: Memaksimalkan Po-tensi Padi Organik melalui Hilirisasi Produk.

• Koperasi Petani Padi Organik: Sinergi dalam Hilirisasi untuk Kemandirian Ekonomi Lokal.

• Pendidikan dan Pendampingan: Mendukung Petani dalam Hilirisasi Produk Padi Organik.

• Inovasi Hilirisasi: Mendorong Keberlanjutan Pertanian Padi Organik dan Kesejahteraan Ko-munitas.

• Mengangkat Potensi Lokal: Hilirisasi Produk Padi Organik untuk Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan.

• Pasar Berkelanjutan: Menghubungkan Petani Padi Organik dengan Pasar Melalui Hilirisasi Produk.

2. Stunting 1) Edukasi perawatan anak usia dini

(0-1000 hari).

2) Edukasi 4 sehat, 5 sempurna.

(1) Edukasi pentingnya ASI bagi anak 0-1000 hari.

(2) Pemenuhan gizi berbasis karbohidrat dan pro-tein pada potensi alam setempat.

3. OVOP 1). Pembangunan sosial ekonomi desa berbasis pesantren. (2). Pembangunan ekonomi desa berbasis pariwisata buda-ya. (3). Pembangunan ekonomi desa berbasis pariwisata alam. (4). Pemba-ngunan ekonomi desa berbasis industri kreatif. (1). Pembangunan pariwisata berbasis mata air Cikurubuk. (2). Pembangunan pariwisata berbasis pengelolaan produksi padi organik. (3). Edukasi budidaya tanaman organik. (4). Aplikasi pemasar-an padi organik.
4. Kemiskinan Eks-trim dan Vokasi

 

1) Pelatihan pembuatan olahan maka-nan tradisional berbahan baku tepung beras organik.

2) Perningkatan keterampilan Bertani organik.

1. Pelatihan pembuatan pupuk organik.

2. Pelatihan pembuatan bibit padi organik.

3. Pelatihan Proses pengeringan berbasis organik.

4. Pelatihan pembuatan olahan makanan berbahan beras organik.

 

Program Kegiatan

Dalam kaitan tersebut Widyatama menyiapkan 20 program kegiatan, yang terbagi dalam: 10 program terkait produksi, dan 10  program lagi terkait pengolahan hasil produksi sebagaimana berikut: 1) Membangun Kesadaran Ekologis: Aksi Komunitas untuk Perlindungan Lingkungan; 2) Mewujudkan Pangan Sehat untuk Semua: Inisiatif Komunitas Petani dalam Pertanian Berkelanjutan; 3) Pendidikan Inklusif untuk Masa Depan: Kolaborasi Komunitas Petani Mendukung Akses Pendidikan; 4) Keterampilan dan Pelatihan untuk Kemandirian Ekonomi: Membangun Komunitas Petani yang Mandiri; 5) Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan: Aksi Komunitas Petani untuk Air Bersih dan Sanitasi; 6) Kemitraan dan Kolaborasi Lokal: Menggerakkan Komunitas Petani untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan; 7) Pariwisata Berkelanjutan: Peran Komunitas Petani dalam Pengembangan Destinasi Ramah Lingkungan; 8) Membangun Ekonomi Lokal yang Berkelanjutan: Peran Komunitas dalam Mengentaskan Kemiskinan; 9) Melindungi Lingkungan Hidup: Aksi Komunitas Petani untuk Konservasi Sumber Daya Alam dan Perlindungan Biodiversitas; 10) Pertanian Berkelanjutan: Upaya Komunitas Petani dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pembangunan Pedesaan; 11) Peningkatan Produktivitas dan Nilai Tambah: Hilirisasi Pertanian Padi Organik untuk Kesejahteraan Petani; 12) Menuju Pertanian Berkelanjutan: Inovasi Hilirisasi Produk Padi Organik dalam Pemberdayaan Petani; 13) Pengembangan Usaha Petani: Strategi Hilirisasi Produk Padi Organik untuk Peningkatan Pendapatan; 14) Mewujudkan Pertanian Ramah Lingkungan: Peran Hilirisasi Petani dalam Pelestarian Alam; 15) Pengolahan Berkelanjutan: Memaksimalkan Potensi Padi Organik melalui Hilirisasi Produk; 16) Koperasi Petani Padi Organik: Sinergi dalam Hilirisasi untuk Kemandirian Ekonomi Lokal; 17) Pendidikan dan Pendampingan: Mendukung Petani dalam Hilirisasi Produk Padi Organik; 18) Inovasi Hilirisasi: Mendorong Keberlanjutan Pertanian Padi Organik dan Kesejahteraan Komunitas; 19) Mengangkat Potensi Lokal: Hilirisasi Produk Padi Organik untuk Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan; 20) Pasar Berkelanjutan: Menghubungkan Petani Padi Organik dengan Pasar Melalui Hilirisasi Produk.

