Saturday, August 2, 2025
Home Blog Page 23

Penjajakan Kerjasama Deputy Director International Education Institute University of St Andrews, United Kingdom dengan program studi Bahasa Inggris, Widyatama

Penjajakan Kerjasama Deputy Director International Education Institute University of St Andrews

Kunjungan penjajakan kerjasama Deputy Director International Education Institute University of St Andrews, United Kingdom dengan program studi Bahasa Inggris, Universitas Widyatama, pada bulan November 2019.

Pada kesempatan itu Ms. Lesley Thirkell memaparkan program yang ada di University of St Andrews dan sebaliknya prodi Bahasa Inggris menyampaikan program-program yang ada.

Dari paparan masing-masing akan dilakukan penjejakan kerjamasama, antara lain: 1) Memberikan pelatihan Academic writing untuk dosen dan mahasiswa, 2) Pengiriman mahasiswa untuk profesi tesol( sertifikasi pengajaran), 3) Penulisan karya ilmiah. byhumas&komunita, 13Nov2019

Melek Pajak Pengurus BUMDes Kab. Bandung Ikuti Pelatihan Perpajakan

Melek Pajak Pengurus BUMDes Kab. Bandung Ikuti Pelatihan Perpajakan

Pengurus dari sekitar 58 BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) di Kabupaten Bandung, mengikuti workshop/pelatihan perpajakan di Kampus Universitas Widyatama (UTama) Kota Bandung. Selama dua hari (7-8 November 2019) mereka mengikuti kegiatan yang dihelat oleh Fakultas Ekonomi Widyatama, bekerjasama dengan Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jabar I dan Pemerintah Kabupaten Bandung (Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa).

Hal itu untuk memberikan pengetahuan, agar para pengurus BUMDes melek dan paham mengenai perpajakan. Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama yang membuka kegiatan itu, mengatakan, bahwa pelatihan perpajakan merupakan salah satu cara penetrasi wawasan kepada masyarakat. ?Kami ingin masyarakat paham bahwa membayar pajak itu wajib hukumnya, Kamis (7/11/2019). Cuma pada hari ini fokus dan diarahkan untuk BUMdes supaya BUMDes ke depannya tidak terkena masalah dengan kewajiban membayar pajak, imbuhnya. Dengan pelatihan ini mereka menjadi tahu, ternyata ada kewajiban BUMDes yang harus dibayarkan ke negara.BUMDes Kab. Bandung Ikuti Pelatihan Perpajakan

Mereka sengaja kita undang. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat Universitas Widyatama, bekerjasama dengan DJP Kanwil Jabar I dan Pemkab Bandung. Perlu diketahui kini banyak BUMDes yang menerima bantuan dana segar dari negara dan hal itu ada pajaknya. Apabila masyarakat sudah sadar membayar pajak berarti ada tambahan penghasilan untuk negara. Kita secara sadar ingin agar negara ini maju. Kalau kita nggak sadar bayar pajak dari mana membangunnya, papar Prof. Obsatar.

Pada kesempatan yang sama Oki Rusdiar Kasmir Putra, Kepala Seksi Bimbingan Penyuluhan dan Pengelolaan Dokumen Kanwil DJP Wilayah Jabar I, menjelaskan bahwa banyak BUMDes yang belum memiliki NPWP, belum tahu cara lapor, menghitung dan membayar pajak. Untuk itu diharapkan dengan pelatihan pajak ini para pengurus BUMDes di Kabupaten Bandung khususnya, bisa paham dan tahu dalam menjalankan kewajiban pajaknya. Mereka selama ini tidak membayar pajak karena ketidak tahuan mereka, harus menjalankan perpajakannya seperti apa menyetor pajak seperti apa dan lainnya, kata Oki.

Saat ditanya mengapa diadakan di Universitas Widyatama, Oki menjelaskan bahwa pihaknya bekerjasama dengan berbagai kampus yang memiliki tax center, termasuk Widyatama. Di samping itu Universitas Widyatama telah memiliki program untuk mengedukasi BUMDes dalam pelatihan perpajakan. Dengan cara itu diharapakan akan terselamatkan uang negara dengan nilai triliunan rupiah di wilayah Kanwil BJP Jabar I, salah satunya dari sektor pajak BUMDes. Byhumas&komunita, 18Nov2019

Widyatama Dipercaya BNSP Kementerian Tenaga Kerja

Widyatama Dipercaya BNSP Kementerian Tenaga Kerja

Universitas Widyatama dipercaya oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Kementerian Tenaga Kerja RI, menyelenggarakan kegiatan sertifikasi profesi serta tahapan skema sertifikasi, bersama kampus Universitas Esa Unggul dan Udinus Semarang. Kegiatan dilangsungkan Jumat, di Ruang Seminar, lantai 6 kampus Widyatama.

Terkait hal itu Aziz, Wakil Ketua BNSP Kementerian Tenaga Kerja RI yang hadir langsung mengatakan, bahwa skema sertifikasi menjadi bagian yang akan dipakai untuk melakukan uji kompetensi bagi para mahasiswa. Merujuk pada standar kompetensi nasional, kompetensi khusus dan kompetensi internasional yang sudah teregister oleh Kementerian Tenaga Kerja.

Dengan harapan melakukan perkuliahan, para mahasiswa akan tahu dirinya bisa menjadi apa saja kelak setelah lulus. Contohnya kalau mereka dari jurusan akuntansi menjadi lebih paham ketika mereka ingin menjadi akuntan. Serta harus memiliki unit kompetensi apa yang mesti dikuasi secara nasional, katanya.

Beliau pun berharap pihaknya bisa memberikan pelayanan terkait dengan kegiatan verifikasi skema yang dilaksanakan di Universitas Widyatama ini. Sehingga Universitas Widyatama, Universitas Esa Tunggal dan Unidus Semarang dapat memperbaiki skema yang diajukan, untuk dikeluarkan proses lisensi skema LSP yang akan didirikan oleh ketiga kampus ini.

Terkait LSP di Universitas Widyatama, perlu diketahui kini mereka sudah memiliki tujuh LSP untuk tujuh program studi. Rencananya akan membuat 18 skema LSP, untuk seluruh prodi di lima fakultas yang ada. Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama, memaparkan bahwa hal itu sebagai upaya kampusnya untuk meningkatkan keahlian mahasiswanya. Mahasiswa Universitas Widyatama mulai tahun ini, di setiap semester akan memperoleh sertifikat dari Lembaga Sertifikat Profesi (LSP) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia. Oleh karena itu, setelah lulus mahasiswa Widyatama di samping memiliki ijazah dari kampusnya, juga akan memperoleh sertifikat keahlian persemester dan sertifikasi BNSP. Diharapkan mahasiswanya menjadi cakap saat bekerja di perusahaan atau industri.

