Saturday, August 2, 2025
Home Blog Page 90

Mengapa Dan Apa Kewirausahaan?

MENGAPA DAN APA KEWIRAUSAHAAN?

Alam konteks kesejarahan, bangsa kita dikenal memiliki kerajaan-kerajaan besar yang konon memberi kemakmuran bagi rakyatnya, semisal : Sriwijaya, Sunda/Pajajaran, Majapahit, Samudra Pasai, Ternate, Banten, Mataram yang dikenal luas bangsabangsa lain melalui perdagangan.
Objek perdagangan terutama hasil hutan atau kebun, seperti berbagai rempahrempah : lada, gaharu, cendana, pala, kemenyan, serta gambir, juga emas dan perak.
Potensi kekayaan alam nusantara tersebut mengundang kedatangan bangsa-bangsa lain. Kedatangan bangsa-bangsa lain yang ekploratif tersebut akhirnya menguasai nusantara. 385 tahun kita tenggelam dalam periode penjajahan yang akhirnya membangkitkan semangat kebangsaan dan persatuan.

Kini, hampir 68 tahun Indonesia sebagai bangsa yang telah memerdekakan diri dari penjajahan fisik Belanda maupun Jepang. Dalam usia tersebut Indonesia telah melewati dua generasi, dan memasuki generasi ketiga dalam mengisi kemerdekaan. Tetapi cita-cita menghantarkan bangsa ini bagi kesejahteraan seluruh warga bangsanya masih jauh. Data statistik terakhir memang mengatakan bahwa pertumbuhan perekonomian kita meningkat, sebaran kemiskinan semakin menurun. Tetapi capaian tersebut dibandingkan dengan populasi penduduk yang 337 juta justru belum menunjukan prestasi signifikan yang dirasakan kebanyakan warga bangsa. Pembangunan dan dampaknya masih dirasakan minim bagi sebagian besar warga bangsa. Padahal tidak ada negera sekaya dan selengkap sumber daya alam Indonesia. Kekayaan sumber daya alam berupa bahan tambang, mega biodiversity (peringkat 17 dari 139 negara), forest diversity – sebagai hutan tropis terbesar setelah Brazil.

Negeri kepulauan yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, dengan luas daratan 1,9 juta km2 dan 3,1 juta km2 luas perairan beserta kekayaan lautnya. Secara budaya memiliki lebih dari 300 ragam suku dan 742 bahasa dan dialek, memiliki 8 World Heritage Cultural Sites. Sebagai negara kepulauan terbesar dan terluas, Indonesia memiliki populasi penduduk terbesar ke empat di dunia, sekitar 337 juta orang yang merupakan potensi sekaligus pasar. Bahkan Indonesia saat ini memiliki anugerah demografis ? dimana penduduk usia muda berjumlah relatif besar – yang berpotensi sebagai generasigenerasi pembelajar, generasi pembangun yang kreatif, inovatif dan berdaya tahan. Sejauhmana potensi penduduk dan kekayaan tersebut dikelola dengan baik oleh warga bangsa, negara dan pemerintah bagi kepentingan bersama. Ironi yang berlangsung sejak zaman penjajahan, bahwa nusantara sudah menjadi sumber utama dunia dalam hasil bumi dan laut. Komoditas pertanian, perkebunan, laut, dan pantai Indonesia sudah jadi pembicaraan para pebisnis dunia. Kedatangan para partikelir dari Eropa untuk berdagang, dan berujung penjajahan adalah bukti otentik catatan sejarah masa silam negeri ini.

Saat ini, Indonesia dikenal penghasil kopi terbaik di dunia. Kopi yang dihasilkan Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, diakui kualitasnya. Tetapi Amerika Serikat melalui Starbucks merupakan perusahaan di bidang kopi terbesar di dunia yang memiliki cabang di berbagai negara termasuk Indonesia. Indonesia juga sebagai penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, tapi bukan penghasil cokelat terkemuka. Swiss yang tidak punya lahan untuk menanam kakao menjadi produsen cokelat terkemuka. Ironi lain, industri kedirgantaraan dan kelautan sulit berkembang di negeri kepulauan ini, padahal industri tersebut dibutuhkan sebagai sarana transportasi dan logistik bagi pertumbuhan perekonomian. Industri kedirgantaraan yang dibangun serta dipelopori anak-anak bangsa bahkan sempat membawa nama bangsa di seluruh dunia di era tahun sembilan puluhan, terkerdilkan sejalan dengan krisis ekonomi tahun 1997.

