Sunday, August 3, 2025
Home Blog Page 73

Manfaat Kulit Pisang

10 Manfaat Kulit Pisang

Pisang adalah tumbuhan yang bisa dimanfaatkan seluruhnya untuk kita. Mulai dari batang, daun, hingga buahnya yang berguna untuk mereduksi risiko kanker, bahkan kulitnya. Ya, kalau makan pisang jangan buang kulitnya. Ternyata banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari kulit pisang. Kulit pisang dikenal memiliki sifat antijamur dan antibiotik. Kulit pisang sarat akan vitamin, mineral, dan serat. Lengkapnya, inilah 10 manfaat kulit pisang.

 

1. Obat Alami untuk Psoriasis

Psoriasis dialami oleh banyak orang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai obat alami untuk menyingkirkan psoriasis. Gosokkan bagian dalam kulit pisang di area yang terkena psoriasis. Awalnya area tersebut akan menjadi merah, namun dengan penggunaan secara terus-menerus akan terlihat perbedaan hasilnya.

 

2. Mengobati Jerawat

Kulit pisang juga bisa dimanfaatkan untuk kondisi kulit lainnya yaitu sebagai obat jerawat. Gosokkan bagian dalam kulit pisang pada jerawat. Setelah penggunaan rutin, jerawat tidak akan lagi terlihat. Untuk mendapatkan hasil terbaik, disarankan mengoleskan kulit pisang pada jerawat di malam hari.

 

3. Mengobati Kutil

Manfaat lain dari kulit pisang adalah mengobati kutil. Gosok bagian dalam kulit pisang pada kutil setiap malam. efeknya akan terlihat pada hari ke 7-10. Sebagai alternatif, kulit pisang bisa dilekatkan pada kutil selama semalaman. Lihat hasilnya dalam 15 hari.

 

4. Mempercantik Kulit

Untuk kulit kenyal yang indah, gosokkan bagian dalam kulit pisang pada wajah sebelum tidur. Biarkan semalaman, cuci keesokan harinya dengan air hangat.

 

5. Mengatasi Iritasi & Gatal Alergi, iritasi kulit, dan memar

kulit juga dapat diobati dengan kulit pisang.Jika kulit gatal, tempelkan bagian dalam kulit pisang pada area yang terkena gatal dan biarkan semalaman. Bahan kimia dalam kulit pisang akan membantu menyingkirkan rasa gatal.

 

6. Mengobati Luka

Luka karena cedera, terutama pada lutut dapat disembuhkan dengan kulit pisang. Gosok lutut dengan bagian dalam kulit pisang dan lihat efek penyembuhannya.

 

7. Memutihkan Gigi

Beberapa orang mengklaim bahwa menggosokkan bagian dalam kulit pisang pada gigi secara teratur bisa membantu memutihkan gigi. Kulit pisang harus digosok pada gigi dengan gerakan melingkar. Jika kulit pisang digunakan setiap hari, efek pemutihan gigi akan terlihat dalam waktu sekitar dua minggu.

 

8. Mengatasi Gigitan Nyamuk

Bila terkena gigitan nyamuk, kulit menjadi teriritasi dan gatal. Kulit pisang bisa digunakan untuk mengurangi pembengkakan, gatal, serta iritasi yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.

 

9. Mengkilapkan Aksesoris Perak & Kulit

Kulit pisang ternyata bisa membuat aksesoris yang terbuat dari perak dan kulit kembali mengkilap. Sebelum digunakan, disarankan untuk melakukan pengujian dengan menempelkan sedikit kulit pisang di tempat yang tidak mudah terlihat pada aksesoris tersebut.

 

10. Pupuk Kompos

Kulit pisang bisa juga digunakan sebagai pupuk kompos untuk tanaman. Kadar kalium dan fosfor yang tinggi pada kulit pisang terbukti sangat membantu saat digunakan sebagai pupuk kompos.

 

(Sumber: amazine)

Mutual Trust Melalui Kepemimpinan

Rika.Rachmawati, SE.,M.Si , Mutual Trust Melalui Kepemimpinan
Rika.Rachmawati, SE.,M.Si

Bukan suatu hal aneh dimasyarakat kita bahwa masalah-masalah yang terjadi mengedepankan pada kepentingan individu atau sebagian kelompok, muncullah kemenangan-kemenangan baru akan suatu kelompok berdasarkan kepentingannya. Inilah yang menjadi pemicu adanya gap diantara masyarakat yang ada di sekelilingnya. Bagaimana bila kesenjangan itu dibiarkan berlarut tanpa ada media yang menjembataninya. Untuk menetralisir keadaan ini masyarakat membutuhkan suatu wahana membentuk kerangka masyarakat yang bersatu, permulaannnya hendaklah mengeksplorasi diri pada bentuk trust, tanpa trust betapapun hebatnya sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan bersama, tidak akan tercapai bila trust tidak pernah menyertainya. trust sebagai sisi emosional kita yang positif untuk meyakini sesuatu yang kita persepsikan.

Trust setiap individu akan berbeda, upaya untuk mensejajarkan tingkatan trust, lahirlah mutual trust, dimana ada umpan balik didalamnya. Mengkaji lebih dalam mutual trust, dengan memulai menggali apa yang dapat kita kontribusikan terhadap apa yang kita harapkan. Mutual trust sangatlah penting guna menjalin simbiosis mutualisme diantara para pelakunya. Individu-individu yang ada didalamnya membentuk suatu keterikatan atas dasar saling kepercayaan (mutual trust). Mutual trust merupakan modal sosial sebagai pemersatu yang membutuhkan lem kekuatan yang sangat tinggi, salah satunya dapat diapresiasikan melalui kepemimpinan.
Kepemimpinan terjadi karena adanya faktor trust. Kepemimpinan tidak berbicara mengenai subyek yang konstan, melainkan dipenuhi dengan dinamika dan perubahan. (Sulistiyani, 2008:12). Kepemimpinan menjadi simbol pemimpin untuk menggerakkan bawahannya, seorang pemimpin bukanlah pemimpin tanpa mengetahui kepemimpinan bagi yang dipimpinnya. Individu yang tergabung dalam ruang lingkup masyarakat akan memerlukan pemimpin untuk mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan dalam lingkungan sosial.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara para pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. (Rost, dikutip Sulistiyani, 2008;13). Kepemimpinan yang efektif menyelaraskan bentuk kepemimpinan dengan kondisi ataupun kematangan masyarakat yang memililiki budaya yang beraneka ragam. Faktor kultur tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan individu bersikap maupun mempersepsikan sesuatu. Alangkah baiknya keanekaragaman budaya yang kita miliki merupakan asset terpenting untuk menciptakan lingkungan masyarakat dalam sebuah negara, Indonesia, yang memiliki visi dan misi yang sama membangun infrastruktur yang ada dengan mendayakan sumberdaya alam yang kaya, agar dapat dikelola untuk dinikmati dan dijaga kelangsungan hidupnya. Kebudayaan yang beraneka ragam yang kita miliki, kita ciptakan sebagai keunggulan kompetitif (competitive advantage) diantara negara-negara lainnya yang sedang berkembang. Proses itu dimulai dari sumberdaya manusia dan menjadi hal krusial, sebagai elemen kunci.
Budaya masyarakat yang beraneka ragam dapat mempengaruhi pola kepemimpinan, untuk itulah diperlukan pemahaman budaya masyarakat yang adaptif. Budaya adaptif memerlukan pendekatan yang bersifat siap menanggung resiko, keyakinan dan proaktif terhadap kehidupan organisasi dan kehidupan individu. Para

 

anggota secara aktif mendukung usaha satu sama lain untuk mengidentifikasi pemecahan yang dapat berfungsi. (Kliman disadur Tika(2005;13). Satu faktor yang harus diperhatikan, setiap daerah atau wilayah memiliki kekhasan ataupun keunikan budaya masing-masing. Kelebihan yang dimiliki suatu daerah tidak menjadi keunggulan yang menghilangkan nasionalisme. Siapapun yang menjadi pemimpin tidak dilihat dari kefanatikan suatu daerah, dengan menjadikannya simbol untuk menduduki kursi kepemimpnan. Kapabilitas merupakan suatu ukuran, bagian dari kepercayaan masyarakat yang dititipkan pada pemimpinnya. Dengan demikian landasan membangun masyarakat yang memiliki mutual trust melalui kepemimpinan dengan budaya masyarakat yang beraneka ragam, akan lebih mudah untuk dibangunnya. Karena masyarakat tidak membutuhkan sekedar wacana-wacana, masyarakat lebih kritis menghadapi setiap perubahan yang ada, untuk itulah syarat pembangunan yang terpenting adalah dengan manifestasi yang nyata.

Untuk mengembangkan mutual trust, salah satu dasar yang dapat membangunnya adalah teori Albert tentang individual personality, menjelaskan tentang keseimbangan antara cara individu melihat dirinya, cara individu ingin dilihat dan cara individu dilihat oleh orang lain. Semakin harmonis hubungan ketiga hal tersebut, semakin kuat kepribadian seseorang. Dengan kepribadian yang kuat individu akan melangkah kedepan dengan pasti, dengan keyakinan orang lain akan menerima kehadirannya dan memberikan kepercayaan kepadanya. Adapun mengimplementasiannya :

1. Individu melihat dirinya.
Bagaimana seorang individu mengenali dirinya dalam konteks sifat, sikap yang merupakan cerminan diri. Kemampuan melihat dirinya sangatlah penting, mengetahui sisi kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh individu bersangkutan. Apabila individu melihat dirinya sebagai seseorang yang memiliki power ataupun kemampuan, menjadikan bekal utama dalam membentuk PD (percaya diri). Percaya diri inilah yang menjadi awal kebangkitan untuk mampu bersosialisasi dalam lingkup masyarakat. Kepercayaan diri dibina dengan memiliki kontrol penyeimbangnya, yakni kecedasan emosional (Emotional Intellegence).

 

2. Individu ingin dilihat.
Sebagai individu yang memiliki rasa bangga terhadap apa yang dimilikinya, selalu memperlihatkan sikap-sikap positif yang dibawanya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sikap ini timbul dari dalam keluar. Ketika sikap itu direfleksikan akan memberikan suatu respon terhadap penerimanya.

 

3. Individu dilihat oleh orang lain.
Sikap dari luar/masyarakat yang menilai individu, tentunya cara ini menekankan pada apa yang kita lakukan dan dipersepsikan oleh masyarakat. Untuk membangun masyarakat yang memiliki mutual trust melalui kepemimpinan dengan budaya heterogen, maka untuk mewujudkannya belajar mengenali diri sebelum mengenal orang lain atau individu lainnya, dengan mengenali diri, pemahaman untuk orang lain atau individu lainnya akan lebih membuka pikiran kita untuk mengenal perbedaan menjadi sebuah kekayaan, yang penuh dengan nilai-nilai yang bermakna. Tujuh kebiasaan yang menggambarkan sebuah pendekatan yang menyeluruh dan terintegrasi terhadap efektivitas pribadi dan antar pribadi, dan bahwa lebih daripada yang ada didalam kebiasaan-kebiasaan individual itu sendiri, kunci yang sebenarnya terletak dalam hubungan diantara kebiasaan-kebiasaan dan bagaimana mereka diurutkan (Covey, 1997).