Maka hari ini (Jumat, 8/11/2019) hadir Pa Aziz. Wakil Ketua BNSP untuk melakukan verifikasi,, di kampus ini, Jumat (8/11/2019). Kemudian di bulan Desember 2019, akan diadakan pelatihan untuk asesornya yang memberi penilaian internal, imbuhnya.

Alasan melakukan hal itu, sebagai wujud komitmen dalam membangun bangsa. Dimulai dari meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Dari mulai semester satu para mahasiswa kami tidak hanya dibekali dengan teori saja, tetapi juga dengan pelatihan. Sehingga tercipta mahasiswa yang siap pakai (bekerja), papar Prof Obsatar. Byhumas&komunita, 21Nov2019

Kepala LLDIKTI Wilayah IV Ajak PT Berkolaborasi Menulis Jurnal Internasional

Kepala LLDIKTI Wilayah IV Ajak PT Berkolaborasi Menulis Jurnal Internasional

Prof. H. Uman Suherman, Kepala LLDIKTI Wilayah IV Jabar Banten, saat membuka kegiatan Inovasi Perguruan Tinggi, di Gedung Diklat LLDIKTI Wilayah IV tanggal 12-14 Desember 2019 lalu, di Jatinangor, Kab Sumedang lalu mengajak perguruan tinggi dan universitas di Jabar Banten, untuk melakukan & menulis penelitian/jurnal internasional.

Mari kita berkolaborasi agar sama-sama perguruan tinggi/universitas yang ada di Wilayah IV (sekitar 486 perguruan tinggi yang ada) bisa unggul dan maju beriringan satu sama lain, katanya. Terlebih pihaknya menggandeng Universitas Widyatama yang telah memiliki personal garansi dalam menerbitkan jurnal internasional dan memiliki slot menerbitkan 5000 jurnal internasional di Eropa dan Amerika.

Universitas Widyatama Kota Bandung melalui Rektornya Prof. H. Obsatar Sinaga, memiliki jaringan internasional mengenai publikasi jurnal internasional. Kapasitas Prof. H. Obsatar memiliki personal garansi dan diakui oleh negara Eropa dan Amerika untuk menerbitkan jurnal internasional. Terlebih di tahun 2020 diberi slot menerbitkan sebanyak 5000 jurnal internasional.

Ia memaparkan akan mengajak perguruan tinggi yang ada di naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV, Jabar dan Banten. Tidak mungkin jurnal sebanyak itu diterbitkan oleh kami sendiri atau diambil oleh dosen kami sendiri. Tetapi harus berkolaborasi dengan universitas atau perguruan tinggi lainnya. Jumlah dosen kami belum memadai sampai melakukan penelitian sebanyak itu, imbuhnya.

Pihaknya merasa senang apabila banyak perguruan tinggi yang berkolaborasi menulis jurnal internasional. Sendiri lebih baik namun apabila jurnal tersebut ditulis secara bersama-sama/berkolaborasi (dosen Widyatama dan perguruan tinggi lainnya) hasilnya jauh akan lebih baik lagi, terangnya.

Biasanya untuk mengawali kolaborasi penulisan jurnal internasional pihaknya melakukan starting point dengan penandatanganan MoU. Setelah itu sama-sama melakukan penelitian, lalu dipublish. Publikasinya akan menjadi urusan Widyatama, kata Prof. H. Obsatar. Kalau saya tanda tangan insya Allah jurnal internasional itu akan terbit di Eropa atau Amerika, sambungnya. Biasanya dalam waktu kurang lebih satu bulan jurnal internasional itu akan terbit. Satu minggu dikirim, langsung LOA Letter of Acceptance, kemudian satu bulan biasanya terbit, paparnya. Universitas Widyatama sendiri sudah mengeluarkan 635 jurnal internasional di tahun 2019 ini.

Sedangkan yang sudah melakukan MoU ada sekitar 22 perguruan tinggi termasuk pergguruan tinggi dari Negeri Jiran Malaysia. byhumas&komunita,17Des2019

Peduli UMKM, Widyatama Raih Penghargaan ICSB Markplus

Peduli UMKM, Widyatama Raih Penghargaan ICSB Markplus

Universitas Widyatama kembali peroleh penghargaan untuk kategori Reseach and Academian di bidang ekonomi, oleh Internasional Cource for Small Business (ICSB) Indonesia Presidential Award 2019 dan Markplus.

Penghargaan yang diterima langsung Rektor Universitas Widyatama Prof. H. Obsatar Sinaga itu diserahkan oleh Dimas Soerodjo, Fasilitator Markplus Institut, Kamis (15/11/2019) di Floating Matket, Kab. Bandung Barat, pada gelaran Galang UMKM (Usaha Menengah Kecil Menengah) Indonesia edisi ke-4, menuju UMKM Brilian.

Prof Obsatar mengatakan, bahwa? penghargaan yang diterima oleh Widyatama berkat banyaknya penelitian yang di publish pada jurnal internasional, dengan substansi mengenai UKM (Usaha Kecil Menengah). Karena itu mereka mengganggap Widyatama memiliki keperdulian yang tinggi terhadap perkembangan UKM. Menurut mereka Universitas Widyatama merupakan salah satu kampus yang sampai hari ini, memiliki pengabdian masyarakat yang tinggi terhadap UKM, termasuk di wilayah Subang, Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bandung dan lainnya, imbuhnya.

Bentuk perhatian Widyatama sendiri di antaranya dalam membantu membuat kemasan produk agar terlihat menarik. Hal itu disesuaikan dengan karakteristik daerahnya masing-masing. Ada beberapa UKM yang tahu cara memproduksi namun sulit memasarkan. Bisa juga memasarkan tetapi tidak bisa membuat perbandingan harga karena packagingnya kurang bagus, terangnya.

Untuk itu pihaknya sudah memberi banyak masukan bagi UKM, terutama dalam membuat kemasan yang menarik untuk menaikan nilai jual produknya. Kebetulan di kami memiliki prodi marketing, desain grafis. Terkini mengenai packaging, technopark Kota Cimahi akan digarap oleh Fakultas Desain Komunikasi Visual, Universitas Widyatama.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa bisnis UKM sekarang lagi booming. Pemerintah pun menitik beratkan pada UMKM termasuk dalam menyuntikan anggarannya. Hanya persoalannya apakah kemudian anggaran yang besar dari Kementrian UKM bisa terdistribusi dengan baik dan maksimal, tuturnya. Makanya menurutnya pihak pemerintah perlu menggandeng perguruan tinggi untuk mengoptimalkan, karena di perguruan tinggi banyak hasil riset tentang itu.