Sehingga industri ini merangkak di negerinya sendiri. Tetapi kini produk pesawat terbang luar digunakan bagi transportasi domestik, sementara anak-anak bangsa tidak mendapat bagian pekerjaan desain maupun produksi dari impor pesawatpesawat tersebut. Padahal sebagai negara ke pulauan percepatan perekonomian perlu didukung sistim transportasi dan logistik nasional melalui moda transportasi yang tepat. Buahbuahan lokal dan produk pertanian tidak berkembang salah satunya akibat sistem transportasi dan logistik yang relatif kurang mendukung. Jepang tidak memiliki sumber daya alam berlebihan, tapi industri negara ini mampu memasok kebutuhan hidup bangsa-bangsa lain dalam barang elektronik, mobil dan teknologi tinggi lainnya.

Demikian pula akhir-akhir ini China, Korea Selatan, dan India semakin mengibarkan produk-produk negerinya di pasar global, yang sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi mereka. Bisnis korporasi multinasional terus menggurita di tanah air mengeplorasi potensi domestik, sementara pengusaha dan korporasi nasional belum juga memiliki satu pun produk bermerek global, kecuali terkenal sebatas pemasok komoditas primer bernilai tambah rendah. Sementara itu, negara lain memiliki wirausaha yang relatif banyak ketimbang Indonesia. Amerika Serikat, memiliki wirausaha 11,5 persen dari total penduduknya. Singapura sekitar 7,2 persen warganya adalah pengusaha. Indonesia dengan segala sumber daya alam yang dimilikinya Rubrik Utama ternyata hanya memiliki wirausaha tak lebih 0,18 persen dari total penduduknya.

Padahal secara historis dan konsensus, sebuah negara minimal harus memiliki wirausaha 2 persen dari total penduduk agar perekonomian negara berkembang maju. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan yang kuat dari warga bangsa yang didukung penuh oleh pemerintah. Karena itu wirausaha merupakan pilihan keharusan kedepan . Dengan berwirausaha tidak saja memungkinkan melakukan sesuatu sesuai keinginan melalui upaya membuka diri , meningkatkan semangat juang dan motivasi, mengoptimalkan seluruh potensi, minat dan kemampuan yang ada pada diri sendiri; juga membuka peluang bagi kesejahteraan banyak orang. Apa Kewirausahaan/Entrepreneurship ? Era global sekarang ini merupakan era kewirausahaan. Para wirausahawan mengendalikan revolusi yang mentransformasi dan memperbaharui perekonomian dunia.

Ekonomi baru telah ditandai budaya kewirausahaan yang diaplikasi ke dalam aktivitas primer maupun pendukung. Siapa yang tidak kenal wirausahawan global yang mengubah dunia seperti : Steve Jobs yang mengembangkan Apple, Howard Schultz dengan Starbuks, Jeff Bezos dengan Amazon, Herb Kelleher dengan Southwest Airlines, Reid Hoffman dengan Linkedin, Bill Gates dengan Microsoft, Sir Richard Branson dengan Virgin Group, Oprah Winfrey dengan Harpo Inc., Ted Turner dengan Turner Broadcasting, Fred Smith dengan Federal Express Corp. , Muhammad Yunus dengan Grameen Bank, Ratan Tata dengan Tata Group, Larry Page and Sergey Brin dengan Google, Phil Knight dengan Nike, Mark Zuckerberg dengan Facebook dan banyak lagi. Indonesia semakin berpacu dengan bangsa lain yang sudah lebih dulu maju. Korporasi baru dunia yang terus bermunculan dikendalikan generasi muda dengan visi bisnis yang kuat, jiwa kewirausahaan yang tangguh sebagaimana digambarkan di atas.