Paradigma Tujuh Kebiasaan

1. Jadilah Proaktif

Jadilah sebagai individu yang terus dipacu untuk mengembangkan kebiasaan proaktivitas. Stimulus yang ada mempengaruhi pola pikir untuk merespon, sebagai tindakan dalam kebebasan untuk memilih. Individu yang proaktif memperhatikan dari sudut pandang pada paham-paham yang dianutnya sebagai sebuah nilai yang dijadikan barometer dalam kebebasan untuk memilih, sadar betul bahwa apa yang dipilihnya merupakan kematangan yang penuh tanggung jawab. Menjadi proaktif menegakkan pilar-pilar kematangan berpikir dan bertindak.

2. Merujuk pada tujuan akhir
Sebagai manusia yang dianugerahi akal pikiran, alangkah baiknya mengoptimalkan kehidupan yang dijalani dengan agenda padat karya, tujuan yang ingin dicapai, target-target dalam tahap kehidupannya, lakukan dengan mengagendakan rencana-rencana jangka pendek dan jangka panjang, kerjakan sesuatu berdasarkan peta hidup. Sehingga apa yang dilakukan menjadi fokus dan terarah, tidak keluar dari koridor yang telah dirujuknya. Selalu gunakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Jadikan segala aktifitas yang dilakukan dalam kehidupan bertumpu pada satu tujuan, atau yang dikenal dengan teori path goal.
3. Dahulukan yang utama
Membuat skala prioritas merupakan asfek penting, kita memilah atas apa yang dipilih. Mengambil tindakan siap dengan segala bentuk konsekuensi yang akan diterimanya. Sebagai individu yang memiliki kehendak bebas, pertanggungjawaban tidak hanya terhadap diri sendiri, tetapi pada lingkungan karena manusia tidak pernah terlepas dari interaksi masyarakat sekitarnya. Dengan membuat skala prioritas hasilnya memenej diri menjadi efektif.

 

4. Berpikir menang
Tempatkan dalam isi kepala kita kata menang, konsep menang memotivasi untuk bisa mencapai kinerja yang optimal. Menang disini bukan karena kemandirian kita, tetapi saling ketergantungan (interdepency) yang memang mekanisme kerjanya selalu adanya kerjasama. Membuat kemenangan setara dengan kesuksesan yang dimiliki individu adalah untuk bersama. Filosofinya tidak ada kemenangan tanpa kemenangan sebelumnya. Menang merupakan perbaikan dari kekurangan. Hal ini menunjukkan apa yang dikerjakan dari setiap individu hasilnya sesuai apa yang diharapkan.

 

5. Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti
Kunci utama mengerti keluhan ataupun kritikan orang lain, menyajikannya bahwa yang berbicara itu adalah yang kita alami, dari sudut pandang yang sama. Tokoh diri yang menyusup melalui penjelmaan orang lain, akan membuat diri kita lebih sensitif, ingin diperhatikan, memancing emosi orang disekitarnya, yang berantusias dengan pengalaman yang kita alami, dan orang akan berempati. Dengan demikian memandang orang lain itu adalah kita, memudahkan langkah kita untuk mengerti terlebih dahulu tentang orang lain atau individu lainnya, sebelum kita ingin dimengerti oleh orang lain.

 

6. Wujudkan sinergi
Formulasikan kekurangan dan kelebihan menjadi suatu kesatuan yang saling meniadakan perbedaan, yang berpatokan pada satu tujuan. Munculkan kekuatan positif dengan berpikir positif, yang berdampak pada sikap dan perilaku yang positif pula. Sinergi awal dari mindset kita. Cara kerja sinergi sama seperti cara kerja organ tubuh.

 

7. Asahlah gergaji

Ada empat sisi dalam diri kita, yaitu fisik, spiritual, mental, sosial/emosional. Fisik dengan melakukan olahraga seimbang, periksakan badan secara berkla, penuhi gizi makanan seimbang, istirahatkan tubuh dengan waktu yang cukup. Spiritual, gunakan waktu ibadah dengan tepat, isilah bathin kita, hati kita dengan kekayaan hubungan kita dengan Sang Pencipta.apapun yang kita lakukan, bila kita memiliki hati penuh dengan spiritual, akan membawa kecerdasan emosional, pengendalian diri. Mental, sediakan waktu luang untuk berintropeksi atas segala bentuk kejadian yang dilewati, mengatur diri atau memenej diri terhadap suasana diluar yang diperkirakan. Sosial/emosional, perbanyaklah berinteraksi dengan berbagai kalangan individu, ikut aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, hal-hal seperti ini membentuk kematangan sisi emosional kita, dan kita menjadi peka terhadap orang lain. Dengan apa yang telah penulis paparkan ini secara ringkas, hal ini dapat menjadi dorongan untuk dapat maju dan berkembang secara bersama, dengan saling mengeratkan satu sama lain dalam membentuk kerjasasama yang dibentuk dengan saling kepercayaan.

Rika Rachmawati, Dosen Fakultas Bisnis & Manajemen, dan peneliti di Universitas Widyatama.

Kopi Dapat Menyehatkan Mata

Konsumsi kopi dikaitkan dengan banyak manfaat, salah satunya adalah mengurangi risiko diabetes tipe 2. Penelitian baru menemukan bahwa minuman ini juga berpotensi melindungi penglihatan. Studi tersebut dilakukan oleh Cornell University di Ithaca, New York, Amerika Serikat. Kita semua tahu bahwa kafein di dalam kopi memiliki stimulan yang mendukung kesehatan tubuh. Lebih jauh, biji kopi mentah ternyata mengandung 7-9 persen asam klorogenat (CGA), antioksidan yang memiliki banyak manfaat, termasuk penurunan berat badan dan tekanan darah.

Penemuan baru menyatakan, ekstrak kopi dan CGA tersebut memiliki manfaat yang lebih kaya, yakni melindungi mata dari degenerasi retina. Bagian tersebut berfungsi untuk menerima dan mengorganisir informasi visual yang rentan terhadap hipoksia.”Retina adalah salah satu jaringan tubuh yang paling aktif secara metabolik. Retina mengonsumsi oksigen lebih cepat dari jaringan lain, bahkan otak sekalipun,” jelas para peneliti dilansir Medical News Today. Untuk studi mereka, tim menguji sel ganglion retina pada tikus. Sebelumnya, kerusakan sel dapat berkurang dengan pengobatan oksida nitrat saja. Tapi studi membuktikan bahwa CGA dan ekstrak kopi juga dapat mencegah menurunnya protein pada permukaan sel. Inilah sebabnya mengapa kopi turut memberikan manfaat kesehatan pada mata.

Sementara itu selain menyehatkan mata dan mengurangi risiko dia- betes, studi lain juga menyebutkan bahwa minum setidaknya dua cangkir kopi sehari, dapat mengurangi risiko sirosis hati sebesar 66 persen, serta membantu melawan kanker prostat.

(Sumber: life.viva.co.id)

Khasiat Biji Nangka

Khasiat Biji Nangka

Ketika makan nangka, jangan langsung membuang bijinya. Di beberapa daerah Indonesia, biji nangka biasanya diolah kembali untuk dijadikan makanan. Namun rupanya tak banyak yang menyadari bahwa biji nangka tak hanya enak dimakan, melainkan juga bisa membawa banyak manfaat untuk kesehatan dan kecantikan tubuh. Biji buah nangka dipenuhi oleh nutrisi dan protein. Beberapa nutrisi yang ada di dalamnya antara lain adalah karbohidrat, serat, vitamin A, C, dan B, serta mineral seperti kalsium, zat seng, dan fosfor. Selain itu di dalamnya juga terdapat antioksidan yang bisa menangkal kanker. Biji nangka juga bisa membantu mencegah konstipasi. Penasaran dengan manfaat kesehatan lain dari biji buah nangka?

1. Kesehatan kulit
Jika ingin memiliki kulit yang cantik, lembut, dan bebas kerutan serta bintik-bintik hitam, biji buah nangka bisa membantu Anda. Caranya adalah dengan merendam biji buah nangka di susu dingin selama beberapa waktu. Kemudian haluskan biji nangka tersebut dan gunakan sebagai masker pada kulit yang memiliki kerutan. Lakukan hal ini untuk menghilangkan kerutan pada kulit. Cara ini juga bisa digunakan untuk membuat kulit semakin mulus dan bebas noda. Selain itu, mengonsumsi biji buah nangka secara teratur juga bisa membantu menghaluskan kulit. Biji buah nangka yang kaya serat membantu mencegah konstipasi dan menghilangkan racun yang yang ada dalam kulit. Cara ini akan membuat kulit semakin bersih, sehat, dan terlihat berkilau.

2. Kesehatan mental

Makan biji buah nangka mungkin tampak tak berkaitan dengan kesehatan mental. Padahal keduanya ternyata bisa saling berpengaruh. Selain baik untuk kesehatan kulit, mengonsumsi biji buah nangka juga baik untuk mencegah stres. Biji buah nangka mengandung banyak protein dan nutrisi yang baik untuk mencegah stres. Tak hanya itu, makan biji buah nangka juga bisa menjadi salah satu cara menyehatkan kulit. Nutrisi yang ada dalam biji buah nangka meningkatkan kelembapan kulit dan menyehatkan lever.

3. Kesehatan rambut

Biji buah nangka memiliki kemampuan untuk membantu melancarkan sirkulasi darah. Sirkulasi darah yang baik sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan rambut. Dengan begitu, mengonsumsi biji buah nangka akan membantu menjaga kesehatan rambut. Tak hanya itu, biji buah nangka juga bisa membantu mrngontrol tingkat gula darah karena biji buah nangka mengandung banyak mangan. Biji buah nangka yang mengandung vitamin A juga membantu mencegah rambut rontok dan menyehatkan mata. Vitamin A di dalamnya akan mencegah penyakit mata seperti kebutaan dan lainnya. Vitamin ini juga menjaga kesehatan rambut, mencegah rambut terlihat kering dan rontok atau patah.

4. Mencegah Anemia

Biji buah nangka mengandung banyak zat besi yang bisa membantu mencegah Anda terkena anemia. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk produksi sel darah merah, sehingga mengonsumsi biji buah nangka akan membantu Anda untuk mengontrol jumlah sel darah merah dan mencegah Anda mengalami kekurangan darah atau anemia. Tak hanya itu, biji buah nangka juga melancarkan aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga membantu menjaga kesehatan organ tubuh lainnya seperti jantung dan pembuluh darah, serta mencegah penyakit kulit.

5. Meningkatkan gairah seks

Tak banyak yang mengetahui bahwa biji buah nangka sebenarnya merupakan makanan aprodisiak yang bisa membantu meningkatkan gairah seksual. Cara mengonsumsinya adalah dengan membakar biji buah nangka seperti membakar kacang. Jika Anda mengalami masalah dengan gairah seks, tak ada salahnya mencoba mengonsumsi buah biji nangka.

(Sumber: Merdeka.com)

Wawancara Drs. Indarsyah T , tentang Desain Komunikasi Visual

Desain Komunikasi Visual adalah ILMU MASA DEPAN

Komunita : “Bagaimana pandangan bapak mengenai Desain Komunikasi Visual (dari awal keberadaannya

hingga muncul sebagai sebuah keilmuan tersendiri) ?”.

