Ong Tek Tjan
Direktur UKM, Funding, FI & Jaringan Kantor
Bank Sahabat Sampoerna Bank Sampoerna) adalah kolaborasi Bank Sahabat Sampoerna dengan jaringan ritel terkemuka, Grup Alfa.
Sebagai sebuah institusi keuangan, Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) masih berusia relatif muda. Bank Sampoerna telah beroperasi selama 26 tahun, termasuk 6 tahun terakhir Bank ini menggunakan nama Bank Sampoerna.
Bank Sampoerna telah berupaya keras melayani nasabah dengan sebaik-baiknya dan secara bersamaan terus meningkatan kinerja. Dalam paruh pertama tahun 2017 ini, Bank Sampoerna telah membukukan pertumbuhan yang cukup baik. Dengan dukungan nasabah dan seluruh pihak, disertai semangat yang ditunjukkan oleh para karyawan.
Menghadapi era Revolusi Industri 4.0, Komunita berbincang dengan salah satu Direktur Bank Sampoerna, Ong Tek Tjan – Direktur UKM, Funding, FI & Jaringan Kantor.
Komunita: Pandangan Bapak, tentang fenomena era Revolusi Industri 4.0 / era disruptif ?
Ong Tek Tjan: Menurut saya, hal itu disebabkan muncul ide-ide di lingkungan sekitar kita terutama generasi anak muda sebagai jawaban atas in-efisiensi proses dalam semua mata rantai kehidupan. Dalam industri perbankan sendiri, artinya bagaimana orang dulu melihat akses terhadap produk perbankan: kreatifitas produk perbankan, kemudian adanya limitasi regulasi yang banyak melahirkan semacam ide-ide yang kemudian didukung oleh teknologi informasi sehingga memungkinkan orang berkreatif menawarkan secara langsung semua produk dan jasa. Mereka menciptakan sendiri berbagai produk inovatif yang kemudian masyarakat secara transparan dapat menilai serta memilih sendiri. Jika dahulu masyarakat butuh produk perbankan harus kesana dan kemari mendapatkannya. Akan tetapi sekarang masyarakat diberikan berbagai macam tawaran kemudahan yang pada akhirnya terjadi borderless industry.
Komunita: Keadaan tersebut sangat berdampak pada perubahan paradigma berpikir atau bertindak. Bagaimana dengan industri perbankan itu sendiri?
Ong Tek Tjan: Saya kira kalau di perbankan terjadi proses transisi dari perbankan konvensional menuju ke perbankan digital. Banyak sekali yang berubah dan akan terus berkelanjutan. Saya melihat ada gerakan fintech di perbankan dan cukup ramai serta banyak yang berinvestasi di produk fintech tersebut. Hal itu tidak dapat dihindari dan perbankan terus bermetamorfosis menyesuaikan segala produk-produk yang ada untuk mampu beradaptasi.
Komunita: Perbankan memandang hal tersebut sebagai semakin ketatnya tingkat persaingan, suatu ancaman atau peluang ?
Ong Tek Tjan: Secara umum banyak yang mengatakan hal ini sebagai ancaman. Tapi saya sebagai pelaku industri melihat hal ini sebagai suatu gejolak industri bukan sebagai suatu ancaman, justru ini adalah suatu kesempatan. Artinya bagi bank-bank melakukan suatu perubahan dimana perubahan itu didukung oleh environment yang justru sangat ditunggu oleh pihak perbankan.
Jadi sekarang kalau ditanya tentang peer to peer, apakah itu akan menjadi suatu ancaman bagi perbankan saya kira tidak. Jadi peer to peer itu menjadi semacam kreatifitas berpikir sehingga buat perbankan pun akan bisa sangat menyesuaikan. Perbankan nanti bisa membuat platform peer to peer sendiri dengan konsepnya yang mungkin akan mengalami perubahan dari masyarakat yang dulu, artinya kalau berbisnis harga pokok berapa kemudian kita dapat jual berapa ke konsumen.
Produk-produk perbankan nanti akan lebih transparan dan masyarakat akan bisa memilih investasi sendiri termasuk ikut dalam mendanai investasi tersebut. Namun saat ini pada industri perbankan yang tidak bisa dikalahkan oleh industri fintech adalah faktor trust (kepercayaan). Jadi kalau kita lihat dunia volume fintech sekarang adalah fintech peer to peer yang berkembang sekitar 2 Triliun dibandingkan dengan industri perbankan yang hampir sekitar 5.000 triliun masih terlalu jauh. Masyarakat kita sebetulnya masih tergolong dalam 90% masyarakat konvensional dan mereka sangat dominan dalam perekonomian, namun di sisi lain terdapat beberapa golongan anak muda mempunyai pilihan-pilihan di mana mereka bisa mengharapkan suatu layanan perbankan yang mudah diakses, lebih fleksibel dan mereka menggunakan smartphone sebagai katalisator terjadinya disrupsi. Hanya saja kontribusi anak muda dalam perekonomian itu sangat kecil. Hal ini menghasilkan noise seolah-olah disrupsi itu sedang terjadi begitu drastis.