Program kegiatan tersebut diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif  bagi petani, tetapi juga bagi seluruh ekosistem pasar dan pembangunan berkelanjutan secara luas.

 

Grand Design Pengelolaan dan Pengembangan Padi Organik

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Integratif di atas diintegrasikan pula dengan  Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) – 2024/2025 yang mengacu pada empat aspek indikator keberhasilan:

  • Petani mahir dalam hal: a) memproduksi beras organik berkualitas tinggi secara efektif dan efisien; b) membuat berbagai olahan bahan pangan yang berasal dari beras organik yang digemari khalayak, bergizi, tahan lama dan kompetitif; c) memasarkan hasil produksi beras organik beserta turunannya ke pasar lokal, regional dan global;
  • Seluruh Produk Bersertifikat Organik;
  • Petani memiliki penghasilan rata-rata per tahun;
  • Petani memiliki Jaminan Sosial Kesehatan, Pendidikan, Kematian, dan Bencana.

Merujuk indikator di atas program kegiatan dilakukan meliputi 4 tahap program mencakup: tahap pra produksi, produksi, pengolahan produk, dan distribusi pemasaran.

  1. Tahap Pra Produksi

Tahap ini merupakan penyiapan lahan, penyiapan bibit, dan penyiapan pupuk. Untuk itu dilakukan kegiatan seperti: Pembuatan pupuk organik; Pembuatan bibit unggul; Penyiapan peralatan pengolahan lahan; Sertifikasi Organik; Penyiapan SDM (Pelatihan pengolahan lahan, Pelatihan penyiapan bibit unggul padi organik, dan Pelatihan pembuatan pupuk organik); Pembuatan Bibit Padi organik (Beras Putih, Beras Hitam, Beras Merah, Beras Ketan); serta riset.

  1. Tahap Produksi

Pada tahap ini dilakukan penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan, lalu dilakukan pemanenan, pengeringan, dan penyimpanan. Program yang dijalankan diantaranya mencakup: • Sistem irigasi terintegrasi dengan memanfaatkan energi terbarukan; • Penyuburan unsur hara dan pemberantasan hama; • Sistem pergudangan; • Sertifikasi Organik; • Pelatihan penanaman padi yang efektif; • Pelatihan pemupukan dan pengairan padi  organik; • Riset; • Pelatihan; • Teknologi pengeringan; • Sertifikasi produk; • Pergudangan; • Riset kadar air dll.; • Penciptaan Keunggulan: Wisata Edukasi Padi Organik.

Proses Sertifikasi dalam proses pra produksi dan produksi (Budi Daya):

  • Tidak menggunakan pupuk kimia, pestisida kimia, herbisida kimia, dan semua sarana produksi pertanian bebas dari bahan kimia yang tidak diperbolehkan standar organik; • Benih/bibit dihasilkan secara organik dan bukan benih GMO; • Tanah lokasi penanaman tidak terkontaminasi kimia, minimal 3 tahun sudah bebas dari pemakaian bahan kimia, serta diverifikasi pengujian kualitasnya dengan uji lab.; • Sumber air yang digunakan tidak terkontaminasi kimia, yang dibuktikan dengan uji lab; • Selain sampel tanah dan sampel air, sampling tanaman dan hasil tanaman juga dikirimkan untuk uji lab; • Proses pengontrolan dilakukan oleh Internal Control System Staff yang memiliki kualifikasi khusus untuk memastikan integritas proses budi daya hingga panen dijalankan secara terus menerus.
  • Tahap Pengolahan Hasil Produksi

Pada tahap ini dilakukan pengolahan hasil panen dan pengemasan. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: • Menciptakan Keunggulan: Rasa digemari, Tahan lama, ekonomis; • Melakukan pengemasan dengan Kemasan elegan ekonomis; • Melakukan Sertifikasi Organik; • Beras dan olahan beras; • Memproduksi Tepung beras dan olahan tepung beras; • Melakukan Berbagai jenis pelatihan untuk produksi olahan beras dan tepung beras; • Menyelenggarakan Pelatihan desain kemasan produk; • Melakukan Riset pengembangan kualitas.