Drs. Indarsyah : “Perkembangan keilmuan Desain Komunikasi Visual (DKV) telah hampir 40 tahun yang lalu dan hal ini tentunya masih terlalu muda dibandingkan dengan keilmuan lainnya seperti ekonomi, sipil, kimia, biologi, matematika. Adapun cikal bakal desain merupakan keilmuan dari barat ‘follow function’ yang berarti memiliki bentuk-bentuk fungsi seperti interior, produk, komunikasi dan lainnya terkait dengan kegunaannya. Oleh karenanya DKV bisa dikategorikan pada cabang ilmu dasar komunikasi yang merupakan salah satu turunan dari anaknya komunikasi visual. Di Indonesia sendiri, DKV didirikan berkat ilmu yang dibawa oleh Prof. A.D Pirous dari ITB sepulangnya sekolah dari Amerika tahun 1972 dengan berbasis pada keilmuan seni rupa. Sementara subsistem dari rupa adalah desain yang dikaitkan dengan masalah-masalah tertentu, contohnya: masalah arsitektur & sipil yaitu desain interior, masalah industri yaitu desain produk, masalah komunikasi yaitu desain komunikasi visual. Walaupun sebenarnya desain ini sudah hampir 40 tahun didirikan, jadi memang dapat digolongkan ilmu yang cukup tua juga. Hanya saja baru dikembangkan dan ditelaah untuk menjadi sebuah ilmu pertama kalinya di ITB (Institut Teknologi Bandung). Nama atau istilah communication visual design (DKV) berbasis pada graphic design (DG) yang berkaitan dengan seni grafis (gambar) pada efek cukilan kayu, contohnya Lino”.

 

Komunita : “Perkembangan Desain Komunikasi Visual (DKV) di masa sekarang telah menghilangkan batas antar negara, bagaimana hal ini bila dikaitkan dengan era informasi & teknologi ?”.
Drs. Indarsyah : “Pada era informasi dan digitalisasi, seni grafis (graphic art) ini sangat terbantu oleh adanya berbagai perangkat lunak yang semakin canggih sebagai alat perang dagang dan komunikasi, begitu juga dengan berbagai teknologi hardwarenya. Misalnya, pengembangan komputasi, printer, interface, internet dan programmingnya sangat mendukung terjadinya era informasi terkait dengan visual. DKV mempelajari hal-hal yang bersifat iconic & semiotic, yakni mengenalkan ikon-ikon dan tanda-tanda sehingga semua orang dengan mudahnya – mampu mengetahui dan menggunakan fungsi-fungsi tombol tertentu sesuai tujuan dan keinginannya. Widyatama saja memerlukan logo sebagai lambang pada pemakaian katanya yang memiliki ciri khas tertentu agar mudah diingat orang lain, contohnya : pemakaian kata ‘UTama’ sebagai ikon Universitas Widyatama. Hingga saat ini belum ada era yang dapat menggantikan peranan informasi dan digitalisasi, bahkan pengembangan berbagai fitur dan dunia gadget malah semakin canggih. Oleh karenanya berbagai media komunikasi yang dibutuhkan manusia sangat berimplikasi pada realitas informasi yang dikemas sedemikian rupa agar dengan mudah dipahami. Berbagai pengembangan dunia komunikasi mampu diciptakan para teknolog guna menghasilkan variasi gadget tertentu. Misal : variasi handphone, variasi smartphone, variasi tab, dan lain sebagainya”.
Komunita : “Trend DKV bagi sebuah kemajuan bangsa di bidang teknologi seperti sekarang ini seperti apa menurut bapak ?”.

 

Drs. Indarsyah : “Seni maupun desain dibutuhkan apabila sebuah negara telah melangkah maju, seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dasar. Jika kebutuhan akan mengkonsumsi makanan semakin tinggi maka bidang pertanian yang harus menjawabnya sesuai dengan ilmu dasar pertanian dan keteknikannya. Contoh, penerapan teknologi dasar lainnya adalah menghasilkan energi yang berasal dari sumber aliran air. Hal ini telah ditemukan para ahli melalui penciptaan alat teknik penerangan rumah dengan pengembangan energi listrik dari sumber air yang sedang mengalir”.

 

Komunita : “Indonesia adalah negara kaya akan budaya dan potensi sumber dayanya. Bagaimana peran dan

peluang keprofesian DKV bagi peningkatan seluruh potensi yang ada agar Indonesia dapat berkembang maju?”.

Drs. Indarsyah : “Negara ini butuh pemikiran orang-orang yang konsen di bidang DKV dengan proyeksi pencapaian 50 kali lipat percepatannya. Hingga saat ini, perkembangan keilmuannya telah menghasilkan 300 sekolah yang tersebar pada berbagai daerah. Contohnya, Prodi DKV hadir di Universitas Trisakti, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Gunadarma, Universitas Borobudur, Universitas Widyatama, STISI Telkom, Itenas, Unpas, ITHB, Unikom, dan lain sebagainya. Seiring dengan tingginya kebutuhan akan seni & desain pada dunia kerja, maka hal ini tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang mendalami serta menekuni agar senantiasa mampu berkembang dalam segala bidang. Dalam konteks era industri kreatif saat ini, sebagaimana yang terdapat pada 14 item pembahasan, 8 butir diantaranya membahas mengenai DKV baik dari sisi desainnya maupun sisi interaksi komunikasi secara visual. Imbasnya yakni mutu lulusan dan peluang dari program studi/fakultas ini hampir semuanya langsung diterima bekerja tanpa ada yang menganggur. Hingga saat ini perusahaan masih membutuhkan tenaga di bidang animasi mencapai 25.000 orang”.

 

Komunita : “Bagaimana fakultas/program studi DKV ini mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi bapak, apakah ada visi & misi pribadi di dalam pengembangan keilmuan ini ?”.
Drs. Indarsyah : “Visi maupun misi yang belum tercapai hingga saat ini adalah membuat pemerintah paham tentang DKV. Belum satu pun usaha dari pihak pemerintah dan pihak lainnya yang mampu menempatkan profesi orang-orang DKV di instansi pendidikan nasional karena merasa belum memiliki keyakinan yang pasti. Hal inilah yang selalu menjadi hambatan sehingga didalam konteks penataan program pendidikannya pun menjadi terbata-bata dan salah kaprah. Contoh : persyaratan dalam memasuki atau mendaftar pada sekolah desain masih belum jelas dibandingkan dengan jurusan lainnya. Di masa mendatang, seiring dengan era informasi & digitalisasi – bidang DKV sangat prospektif kemajuannya. Namun karena kita berada di wilayah Indonesia yang merupakan negara berkembang maka tingkat kebutuhan akan bidang ini menjadi sekedar tambahan saja (bisa ditingkat ke-10 diantara bidang penting lainnya). Ilmu desain sebenarnya suatu bidang keilmuan yang memiliki tingkat kreatifitas tinggi, sehingga bisa dikatakan ilmu desain ini berada pada posisi disamping penguasa/raja sebagai pengambil keputusannya. Beberapa pakar di bidangnya menyebutkan bahwa ilmu ini merupakan ilmu elite bagi kalangan yang memahami secara mendalam dan mengerti akan makna sebuah seni”.

 

Komunita : “Bagaimana tantangan & mutu lulusan keprofesian DKV dibandingkan dengan jurusan lainnya yang notabene lebih spesifik dan menjanjikan dalam meraih peluang untuk bekerja ?”.

 

Drs. Indarsyah : “Terdapat dua tantangan atau perjuangan yang harus dijalankan bagi keprofesian di bidang DKV, yaitu pertama, dengan melakukan pengembangan ilmunya secara berkesinambungan dan kedua, denganmembuat orang lain menjadi paham akan keilmuan ini. Hal ini sebenarnya telah diterapkan dan dilakukan oleh pendiri Widyatama, yaitu Prof. Koesbandijah (almh.) dalam rangka mewujudkan pengembangan keilmuan DKV serta membidani keberadaanya di lingkungan Universitas Widyatama. Saya sangat mengapresiasi ibu Prof.Koesbandijah (almh.) yang dengan semangat dan kegigihannya mampu mendorong, mendukung dan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan guna lahirnya cikal bakal keberadaan Fakultas Desain Komunikasi Visual”.

 

Komunita : “DKV merupakan cabang keilmuan yang dikatakan elite. Bagaimana prospek bidang ilmu desain ini di masa mendatang sehubungan dengan telah diadakannya studi banding (pembelajaran desain masa depan) ke negeri Belanda ?”.
Drs. Indarsyah : “studi banding ke negeri Belanda dengan mempelajari metode kurasi yakni tentang sebuah negara yang awalnya tidak memiliki apa-apa kemudian menjadi sesuatu hal baru yang memiliki segala macamnya. Contohnya, Belanda memiliki semua lukisan Raden Saleh, kemudian ribuan anting dari NTT dikoleksi dan dicatat dalam berbagai museum mereka. Kami semua beruntung sekali dapat mempelajari dan memahami makna penting dari kemewahan desain yang merupakan aset berharga tinggi atau dengan kata lain yakni aset masa depan adalah asetnya orang lain. Beragam perlengkapan dan alat transportasi kuno milik bangsa Indonesia telah berpindah ke negara lain sehingga jika ada orang Indonesia yang ingin melihat asal muasal aset kita, maka harus pergi ke negara lain. Contohnya : sepeda motor Vespa dan Norton sudah hilang dari Indonesia dan pindah ke negara Australia (beragam motor kuno yang dahulunya ada di Indonesia – sekarang telah berpindah di museum Australia). Kemudian museumnya orang Indonesia, mulai dari potongan kursi Schumacher yang merupakan desain arsiteknya Gedung Sate terdapat di museum negeri Belanda. Memang menurut saya antara science – art – technology (IPTEK) tidak dapat dipisahkan dan masing-masing diharapkan untuk saling menghargai karena saling berkesinambungan”.

 

Komunita : “Bagaimana peran DKV di Indonesia dalam rangka mendorong industri kreatif ?”.

 

Drs. Indarsyah : “Baru-baru ini saya bersama beberapa kawan lainnya mendesain sejumlah pasar di Kotamadya Bandung, baik di Cihapit, di Cihaurgeulis, di Cicadas, kemudian di Pasar Baru dengan sebutan Pasar Sae konsep pasar yang sehat – aman – endah. Pasar tradisional yang ditingkatkan kualitasnya sehingga terkesan bersih, aman dan nyaman untuk dimasuki masyarakat. Contoh lainnya, yaitu pasar tradisional Depok yang terkesan modern dengan pola interaksi tawar-menawar harga relatif terjangkau. Adapun konsep Pasar Sae yang ingin diterapkan oleh Walikota Bandung – kang Ridwan Kamil – adalah suatu pasar yang modern, nyaman dan aman dengan pembagian tingkatnya sebagai berikut : untuk lantai dasar digunakan sebagai basement lahan parkir, lantai 1 adalah pasar tradisional semi modern yang mampu dilewati kendaraan umum, lantai 2 digunakan sebagai pasar untuk kebutuhan sekunder, seperti toko batik dan perlengkapan lain. Kemudian lantai berikutnya bisa dipakai sebagai tempat tinggal (rusunawa). Sehingga konsep pasar tersebut memiliki konsumen yang tetap (captive market) tanpa harus keluar dari area tempat tinggal. Industri kreatif itu – permasalahannya – sangat kontradiktif dengan industrialisasi, jika pengertian dari industrialisasi yaitu proses penciptaan/produksi barang berdasarkan pada jumlah inputnya (1 produksi menghasilkan 1 barang) sementara kalo industri kreatif yakni dengan jumlah input tertentu mampu menghasilkan beragam output yang bersifat unik (1 produksi menghasilkan banyak barang). Oleh karenanya kita harus mulai berfikir kreatif dengan mencari hal-hal baru yang ada di sekeliling guna memberikan kemaslahatan bagi masyarakat”.