Komunita: Apakah beberapa tahun ke belakang gejolak disrupsinya terjadi begitu cepat ?
Ong Tek Tjan: Menurut saya pribadi kelihatannya cepat, tapi sebetulnya lambat. Kecepatan itu terjadi di generasi anak muda, tapi lambat sekali terjadi di generasi orangtua yang saat ini memegang kunci sektor ekonomi. Sumber daya ekonomi masih dikendalikan oleh generasi orangtua yang saat ini kita menyebutnya adalah generasi X.
Komunita : Apakah berkembangnya hal itu artinya lebih dinamis?
Ong Tek Tjan: Ya kalau kita bilang lebih dinamis. Sehingga dari sisi bank, industri perbankan melihat perkembangan ini dari generasi ke generasi berikutnya akan menjadi kunci dalam peningkatan perekonomian, yang pada akhirnya diperkirakan 10 tahun ke depan akan lebih maju sehingga kalangan industri pun harus lebih menyesuaikan.
Komunita: Bagaimana sikap kewaspadaan dan harapan tersebut dapat terwujud guna meningkatkan kreativitas dalam bidang industri ataupun perbankan?
Ong Tek Tjan: Kalau untuk industri perbankan, saat ini harus agile artinya kita harus bisa mencoba menerima perubahan teknologi yang begitu cepat. Sebagai manusia yang masuk dalam struktur industri merupakan generasi baru yang memiliki pemikiran kreatif. Kemudian kita implementasikan ke dalam modal bisnis yang kita miliki.
Jadi diskusi komunikasi antara kedua generasi harus berjalan dengan baik. Jika salah satu generasi lebih dominan, maka akan menghasilkan chaos. Misalnya: kalau industri perbankan yang dominannya generasi X, maka akan menghasilkan perubahan namun jika yang dominan generasi millenia, maka akan menghasilkan chaos (kekacauan) karena generasi ini tidak siap untuk long term. Jadi mereka ingin berubah, akan tetapi mereka belum menemukan suatu perubahan yang berarti bagi kepentingan masyarakat secara umum.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa modal industri perbankan adalah kepercayaan dan stabilitas perekonomian. Jadi kalau seandainya terjadi kekacauan, maka hal ini telah mengindikasikan terjadi disruption dalam transaksi keuangan tersebut. Sehingga kita berharap akan melihat suatu kreatifitas atas kebijakan yang berarti antara generasi X dan generasi millenia.
Komunita: Harapan bapak untuk para mahasiswa di seluruh Indonesia, khususnya di Universitas Widyatama ?
Ong Tek Tjan: Saya kira bahwa mahasiswa sekarang jangan berpikir untuk menjadi tenaga kerja. Setelah lulus ingin menjadi pegawai. Menurut pengamatan saya sekarang kalau melihat mahasiswa setelah lulus ingin pekerjaan-pekerjaan di belakang meja mengurus administrasi dan tidak mau berkaitan dengan hal yang berkaitan dengan marketing, dan juga anak muda sekarang tidak mau masuk ke sektor produksi. Mereka cenderung menganggap sektor produksi itu melelahkan.
Ke depan perbankan akan lebih efisiensi sehingga peranan manusia secara bertahap akan berkurang karena artinya banyak hal yang dapat diotomasi. Untuk itu digital otomasi di dalam semua proses dan marketing lebih berkembang secara dinamis. Berarti anak-anak muda sekarang perlu menyiapkan diri dalam peningkatan pengetahuan, khususnya dunia otomatic digital. Sekarang permasalahannya justru, banyak yang tidak match dan masih terjadi gap. Artinya sekitar tiga tahun ke depan mesin produksi SDM kita masih menggunakan mesin lama sehingga tiga tahun ke depan itu hasil produksinya belum sesuai dengan kebutuhan industri. Jadi untuk mahasiswa, ayo harus berani untuk berubah. Belajar bukan saja di kampus dan jika kita berbicara mengenai belajar bahwa setiap waktu kita dapat belajar memahami hal lainnya di luar waktu belajar kita di kampus. 60 % proses pembelajaran sebenarnya ada di dunia nyata dengan melakukan pemahaman terhadap informasi yang ter-update (baru). (By: Dwinto Martri Aji Buana)