Terkait penelitian dan publikasi jurnal internasional yang dilakukan oleh Widyatama lebih mengutamakan kualitas. Hal itu didukung oleh 44 doktor yang dimiliki oleh kampus Widyatama. Di samping itu di tahun 2020 ini Widyatama akan mengajukan 10 profesor dari kampusnya, di tambah dengan majelis guru besar sebanyak 12 orang. Mengendors banyak profesor dari luar kampus yang bersedia menjadi anggota Majelis Guru Besar di Widyatama.

Pada kesempatan yang sama Mega perwakilan dari Markplus mengatakan alasan pihaknya memberikan penghargaan kepada Widyatama, karena Widyatama banyak membantu para UKM di daerahnya. Kami sudah melakukan base research banyak kampus yang diajukan (dikurasi). Widyatama salah satunya, karena ada beberapa juga? yang tidak lolos, katanya. Widyatama memiliki base research yang bagus dan memiliki kepedulian terhadap UKM, pungkasnya. Byhumas&komunita, 25Nov2019

Sharing Knowledge WNI di Jepang untuk Pengabdian Kepada Masyarakat

Sharing Knowledge WNI di Jepang untuk Pengabdian Kepada Masyarakat

Osaka, Jepang – Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat di Osaka Jepang, sebagai salah satu aplikasi tridharma perguruan tinggi. Kegiatan ini dalam bentuk Sharing Knowledge bagi entrepreneur dan Wirausahawan Warga Negara Indonesia (WNI) di Jepang.

Dekan Fakultas Ekonomi Dr. Diana Sari, selaku Ketua Tim Dosen menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan terobosan yang sangat baik sebagai bentuk pengabdian Dosen Universitas Widyatama yang dapat diprogramkan secara berkesinambungan ke depannya.

Antusiasme yang tinggi terlihat dari kedatangan peserta yang merupakan wirausahawan asal Indonesia yang telah menetap di Jepang selama 10-25 tahun. Tema kegiatan ini adalah Kiat menghadapi persaingan bisnis di era digital yang berlangsung hari Kamis, 14 November 2019 bertempat di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Osaka Jepang. Peserta yang hadir sebagian besar bergerak di bisnis jasa dan perdagangan, selebihnya adalah eksportir di kawasan Asia Timur dan ASEAN.

Di samping manajemen bisnis dan akuntansi, masalah perijinan dan aspek legal merupakan topik yang mendapat perhatian khusus oleh peserta dan para narasumber. Narasumber pada sharing knowledge disampaikan langsung oleh Dr. Diana Sari, Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama.

Konsul Jenderal Indonesia di Osaka, Mirza Nurhidayat, menyambut baik kegiatan tersebut dan mendukung penuh agar kegiatan ini dapat terus berlanjut. Di mana pada era persaingan yang semakin kompleks diharapkan pengusaha asal Indonesia mampu bersaing di Jepang khususnya di Osaka.

Di akhir kegiatan, Konsul Jenderal yang didampingi Pranowo selaku Pejabat Fungsional Ekonomi saling bertukar cindera mata dengan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, Dr. Diana Sari. byhumas&komunita, 27Nov2019

Apakah RIRN 2017 – 2045? Memahami Kebijakan Riset & Inovasi

Indeks Inovasi Global 2019 menempatkan Indonesia jauh diurutan bawah, serta realita hasil riset dan inovasi masih belum berkiprah dalam tataran produk industri nasional, demikian pula peran perguruan tinggi yang bisa dibilang masih minim mendorong majalah Komunita menelusuri Kebijakan Riset dan Inovasi.

Adalah dokumen Rencana Induk Riset Nasional/RIRN 2017 – 2045 menggambarkan dinamika kebijakan dari dua era pemerintahan, serta pelaksanaan riset nasional tahun 2017 – 2045.

Pada era pemerintahan Orde Baru kebijakan iptek dituangkan di dalam Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita). Repelita I dan II ditujukan sebagai upaya membentuk dan meningkatkan kuantitas lembaga litbang pemerintah serta meningkatkan sarana dan prasarana penelitian. Repelita III dan IV diarahkan untuk mengembangkan iptek dengan prioritas alih teknologi, terutama teknologi tinggi, peningkatan SDM dan diakhiri dengan melaksanakan penelitian dasar. Instrumen kebijakan yang digunakan pada era itu adalah RUSNAS, RUT, dan RUK.

Sedang pada era reformasi pasca 1998 berbeda, kebijakan iptek diarahkan untuk penguatan internal, pengembangan dan difusi iptek dengan mulai memperhatikan perlindungan hak kekayaan intelektual dan kerjasama internasional. Instrumen kebijakan yang digunakan Kebijakan strategis Pembangunan Nasional Iptek/Jakstranas Iptek dan Agenda Riset Nasional (ARN).

Tahun 2000, Repelita berganti menjadi Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), dimana iptek tidak menjadi salah satu prioritas, namun menjadi unsur pendukung pembangunan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan kapasitas industri untuk meningkatkan daya saing usaha. Lalu Kemenristek ditugaskan menyusun arah kebijakan iptek dalam dokumen tersendiri, yaitu Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek/Jakstranas Iptek. Tahun 2002 lahir Undang-Undang (UU) no. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 Iptek) merupakan produk kebijakan dalam rangka mengelola dan mendayagunakan sumber daya Indonesia dan isinya.

Awal era reformasi, paradigma pembangunan masih mengikuti paradigma Orde Baru, dan masih menggunakan GBHN 1998-2003 yang merupakan GBHN terakhir. Dalam rencana pembangunan jangka panjang, pembangunan iptek diarahkan pada “Pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek secara lebih tepat, cepat, dan cermat, serta bertanggung jawab agar mampu memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju, dan sejahtera” (GBHN, 1998). Sedangkan dalam Repelita VII, prioritas pembangunan bidang iptek adalah meningkatnya kapasitas pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek didukung oleh peningkatan kualitas SDM berlandaskan “Nilai-nilai spiritual moral, dan etik sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa dan keimanan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”; peningkatan kapasitas pengembangan teknologi bangsa sendiri; pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan teknologi untuk proses industrialisasi dan bidang-bidang pembangunan lainnya; serta pengembangan sarana dan prasarana iptek.