Komunita : “Berdasarkan penjelasan bapak mengenai kemajuan bidang desain serta semakin bertambahnya
minat dan kebutuhan akan DKV, apakah kira-kira Indonesia yang kaya budaya ini memiliki potensi untuk berkembang dan dijadikan kiblat DKV ?”.

 

Drs. Indarsyah : “Dikarenakan graphic itu memiliki subsistem yang lumayan banyak, maka tentunya sangat kompleks dan mendalam untuk dipahami. Di antara subsistem dari DKV itu sendiri ada 3 pilihan, yakni : iklan, multimedia dan desain grafis. Sementara awal mula keilmuan graphic ini berasal dari luar negeri yang notabene sudah sangat advanced (ahli) di bidangnya, maka masih jauh sekali kalau Indonesia dikatakan sebagai kiblatnya DKV. Dari sisi teknologi pun banyak diciptakan dan dihasilkan negara barat, contoh: Amerika, Jepang, cina, dan lain sebagainya. Paling tidak Indonesia dapat menciptakan industri kreatif di bidang DKV ini dengan cara mengantisipasi semua kebutuhan rakyat guna meningkatkan nilai kekreatifitasannya”.

 

Komunita : “Dalam bidang desain terdapat sarana komunikasi yang merupakan audience setempat. Bagaimana pandangan bapak terhadap produk dari para desainer dengan mengkombinasikan sisi komunikasi agar mampu memahami audience dan hasilnya laku di pasaran?”.

 

Dr. Indarsyah : “Seni graphic itu memang harus melalui riset yang telah diteliti secara mendalam, jadi tanpa riset pun belum tentu hasil desainnya dapat diterima masyarakat. Teorinya Prof. Primadi Tabrani menyebutkan bahwa terdapat 3(tiga) kutub yang mendasari proses riset dari desain, yakni : Goodness – Correctness – Fitness. Artinya sesuatu yang bagus itu harus benar, kemudian yang benar dan bagus harus memiliki keserasian. Berdasarkan pemahaman teori tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu yang benar itu belum tentu bagus, dan yang bagus itu pula belum tentu memiliki kebenaran. Jadi jangan memaksakan pula jika terdapat barang yang hebat dan istimewa dapat diterima produknya di mata masyarakat. Dalam konteks mengelola keilmuan desain dan seni rupa, semua pihak yang berkepentingan dan konsen di bidangnya harus lebih strategis lagi dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakannya, meskipun hingga saat ini negara belum memfasilitasi secara maksimal”.

 

Komunita : “Perjalanan panjang dari sebuah keilmuan desain dan komunikasi yang telah dilalui selama 40 tahun tentunya memiliki lika-liku tersendiri. Bagaimana harapan bapak terhadap perkembangan pendidikan DKV di Indonesia ?”.

Drs. Indarsyah : “Saya berharap agar kurikulum yang diajarkannya bisa dirubah sehingga memiliki spesifikasi dan spesialisasi tersendiri guna mempersiapkan mutu lulusan yang kompeten dan profesional. Beberapa pengalaman riset yang pernah saya lakukan bersama dosen manajemen Universitas Widyatama mengenai pentingnya ilmu manajemen dalam rangka mensinergikan hasil-hasil produk desain untuk dikelola secara efisien agar memiliki nilai guna ekonomis di masyarakat. Statement terakhir saya menyatakan bahwa ilmu masa depan berada pada bidang DKV, hal ini tentunya didukung juga oleh sarana ilmu pengetahuan dan teknologi yang handal”. (abdrjk).
Drs. Indarsyah – Pakar dan Praktisi DKV, dosen FDKV – ITB dan Universitas Widyatama.

 

Indarsjah Tirtawidjaja

Visual Communication Designer, As a Lecturer at VCD program in ITB, and starting to be an entrepreneur right now. Anggota KK.KVMM – FSRD ITB.

1976: Kini Perancang Grafis/Logo/Corporate Identity/Branding

1985: Perancang Grafis Paviliun Indonesia – Tsukuba Expo

1987: Job Training di Belanda (Dumbar & Staatsdruken)

1989: Sekretaris Jurusan Desain FSRD ITB

1992: Ketua Jurusan Desain FSRD ITB

1992: Koordinator Pembina PTS Desain (Trisakti/Itenas/Unpas/STISI/STDI/Asesor UNS Solo)

1992: Tim Pendiri FSRD – Itenas (ex officio)

1995: Pendiri Sekolah Desain Grafis Nice – Bandung

1995: Wakil Dekan III FSRD ITB

1998: Ketua Program Studi DKV FSRD ITB

1999: Pendiri Sekolah Tinggi DKV – Universitas Widyatama 1994: Comparative Study di 4 PT di Belanda – atas undangan WVC Netherlands – Jan van Thom (Jan van Eijk/Utrect/Minerva/Scan Design)

2000: Pendiri FSRD – Universitas ARS – Bandung

2001: Penggagas Sekolah Poliseni Yogyakarta

2001: Tim Grafis – Riset Public Building – Singapore

2001: Wakil Dekan II FSRD ITB

2001: Ketua Promosi Ipteks – ITB

2002: Pendiri Graphic Course Shortcut – Bandung 2005: Dekan Fakultas DKV – Universitas Widyatama

2008: Tim Penyusun Kurikulum UPJ – Jakarta

(http://dgi-indonesia.com/indarsjah-tirtawidjaja/).

Wawancara Dr. Pindi Setiawan, M.Si. tentang BUDAYA dan AKAR DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

MENJAGA dan MENGGALI BUDAYA, AKAR DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Budaya adalah akar bagi kehidupan masa depan, tidak berhenti dan dapat dikembangkan serta tidak harus berulang.

Desain Komunikasi Visual sebagai keilmuan dan praktis tidak lepas dari budaya, karena ciri khas utama berkaitan dengan media dan target. Desain Komunikasi Visual/DKV – ITB yang pemikiran dasarnya berkaitan dengan teknologi dan industri selalu berubah dan mengalami pergeseran, sehingga membuat orang-orang yang berada didalamnya selalu berfikiran dinamis. DKV – ITB selalu mengusung iden- titas bahwa desain yang dihasilkan harus memiliki ciri dan unsur Indonesia.

Khusus mengenai keilmuan DKV mulai berkembang di Indonesia karena industrikreatif mulai tumbuh sehingga dalam konteks dagang maka dengan sendirinya akan laku dan banyak peminatnya. DKV memiliki 2 (dua) ciri khas utama yaitu media dan target yang sangat spesifik. Semisal kampanye tentang global warming. Pesan yang disampaikan di setiap negara akan berbeda. Itulah pembeda antara DKV sebagai cabang ilmu dasar komunikasi, dengan desain produk yang dapat merataratakan target sasaran.

Salah satu masalah komunikasi sosial adalah saat sebuah korporasi yang memiliki modal memiliki Stasiun Televisi sehingga gaya dan keinginan serta pola pandang dan fikir pemilik stasiun televisi lah yang selalu tampil. Bila secara terus menerus berulang diterima oleh orang-orang maka akhirnya dapat merubah pola fikir para penerima siaran tersebut. Efek yang ditimbulkan dapat berupa negatif ataupun positif. Hal inilah yang membedakan antara DKV dan Desain komunikasi secara masal yang terkadang salah sasaran sehingga menimbulkan dampak yang besar di masyarakat. Oleh sebab itu dosen yang mengajar di FRSD-ITB memiliki dasar keilmuan yang berbeda semisal dari Psikologi, Komunikasi, Arsitek dan lainnya sehingga munculah pertanyaan mengenai linieritas keilmuan (saling silang) ilmu yang terlibat dalam memecahkan masalah diri DKV itu sendiri. Permasalahan inilah yang terkadang menjadi kendala dengan permasalahan teknis atau aturan pendidikan dengan DIKTI karena terkadang para dosen disini yang keilmuannya tidak selaras dengan DKV. Lebih beratnya lagi bahwa persepsi-persepsi yang agak melenceng ini terus dipelihara dan tertanam dalam pola pikir maupun kebijakan dari pemerintah kita sendiri yang seakan mengkotak-kotakkan basis keilmuan.

DKV lahir sekitar 25 tahun yang lalu yang mengkombinasikan berbagai keilmuan mulai dari komunikasi, kesenirupaan dan terus bergeser sesuai perkembangan teknologi dengan berbagai alat pendukungnya mulai dari alat tulis, cetak sampai komputer dengan beragam software di dalamnya. Sehingga sampai saat ini keilmuan yang berada didalamnya sangat beragam seperti yang dituturkan di atas. Kendala lainnya adalah keterbatasan kita untuk mengejar teknologi yang dipakai dalam dunia DKV misalnya fotografi yang memerlukan kamera dengan kualitas dan teknologi yang mumpuni guna hasil yang maksimal. Dapat saja kamera yang dipakai adalah kamera yang biasa digunakan dengan teknologi yang dulu, tetapi outputnya akan berbeda dan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Dari segi kreatifitas sebetulnya penggiat DKV di Indonesia merupakan salah satu yang diperhitungkan di dunia. Contohnya, batik yang sekarang sangat komersil dengan pangsa pasar sangat besar sampai tidak dapat terpenuhi sehingga masuk produk batik dari negara lain untuk memenuhi pasar batik di negara kita. Sekitar 5 sampai 10 tahun mendatang diperkirakan dunia DKV akan semakin meningkat secara global termasuk Indonesia. Apabila tidak kita penuhi kebutuhan pasarnya maka yang akan mengisinya adalah orang-orang dari negara lain. Menyikapi atau mengantisipasi hal tersebut maka wajib untuk meningkatkan kualitas kesenirupaan bagi SDM (Sumberdaya Manusia) negeri ini, serta rasa kepercayaan diri yang tinggi bahwa kita memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya kita juga harus banyak belajar dari negara lain seperti China, India, Jepang atau negara-negara yang telah berhasil mempertahankan kebudayaan masalalunya untuk membangun dunia masa depannya.
Negara-negara yang tetap mempertahankan kekhasan negaranya tetapi selalu mengupgrade kebudayaannya, baik dalam keilmuan maupun teknologi sehingga terus berkembang mengikuti jiwa zaman yang sedang berlangsung.