Pemimpin bisnis berusia muda terus bermunculan membawa perekonomian melaju lebih pesat. Dengan kekuatan modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang dimilikinya korporasi multinasional akan terus menggunakan segala kekuatan untuk melakukan ekspansi dan pengisapan kekayaan di negara – negara tertinggal atau berkembang tempat mereka beroperasi. Sebaliknya kebangkitan wirausaha muda Indonesia terasa lambat. Sementara itu, Indonesia dihadapkan pada masih kaburnya visi serta rendahnya komitmen birokrat dan pengambil kebijakan publik tentang pentingnya membangun semangat kewirausahaan masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. Padahal. kewirausahaan hanya bisa bangkit manakala diberi lahan subur untuk bersemai, dipupuk, dilindungi, dan dibela kepentingannya. Mengimbangi semakin mengguritanya korporasi multinasional itu, tidak lain kecuali membangun semangat kewirausahaan di kalangan warga bangsa Indonesia seagresif mungkin sehingga lahir semakin banyak pelaku usaha, dan bertumbuhnya korporasi-korporasi nasional baru yang sehat dan tangguh.

Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha di dalam negeri, harus ada upaya serius untuk menciptakan orang-orang yang mampu mengambil peluang yang ada dan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya maupun untuk orang lain. Lembaga pendidikan semestinya berperan lebih banyak lagi untuk menumbuhkan semangat ?ke wirausahaan dan membentuk orang-orang yang tahan banting dengan segala kesukaran yang dihadapi untuk membangun kemandirian. Tanpa semua itu, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang besar bagi produk bangsa dan korporasi asing. Kekayaan berupa potensi sumber daya alam akan lebih banyak dinikmati bangsa lain, sementara bangsa Indonesia cukup puas mengonsumsi karya bangsa lain. Dan semua itu bisa menjadi tinggal kenangan di tengah arus kapitalisme global yang mengutamakan keunggulan modal , teknologi , dan inovasi manus ianya, yang kini menjadi kelemahan bangsa ini.

Jadi , apa sesungguhnya kewirausahaan? Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto , M . P d . dalam konsep kewirausahaan menguraikan sebagai berikut. Kewirausahaan/Entrepreneurship merupakan esensi dari usaha bebas simetrik dan a-simetrik karena penciptaan dan kelahiran bisnis baru dalam industri yang telah ada dan industri baru yang memberi vitalitas bagi ekonomi pasar. Dikatakannya, secara harfiah penggalan kata usaha dalam istilah kewirausahaan lebih berkonotasi effort atau upaya, bukan sekedar konotasi bisnis belaka. Karena itu, jiwa dan semangat kewirausahaan tidak hanya harus dimiliki oleh para pengusaha (business-man), melainkan sangat perlu dimiliki oleh profesi dan peran apa saja dalam berbagai fungsi yang berbeda. Apakah profesi guru / dosen , murid/mahasiswa, dokter, tentara, polisi, dan sebagainya.

Pengaruh Pendidikan VS pengalaman wirausaha

PENGGERAK KOMUNITAS

Hingga kini masih ada perdebatan apakah seorang wirausaha dapat dilahirkan atau tumbuh hanya karena bakat alamiah.
Ada orang sejak lahir sudah pandai, berani mengambil resiko, pandai berhitung dan lainnya. Tapi tidak dapat dipungkiri latihan, pendidikan dan praktek juga penting. Dunia usaha Indonesia berupaya untuk menjangkau perguruan tinggi, sebagaimana yang dirintis Ciputra Grup, Bank Mandiri dll. Demikian pula, perguruan tinggi harus mengupayakan hubungan dengan dunia usaha agar dapat menumbuhkan generasi muda yang berwirausaha.

Perguruan tinggi dituntut mempersiapkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulum atau mengupayakan para generasi muda mengembangkan minat dan kemampuannya dalam kewirausahaan. Ekonom Joseph Schumpeter mengatakan ada tiga elemen utama dalam kemajuan suatu bangsa, yakni wirausaha, inovasi dan creative destruction (kultur yang lama diganti dengan yang baru, yang lebih baik). Jadi, wirausaha yang berinovasi adalah kunci kemajuan suatu bangsa. Indonesia pemerintah dalam kebijakannya mulai mengambil bagian dengan menciptakan suasana bagi berkembangnya tiga elemen kemajuan bangsa tersebut.

