Sunday, August 3, 2025
Home Blog Page 18

Pandemi Covid-19 – Degradasi, Resiliensi dan Equilibrium PT ?

Pandemi Covid-19 – Degradasi, Resiliensi dan Equilibrium PT ?

Sidang Pembaca yang budiman,

            Tahun 1665, Universitas Cambridge (Trinity College Cambridge) ditutup karena wabah “maut hitam” (The Great Plague) melanda London. Isaac Newton seorang mahasiswa berusia 20 tahun menerima gelar sarjana pada Januari 1665 tepat saat wabah melanda London. Universitas Cambridge ditutup pada 7 Agustus 1665 dan mendorong para cendekiawan residennya pindah ke pedesaan yang berpenduduk kurang padat. Newton kembali ke pertanian keluarganya di Woolsthrope Manor sampai Universitas dibuka kembali pada akhir 1666.

Suatu hari, dia duduk di taman, dan melihat apel jatuh yang menginspirasinya merumuskan “teori gravitasi universal”. Dia memberi tahu William Stukeley agar memasukkan anekdot tersebut dalam biografinya yang akan diterbitkan setelah ia meninggal (Stukeley, 1752). Masa-masa itu menjadi masa produktif Newton dalam pengembangan ilmu optik dan cahaya, kalkulus, serta hukum gerak dan gravitasi.

Moral cerita ini adalah sejauh apapun lembaga pendidikan harus ditutup karena pandemi, kegiatan akademik seharusnya tetap berjalan, dimana ada roh yang senantiasa berkomitmen pada ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan disitulah pembangunan berkeadaban berlangsung.

Merujuk pada pemikiran James R. Davis dan Adelaide B. Davis, mahasiswa atau (lulusan PT) bukan hanya belajar untuk mengetahui, namun menjadi manusia pembelajar, yakni mereka harus mampu mengembangkan cara pikir dan memecahkan masalah. Karena, manusia pembelajar akan belajar dan mengembangkan ilmu tidak hanya di bangku kuliah, juga dalam pengalaman dan realitas kehidupan sebenarnya. Manusia pembelajar juga tidak diukur dari gelar dan atribut lahiriah yang dimiliki, tapi dari mental dan karakternya, serta dari kontribusi untuk kemajuan ilmu dan peradaban.

Benar adanya, sebuah ujung akhir pendidikan tinggi formal harus menghasilkan sumber daya manusia/lulusan pembelajar yang “mampu terus berkembang” mencari solusi problem-problem masyarakat, serta sejalan dengan dinamika dunia usaha dan industri menghadapi Industri 4.0, serta Society 5.0.

Pandemi Covid-19 yang berjalan 1,5 (satu setengah) tahun telah menguras energi, menggerus dan mendegradasi apa yang telah kita capai, termasuk pendidikan tinggi. Bahkan mungkin masih dibutuhkan nafas lebih panjang dalam menghadapinya. Pandemi mengubah kebiasaan sosial karena social distancing, lockdown, serta protokol kesehatan sehingga digital menjadi salah satu ruang publik yang mengaitkan kita dengan masyarakat. Sisi lain, Pandemi tersebut menguji aspek kepemimpinan begitu berat tanpa ada contoh sebelumnya. Lebih jauh dalam pandangan positif, Pandemi sesungguhnya menciptakan equilibrium sebagai proses keberkahan Illahi. Yakni tercipta suatu keadaan dimana interaksi yang terjadi antara komponen-komponen yang ada di dalam aktivitas hidup manusia tetap dan dapat berjalan secara harmonis dan juga berimbang, serta memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan umat manusia ke depan.

Pandemi secara nyata telah memberi dampak terhadap aktor pendidikan tinggi yakni: mahasiswa, dosen, tenaga non pendidik, serta institusi pendidikan tinggi, pimpinan perguruan tinggi dan yayasan, bahkan sistem pendidikan secara keseluruhan. Bagi institusi pendidikan tinggi pandemi yang terjadi tiba-tiba, dan di sebagian besar kasus tidak ada rencana darurat selain mencoba melanjutkan pembelajaran jarak jauh. Pandemi telah menambah tingkat kerumitan pada pendidikan tinggi. Apalagi beberapa tantangan yang selama ini belum terselesaikan seperti kualitas pendidikan, ketimpangan akses dan pencapaian, relevansi lulusan, dan kini hilangnya pembiayaan publik secara progresif. Karena itu penting bagi kita untuk mulai membuat konsep jalan keluar dari krisis ini, serta memastikan tingkat inklusi dan kesetaraan setinggi mungkin. Lalu bagaimana tindakan institusi pendidikan tinggi tetap menjamin hak masyarakat atas pendidikan tinggi selama pandemi dan pasca pandemi.