 

Saya sendiri saat ini sedang giat mempelajari atau aktif dalam menggali hal apa yang terjadi di masyarakat atau
wilayah yang belum tersentuh Pemerintah secara jarak. Sebagai contoh warga yang hidup di daerah pedalaman yang kurang tersentuh Pemerintah, karena menurut hemat saya bila kita dapat menyentuh dan mengartikan masa lalu maka kemungkinan besar kita dapat menjalani masa depan. DKV sendiri menurut saya dalam konteks keilmuan adalah komunikasi melalui media yang bergaya harus logis sesuai target dengan 2 (dua) media yaitu material (kertas, kaleng, meja, barang 3 dimensi) dan teknik printing atau sablon atau non screen dan printing seperti animasi. Intinya, DKV selain proses alih pesan, tetapi juga proses tukar makna walaupun terkadang berlebihan. Keterkaitan DKV dalam hal pendidikan adalah kewajiban para pengajar menanamkan pemikiran pada para mahasiswa bahwa mereka adalah produsen atau pencipta bukan konsumen atau pemakai. Meskipun tidak menjadi Entrepreneur tetapi dapat menjadi pekerja yang inovatif dalam perusahaan dimana dia bekerja. (Fe).
Dr. Pindi Setiawan, M.Si adalah dosen DKV, peneliti, Kepala Perpustakaan Seni dan Desain FSRD-ITB, peneliti untuk Rock Art di Kutai Timur.

 

[box]Dr. Pindi Setiawan, M.Si

PENDIDIKAN

Doctoral for Art and Design, Institute of Technology Bandung, sandwich program at . Centro Camuno di Studi Preistorici, Valcamonica, Italia, dan Art et Histoire, Universite Tolouse de Mirail, Prancis.

PROFESIONAL

Lecture di Komunikasi Visual , Institut Teknologi Bandung

Lecture di Entrepreneur Kreatif Budaya, Business School , Institut Teknologi Bandung

Peneliti untuk Budaya dan Produk Ramah Lingkungan Reseach Centre , Institut Teknologi Bandung

AUTHORSHIP

2012 kegiatan inventarisasi Karst Kalimantan , Kalimantan PPE , Kementrian Lingkungan Hidup

2012 Atlas Karst Sangkulirang – Mangkalihat , Badan Lingkungan Hidup Kutai Timur .

2012 Karst Sangkulirang , Dinas Pariwisata Kutai Timur. (Inggris dan Indonesia versi , dengan Wawan Setiawan) .

2012 Gambar Kalimantan Prasejarah , Melacak Kisah Yang Hilang ( Perancis, Inggris, versi bahasa Indonesia – dengan Luc Henry Fage dan JM Cazine ) Selected Lecture dan Pembicara Paripurna

2013 C – Creativenesia , INCODA , Konferensi Internasional tentang Indonesia Kreatif, UNTAR Jakarta .2013 , Merupakan Masterpiece of Kalimantrope ? Man Genius Kreatif , International Conference 2013 , Sangkulirang Alam dan Warisan Budaya , BPCB Samarinda , Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayan , Le Grandeur , Balikpapan .

2013 The Prehistoric Kalimantan Rock Art , Festival Adi Kriya Kalimantan , Yayasan Lontar , Bentara Budaya Jakarta .

2013 Cara membaca Gambar TEKS Tanpa , Universitas PGRI Adi Buana , Surabaya , Indonesia

2013 Etnonesia : Jasa Desain berfikir , Seminar Nasional , Universitas Soegijopranata , Semarang , Indonesia

2012 Visual Studi : kasus Art Borneo Rock, Indira Gandhi National Centre for Art The , New Delhi , India .

PENELITIAN TERKAIT TRAVEL

2010-2015 Harimau gua , Sumatra , Indonesia , dengan collaboratain Riset Nasional Indonesia . Dana Bank Pembangunan Asia.

2013 Bahasa Visual Ramayana Naskah , Penelitian Inovasi Program , Institut Teknologi Bandung .

2013 Pemukiman di Dayak Punan Lati , BerauCoal , Kalimantan

2011-2013 model komunikasi orang Dayak Basap – di Kalimantan .

2011-2012 Inventarisasi situs yang signifikan di Kawasan Karst Kalimantan

PROFESIONAL AWARD

2008 sebagai 12 tahun peneliti untuk Rock Art di Kutai Timur Region, Kutai Timur Region, Republik Indonesia

2008 Sebagai Motivator untuk Guru TK Sekolah Bina Insani, TK, Bina Insani, Bogor

2000 Sebagai tim anggota ROLEX AWARD untuk Luc Henry Fage, Rolex [/box]

Dr. Anne Nurfarina Melirik Desain Komunikasi Visual (Dkv) Widyatama

Di tengah kesibukannya selaku Dekan FDKV dan Ketua Art Therapy Center Widyatama, Dr. Anne Nurfarina meluangkan waktu berbincang dengan majalah Komunita seputar bidang studi dan praktis desain komunikasi visual/DKV. Dikatakannya, perkembangan DKV seiring dengan perkembangan teknologi. Sehingga trendnya sering berubah, khususnya dalam rana teknis. Namun, yang selalu menjadi isue adalah local value, karena persaingan yang ketat secara global mendorong para kreatif untuk memunculkan kekhasan budaya bangsanya baik dari aspek sosial, budaya, dll.

 

Indonesia adalah negara multi kultur, kekayaan budayanya menjadi satu kelebihan yang sudah seharusnya dijaga dan dipublikasikan di level internasional. Sayangnya, kreator kita khususnya generasi muda lebih tertarik pada budaya bangsa lain yang sedang trend pada masanya. Budaya Jepang, Korea dan negara Eropa paling dominan pengaruhnya. Sehingga pernah ada masa film kartun Upin Ipin cukup mengagetkan para kreatif Indonesia karena kesuksesannya, menembus pasar nasional dan diminati penonton Indonesia. Yang diangkat adalah budaya lokal Melayu khas Malaysia, baik karakter, logat dan cara berpakaian. Sederhana namun menyentuh simpati

masyarakat.

 

Dan yang lebih mengagetkan adalah salah satu tim kreatifnya adalah siswa dari Indonesia yang belajar di sana. Begitu juga film sukses bertaraf internasional lainnya, seperti Tintin dan Avatar yang menembus box office.

Ternyata, salah satu tim kreatifnya adalah putera puteri dari Indonesia. Hal ini menunjukkan, potensi anak bangsa tidak kalah bersaing, hanya kesadaran potensi kelokalannya yang masih minim dan tidak menjadikannya sebagai peluang di industri kreatif Indonesia. Perlu menjadi pertimbangan mendasar karena Indonesia di tahun 2015 mendatang akan menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA), sehingga dapat dibayangkan persaingan tidak hanya sesama warga Indonesia, namun juga pendatang dari luar negeri seperti India, Thailand dll.

 

JENJANG PENDIDIKAN

Menyinggung jenjang pendidikan tinggi DKV, Dr. Anne menggambarkan bahwa: dalam sistem pendidikan nasional sudah jelas ada pendidikan professional stream dan academic stream (meminjam istilah A.D. Pirous) atau istilah mudahnya pendidikan berbasis industri dan pendidikan berbasis wacana. Penyeleng- gara pendidikan tinggi DKV dalam memasarkan produknya menjanjikan lulusan sarjana S-1 yang siap pakai di industri. Sehingga mentalitas teknisi memang mendominasi pola pikir siswanya. Padahal untuk level D4 setara S1 seharusnya wajib pula dibangun kekuatan seorang konseptor berbasis analisis baik data atau teotritik. D4 khususnya, mahasiswa harus mempunyai kekuatan tersebut. Tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan penguasaan software dan hardware saja, juga harusmenguasai konsep ide kreatif dan mampu menjelaskannya secara argumentatif. Itulah sasaran yang disiapkan FDKV Universitas Widyatama.

 

Pertumbuhan Pendidikan DKV tersebut tidak lepas dari perkembangan teknologi, media informasi, maupun gaya hidup. Hampir semua sektor seperti : konsumsi, hiburan, media, infrastruktur, properti, keuangan pendidikan dan sebagainya membutuhkan sentuhan desainer komunikasi visual. Fenomena ini yang membuka peluang tumbuhnya profesi-profesi baru terkait dengan DKV yang pada akhirnya meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan DKV. Bahkan, Drs. Indarsah T. pakar DKV baru-baru ini menyebutkan: perkembangan keilmuan DKV telah

menghasilkan 300 sekolah yang tersebar pada berbagai daerah. Contohnya, Prodi DKV hadir di Universitas Trisakti, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Gunadarma, Universitas Borobudur, Universitas Widyatama, STISI Telkom, Itenas, Unpas, ITHB, Unikom, dan lain sebagainya. Seiring dengan tingginya kebutuhan akan seni & desain pada

dunia kerja, maka hal ini tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang mendalami serta menekuni agar senantiasa mampu berkembang dalam segala bidang.

 

Dalam konteks era industri kreatif saat ini, sebagaimana yang terdapat pada 14 item pembahasan, 8 butir diantaranya membahas mengenai DKV baik dari sisi desainnya maupun sisi interaksi komunikasi secara visual. Imbasnya yakni mutu lulusan dan peluang dari program studi/fakultas ini hampir semuanya langsung diterima bekerja tanpa ada yang menganggur. Hingga saat ini perusahaan masih membutuhkan tenaga di bidang animasi mencapai 25.000 orang. Negara ini butuh pemikiran orang-orang yang konsen di bidang DKV dengan proyeksi pencapaian 50 kali lipat percepatannya.

Menurut Dr. Anne, kondisi ini belum sepenuhnya dipahami masyarakat, sehingga banyak kasus calon mahasiswa yang dilarang kuliah pada jurusan ini karena ketidak pahaman orang tua mereka. Padahal, job opportunity industri di bidang ini luar biasa besar, media cetak dan media eletronikberkembang sangat pesat dalam skala nasional atau internasional.

FDKV Widyatama

 

Universitas Widyatama dulu identik dengan STIEB yang unggul dalam program studi Akuntansi dan Manajemennya. Tetapi kini seiring perkembangan Universitas yang telah berusia 13 tahun, dua belas program studi lainnya telah menunjukkan geliat kemajuan dalam kualitas. Salah satunya Fakultas Desain Komunikasi Visual/FDKV (dahulu STDKV – Widyatama yang berdiri pada tahun 1999 dan tahun 2001 berubah menjadi Fakultas Desain Komunikasi Visual seiring dengan pendirian Universitas Widyatama) dengan program studi Desain Gra?s dan Multimedia. Visi yang diusung adalah FDKV Widya-tama sebagai lembaga yang menghasilkan sumberdaya manusia profesional, dan dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tek-nologi dan seni dalam lingkungan global.
Dr. Anne Nurfarina, S.Sn., M.Sn. menyebutkan bahwa sistem pendidikan FDKV Widyatama mendorong mahasiswa memahami bahwa ilmu desain bersifat cair, bisa masuk ke ranah ilmu lain seperti pendidikan, lingkungan, kesehatan dll. Art Therapy merupakan salah satu contoh bahwa ilmu ini ternyata mempunyai kemampuan untuk menjadi media therapy bagi anak berkebutuhan khusus. Di negara-negara maju seperti Jepang, Inggris dan Amerika, anak disabilitas difasilitasi dengan medium audio visual, selain juga pada industri kreatifnya. Sehingga, janggal sekali jika pemerintah atau masyarakat di Indonesia tidak segera memahaminya. Karena itu, keberadaan Art Therapy – Widyatama menjadi bukti implementasi keilmuan DKV ini dalam bidang pendidikan bagi penyandang disabilitas. Alat terapi berbasis audio visual terbukti bisa mempercepat anak autis terbangun respon komunikasi mereka. Misi Anne sebagai dekan memacu FDKV Widyatama menjadi fakultas yang menghasilkan lulusan yang aktif dan produktif di dunia industri kreatif, khususnya di Indonesia. Lulusannya adalah pribadi yang kreatif, iniovatif dan mampu bersaing.