Mengusung amanat GBHN tahun 1999-2004, disusun Program Pembangunan Nasional (PROPENAS). Perbedaan nyata mengenai posisi iptek dalam pembangunan nasional pada PROPENAS ini bahwa iptek bukan sebagai salah satu bidang pembangunan nasional terpisah, sehingga masing-masing kelembagaan iptek harus memiliki rencana strategis sendiri yang mengacu pada dokumen arah pembangunan nasional iptek. Program pembangunan iptek tidak diuraikan secara detail dalam PROPENAS, namun disusun oleh Kemenristek dalam suatu dokumen tersendiri, yaitu Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Iptek ( Jakstranas Iptek).

PROPENAS 2000-2004 menyebutkan empat program nasional bidang iptek, yaitu: (1) program peningkatan iptek dunia usaha, (2) program diseminasi informasi teknologi yang bertujuan meningkatkan pembangunan ekonomi; serta (3) program penelitian, peningkatan kapasitas dan pengembangan kemampuan sumber daya iptek, dan (4) peningkatan kemandirian dan keunggulan iptek, untuk meningkatkan pembangunan bidang pendidikan.

Jakstranas Iptek pertama memuat rencana kebijakan Iptek tahun 2000 – 2004. Fokus kebijakan iptek awal Orde Reformasi ini diarahkan untuk revitalisasi pembangunan ekonomi dari dampak krisis dengan pemanfaatan iptek dan inovasi melalui integrasi antara jaringan kelembagaan iptek. Pembangunan ekonomi dilakukan melalui pembangunan industri dengan peningkatan kegiatan penelitian, pengembangan, dan rekayasa dalam kerangka sistem inovasi nasional.

Prioritas utama nasional pembangunan iptek tahun 2000-2004 adalah: (1) pembinaan sumber daya manusia; (2) pengembangan dan penguasaan iptek; dan (3) peningkatan kualitas penelitian, pengembangan dan rekayasa untuk mendukung pembangunan nasional. Pada Orde Baru pembangunan difokuskan pada sembilan wahana industri berteknologi menengah tinggi, sedang pada Orde Reformasi ini bidang fokus pembangunan lebih luas diarahkan ke segala sektor, baik yang berteknologi rendah, menengah, maupun tinggi.

Sesuai dengan PROPENAS 2000-2004, Jakstranas Iptek tahun 2000-2004 memuat 11 bidang fokus, yaitu: sosial budaya; pengembangan sistem-sistem nasional sektoral dan daerah; pertanian dan pangan; kesehatan; lingkungan; kelautan, kebumian dan kedirgantaraan; transportasi dan logistik; energi; manufaktur; informasi dan mikroelektrik; serta bahan baru. Pengembangan teknologi tinggi untuk industri strategis tidak lagi menjadi fokus kebijakan iptek seperti pada masa Orde Baru. Teknologi rendah, menengah, dan tinggi dikembangkan secara bersama-sama untuk mendukung 11 bidang fokus di atas.

Selanjutnya pada periode 2005-2009, pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 sebagai pengganti PROPENAS. Dalam RPJPN, disebutkan bahwa salah satu langkah untuk membangun daya saing bangsa adalah dengan meningkatkan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam RPJM tersebut iptek difungsikan sebagai alat untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Perubahan-perubahan signifikan juga terdapat pada Jakstranas Iptek 2005-2009 dengan ARN 2005-2009 sebagai lampirannya. Visi dan misi iptek pada periode ini lebih spesifik dibandingkan visi dan misi iptek pada periode sebelumnya dengan disebutkannya sektor tertentu sebagai obyek. Visi iptek 2005-2009 mengarah pada: a) teknologi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi dan kemandirian bangsa; b) iptek yang humanistik; c) terwujudnya sistem informasi spasial; d) iptek nuklir berkeselamatan handal; e) iptek kedirgantaraan; dan f ) Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai penguat daya saing. Sedangkan misi iptek 2005-2009 adalah: a) pusat keunggulan dan komersialisasi teknologi; b) mencerdaskan kehidupan bangsa yang berkemanusiaan; c) berlandaskan pada etika keilmuan; d) memperkuat daya saing masyarakat; e) membangun infrastruktur data spasial nasional; f ) pemanfaatan dan pelayanan reaktor dan fasilitas nuklir; g) penguasaan teknologi dirgantara dan berkelanjutan; serta h) pengembangan SNI.

Bidang fokus kebijakan iptek masih mengacu pada RPJM 2005-2009 yang terdiri dari enam bidang, yaitu: 1) pembangunan ketahanan pangan; 2) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan; 3) pengembangan teknologi dan manajemen transportasi; 4) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; 5) pengembangan teknologi pertahanan; serta 6) pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan.

Pada periode ini dihasilkan empat peraturan pemerintah sebagai instrumen untuk mewujudkan sistem inovasi nasional, yaitu: 1) PP No. 20 Tahun 2005, 2) PP No. 41 Tahun 2006, 3) PP No. 35 Tahun 2007, 4) PP No. 48 Tahun 2009.

Posisi iptek dalam RPJMN semakin kuat dengan dijadikannya iptek sebagai salah satu tujuan pembangunan. RPJMN 2010-2014 ditujukan untuk memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan daya saing perekonomian. Selain itu, iptek termasuk salah satu bidang pembangunan bersama sosial budaya, ekonomi, sarana prasarana, politik, pertahanan keamanan, hukum dan aparatur, wilayah dan tata ruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup; serta inovasi teknologi sebagai salah satu prioritas nasional.

Secara garis besar, prioritas pembangunan iptek 2010-2014 masih diarahkan pada penguatan SIN/Sistem Inovasi Nasional meliputi: penguatan kelembagaan iptek, penguatan sumber daya iptek, dan penguatan jaringan iptek; serta penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek (P3) di seluruh bidang fokus pembangunan, yaitu pangan, energi, teknologi informasi dan komunikasi, transportasi, pertahanan, kesehatan, dan material maju (Gambar 1).

 

Mengacu pada Jakstranas Iptek, telah diterbitkan instrumen produk hukum yang mendukung pembangunan iptek, antara lain: 1) PP Nomor 46 Tahun 2012, 2) PP Nomor 54 Tahun 2012.