Sertifikasi pada proses panen, pasca panen dan pengolahan hasil panen:

  • Alat/mesin/ruang/lokasi pengolahan tidak terkontaminasi antara bahan organik dan non-organik. Maka, harus ada proses pembersihan sesuai panduan; • Tidak ada pemakaian bahan aditif seperti pemutih, pewarna, pengawet, penstabil, serta perisa sintetik yang tidak diperbolehkan standar organik; • Kemasan memenuhi standar food grade dan tidak ada kontaminasi bahan kimia; • Pelabelan memenuhi standar organik yang berlaku; • Penjualan/transaksi ekspor produk organik mengikuti aturan yang berlaku di negara impor, dibuktikan dengan dokumen persyaratan impor. Dokumen tersebut di antaranya adalah Transaction Certificate (TC) untuk negara Amerika dan Jepang serta Export Approval dan Certificate of Inspection (COI) untuk negara Eropa selain UK; • Setiap proses harus memiliki keseimbangan antara input hingga output process serta dapat ditelusuri (traceable).

Pengontrolan kualitas:

  • Proses pengontrolan dilakukan oleh Grading Manager yang memiliki kualifikasi khusus; • Hal ini guna memastikan integritas proses pascapanen hingga penjualan secara konsisten dilaksanakan sesuai dengan standar organik.
  1. Tahap Distiribusi dan Pemasaran

Pada tahap ini dilakukan distribusi dan pemasaran. Untuk itu perlu dilakukan berbagai pertimbangan dan  dilakukan seksama: • Produk mudah diperoleh, praktis dan cepat; • Harga bersaing dan terjangkau; • Sertifikasi Organik; • Ritel: Warung, Café, Resto di Mall, di Rest Area; • Jaringan distribusi luas; • StarUp; • Media sosial; • Marketplace; • Ekspor; • Riset pasar dll.

Mitra Strategis

Dalam kaitan tersebut di atas telah dikembangkan Mitra Strategis, mencakup 20  lembaga/instansi: • Kemenko PMK (koordinasi kelembagaan dengan mitra kerja); • Kemenkop UKM (Koperasi, pendampingan manajemen dan usaha koperasi, modal usaha, dan penyaluran produk di dalam dan luar negeri); • Balai Latihan Koperasi (Balaskop); • Kemendikbud Ristek (rekognisi dan legalitas produk-produk akademik Widyatama); • BRIN (berbagai riset: komposisi kimiawi tanah, bibit unggul padi organik, pupuk, hama, kualitas padi, kualitas olahan beras organik, dan riset pasar); • Kemenkum HAM (HAKI); • BSN; • Kementan (pengadaan bibit unggul padi organik, bantuan mesin dan peralatan pertanian, pendampingan (penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen bersama BSIP)); • Kemenparekraf (Desa Wisata Edukasi Padi Organik); • Kominfo (pembinaan StarUp, jaringan dan keamanan internet); • Pemda Sumedang (rekognisi, perizinan, fasilitasi pertanian, pendampingan, infrastruktur); • Perguruan Tinggi; • Perbankan – BI, Bank BUMN, PNM (modal usaha – bantuan dan pinjaman, pembinaan usaha, dan jaringan pasar); • Dunia Usaha (Pengusaha pupuk, bibit, peralatan mesin, StarUp – Program Inkubasi); • Mitra (Apindo – pendamping UMKM, dan ASKKINDO – peralatan mesin pengolahan sampah untuk pupuk organik dan lain-lain); •        BSN SNI; • B4T (Balai Besar Bahan dan Barang Teknik) kontribusi peralatan; • Media – media sosial exsisting (diseminasi dan publikasi); • BUMDES Cikurubuk; • Petani Desa Cikurubuk.

Pelaksanaan kegiatan telah dimulai tahun  2024/2025, berlanjut pada 2025/2026, serta 2027/2028.

Penandatanganan Kerjasama PKM antara Kepala Desa Cikurubuk dan Universitas Widyatama, 20 Maret 2024.

Kunjungan daan Fokus Grup Diskusi di Universitas Widyatama, 15 Mei 2024.

Diskusi pembahasan dan langkah yang akan dilakukan secara terintegarsi dengan berbagai pihak terkait. Para Dinas terkait kabupaten Sumedang dan beberapa universitas.

  

Audiensi dengan Bupati Kabupaten Sumedang dan Universitas Widyatama, 3 Juni 2024.

(Written by: Lili Irahali, Deden Maulana Anggakarti dari berbagai sumber)