 

Pengajar juga didorong menjadi role model bagi peserta didik, sehingga saat ini sedang dibangun inkubator bisnis yang menjadi wadah bagi kekaryaan mahasiswa dan dosen untuk proyek desain.
Upaya tersebut didukung oleh dosen-dosen FDKV-Widyatama, baik dosen senior maupun dosen muda yang ahli di bidangnya. Mereka telah menempuh jenjang magister, sekaligus aktif di luar kampus sebagai praktisi, sehingga pengalaman praktisnya menjadi bahan yang up to date untuk percepatan pendidikan di lingkungan akademis.
Di antara mereka adalah : Prof. Dr. Primadi Tabrani; Drs. Indarsah T; Dr. Anne Nurfarina, S.Sn., M.Sn., Rudy Farid, Drs., M.Ds.; Ifa Mustikadara, Dra., M.Si., Fajar Persada Supandi, S.St.,M.T., Savitri Putri Ramadina, S.Sn., M.Sn., Wahdiaman, S.Sn., M.Sn.; Agus Hakim, S.Ds., M.Ds., Annisa Bela Pertiwi, S.Pd., M.Pd., Arus Reka Prasetya, S.E., M.M., Azizah Assatari, S.Sn., M.Ds., Budiman, Drs., MM.Pd., Jajang Supriyadi, S.Sn., M.Sn., Asep Deni Iskandar, M.Sn., Muhamad Firdaus Benyamin, Drs., dll. Karya-karya mereka tersebar dalam dunia praktis desain komunikasi visual. Juga akti?tas Dr. Anne di luar FDKV Widyatama, yakni di Forum Desain Gra?s Indonesia (FDGI) chapter Bandung, Persatuan Orang Tua dan Keluarga Anak Penyandang Disabilitas Indonesia (PORTADIN) DPW Jawa barat (Ketua). Selain itu, dia juga menjadi mitra Dinas Sosial Jawa Barat sebagai instruktur bagi para pekerja sosial.

 

FDKV Universitas Widyatama mempunyai potensi dan peluang yang setara dengan program studi sejenis di perguruan tinggi lainnya. Kompetensi dosen dan mahasiswa menunjukkan level yang setara dengan kemampuan dosen dan mahasiswa dari perguruan ternama. Berkait dengan itu kultur akademinya terus ditingkatkan, sistem pembelajarannya difokuskan pada sistem simulasi proyek. Disamping itu, sistem manajemen bisnis dan pemasaran menjadi fokus kajian dengan studi kasus berbasis kelokalan. Secara pribadi, siswa distimulasi untuk siap bekerja mandiri, karena desain komunikasi visual memungkinkan juga untuk berwirausaha. Mari Bergabung bersama FDKV Widyatama.

 

Evolusi Desain Komunikasi Visual

Video Game

Istilah game mengingatkan kita akan konsol permainan anak-anak sebangsa PSP, Sega, Wii, dan sebagainya. Apakah game terbatas pada permainan anak-anak saja? Sebenarnya tidak juga.

Anda boleh lihat betapa banyaknya media interaktif yang diinspirasi dari game di dunia nyata. Mulai dari smartphone sebangsa samsung dan iphone yang interaktifitasnya sangat bermain hingga tablet PC. Bahkan saat ini, mungkin orang sudah lupa betapapun seriusnya tampilan DOS telah tergantikan dengan mudahnya oleh tampilan windows yang serba praktis dan user friendly (itupun sudah dianggap serius, masih ada interface IOS yang lebih main-main daripada itu.

Fenomena saat ini menunjukkan betapa besarnya kebutuhan masyarakat terhadap media berbasis game itu sendiri. Bahkan mungkin kucing anda termasuk salah satu pengguna teknologi (mengingat sekarang bahkan iPad menyediakan aplikasi untuk kucing peliharaan anda). Sebuah pertanyaan penting, Bagaimana bisa fenomena seperti ini terjadi?

Permainan (game) merupakan bentuk kebudayaan tertua yang dimiliki manusia sebelum munculnya kata dan tulisan. Rasa kebermainan (ludic) pada manusia muncul secara alami sebagai suatu bentuk sifat dasar pada setiap manusia, bahkan hewan. (jadi kesimpulannya, sebenarnya kucing anda yang bermain iPad atau anda yang enjoy melihat kucing anda bermain?).

Namun disini yang membedakan rasa kepermainan manusia dari hewan adalah adanya pemikiran atas permainan itu sendiri. Mulai dari bentuk permainan sederhana hingga permainan dengan kompleksitas tinggi dan tujuan besar. Karena sifat dasarnya itulah manusia disebut sebagai Homo Luden (manusia bermain).

?
Sebuah permainan berawal dari gagasan, visi, ataupun tujuan (rules) yang berasal dari buah pikiran seseorang yang kemudian meng-influence orang lain di sekitarnya. Karena itulah permainan bermetamorfosis dari gagasan menjadi kebudayaan. Walaupun seiring kemajuan teknologi permainan mengalami perubahan, baik dari sisi material, gaya hidup, maupun konten, namun leksitas permainan dalam pikiran manusia itu sendiri bersifat tetap, sehingga dapat kita sebut bahwa budaya bermain merupakan kebudayaan yang bersifat tradisi. Apapun media permainan tersebut, baik berupa objek material (bola, panah, dst) maupun objek tekstual (permainan kata, berbalas pantun, bermain peran, dst), pengertian permainan tetap tidak berubah, dan tetap memiliki suatu gagasan yang harus dicapai dan menghasilkan suatu rasa senang, hiburan, kebanggaan, dan sebagainya pada diri player.
Sampai saat ini, teknologi telah memungkinkan terobosan besar tentang media imajinasi yang saling terkait dengan interaksi. Game merupakan salah satu artefak abad 21 yang telah menghasilkan pemahaman besar tentang nilai spirit juang dalam sebuah daya interaktif buatan. Abad teknologi telah menciptakan peradaban terpenting dalam hidup manusia, manusia menciptakan ketidak pastian interaksi ke dalam suatu dunia buatan. Game saat ini, telah berkembang menjadi industri, struktur dagang dan infrastruktur produk yang dibayangi oleh upaya memenuhi hasrat persaingan dalam diri manusia (modern) (game peperangan seperti Doom, Painkiller, Wolvenstein dll ), kekuatan (God of War, Halo2), teka teki dan petualangan (Prince of Persia: Warrior Within), kuasaan (Blietzkrieg, Rome Total Empire), hasrat maskulinitas dan kekerasan (Max Payne), libido (Leisure Suit Larry), keingin tahuan hasrat memperindah secara fisik (beauty oriented), Horor dan kekerasan (Cold Fear, Silent Hill, Manhunt) hidup ideal, keinginan untuk yang tercepat (Need for Speed Underground: Most Wanted) dan tangan-tangan sang Pencipta (the Sim), sampai keinginan terdalam untuk merusak tatanan ideal dalam masyarakat (depraved desire), lihat game seperti Grand Theft Auto. Dengan kata lain, imajinasi tentang kuasa diri manusia dalam apapun merupakan fantasi terdasar dalam perkembangan Game. Skenario untuk menjadi robot dalam dunia yang tidak nyata. Dan memang banyak sekali produser yang memproduksi dan menjajakan mimpi tersebut. Dan semua itu, tidak lepas dari bagaimana produser ataupun developer menata dunia tersebut melalui interface yang menyenangkan.
Evolusi desain komunikasi visual video game

Game, User Interface, Dan Fenomena Interaksi Antara Manusia Dan Komputer. Dunia kita hari ini tercipta karena adanya dunia baru yang ditemukan melalui media digital. Akibat dari fenomena inilah, kita mengenal beberapa paradigma baru dari dunia ini.

Sebuah aplikasi ditata menjadi sebuah permainan atau game yang menarik, tidak lepas dari bagaimana peran GUI (Graphic User Interface atau grafik antarmuka pengguna ) dan HCI (human-computer interaction atau interaksi manusia-computer) bekerjasama menggerakkan gagasan dalam game tersebut. Game sendiri merupakan salah satu bentuk fenomena interaksi antara manusia dan komputer dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas/task demi mencapai suatu goal tertentu. Dalam hal ini tentu saja dalam rangka menghindari punishment dan mendapatkan reward yang merupakan inti dari sebuah permainan.

Walaupun berupa permainan, ada banyak sekali faktor penting yang menentukan sistem interaksi dalam sebuah game. Beberapa diantaranya adalah:
  • Psikologi dan ilmu kognitif : persepsi user, kognitif, kemampuan memecahkan masalah
  • Ergonomi : kemampuan fisik user
  • Sosiologi : kemampuan memahami konsep interaksi
  • Ilmu komputer dan teknik : membuat teknologi
  • Bisnis : pemasaran
  • Desain grafis : presentasi interface
  • Dan lain sebagainya.

Faktor-faktor ini pun sebenarnya berlaku pula pada media aplikasi interaktif lain pada umumnya. Dari sinilah kita dapat menentukan seberapa besar value dari konten sebuah media, dan seberapa banyak effort yang diberikan oleh media tersebut kepada pengguna. Interaksi + informasi dan = interaksi manusia manusia ? mesin teknologi dan komputer.

Lalu, bagaimanakah cara kita berkomunikasi dengan komputer ? Disinilah peran User Interface dibutuhkan. User Interface, tak ubahnya sebuah jendela yang menghubungkan kita sebagai user dengan dunia hiperrealitas yang ada di dalam komputer. Konsep luas user interface mencakup aspek interaktif sistem operasi komputer, perkakas tangan, operator kontrol mesin berat. dan proses kontrol. Pertimbangan desain yang berlaku saat membuat user interface (UI) berkaitan dengan ergonomik dan psikologi. Namun pada intinya, UI adalah segala sesuatu tentang melalui media apa anda berkomunikasi dengan komputer anda, atau bagamana komputer berkomunikasi pada anda. Manusia adalah makhluk yang visual. Bahasa visual memberi akses lebih cepat dibandingkan bahasa. Karena itulah gamifikasi dari segala bentuk interaksi digital dengan manusia menjadi acuan utama desain modern saat ini.

Wawancara dengan Dr. Islahuzzaman, SE.,M.Si., Ak., CA Rektor Universitas Widyatama

Dinamika Pendidikan Tinggi

Di sela-sela kesibukannya sebagai Rektor baru Universitas Widyatama 2014-2018, tim redaksi majalah Komunita melakukan audiensi seputar Dinamika Pendidikan Tinggi bersama Dr. Islahuzzaman. Bagaimana Widyatama mensikapinya? Berikut hasil petikan wawancaranya.