Langkah-langkah pembangunan iptek tidak hanya dijalankan Kemenristek. Mendukung penguatan inovasi, pada tahun 2010 dibentuk Komisi Inovasi Nasional (KIN), yang ditugaskan Presiden untuk mengkoordinasikan kegiatan inovasi dalam meningkatkan produktivitas nasional. Untuk penerapan iptek, pada tahun yang sama didirikan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika berfungsi mengawasi peredaran produk hasil rekayasa genetika dan mengevaluasi pemanfaatannya. Untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan iptek, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia iptek, pada tahun 2012 Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan membentuk Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang setiap tahun menyediakan dana penelitian bagi tim peneliti dari lembaga penelitian kementerian dan non-kementerian, perguruan tinggi, maupun mitra lain; serta menyediakan beasiswa pendidikan untuk jenjang pendidikan S2 dan S3 yang memenuhi persyaratan tertentu.

Kebijakan iptek pada era reformasi menyinggung tentang pentingnya penataan ataupun penguatan kelembagaan iptek nasional. Aktor-aktor yang teridentifikasi memiliki peran penting dalam kegiatan penguatan sektor iptek Indonesia, terbagi dalam 9 (sembilan) jenis lembaga, yakni: 1) penyusun kebijakan iptek, 2) sektor industri strategis, 3) lembaga penelitian dan pengembangan di kementerian, 4) lembaga penelitian dan pengembangan non-Kementerian, 5) Perguruan Tinggi, 6) Sektor industri/ dunia usaha, 7) Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, 8) Organisasi Profesi, 9) Lembaga Penunjang, dan 10) Masyarakat. Sektor-sektor tersebut dibagi menjadi empat kelompok dasar yakni: kelompok institusi pendukung kegiatan iptek (nomor 8 dan 9), kelompok pengguna iptek (nomor 2, 6 dan 10), kelompok penyusun kebijakan/pemerintah (nomor 1), kelompok penghasil/pengembang iptek dan inovasi (nomor 3, 4, 5 , dan 7) (Gambar 2).

 

Untuk mengoptimalkan fungsinya, Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) telah mengeluarkan beberapa kebijakan tentang pengaturan kelembagaan (aktor) iptek nasional, yakni: Kebijakan Strategis Iptek Nasional ( Jakstranas) atau dikenal sebagai “Repelita Iptek” era reformasi. Kebijakan tersebut merupakan ringkasan acuan pengembangan kegiatan iptek nasional dalam tiap lima tahun. Jakstranas telah lahir tiga kali, yakni Jakstranas Iptek 2000-2004, Jakstranas Iptek 2005-2009, dan Jakstranas Iptek 2010-2014. Secara garis besar, Jakstranas Iptek beserta ARN sebagai lampirannya menggambarkan dinamika prioritas pengaturan ataupun jangkauan implementasi kebijakan yang mengatur kelembagaan iptek.

Rencana Induk Riset Nasional/RIRN Sinergi Kebijakan Lain

RIRN 2017-2045 disusun dengan memperhatikan beberapa aspek kebijakan terkait yang memiliki relevansi yang kuat, di antaranya pada sektor perindustrian (yakni RIPIN), sektor energi (yakni KEN), serta dipersiapkan untuk mengantisipasi sektor ekonomi kreatif (rencana induk sektor ekonomi kreatif dalam masa penyusunan) sebagaimana

1.a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2015 (RIPIN)

Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 menyebutkan salah satu sasaran dan tahapan capaian pembangunan industri adalah meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi. Artinya bahwa pengembang- an inovasi dan penguasaan teknologi menjadi salah satu pilar dalam mencapai pembangunan industri nasional. Di sisi lain, pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi tidak bisa dilakukan tanpa riset.

Dalam pembangunan industri nasional, RIPIN membagi tiga tahapan, pada setiap tahapan mempertegas kembali peran inovasi dan penguasaan iptek dalam pembangunan industri nasional. Artinya kebutuhan pengembangan inovasi dan penguasaan iptek sangat memerlukan dukungan riset.

RIPIN menjelaskan bahwa industri nasional yang akan dikembangkan, berisikan industri andalan masa depan, industri pendukung, serta industri hulu. Ketiga kelompok industri tersebut memerlukan modal dasar berupa, sumber daya alam, SDM, serta teknologi, inovasi, dan kreativitas. Pembangunan industri di masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh kebijakan dan regulasi yang efektif. Adapun 10 (sepuluh) industri prioritas yang terbagi dalam 3 kelompok meliputi:

Industri Andalan: (1) Industri Pangan, (2) Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan, (3) Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka, (4) Industri Alat Transportasi, (5) Industri Elektronika dan Telematika/ICT, (6) Industri Pembangkit Energi.
Industri Pendukung: (7) Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri.
Industri Hulu : (8) Industri Hulu Agro, (9) Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam Industri Hulu, (10) Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara.

Pembangunan industri nasional jelas memerlukan penguasaan teknologi, yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri dalam negeri agar mampu bersaing di pasar dalam negeri dan pasar global.

Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian industri nasional. Penguasaan teknologi di masing-masing kelompok industri prioritas terbagi dalam tiga periodesasi, sebagaimana pada Tabel terlampir.

 

Pemenuhan kebutuhan teknologi bagi pengembangan industri nasional, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel di atas, memerlukan sinergi kebijakan, sasaran, program yang diimplementasikan dalam bentuk aktivitas riset antara berbagai pemangku kepentingan, baik itu lembaga riset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dan dunia usaha.

1.b. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006 (KEN)

Perpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Ada dua sasaran KEN dalam Perpres tersebut, yaitu (a) Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025; dan (b) Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional:

minyak bumi menjadi kurang dari 20%,
gas bumi menjadi lebih dari 30%,
batubara menjadi lebih dari 33%,
biofuel menjadi lebih dari 5%,
panas bumi menjadi lebih dari 5%,
energi baru dan terbarukan lainnya, khususnya, Biomasa, Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin menjadi lebih dari 5%,
Bahan Bakar Lain yang berasal dari pencairan batubara menjadi lebih dari 2%.

Guna mewujudkan tujuan keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, langkah kebijakan yang dilakukan dikelompokan dalam Kebijakan Umum dan Kebijakan Pendukung.

Kebijakan Utama, meliputi penyediaan energi (melalui penjaminan ketersediaan pasokan energi dalam negeri, pengoptimalan produksi energi, pelaksanaan konservasi energi); pemanfaatan energi (melalui efisiensi pemanfaatan energi, diversifikasi energi); penetapan kebijakan harga energi ke arah harga keekonomian, dengan tetap mempertimbangkan bantuan bagi rumah tangga miskin dalam jangka waktu tertentu; dan pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Kebijakan Pendukung, meliputi pengembangan infrastruktur energi termasuk peningkatan akses konsumen terhadap energi; kemitraan pemerintah dan dunia usaha; pemberdayaan masyarakat; dan pengembangan litbang serta diklat.