Ilustrasi hasil penelitian Gist di atas mencoba menggambarkan wirausaha/ penggerak komunitas di negeri Paman Sam yang berbasis pendidikan versus berbasis pengalaman . ilustrasi tersebut membangunkan pertanyaan lama yang sering muncul dalam komunitas dunia teknologi. Lebih baik mana, apakah mendapat gelar master dari universitas atau mendapat gelar master dari sekolah kehidupan? Saat ini dunia teknologi diisi banyak anak muda belum berpengalaman yang mendirikan perusahaan diawali ketika menangani proyek saat mereka kuliah. Kenyataan yang cukup berlawanan bahwa sesungguhnya mayoritas para pendiri adalah lulusan atau bahkan master di bidang ilmu kejuruan masing-masing.

Perinciannya : 46% merupakan lulusan kuliah, 45% memiliki gelar master, 2% bergelar Doktor dan 7% tidak tamat jenjang kuliah. Akan tetapi, untuk permasalahan keuangan. Para wirausaha yang tidak tamat kuliah atau memiliki gelar master di bidang sains dan bisnis memiliki kemampuan mencapai atau meningkatkan keuangan lebih baik dibanding wirausaha yang memiliki gelar keilmuan. 4,3 juta US dollar merupakan rata-rata pertumbuhan para wirausaha non gelar keilmuan, 2,8 juta US dollar wirausaha atau pendiri bergelar MBA, 2,5 juta US dollar pendiri bergelar Master Sains, 2,2 juta US dollar wirausaha atau pendiri lulusan kuliah dan 1 juta US dollar bergelar MBA serta Master Sains. Mengenai rata-rata kegagalan saat memulai suatu usaha. Secara nasional, 40% usaha di bidang teknologi mengalami kegagalan di tahun pertama.

Untuk alumni program Techstars tingkat kegagalan usaha sebesar hanya 6,5% sedangkan Y Combinator sebesar 22%. Beberapa nama wirausaha dan pendiri terkenal di bidang teknologi yang memiliki gelar master di bidang keilmuan seperti Mark Fincus pendiri Zynga lulusan Harvard bergelar MBA, Sergey Brin salah satu penggagas Google bergelar MBA dan Master Sains, Jerry Yang dan David Filo para

Sedangkan berikut ini adalah wirausaha atau pendiri alumni program Techstar dan Y Combinator. Diantaranya : Mike Lewis (pendiri Kapost), Trip Alder (Scribo), Steve Huffman (Reddit), Brian Chesky (Airbnb), Tom Chikoore (Filtrbox).
Apabila ditelaah lebih mendalam, persentase kesuksesan para wirausaha atau pendiri yang mengkombinasikan ilmu dan pengalaman dalam dunia industri mencapai 85%.

Program Techstar telah menciptakan perusahaan sebanyak 92 sejak tahun 2007. Sebanyak 79 perusahaan masih aktif beroperasi, 7 perusahaan mengalami akuisisi dan hanya 6 yang gagal. Sementara itu, program Y Combinator menciptakan 144 perusahaan sejak tahun 2005 dengan tingkat kesuksesan sebesar 57%.

Jadi benang merah yang dapat dipaparkan adalah kombinasi antara ilmu pengetahuan dan pemberian pengalaman dalam dunia industri merupakan faktor yang sangat menunjang kesuksesan atau kegagalan suatu usaha/wirausaha, baik itu industri manufaktur maupun industri teknologi dan IT. (lee/ar/fe) TechStars TechStars adalah akselerator startup mentoring-driven didirikan oleh David Cohen, Brad Feld, David Brown, dan Jared Polis yang memegang 13 program mingguan untuk startups di Boulder, New York City, Boston, Seattle, dan San Antonio.

TechStars menyediakan dana benih dari lebih 75 perusahaan modal ventura dan angel investor, serta bimbingan intensif dari ratusan pengusaha terbaik di dunia. http://en.wikipedia.org/wiki/Techstars Y Combinator Y Combinator (YC) mengembangkan model pendanaan baru startup. Dua kali setahun mereka menginvestasikan sejumlah kecil uang di sejumlah besar startups. Para pemula pindah ke Silicon Valley selama 3 bulan, bekerja intensif dengan mereka membentuk perusahaan terbaik dan memperbaiki lapangan kerja mereka kepada investor. Kami dan alumni jaringan YC terus membantu pendiri untuk kehidupan perusahaan mereka, dan seterusnya. Sejak tahun 2005, telah mendanai lebih dari 500 startups.