Kata kunci adalah “shifting behavior”, “leadership reset”. Pandemi bukan pembatas, namun “opportunity” dan momentum menumbuhkan inisiatif-inisiatif yang mampu memecahkan berbagai masalah di masa krisis ini. Sehingga tentunya mendorong institusi pendidikan tinggi bersikap inovatif dalam dalam menerapkan pola kepemimpinan; serta proses pembelajaran kreatif, luwes dan ulet, dengan salah satunya memanfaatkan pengetahuan dan teknologi sebagai “enabler” dan “transformer”. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini sangat memungkinkan untuk hal tersebut.

Demikian pula, menguatkan kerjasama dan kolaborasi lintas perguruan tinggi dan sektor terkait, lintas ilmu, lintas pelaku dengan tanpa mengurangi kualitas pembelajaran dan mutu lulusan yang kita usung bersama. Kerjasama adalah kebutuhan perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu “Tri Dharma Perguruan Tinggi” meliputi bidang pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat walau dibatasi pandemi. Kerjasama memiliki fungsi penguatan kualitas pembelajaran, kualitas penelitian, serta kualitas pengabdian pada masyarakat seiring perubahan global pendidikan tinggi.

Apakah ini terus mewujud? Memang perlu kajian mendalam. Namun dari dialog dan pengamatan dengan beberapa penyelenggara, pengelola dan komunitas pendidikan tinggi, dapat diserap sebuah  optimisme untuk senantiasa bangkit dan menjawab pandemi dengan solusi-solusi terbaik sesuai kondisi masing-masing lembaga pendidikan tinggi, demi mengusung peningkatan kualitas SDM. Itulah amanah jiwa-jiwa para pendidik.

Tampak bisa ditangkap alternatif solusi adalah perlu mengatur ulang pola kepemimpinan, serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memicu dan memacu perguruan tinggi mewujudkan transformasi diri. Dalam aspek kepemimpinan, pola kepemimpinan perguruan tinggi perlu responsif terhadap keadaan paling mutakhir, serta mengatur ulang peran kepemimpinan dalam menghadapi pandemi dan normal baru. Pandemi Covid-19 nampaknya masih belum terprediksi, sehingga membutuhkan ketahanan. Sebagaimana tulisan Gleb Tsipursky 8 Mei 2020 lalu menyebut dengan jelas kata “Ketahanan” (Resilience) dalam adaptasi kebiasaan baru Pandemi Covid-19. Gleb Tsipursky mengurai strategi berbasis penelitian tentang bagaimana organisasi dan individu dapat beradaptasi secara efektif dengan New Abnormal dan bencana serupa. Ia menunjukkan bagaimana mengembangkan rencana strategis yang efektif dan membuat keputusan besar terbaik dalam konteks ketidakpastian dan ambiguitas yang ditimbulkan Pandemi Covid-19 dan bencana skala besar yang bergerak lambat dalam bukunya Resilience: Adapt and Plan for the New Abnormal of the Covid-19 Coronavirus Pandemic.

Sedang dalam aspek ilmu pengetahuan dan teknologi salah satunya teknologi digital yang tersedia perlu dioptimasi, dengan tanpa mengurangi karakteristik profil lulusan, karakteristik pembelajaran dan prosesnya, karakteristik peserta didik, serta tujuan pendidikan itu sendiri.

Bagi perguruan tinggi swasta/PTS, baik badan penyelenggara (Yayasan) maupun badan pengelola (Perguruan Tinggi) merasakan tekanan yang sangat berat. Namun apapun perlu diwujudkan agar tetap mampu bertahan dan menciptakan equilibrium baru sebagai keberkahan Illahi dalam menjalankan peran sebagai lembaga pencerdas anak bangsa. Mari kita wujudkan bersama. Wallahualam.

Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta. (@lee)

Redaksi – Lili Irahali

test

0

test

STRATEGI MARKETING BAGI UMKM

KeniK (2)

.