Tindak lanjut Perpres Nomor 5 Tahun 2006 pemerintah mengeluarkan Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional (PEN) 2006-2025. Cetak Biru tersebut menyebutkan bahwa litbang energi merupakan salah satu program utama pengelolaan energi nasional. Ada 4 (empat) hal terkait program litbang energi, yaitu:

Pengembangan iptek energi, diarahkan pada:

(a) Teknologi batubara kalori rendah (Upgraded Brown Coal-UBC)

(b) Batubara cair (Coal Liquefaction)

(c) Teknologi energi ramah lingkungan

(d) Integrated coal gasification

(e) CNG untuk pembangkit tenaga listrik

(f ) Kilang mini LNG

(g) Ocean technology

(h) Dimethyl ether (DME)

(i) Coal bed methane

( j) Hidrat gas bumi

(k) Photovoltaic

Pengembangan mekanisme pendanaan Pemerintah/Pemerintah Daerah bagi

penelitian dan pengembangan iptek energi

Komersialisasi iptek energi, dilakukan melalui:

(a) Aplikasi teknologi energi berbahan bakar ganda, antara lain batubara dengan energi lainnya, khususnya biomassa,

(b) Pengembangan kendaraan berbahan bakar energi alternatif

(c) Pemanfaatan LNG untuk transportasi

(d) Pengembangan model skema bisnis

(e) Penerapan sistem insentif finansial

(f ) Pengembangan energi baru terbarukan dan teknologi energi efisien dalam kegiatan pengadaan yang menggunakan dana Pemerintah

Peningkatan kemitraan antar stakeholders energi baik di dalam maupun di luar negeri

Fungsi dan Peran Startegis Rencana Induk Riset Nasional

Penyusunan RIRN memang dibutuhkan bukan saja karena keterbatasan sumber daya pemerintah, tetapi juga untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pembangunan nasional di sektor riset.

2.a Sebagai Jembatan Penghubung Pembangunan Jangka Panjang dan Tahunan

Pelaksanaan pembangunan nasional merupakan mata rantai tidak terputus dan harmonis mulai dari cita-cita nasional seperti yang tertuang dalam mukadimah

UUD 1945 sampai langkah-langkah operasional, seperti yang tertuang dalam dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Karena itu, kegiatan-kegiatan tahunan yang sifatnya operasional melalui pelaksanaan program-program seharusnya merupakan bagian integral dari pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

Fokus RIRN adalah prioritas riset berbasis pemetaan kekuatan dan kapasitas riil terkini. RIRN dijabarkan dalam bentuk Prioritas Riset Nasional dengan periode 5 tahun yang berisi bidang fokus yang diperkirakan mampu menghasilkan produk-produk inovasi dalam jangka waktu paling lama 5 tahun. Penyusunan RIRN diharapkan akan membangun jembatan penghubung antara cita-cita pembangunan nasional dengan langkah-langkah operasional yang berfondasikan kebijakan berbasis data (evidence based policy ).

2.b Sebagai Pembangunan Sinergi Riset Nasional

Penyusunan RIRN diharapkan akan membangun sinergi riset nasional, yang bukan saja memperbaiki efisiensi, tetapi juga meningkatkan efektivitasnya. Indikator peningkatan efisiensi riset adalah menurunnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan satu riset yang besar dan kualitasnya sama dibanding dengan masa-masa yang lalu. Dari sisi lain, peningkatan efisiensi riset juga dapat dilihat dari aspek anggaran. Dengan anggaran yang sama dapat dihasilkan riset dengan skala lebih besar dan kualitas juga meningkat.

Sinergi riset nasional akan mengurangi potensi tumpang tindih yang berlebihan, atau pengulangan yang tidak proporsional. Sinergi riset nasional akan memberikan masukan untuk rasionalisasi riset yang belum merupakan prioritas utama. Di lain sisi, akan memotong mata rantai prosedur riset yang terlalu panjang. Namun perlu ditekankan bahwa penetapan prioritas bukan berarti melakukan eksklusi atas riset-riset yang belum menjadi prioritas.

Secara prinsip seluruh riset yang dilakukan dengan benar harus didukung karena berpotensi memunculkan invensi dan kontribusi di masa mendatang. Tetapi penetapan prioritas menjadi petunjuk untuk memberikan persentase dukungan yang lebih besar bagi riset prioritas.

2.c Sebagai Sarana Reintegrasi Pendidikan Tinggi dengan Riset

Fungsi dan peran RIRN ketiga sebagai pendorong reintegrasi pendidikan tinggi dengan riset. RIRN akan mendorong harmonisasi kegiatan riset di perguruan tinggi dengan masyarakat serta lembaga riset lainnya. Karena sejatinya pendidikan tinggi adalah pendidikan yang berbasis pada kegiatan pembelajaran melalui kegiatan riset. Melalui kegiatan riset, para mahasiswa memiliki kesempatan menemukan masalah, mencari berbagai solusi secara ilmiah dan merumuskannya menjadi metode yang baku dan bisa direproduksi. Proses melihat masalah, berpikir, bertindak secara ilmiah dalam koridor etika ilmiah ini merupakan ajang pembelajaran dan penciptaan SDM muda dengan literasi iptek yang tinggi di kemudian hari. Pola dan budaya ilmiah semacam inilah yang kelak menjadi modal penting untuk berkiprah dan berkompetisi secara global.

Pelaksanaan RIRN Tahun 2017 – 20145

Kapasitas dan kompetensi riset Indonesia saat ini masih sangat rendah, bahkan di lingkungan ASEAN sekalipun. Perlu dilakukan upaya dan strategi terintegrasi dan menyeluruh untuk memperbaiki. RIRN Tahun 2017-2045 didesain sebagai titik pangkal perbaikan secara menyeluruh.

Perencanaan sektoral seperti RIRN melengkapi perencanaan nasional yang telah ada dan berbasis keluaran akhir dari setiap K/L. RIRN diharapkan mengatur distribusi sumber daya secara rasional di semua ranah riset untuk meminimalisir potensi tumpang tindih yang berlebihan serta menempatkan setiap aktor sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya. Seluruh upaya dan strategi ini bermuara pada peningkatan kontribusi riset terhadap ekonomi nasional/ (lee)

Sumber : Dokumen RIRN 2017 – 2045

Widyatama MoU Dengan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia

Widyatama MoU Dengan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia

Universitas Widyatama dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jabar melakukan penantanganan nota kesepahaman/MoU. Prof. H. Obsatar Sinaga mengatakan bahwa hal itu merupakan salah satu langkah awal untuk menyokong pendirian jurusan komunikasi di kampusnya. Rencananya kami akan mendirikan jurusan komunikasi. Insya Alloh tahun depan sudah ke luar. Sekarang sudah di upload di Kementrian Pendidikan Nasional, terang Prof Obsatar, Rektor Widyatama, Kamis (28/11/2019) usai kegiatan yang berlangsung di ruang seminar lantai VI, Kampus Widyatama Bandung.