 

Komunita: “Bagaimana pandangan bapak mengenai ‘Perkembangan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia’ saat ini (dipandang dari berbagai sisi) ?”.

Dr. Islahuzzaman: “Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dalam posisi membangun, notabene selalu dibandingkan dengan negara lain, misalnya: Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, serta negara-negara di wilayah Eropa dan Amerika. Membandingkan dengan mereka memang posisi Indonesia tertinggal. Oleh karena itu kita (red: Indonesia) dituntut meningkatkan kualitas pendidikan. Jika dilihat dari sisi ukuran kualitas, maka di Indonesia dikenal dengan nama akreditasi, yaitu proporsi penilaian kualitas pendidikan secara nasional baik untuk jenjang SMK, SMP maupun Pendidikan Tinggi.
Untuk jenjang pendidikan tinggi, ukuran akreditasi dibagi menjadi dua, yakni akreditasi program studi dan akreditasi institusi. Disusul kemudian dengan adanya perkembangan sistem LAM (lembaga akreditasi mandiri) yang digunakan dalam menilai akreditasi program studi, sementara untuk menilai akreditasi institusi masih menggunakan BAN-PT. Dilihat dari ukuran indikatornya baik dari sisi institusi maupun prodi, maka akreditasi merupakan bukti akuntabilitas perguruan tinggi kepada masyarakat. Isinya pun sudah mencakup secara keseluruhan, mulai dari aturan bidang manajemen hingga kerjasama (Tri Darma Perguruan Tinggi), termasuk sistem proses belajar-mengajar, kemudian kemahasiswaan serta alumni.
Dari sisi pengelolaan, pendidikan tinggi di Indonesia dikelola oleh swasta dan negeri. Umumnya perguruan tinggi negeri dipandang baik oleh masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan juga ada institusi negeri yang tingkat akreditasinya di bawah swasta.
Secara umum dari beberapa indikator akreditasi yang menjadi unsur penilaian menandakan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia masih belum memuaskan. Untuk nilai A saja (PTN & PTS) kira-kira hanya memperoleh 10%, sementara yang lainnya kebanyakan mendapatkan nilai B & C. Nilai C umumnya berada pada perguruan tinggi di wilayah Sumatera, hal ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan tinggi di Indonesia tidak merata dikarenakan minimnya fasilitas yang diberikan oleh pemerintah”.
Komunita: “Pandangan masyarakat menyatakan bahwa kualitas PTN masih jauh lebih baik dibandingkan dengan PTS dikarenakan mereka lebih berpengalaman. Bagaimana menurut bapak? kemudian bagaimana dengan posisi kualitas Universitas Widyatama ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Seperti yang telah saya kemukakan, pada umumnya perguruan tinggi negeri masih dipandang baik oleh masyarakat. Namun dari hasil peringkat akreditasi, ada juga perguruan tinggi negeri yang memperoleh nilai B, sementara perguruan tinggi swasta nilai akreditasinya A, baik dari sisi penilaian institusi maupun program studi. Posisi Universitas Widyatama masih berjuang menuju nilai A dengan keseluruhan penilaian program studi maupun institusi. Dengan target pencapaian nilai A tersebut menandakan bahwa Universitas Widyatama kecil-kecil juga cabe rawit artinya kecil karena fakultasnya hanya 5 dengan jumlah program studi 14 mampu bersaing dengan tingkat capaian perguruan tinggi swasta dan negeri lainnya pada berbagai jenjang.
Menurut informasi dari Kopertis (koordinator Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah IV, Universitas Widyatama berada di level atas, hal ini tidak terlepas dari adanya komitmen manajemen Yayasan & pengelola Universitas dengan capaian indikator yang baik. Diantaranya: hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para dosen dan juga mahasiswa. Pemerintah (dalam hal ini Kementerian Pendidikan & Kebudayaan) terutama yang menangani level pendidikan tinggi, masih dirasakan belum adil dalam hal pembiayaan perguruan tinggi. Kalau perguruan tinggi negeri tidak sulit dalam memperoleh dana-dana hibah, beasiswa dan lainnya sementara perguruan tinggi swasta yang notabene paling banyak di Indonesia ( 90%) cukup sulit dalam memperoleh dana dari pemerintah. Selain itu, masyarakat masih berpandangan bahwa dengan menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri maka akan memperoleh kemudahan dalam bekerja padahal tidak menutup kemungkinan banyak pula lulusan dari perguruan tinggi swasta yang terserap di dunia kerja”.
Komunita: “Bagaimana menyikapi adanya kebijakan serta aturan yang semakin ketat dari pemerintah berkaitan dengan hal-hal mengenai persyaratan pada sebuah perguruan tinggi, apakah Universitas Widyatama telah mempersiapkan diri terhadap hal tersebut ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Widyatama harus siap dalam membangun dan mengikuti segala persyaratan/aturan pemerintah sekalipun ketatnya karena institusi kita berada di wilayah negara Indonesia. Dengan kata lain bahwa sepahit apapun kebijakan pemerintah tetap harus kita ikuti dengan baik. Dalam hal kebijakan/aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah hanya dapat menambah saja tanpa harus mengurangi segala kelemahannya. Contoh Widyatama, yang memiliki aturan/kebijakan dari pimpinan melebihi standar persyaratan pemerintah. Hal ini dilakukan agar Universitas Widyatama memiliki kelebihan nilai tambah dalam pandangan masyarakat dibandingkan dengan perguruan tinggi lain. Diantara muatan kurikulum tambahan pada beberapa program studinya (menjadi unggulan) adalah adanya mata kuliah SAP dan EPC sebagai bekal aplikasi di dunia kerja. Intinya yaitu kita harus mampu bersaing meskipun di satu sisi masih ada kekurangannya dengan senantiasa melakukan perbaikan terus menerus sehingga nantinya tidak tergolong dalam perguruan tinggi bermasalah”.
Komunita: “Geliat pendidikan tinggi semakin berkembang pesat dan dinamis, bapak selaku rektor baru di Universitas Widyatama tentunya memiliki berbagai strategi dalam menghadapi tantangan tersebut. Bagaimana penjelasan bapak (sebagaimana terdapat dalam visi, misi, dan yang lainnya ?”.
Dr. Islahuzzaman: “Iya pasti, saya memiliki strategi dan kebijakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagaimana tercantum dalam visi & misi Universitas Widyatama. Visi & misi ini harus diwujudkan/dilaksanakan yang bermakna bahwa visi merupakan cita-cita sementara misi adalah metode/teknik dalam melaksanakan serta mengaplikasikan suatu visi ke dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hal ini wajib dilaksanakan oleh segenap civitas agar dapat meningkatkan kemampuan bersaing secara luas guna menghasilkan dan membentuk mutu SDM yang profesional di bidangnya. Sebagai rektor baru, maka saya akan melakukan penguatan terlebih dahulu secara internal yakni dengan mempertahankan kondisi yang sudah baik hingga ditingkatkan lalu memperbaiki segala kekurangannya guna lebih memantapkan sisi fundamentalnya. Pembenahan yang lebih kuat lagi di internal universitas dapat memacu progress perkembangan secara luas agar mampu berlari kencang (bersaing secara global). Untuk menghadapi berbagai tantangan ke depan, maka akan diawali dari restrukturisasi organisasi dan staffingnya mulai dari jajaran pimpinan universitas hingga tingkat prodi. Yang kedua adalah peningkatan skor akreditasi BAN-PT dengan target perolehan nilai dari semua program studi adalah A”.
Komunita: “Widyatama sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi tentunya memiliki ciri & kekhasan
tersendiri yang menjadi pembeda diantara perguruan tinggi swasta sekelas lainnya. Apa sebenarnya yang menjadi ciri & kekhasan tersebut ? tolong bapak jelaskan”.

 

Dr. Islahuzzaman: “Yang menjadi ciri pertama disini yaitu bahwa kami sangat berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pendidikan, kemudian yang menjadi pembeda adalah dengan adanya muatan kurikulum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya. Hal ini tentu akan dilaksanakan guna menghasilkan mutu lulusan di bidangnya dengan memiliki keterampilan yang profesional baik pada tingkat nasional maupun internasional. Jika saya paparkan lebih singkatnya lagi mengenai ciri & kekhasannya yakni: yang pertama adalah friendly campus artinya suasana kampus yang kondusif dan nyaman, kemudian yang kedua adalah kurikulum serta yang ketiga adalah kedisiplinan”.

 

Komunita: “Bagaimana rencana (action plan) pengembangan Universitas Widyatama dibawah kendali bapak selama periode 2014 – 2018 ?”.

 

Dr. Islahuzzaman: “Melaksanakan visi & misi yang telah ditetapkan kemudian sebagai rel-nya supaya bisa terukur minimal adalah akreditasi melalui pemenuhan indikator ke-5 standar penilaian. Agar dapat tercapai hal-hal tersebut dengan baik maka yang harus dibenahi pertama kali adalah struktur organisasi kemudian proses aktivitas dari seluruh unit yang ada dibawah komando pimpinan universitas. Selanjutnya adalah melakukan rencana strategis pengembangan universitas untuk masa bakti 2014-2018 sebagaimana tercantum dalam butir-butir akreditasi, diantaranya :
  1. Melaksanakan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran (1 butir),
  2. Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan dan Penjaminan Mutu (7 butir),
  3. Mahasiswa dan Lulusan (15 butir),
  4. Sumber Daya Manusia (11 butir),
  5. Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik (7 butir),
  6. Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, serta Sistem Informasi (15 butir),
  7. Penelitian, Pelayanan/Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama (11 butir).

Apabila kesemua butir tersebut ditingkatkan dengan maksimal maka tidak menutup kemungkinan kita akan mampu bersaing secara global melalui acuan peningkatan indikator akreditasi internasional”.

 

Komunita: “Bagaimana kesiapan dan peran dari Universitas Widyatama dalam menghadapi AEC ? Asean Economic Community 2015 mendatang, serta tantangan pembangunan Indonesia khususnya pada aspek SDM di bidang teknologi dan ekonomi ?”.

 

Dr. Islahuzzaman: “Agar mampu bersaing pada tataran global maka kita persiapkan segala sesuatunya dengan maksimal melalui peningkatan akreditasi baik di tingkat nasional maupun internasional, diantara contohnya adalah peningkatan mutu lulusan yang profesional di bidangnya. Ada beberapa hal supaya kita dapat memenangkan dalam kancah persaingan dunia, yaitu dengan meng-adop dan meningkatkan pengetahuan di bidang teknologi & ekonomi yang cukup disertai ketekunan dan kerja keras”.

KNOWLEDGE SOCIETY TANTANGAN PERGURUAN TINGGI

Di beberapa negara maju masyarakat sudah berubah menjadi masyarakat pengetahuan atau knowledge society sebagaimana disebut oleh Peter Drucker. Pengetahuan tidak selalu bersifat rahasia, sehingga pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat inklusif. Inilah perubahan nyata yang membedakan. Zaman sebelumnya pengetahuan atau knowledge hanya dimiliki orang tertentu atau sekelompok orang-orang tertentu, jelas Koordinator Kopertis Wilayah IV, Prof. Abdul Hakim Halim dalam sambutan Wisuda Universitas Widyatama, 12 Juli 2014.