STRATEGI MARKETING BAGI UMKM

Keni Kaniawati

  Ketika suatu negara memasuki era Revolusi Industri 4.0, pertumbuhan industri cenderung menyeluruh dan sustainable, oleh karena itu ada empat langkah strategis agar Indonesia mengimplementasikan Industry 4.0 yaitu :

1.Mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan ketrampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things atau mengintregasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
2.Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart  IKM. Program e-smart  IKM ini merupakan upaya juga memperluas pasar dalam rantai nilai dunia dan menghadapi era Industry 4.0.
3.Industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Clouddan Augmented RealitySistem Industry 4.0  ini akan memberikan keuntungan bagi industri.
4.Perlunya inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis. Upaya ini telah dilakukan Kementerian Perindustrian dengan mendorong penciptaan wirausaha berbasis teknologi yang dihasilkan dari beberapa technopark yang dibangun di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang), Makassar (Makassar Techno ParkRumah Software Indonesia), dan Batam (Pusat Desain Ponsel).

  Perkembangan teknologi digital dan internet telah memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap masyarakat global, tak terkecuali masyarakat Indonesia. Bahkan internet sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup masyarakat kita. Keberadaannya telah mengubah kebiasaan mereka dalam bergaul, membaca, berbelanja. Indonesia memiliki penetrasi pengguna interet sekitar 75 juta orang atau sekitar 30 % dari total penduduk Indonesia per tahun 2013. Jumlah ini diprediksi akan menyentuh angka hingga 100 juta pengguna per tahun 2016 (Ystats.com, 2014). Dalam mengakses internet, lebih dari setengah pengguna internet di Indonesia mengaksesnya melalui piranti seluler dan sekitar 25 % dari populasi orang dewasa di Indonesia memiliki iphone smart. Diprediksi per tahun 2018, angka pengguna internet di Indonesia menempati urutan ketiga setelah RRT dan India.

Indonesia dalam hal ini pemerintah atau instansi yang terkait harus mendorong industri kecil dan menengah atau IKM untuk ikut menangkap peluang Industri 4.0 dengan memanfaatkan perkembangan teknologi manufaktur terkini. Dalam era Industri 4.0 tidak bisa lagi dihindari karena sudah berjalan, dan sistem revolusi industri keempat tersebut mengintegrasikan setiap sektor produksi secara real time

Dengan adanya program e-Smart IKM, pada awal 2017 salah satu tujuannya adalah meningkatkan akses pasar melalui internet marketing. Sepanjang 2017, Kemenperin mencatat lebih dari 1.730 pelaku usaha telah bergabung dalam program e-Smart IKM, yang berasal dari 23 provinsi. Pada 2019, ditargetkan akan mencapai 10 ribu pelaku IKM seluruh Indonesia. Program ini juga mendorong para pelaku IKM agar melakukan terobosan inovasi dengan memperbaiki produk, pengembangan desain, serta mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Dewasa ini ada beberapa UMKM dan IKM menggunakan e-mail marketing, namun hanya sekedar mengirim secara massal. Padahal e-mail marketing dapat diberdayakan secara lebih cerdas dan tepat guna, sehingga energi yang terpakai tidak terbuang percuma dan pengelola merek tidak dicap sebagai spammer oleh konsumen. E-mail marketing adalah salah satu bentuk promosi digital marketing yang paling mudah dan paling murah dilakukan dengan banyak kelebihan dibandingkan dengan ragam dan varian marketing tradisional, antara lain televisi, radio dan aktivitas below the line.   E-mail marketing memiliki biaya yang sangat rendah, dan apa yang menarik adalah adanya kemampuan mekanisme umpan balik (feedback). Kita dapat mengetahui konsumen mana saja yang membuka e-mail, menelusuri kontennya, termasuk tentunya memberikan balasan. Pengetahuan mengenai aktivitas konsumen melalui e-mail marketing ini menunjukkan diferensiasi yang sangat signifikan dibandingkan dengan kegaiatan marketing tradisional.

Secara singkat manfaat e-mail marketing kembali ke hal paling mendasar dari konsep marketing, yaitu melakukan segmentasi dan menetapkan target konsumen yang kita pilih dan mampu kita penuhi kebutuhannya. Agar UMKM dan IKM mengetahui perubahan minat dan selera konsumen, berarti harus mengetahui tren yang berjalan hingga kini. Saat menjalankan strategi e-mail marketing, tren juga harus diperhatikan. Jika kita tetap berpegang pada strategi tersebut akan lapuk dan terlihat membosankan dimata konsumen. Sepanjang kita menginginkan keberhasilan untuk memahami konsumen secara berkelanjutan, berarti kita perlu melakukan percobaan-percobaaan secara cerdas dan terukur.

Dalam konsep marketing ada yang disebut dengan Promotional Mix (bauran promosi). Artinya dalam melakukan promosi harus menggunakan mix juga. Caranya dengan advertising, promotion, sponsiorship, menggunakan media massa juga direct marketing. Apalagi sekarang kita ramai bicara cyber generation yaitu generasi yang sudah hook up pada produk digital, sehingga usaha apapun dari makan sampai fashion, dari produk elektronik sampai otomotif memanfaatkan internet marketing (online) dan traditional marketing (offline).