Pengaruh Pendidikan VS pengalaman wirausaha

A Report from the Kauffman Panel

A Report from the Kauffman Panel on
Entrepreneurship Curriculum in Higher Education

The report explains why entrepreneurship matters to American higher education and offers broad recommendations about the potential of entrepreneurship as a key element in undergraduate education, the major, graduate study, the evaluation of faculty, topics referred to as the co-curriculum, and the management of universities. In reaching its conclusions, the Panel examined an array of educational models and practices and also discussed the possibility of a disciplinary canon for entrepreneurship. It concluded?wisely, in our view?that the diversity of institutional types and educational missions of American colleges and universities make a single approach to entrepreneurship both unrealistic and inauthentic. Thus, the report aims to be suggestive rather than prescriptive and supplies illustrations from a variety of colleges and universities as concrete exemplars of its general points.

Introduction

Introduction

Higher education is basic to the future of American life. The nation’s ability to prosper and to thrive in an increasingly knowledge-based global society and economy depends on our having a progressively well-educated population. The values and practices of pure research discovery, originality, innovation shape and motivate American university learning.

The American bachelor’s degree has other objectives as well. Among the most frequently stated are critical thinking, scientific and quantitative reasoning, preparation for citizenship, moral reflection, readiness for work, respect for diversity, broad intellectual knowledge, the transmission of culture, and appreciation of our national values. At the root of all these legitimate and important goals is an even more fundamental purpose of learning: intelligibility.

We cannot improve a world we do not understand, and we cannot advance if we do not comprehend ourselves, our strengths, limitations, and motivations. By making the world and ourselves increasingly comprehensible and thereby manageable, education establishes a foundation for human growth, creativity, fulfillment, and progress. If intelligibility is a fundamental goal of learning, then American higher education must reflect the experience and conditions of contemporary life.

Higher education cannot make intelligible a world from which it is removed or does not address. College learning must teach students how to make sense of and how to affect the reality in which they will actually live. Education cannot succeed if it becomes insular and static. To be sure, studying great works of the past and the persisting questions of human nature is basic to becoming an educated person.

But a distinctive strength of American higher education also should be dynamism and adaptability, a capacity to address urgent, current questions of nature, society, and human experience as well as classic ones.

Entrepreneurship is a dominant force in contemporary America. It generates ongoing innovation and improvement of our goods, services, and institutions. It makes them more efficient, affordable, and, thus, effective. Entrepreneurship enhances the quality of our collective and individual lives.

It changes the way we work, the way we communicate, the way we live. Innovation and improvement depend on intelligibility. In the final analysis, we cannot devise renhance the incomprehensible. We cannot repair what is mysterious to us. Because intelligibility is a fundamental purpose of higher education, and generating new knowledge is the highest expression of American learning, entrepreneurship and college education are inextricably bound to one another.

Each has an ineluctable interest in the success of the other. Against this background, entrepreneurship should be both a legitimate subject in American undergraduate education and a pervasive approach to learning and the management of universities

Widyatama Entrepreneur Community

Kiprah Widyatama Entrepreneur Community

Sekelompok mahasiswa berkerumun di bawah pohon rindang duduk mengelilingi seorang pria muda yang dengan sabarnya menjelaskan dan menjawab, serta melayani berbagai pertanyaan mengenai banyak hal berkaitan dengan kegiatan wirausaha.
Mulai dengan bagaimana membuat proposal bisnis plan untuk mengembangkan usaha yang sudah dirintis namun masih perlu bantuan permodalan, atau berbagai kendala hubungan usaha yang masih belum membantu mendorong usaha yang sedang dirintis.
Atau bahkan ada yang bertanya bagaimana memulai usaha baru, agar tidak mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Pria bernama Iwan Ridwansyah, 33 yang pernah mendapatkan penghargaan pada : The Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (Ismbea) 2009 itu dengan tenangnya dan sangat bersahabat melayani serta menjelaskan berbagai hal tentang upaya pengembangan usaha, cara-cara menghadapi kendala di lapangan terkait dengan implementasi di lapangan usaha, dan financial method .