Ia pun memaparkan bahwa di kampusnya sudah ada Fakultas Desain Komunikasi Visual yang beririsan langsung dengan kerja-kerja jurnalis, di antaranya mengenai desain layout dan lainnya. Jika itu terjadi kerjasama akan digeser mengarah pada upaya menjadi media bagi mahasiswa Widyatama dalam praktek-praktek jurnalistik, tegasnya.

Universitas Widyatama pun menawarkan kepada anggota IJTI dan insan pers, yang akan melanjutkan kuliah jenjang S-2 dan S-3. Bagi yang belum melanjutkan S-2 dan S-3 (tahun depan sudah ada/2020), bisa melanjutkan di kami.

Dalam waktu dekat usai melakukan MoU, Universitas Widyatama dan IJTI Jabar menggelar diskusi publik/seminar. Rencananya menghadirkan tokoh-tokoh yang kompeten dalam bidang radikalisme dan terorisme, digelar di Gedung Serbaguna Widyatama Jalan Cikutra No 204 A. Mengundang seluruh insan pers, ratusan mahasiswa serta dosen.

Perlu diketahui Universitas Widyatama sebelumnya sudah menjalin kerjasama dengan IJTI. Dengan diadakannya MoU, menjadikan langkah-langkah ke depan terpayungi dengan payung hukum yang tepat untuk kedua belah pihak. byhumas&komunita, 28Nov2019

Tingkatkan Kualitas, STIKES Aisyiyah Lakukan MoU Dengan Widyatama

Tingkatkan Kualitas, STIKES Aisyiyah Lakukan MoU Dengan Widyatama

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Kota Bandung terus berupaya meningkatkan kualitas termasuk ranking perguruan tingginya di tanah air. Salah satu caranya melalui strategi pengembangan dan publikasi karya ilmiah para dosennya.

Untuk mencapai hal tesebut, STIKES Aisyiyah melakukan penandatangan nota kesepahaman atau MoU dengan Universitas Widyatama, pada Kamis 5 Desember 2019 di Kampus Widyatama.

Isi MoU di antaranya mengenai publikasi jurnal internasional. Tia Setiawati, Ketua STIKES Aisyiyah, usai kegiatan kepada majalahsora.com mengatakan, bahwa pihaknya melakukan MoU tersebut berdasarkan arahan dari LLDIKTI Wilayah IV.

Menurutnya Universitas Widyatama yang kini dipimpin oleh Prof. Obsatar Sinaga, merupakan salah satu kampus yang ditunjuk untuk melakukan pembinaan publikasi jurnal internasional. Kami memiliki sekitar 40 dosen. Minimal 50 persennya menindaklanjuti MoU ini, kata Tia. Di samping itu Tia mengaku sampai saat ini ada sekitar 50 artikel karya dosennya yang belum mereka publikasikan sama sekali. Makanya dengan MoU ini, minimal ada 40 artikel bisa terpublikasikan di semester ini (akhir Desember 2019). Dengan bimbingan dan supervisi dari Rektor Universitas Widyatama.

Perlu diketahui Universitas Widyatama merupakan perguruan tinggi pertama swasta yang ditunjuk Kemenristekdikti/Kemendikbuddikti, menggelar kegiatan pelatihan sistem aplikasi Risbang bagi 486 perguruan tinggi negeri swasta di wilayah Jabar Banten. Biasanya kegiatan itu dilaksanakan oleh perguruan tinggi negeri dan pihak swasta tidak pernah dilirik. Pada tahap awal ada 80 dosen dari 80 perguruan tinggi yang mengikuti pelatihan sistem aplikasi Risbang di Hotel Horison selama dua hari (28-29 Oktober 2019) lalu. Pematerinya dari Kemristekdikti/Kemdikbudikti.

Materi yang diberikan pada saat pelatihan mengenai sosialisasi prioritas riset nasional, kesiapterapan teknologi, pelatihan aplikasi garba rujuan digital (Garuda), pelatihan aplikasi akreditasi jurnal (Arjuna), pelatihan sistem informasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Simlitabmas). Di samping itu ada juga pelatihan mengenai pelatihan repositori tugas akhir mahasiswa (Rama), pengenalan aplikasi anjungan integritas akademik Indonesia (Anjani), pelatihan aplikasi science and technology index (Sinta) dan lainnya, sehingga para peserta paham cara menggunakan aplikasi dan meng-upload jurnalnya.

Oleh karena itu, menurut Tia pada saat Prof Obsatar, Rektor Widyatama memberikan penjelasan-penjelasan, akhirnya tertarik melakukan MoU. Pihak Widyatama akan melakukan pembinaan penelitian dan publikasi kepada para dosen STIKES Aisyiyah.

Strategi lainnya untuk mengembangkan kualitas STIKES Aisyiyah yaitu melakukan peningkatan SDM. Tidak hanya membina dari kemampuan dosennya tetapi juga meningkatkan jenjang karirnya. Selain tentang SDM, terutama dalam publikasi kami diberi ilmu baru atau pencerahan terkait bagaimana memotivasi dosen untuk melakukan publikasi, kata Tia.

Ini lebih smart strateginya dibandingkan pola-pola terdahulu. Mempercepat publikasi jurnal internasional. Ada yang satu tahun jurnalnya belum dipublikasikan, imbuhnya. Lebih lanjut ia memaparkan bahwa selama ini pihaknya memakai cara normatif, dalam pengajuan-pengajuan publikasinya akhirnya lama untuk terbit. Tadi setelah diberikan pencerahan dari Prof. Obsatar ternyata begitu mudahnya untuk publikasi jurnal internasional, kata Tia. Ia pun berharap ke depan 100 persen dosennya dapat mempublikasikan jurnal internasionalnya.

Di samping pembinaan pihaknya juga ingin ada peningkatan kualitas dari institusi STIKES Aisyiyah, di mana pada tahun 2021 mereka akan diakreditasi.

Sementara itu Prof Obsatar mengatakan bahwa dirinya diminta untuk melakukan supervisi oleh pihak STIKES Aisyiyah, di antaranya untuk merubah sekolah tinggi menjadi universitas.