Ini artinya, anggota knowledge society menjalankan kegiatan ekonomi yang juga berbasis kepada pengetahuan, atau disebut sebagai knowledge economy. Sebuah ciri kegiatan ekonomi berbasis pengetahuan adalah bermunculan dan tumbuh pesatnya industri yang sarat pengetahuan, seperti industri telepon seluler, komputer, TV, pesawat terbang, otomotif, obat-obatan, makanan dan minuman dalam kemasan dan lain sebagainya.

Prof. Abdul Hakim Halim
Prof. Abdul Hakim Halim
Industri sarat pengetahuan ini sudah pasti membutuhkan para manajer dan pekerja yang juga memiliki pengetahuan. Orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan memadai sulit diterima perusahaan, atau hanya akan diterima untuk melakukan pekerjaan pada level bawah atau pekerjaan yang bersifat fisik. Untuk pekerjaan manajerial dan strategis sudah pasti dipegang orang-orang yang memiliki pengetahuan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Visi Indonesia 2045 menjelaskan komposisi tenaga kerja Indonesia pada tahun 2010 masih didominasi lulusan SD atau tidak tamat SD, berjumlah lebih dari 50%. Sementara, pekerja Indonesia lulusan S1 dan diploma hanya berjumlah 7,3%. Bahkan hasil studi World Bank menyebutkan 84% tenaga kerja Indonesia di sektor manufaktur mengalami kesulitan menempati posisi manajemen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah terkena dampak dominasi pengetahuan dalam kehidupan sehari hari. Inronisnya bangsa ini belum menjadi masyarakat pengetahuan. Contoh, salah satu industri berbasis penge- tahuan pesawat terbang yang dirintis PT. Dirgantara Indonesia kurang didukung masyarakatnya. Knowledge society di negara-negara maju, berkembang karena masyarakatnya sudah mengubah dirinya menjadi learning society (masyarakat pembelajar), yaitu masyarakat yang senantiasa belajar. Masyarakat sudah tidak lagi menganggap waktu dan tempat sebagai kendala untuk belajar. Kapan pun mereka belajar, dan dimanapun mereka belajar.
Masyarakat negara maju sudah benar-benar menjalankan long life learning atau belajar sepanjang hayat.
Hal penting lain, adalah knowledge cycle (siklus pengetahuan.) Siklus pengetahuan atau dimulai dengan penciptaan pengetahuan atau creation melalui riset, penelitian. Lalu, hasil riset ini didiseminasikan, disebarluaskan melalui diskusi, seminar, workshop, pengajaran, dan publikasi. Tahap berikutnya utili-sasi atau penerapan pengetahuan bagi kesejahteraan masyarakat umum, yang diawali dengan kegiatan prototyping atau penerapan pengetahuan dalam skala laboratorium. Bila sudah terbukti hasil penelitian ini bisa diterapkan dan bermanfaat, maka produk hasil prototyping dibuat secara massal sebagai produk komersial.

Tidak Berdaya

Saat ini, sangat sulit menyebutkan produk komersial yang kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari berasal dari siklus pengetahuan yang lengkap kita jalankan. Tidak sedikit hasil riset yang sudah kita peroleh, ternyata hanya berhenti pada tahapan diseminasi saja. Artinya, tidak sedikit peneliti atau dosen, bahkan dosen yang bergelar guru besar, yang sudah merasa puas bila hasil penelitiannya sudah dipublikasikan. Padahal, publikasi baru tahap awal dalam siklus pengetahuan. Seharusnya hasil penelitian ditindaklanjuti sampai dihasilkannya produk komersial yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Di pihak lain, di sisi hilir dari siklus pengetahuan ini, kita juga melihat, hampir semua produk komersial yang diperdagangkan dan digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari bukan berasal dari penelitian yang kita lakukan. Sebut saja handphone, TV, komputer, pesawat terbang, mobil, motor, obat-obatan, makanan, minuman dalam kemasan dan lain-lain. Semua produk komersial tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Tapi di mana tahap-tahap hulu dalam siklus pengetahuan itu dijalankan ? Kita membutuhkan produk-produk teknologi tinggi untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, tapi kita tidak membuatnya.
Bangsa kita benar-benar tidak berdaya. Bangsa ini dengan jumlah penduduk terbesar ketiga hanya menjadi sasaran penjualan produk-produk yang dibuat bangsa lain. Kita hanyalah target pasar dari produsen asing. Kita hanya tempat orang lain mencari keuntungan sebesar-besarnya. Bila sebuah bangsa tidak bisa memberikan nilai tambah atau added value, pada kekayaan yang dimilikinya, tetapi hanya menjual sumberdaya alam untuk membiayai kehidupan sehari-hari, maka seberapa banyakpun kekayaan alam yang dimiliki dalam waktu dekat akan habis terkuras. Bila sumberdaya alam terkuras habis, bagaimana nasib anak-anak kita, bagaimana nasib generasi berikutnya? Apa yang akan kita warisankan kepada generasi mendatang? Apakah kita akan membuat generasi mendatang menjadi generasi lemah dan miskin?
Pendidikan Berkualitas dan Paradigma Memberi
Dapat disimpulkan bahwa saat ini kita sedang menghadapi, paling tidak dua masalah. Pertama, kita harus segera menjadi bagian dari knowledge society yang menjalankan knowledge economy. Kedua, kita harus melengkapkan semua tahapan knowledge cycle, yaitu dari tahap penelitian sampai tahap komersialisasi. Artinya, kita harus menjadi negara produsen yang membuat sendiri produk yang kita butuhkan, sehingga negeri ini bukan sebagai pasar produk asing, bukan sebagai tempat orang asing mencari keuntungan, tetapi menjadi negara produsen yang mampu meningkatkan nilai atau value dari sumberdaya alam yang kita miliki. Kedua masalah tersebut akan dapat dipecahkan apabila bangsa ini mampu menjalankan pendidikan berkualitas. Para lulusan Universitas Widyatama yang diwisuda hari ini serta Yayasan dan Universitas Widyatama akan menjadi bagian dari pemecahan masalah tersebut, bukan bagian dari masalah tersebut, apalagi menciptakan masalah baru. Peran serta dan komitmen seluruh lulusan dan sivitas akademika Universitas Widyatama pada bangsa ini akan membawa bangsa ini lebih cepat dan lebih baik dalam upaya pencapaian tujuan kemerdekaan.
Untuk bisa berperanserta dengan baik dalam upaya pencapaian tujuan kemerdekaan, maka kita semua, seluruh komponen bangsa selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan fungsi kita masing-masing. Juga harus menjalani kehidupan ini dengan berorientasi memberi, bukan menerima, apalagi mengambil hak orang lain. Kita tidak perlu ragu-ragu untuk berorientasi memberi, karena memberi memang hakekat dari hidup ini. Seorang dosen setiap hari datang di kampus untuk mengajar. Mahasiswa yang diajar adalah orang lain bagi dosen tersebut, bahkan pada awalnya sama sekali tidak dia kenal. Seorang anggota tentara dan polisi bekerja menjaga keselamatan dan keamanan orang lain, bahkan bisa jadi dengan melupakan keselamatan dan keamanan dirinya sendiri.
Tidak ada seorang pun di dunia yang bekerja untuk dirinya sendiri. Bahkan bila ada orang yang mengatakan: “saya bekerja untuk mendapatkan upah atau gaji,” kalau diperhatikan hanya sebagian kecil saja dari penghasilan orang tersebut yang dia gunakan untuk dirinya sendiri. Sebagian besar dari penghasilan atau kekayaan seseorang itu dinikmati orang lain. Disadari atau tidak, kita bisa hadir dalam acara wisuda ini karena jasa orang lain. Kita berada di sini karena ada orang tua, saudara dan tetangga kita yang menjaga dan mengasuh kita sewaktu kita kecil, karena ada guru SD kita, karena guru kita di tingkat sekolah lanjutan, dan karena dosen-dosen kita yang mengajarkan pengetahuan kepada kita. Dengan demikian, hidup ini pada dasarnya saling memberi. Sama sekali bukan saling meminta, apalagi mengambil hak orang lain.
Kita tidak perlu memikirkan yang akan kita terima karena apa yang akan kita terima bukan urusan kita, tapi urusan yang mempekerjakan kita. Rizqi kita adalah urusan Allah SWT. Kalau bukan urusan, kenapa kita pikirkan. Hal yang harus senantiasa kita pikirkan dengan sungguh-sungguh adalah apa yang terbaik yang akan kita berikan bagi orang lain. Apa yang bisa kita berikan kepada bangsa tercinta ini. Bila kita sudah menjalankan dengan sebaik-baiknya yang harus kita berikan, maka biarkanlah orang lain yang akan menentukan apa dan berapa besar yang akan kita terima. Bila kita sudah menjalankan amal shaleh apapun, biarkan Allah SWT yang memberikan imbalan atas amal shaleh itu, baik yang kita terima di dunia, terlebih lagi pahala yang akan kita terima di akhirat nanti. Percayalah, orang lain atau atasan kita akan melihat kinerja kita, terlebih lagi Allah SWT Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

Dengan penerapan paradigma memberi dalam kehidupan kita, maka kita tidak boleh mengukur keberhasilan hidup dengan apa yang kita terima, tapi harus dengan apa yang kita berikan. Artinya, kita tidak boleh mengukur keberhasilan hidup ini dengan seberapa banyak kekayaan yang kita miliki, kita tidak boleh mengukur keberhasilan hidup ini dengan seberapa banyak gelar akademik yang berhasil kita peroleh, dan kita juga tidak boleh mengukur keberhasilan hidup kita dengan seberapa tinggi jabatan yang berhasil kita raih. Kita harus senantiasa mengukur keberhasilan hidup dengan seberapa banyak manfaat terbaik yang bisa kita berikan kepada sesama, kepada bangsa ini. Makin banyak manfaat terbaik yang bisa kita berikan, makin berhasil hidup kita ini. Kepada pengelola Universitas Widyatama, saya ingin menyampaikan bahwa semua yang Saudara lakukan melalui Universitas ini bukan sekedar menjalankan kegiatan rutin, bukan sekedar menghasilkan lulusan, tetapi Saudara semua bertanggungjawab untuk membentuk generasi bangsa yang produktif, memiliki kompetensi yang dibutuhkan dan mau belajar sepanjang hayat serta memiliki komitmen untuk membangun bangsa ini.

Dalam menjalankan kehidupan ke depan, marilah berdoa agar kita tidak merasa benar padahal salah, tidak merasa kuat padahal lemah, tidak merasa pintar padahal bodoh, tidak merasa dermawan padahal pelit, tidak merasa berjasa kepada bangsa ini padahal sebenarnya justeru membawa celaka dan membawa ke gerbang kehancuran bangsa ini. Marilah kita berdoa agar senantiasa diberi hati yang bersih, jauh dari kedengkian terhadap orang lain, mata yang sejuk, jauh dari api kebencian. Marilah kita berusaha sungguh-sungguh dan memohon pertolongan dengan segala kerendahan hati kepada Allah SWT agar segala ucapan kita ini adalah ucapan yang jujur. Aamin Ya Rabbal ‘Aalamiin.

(Prof. Abdul Hakim Halim, Ketua Kopertis IV Jabar dan Banten).