Pendiri WEC (Widyatama Entrepreneur Community) Bandung ini tidak segan-segannya memberikan konsep atau rahasia menjalankan usaha, dimana para mahasiswanya diajak meninjau langsung ke lapangan usaha baik pada unit usaha yang dikelolanya sendiri maupun bidang usaha rekan sejawatnya. Dosen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung (FBM ? UTama) dan pernah menjadi sekertaris program studi S1 itu bertekad untuk menyebarkan virus semangat berwirausaha di kalangan mahasiswa

Semangat yang tinggi dikobarkan kepada mahasiswa yang menjadi anggota WEC Bandung bukan hanya ketika berada di lingkungan kuliah, namun benar-benar dipraktekkan di lapangan yang sebenarnya, sehingga pembelajaran dan pelatihan ketrampilan berwirausaha itu berjalan seiring (learning by doing). Para anggota WEC Bandung ini ditempa dengan caranya sendiri, antara lain latihan membuat perencanaan bisnis yang dituangkan melalui pembuatan proposal usaha ( perencanaan usaha/business plan), mencari dan atau menggalang mitra usaha, menawarkan produk, mempelajari perilaku pasar, dan berbagai hal lainnya, sehingga para anggota benar-benar siap menjalankan usahanya dimulai dari yang ukuran kecil, disertai kebanggaan/kepercayaan diri yang tinggi, kemauan yang kuat untuk maju, dan kekuatan mental atau daya tahan terhadap perkembangan perlawanan lingkungan yang di luar prediksinya.

Saat ini sudah terbukti banyak mahasiswa/anggota WEC Bandung yang dapat bertahan dan usahanya semakin maju bahkan berkembang pesat menjadi entrepreneur muda yang sukses.
KOMUNITA JUNI 2013.jpg17
Sebagai contoh tokoh muda sukses Mayang Azka , baik di kampus (menyelesaikan kuliah tepat waktu) maupun di lapangan usaha dengan merek REGEN BOGEN produknya berupa Bolu Pelangi, dengan omset usaha per bulan Rp 52.000.000,-
WEC Bandung dibentuk dengan idealisme yang tinggi dan tekad membangun visi untuk membentuk para wirausahawan muda dari kalangan kampus. Pandangan sebagian orang bahwa kampus hanya menjadi tempat bagi para calon ilmuwan masa depan dan bukan untuk para calon wirausahawan yang merintis lapangan kerjanya sendiri selayaknya dirubah.

Melalui langkah kecil WEC akan diupayakan terbentuk citra positif menjadikan kampus sebagai candradimuka wirausahawan muda yang ampuh, tangguh dan berwibawa di dunia kewirausahaan. Pembekalan Usaha Kegiatan WEC Bandung yang paling mendasar antara lain menanamkan pola berpikir tentang kewirausahaan sebelum membangun usaha.
Pola berpikir yang perlu diperhatikan antara lain tanggapan tentang karakteristik perorangan dalam merespon perkembangan lingkungannya, serta bagaimana pula dengan pola karakteristik kelompok sosial pada lingkungannya.

Para anggota komunitas diberi pandangan mengenai karakteristik perseorangan maupun kelompok sosialnya dalam menanggapi perkembangan lingkungannya, dengan cara membangun rangsangan cara berfikir positif terhadap stimulant yang sengaja diciptakan. Ini dimaksudkan untuk melihat sampai sejauhmana reaksi/tanggapan, serta ke arah mana suatu kondisi itu berkembang.
Juga diberi panangan tentang pola peluang yang berkaitan dengan k ebutuhan e k onomi lingk ungan sekitarnya. Apakah dapat menjadi peluang untuk pengembangan suatu usaha baru dan berciri khas. Setelah kedua pola dasar itu terbentuk dalam cara berfikir anggota.
Selanjutnya diberikan pula pemahaman tentang metoda-metoda mendirikan usaha baru dengan mempertimbangkan secara cermat prinsip dasar memanfaatkan sumber daya yang minimum tapi dapat menghasilkan karya yang maksimum.