STIKES Aisyiyah juga mengajukan bantuan kepada kami terutama dalam urusan akreditasi dalam hal jurnal penelitian, serta kenaikan jabatan fungsional, kata Prof Obsatar, di ruang kerjanya. Semua proses itu kami bantu untuk mencapai ke arah sana.

Dari pengakuannya STIKES Aisyiyah menjadi perguruan tinggi ke-9 yang disupervisi oleh Widyatama. Berikutnya Universitas Widyatama akan melakukan hal yang sama kepada Universitas Sangga Buana (USB) YPKP, pada tanggal 10 Desember 2019.

Kembali dengan MoU, STIKES Aisyiyah ingin melakukan lonjakan seperti Widyatama. Di mana Widyatama sebelumnya berada diperingkat 225, sekarang ada diperingkat ke 95 (top 100 perguruan tinggi di Indonesia). STIKES Aisyiyah rankingnya kini ada di 500 an. Kalau mereka mau kami bisa supervisi untuk meningkatkan rankingnya.

Kami bersyukur, Widyatama dipercaya oleh seluruh perguruan tinggi di wilayah IV (Jabar Banten) sekitar 486-an perguruan tinggi untuk melakukan supervisi, imbuhnya. Byhumas&komunita, 09Des2019

MoA PT. Pindad antara Widyatama dan Unpad Untuk Program Magang Bersertifikat

MoU sekaligus MoA antara PT. Pindad dengan Universitas Widyatama dan Unpad ditandatangani di PT. Pindad, Kamis (18/12/2019) lalu di Gedung Direksi Pindad, Lantai 2, dalam kegiatan magang pendampingan bersertifikat bagi mahasiswa kedua kampus tersebut di BUMN strategis alutsista.

Terkait kerjasama Direktur Keuangan & Administrasi PT. Pindad, Wildan Arief, S.E., Ak, MBA, CPMA. Mengatakan, bahwa ada hal yang berbeda yang akan didapat oleh para mahasiswa yang ikut magang di BUMN yang berlokasi di Jalan Terusan Gatot Subroto No. 517, Sukapura, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung.

Karena kultur kami berbeda dengan BUMN yang lain. PT. Pindad dahulu di bawah naungan TNI AD, jadi ada penerapan disiplin khas TNI yang kami pertahankan. Dari sisi cara bisnisnya pun berbeda pendekatannya karena menjual alat pertahanan, kata Arief.

Ia menjelaskan bahwa program magang bersertifikat ini bagian dari program Kemendikbud. Kami sendiri sudah memiliki kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi, Widyatama dan Unpad melakukannya hari ini. Dengan adanya program magang bersertifikat ke depan dunia industri akan mendapat support dari mahasiswa yang akan memasuki dunia kerja, katanya. Hal ini merupakan program perbaikan dari sistem pendidikan perguruan tinggi di Indonesia. Tentu dari hard skill mahasiswa Widyatama dan Unpad sudah memiliki kualitas yang sangat baik di kampusnya. Apalagi kalau melihat dari lulusan Widyatama dan Unpad merupakan perguruan tinggi terkemuka, kata Arief.

Mereka selama magang di sini?akan meningkatkan soft skillnya, karena mereka akan terlibat langsung?berkomunikasi dengan staf yang ada. Bisa mempelajari mengenai komunikasi yang efektif, bagaimana cara mengetahui dan mengikuti gaya bekerja dan hal lainnya di PT. Pindad, pungkasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Arry Bainus Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Padjadjaran (Unpad) mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan pembekalan kepada mahasiswanya, di mana di setiap semester mereka akan diberikan sertifikat pendampingan (soft skill) seperti penguasaan bahasa asing, teknologi informasi, dan lainnya sesuai fakultas serta prodinya. Dirinya sependapat bahwa saat ini mahasiswa dituntut memiliki soft skill yang unggul, ketimbang hanya baik pada sisi nilai akademik (IPK) saja. Ia pun menambahkan bahwa mahasiswa juga harus pandai berkomunikasi.

Dr. Arry Bainus menyatakan, bahwa ke depan Unpad siap-siap disusul oleh Universitas Widyatama Kota Bandung. Tahun 2020 kami selaku PTN dituntut oleh Mendikbud masuk ranking 500 besar dunia perguruan tinggi unggul. Namun saat ini Universitas Widyatama pun hampir menyusul Unpad, kami berada ranking 8, Univesitas Widyatama menduduki ranking 12 (raking Dikti, Unirank), kata Arry Bainus. Menurutnya Widyatama saat ini maju pesat, melakukan terobosan-terobosan luar biasa dalam hal penerapan sistem akademik serta meningkatkan kualitasnya.

Pada kesempatan yang sama Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama sangat tersanjung terhadap pujian yang dilontarkan Warek Akademik dan Kemahasiswaan Unpad, Dr. Arry Bainus Kakak angkatannya di Unpad. Ia mengatakan bahwa kampusnya terus melakukan terobosan agar mahasiswanya lebih menguasai soft skill ketimbang hanya nilai akademik, terlebih untuk menghadapi persaingan global dalam dunia industri dan usaha.

Perlu diketahui Widyatama meningkatkan soft skill para mahasiswanya, karena di setiap semester mahasiswa Widyatama akan menerima sertifikat (keahlian) pendampingan. Di samping itu Widyatama pun akan menerapkan patokan kelulusan mahasiswanya dengan menerbitkan hasil penelitian mereka pada jurnal internasional. Jadi tidak hanya skripsi. Saya sangat berterima kasih kepada PT. Pindad yang telah memberi kesempatan melakukan MoA dengan kami (Widyatama), khususnya pada program pemagangan bersertifikat. Semoga mahasiswa kami semakin terasah soft skill dan pengalamannya, kata Prof. H. Obi sapaan akrabnya. Lebih lanjut Prof. H. Obi menjelaskan bahwa kampusnya belum lama ini melakukan kerjasama strategis dengan Air Asia, salah satu maskapai penerbangan ternama di Dunia, sebagai upaya membuka Prodi Perawatan Pesawat Udara.

Sementara itu Oliver Hasan Padmanegara, S.E., M.Sc., Kepala Biro Kerja Sama Universitas Widyatama, mengatakan bahwa MoA dengan PT. Pindad merupakan kolaborasi yang penting. khususnya pemagangan bagi mahasiswa Widyatama. Selain dapat memberikan manfaat bagi kedua institusi, harapan kami adalah dapat menghilangkan expectation gap antara employer dan calon tenaga kerja yang tersedia di bursa tenaga kerja saat ini, kata nya. byhumas&komunita, 19Des2019