Dalam setiap proses untuk memulai langkah awal, selalu mengidentifikasi pergerakan sekecil apapun yang menyimpang dari perencanaan semula, dan mengupayakan perbaikannya sesegera mungkin. Hal ini dilakukan dengan cara didiskusikan dan dijadikan topik bahasan oleh kelompok komunitas, sehingga didapat jalan keluar untuk memperbaiki pengelolaannya.
Setelah usaha yang dirintis tersebut dapat berjalan stabil ( permasalahan penyimpangan dari perencanaan tidak terlalu mengganggu rencana semula dan langsung dapat ditanggulangi sendiri). Dilanjutkan mengupayakan pengembangannya, yaitu sistim pengelolaan sudah dapat distandarkan.

Tahap ini menjadi bahan bahasan pula bagaimana cara mengembangkan tanpa harus mengganggu proses yang sedang berjalan dan sudah dianggap stabil tersebut. Banyak contoh usaha yang sudah berkembang dengan mudah dikuasai orang lain , karena terlambat dilembagakan. Merek dagang sebagai usaha baru yang berciri khas masih sering diabaikan untuk dilembagakan. Padahal sebagai pionir di bidang tersebut?merupakan modal dasar dalam citra dagangannya.

KULIAH UMUM PRODI BAHASA

Prodi Bahasa Jepang telah melaksanakan kuliah umum pada Jumat, 07 Maret 2014 yang bertempat di R. Seminar Lt. 6 Gd. B. Kuliah umum bertema Pentingnya Bahasa Asing dalam Dunia Penerbangan merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan Fakultas Bahasa. Salah satu dasar kegiatan ini sebagai sarana pembekalan bagi mahasiswa Fakultas Bahasa dalam menghadapi masyarakat industri/dunia kerja. Kegiatan ini diharapkan mendorong mahasiswa lebih memahami pentingnya kemampuan bahasa asing di dunia kerja, keahlian dalam penerjemahan, dan kewirausahaan. Pembicara adalah bapak Hendra Lesmana (Airport Supervisor All Nipon Airways), moderator Abdul
Latif Jaohari, S.S., M.Pd., MC dan Notulen Adisti Martha Yonahi, S.S., M.Pd.
Peserta lomba hadir dalam kuliah umum tersebut sebanyak 91 orang mahasiswa Fakultas Bahasa Universitas Widyatama. Salah satu materi yang disampaikan menjelaskan peraturan penerbangan internasional, yaitu CASR (Civil Aviation Safety Regulation) adalah peraturan yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena banyaknya
bahasa teknis yang sulit di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, staf dituntut untuk dapat menguasai bahasa Inggris agar dapat memahami peraturan dengan baik (Prodi Bhs Jepang & Inggris)

Kuliah Umum tentang Indonesia, Recent Economic Development & Future Challenges

Program Pascasarjana Universitas Widyatama ? Magister Akuntansi dan PPAk Kamis (16/1) telah menyelenggarakan Kuliah Umum bagi mahasiswa Program Magister Akuntansi dan PPAk dengan tema Indonesia: Recent Economic Development & Future Challenges dengan Pembicara Bapak Dr (HC) Ir. Burhanuddin Abdullah, MA Gubernur BI periode 2003-2008 yang saat ini menjabat sebagai Rektor IKOPIN.
Kuliah umum berlangsung di ruang seminar lantai 6 gedung B sekitar dua jam penuh yang dihadiri oleh Rektor Universitas Widyatama, Dr. Mame S. Sutoko, Ir., DEA beserta jajarannya. Kuliah umum diperkaya pertanyaan para audience yang merupakan mahasiswa dan dosen Program Magister Akuntansi. Momentum ini benar-benar? dimanfaatkan untuk sharing pengetahuan dan wawasan seputar dunia perbankan dan moneter di Indonesia. Pukul
22.00 WIB kuliah umum berakhir ditandai pemberian cinderamata oleh Rektor Universitas Widyatama kepada Bapak Burhanuddin.

Singapore Studi Tour Fakultas Bisnis Dan Manajemen & Fakultas Ekonomi

FBM & FE Universitas Widyatama (UTama) Selasa (18/02) telah melakukan Kerja Kuliah Lapangan (KKL) selama 3 hari di Singapura. Rombongan KKL Singapura dipimpin oleh Ryan Kurniawan, S.E.,M.M. dengan membawa rombongan 12 Dosen dan 100 Mahasiswa. Kunjungan dilakukan ke Singapore Institute of Management (SIM) untuk melakukan studi banding. SIM menyambut sangat ramah ketika rombongan UTama tiba. SIM mengawali dengan mempresentasikan company profile, Program Manajemen dan Program Akuntansi. Akhir presentasi dilanjutkan sesi tanya jawab. Di akhir acara UTama yang diwakili. Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si.,Ak. menyampaikan ucapan terima kasih dilanjutkan dengan tukarmenukar merchand dan cinderamata (FBM & FE-2014)

Fasilitasi PENDIDIKAN ALTERNATIF

Jakarta, Kompas – Pendidikan alternatif berkualitas yang tumbuh dari inisiatif masyarakat perlu didukung pemerintah. Namun, dukungan itu bukan berarti penyeragaman bentuk pendidikan alternatif.
 
Pemerintah tak perlu mengatur,tetapi memfasilitasi secara nasional agar pendidikan alternatif yang bermunculan semakin berkualitas, kata Rektor Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar Ibe Karyanto pada Bincang Malam Minggu Bedah Buku Dari Akar Kami Tumbuh: Praktek Pendidikan Alternatif, di Jakarta, Sabtu (4/5).
 
Pemberian fasilitas, di antaranya, agar inisiatif mengembangkan pendidikan alternatif diakui resmi. Pemerintah juga dinilai perlu membentuk lembaga khusus untuk memberi pengakuan kualitas perkembangan siswa sesuai kondisi pendidikan alternatif yang dikembangkan warga. Pemerintah semestinya mendukung agar pendidikan alternatif juga bisa mendapat dukungan dan pendanaan dari dinas pendidikan. Sayangnya, sering terbentur birokrasi harus berbentuk pusat kegiatan belajar masyarakat. Cara seperti ini berarti tak mengakui kekhasan pendidikan alternatif, kata Ibe.
 
Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar menyelenggarakan pendidikan menyenangkan bagi anak-anak pinggiran Jakarta dan sekitarnya. Mereka bebas mengembangkan diri dengan pembelajaran yang tidak konvensional dan mendorong munculnya kreativitas anak dengan dukungan fasilitator. Jimmy Paat dari Sekolah Tanpa Batas mengatakan, pendidikan alternatif mengusung semangat yang membuat anak mampu belajar mandiri, merdeka, belajar mengenal kehidupan, mengasah kepekaan, dan menangkap nilai-nilai kemanusiaan. Kehadiran pendidikan alternatif ini pilihan dari sistem pendidikan yang ada, yang hanya jadi tempat transfer pengetahuan, katanya.
 
Jimmy, yang juga pengajar pada Universitas Negeri Jakarta, mengatakan, pendidikan alternatif tak mengarahkan anak mengejar kertas dan angka. Pendidikan alternatif mendorong anak merdeka dalam berpikir, katanya. (ELN: http://edukasi.kompas.com/ read/2013/6 Mei 2013)

DOSEN UTama Raih Hibah Penelitian TA 2014

Raih Hibah Penelitian TA 2014

Kesekian kalinya dosen Universitas Widyatama raih hibah dari DIKTI. Dosen yang berhasil meraih adalah NUGROHO JULI SETIADI, S.E., M.M., Ph.D dan ARIEF RAHMANA, S.T., M.T.

NUGROHO JULI SETIADI, S.E., M.M., Ph.D. jenis Hibah Penelitian Kompetensi (Status Usulan Lanjutan) dengan judul

PENINGKATAN SKILL DAN PROFESIONALISME PEKERJA DAN AGEN PENDUKUNG INDUSTRI KREATIF: MOMENTUM PERCEPATAN AGENDA MP3EI dan ARIEF RAHMANA, S.T., M.T. jenis Hibah Disertasi Doktor (Status Usulan Baru)dengan judul PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN BERBASIS SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MANAJEMEN PROYEK (STUDI PADA KARYAWAN INDUSTRI MANUFAKTUR PROPINSI JAWA BARAT).

Keberhasilan ini merupakan kontribusi kepada institusi, dan selanjutnya pelaksanakan kegiatan hibah penelitian dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya dan dipertanggungjawabkan. Hal-hal lain yang menyangkut mekanisme pelaksanaan disampaikan melalui website dikti.go.id atau laman SIMLITABMAS.