  Indonesia khususnya UMKM apalagi IKM akan mendapatkan keuntungan yang besar dari revolusi industri digital. Dimana sektor publik, dan swasta harus fokus berinvestasi pada teknologi digital dengan peningkatan infrastruktur, penetrasi internet dan mendorong produktivitas sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi. Potensi ekonomi digital yang besar menuntut pemerintah Indonesia secepatnya menjadikan ekonomi digital sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional, yang mesti dianggarkan dalam APBN dan mulai melakukan transformasi di semua sektor untuk menjadi negara berpenghasilan menengah di tahun yang akan datang.

  Penguatan dan percepatan pembangunan ekonomi digital akan memainkan peran penting dalam mencapai potensi penuh Indonesia. Ditunjang dengan Indutri Kecil Menengah (IKM) yang bergerak di bidang ekonomi digital melalui e-commerce, media broadband, media sosial, komputasi awan, mobile platform dan teknologi finansial, kita dapat memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat, lebih inovatif dan lebih kompetitif di Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Merebaknya pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap perekonomian di Indonesia. Tantangan perekonomian saat ini sangatlah berat. Masyarakat berada dalam kondisi waspada dan sangat berhati-hati dengan adanya anjuran work from home, stay at home mengakibatkan adanya pembatasan ke luar rumah dan konsumsi, tentunya hal ini berimbas kepada transaksi jual beli di pasaran. Denyut nadi ekonomi seperti sesak nafas akibat badai corona yang menerjang terjang sejak Februari silam. Yang terpukul pertama, dalam situasi ini, tentulah usaha kecil menengah ke bawah. Repotnya, justru UMKM inilah, dengan sektor informal di dalamnya, adalah tiang penyangga ekonomi nasional. Bagaimana tidak. Menurut catatan UMKM Crisis Center, sektor UMKM berperan besar bagi ekonomi negara ini. Sektor itu menyerap lebih dari 100 juta tenaga kerja dan berkontribusi sekitar 60 % terhadap produk domestik bruto (PDB).

Ada beberapa cara UMKM agar bisa survive dalam masa pandemi Covid-19 ke new normal dengan memperkuat Imunitas UMKM. Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan UMKM sebagai berikut:

1)UMKM harus menjaga posisi dana tunai, maksudnya amankan likuiditas, solbavilitas perusahaan, tunda beberapa kewajiban yang bisa ditunda misal dengan cara negosisasi, keterbukaan, jujur terkait kondisi saat ini terhadap supplier, perbankan. Perbaharui rencana bisnis yang ada (business plan yang baru), sesuaikan dengan kondisi Covid-19 masuk ke new normal. Prediksi kebutuhan dana baik bagi usaha mikro, kecil dan menengah;
2)Adapt to New normal, artinya UMKM harus bisa menyesuaikan diri/beradaptasi terhadap keadaan sekarang (New Normal) caranya dengan work from home, menjaga kesehatan, keselamatan keluarga, karyawan. Dengan waktu yang cepat temukan peluang bisnis baru, problem solving, inovasi produk, inovasi usaha. Adapun peluang bisnis itu ada pada bidang: kesehatan (APD, masker, hand sanitizer); teknlologi (aplikasi google meet, Bigbluebutton, zoom, virtual meeting secara daring/online); farmasi, jamu/peningkatan imunitas; pangan/pengusaha kuliner rumahan; new normal memerlukan jejaring distribusi yang lebih luas yang disebut network of network. Dimana network of network membutuhkan reseller artinya cepat tanggap/adaptasi mencari informasi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. New normal adalah online mindset/digitalisasi, digitalisasi akan menjadi passion, tools dan taste masa depan kita sehingga memiliki kemampuan di maketing, payment (pembayaran) dan penyediaan melalui logistik. Jadi pegiat UMKM harus menyusun strategi digital agar dapat bertahan dan tetap berkembang;
3)Survive Through Ecosystem, artinya kita akan bertahan kalau kita mampu bertahan dalam ekosistem kita. Jadi bagaimana kita membangun mental (we are all in this together), upayakan selalu berkomunikasi dengan mentor dan coach. Bangun jejaring (beyond boundaries), manfaatkan fasilitas perbankan pemerintah untuk menangani masalah usaha yang dihadapi dalam masa Covid-19 ini sehingga bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat, ekonomi berbasis silahturahim;
4)Invest In This Time, artinya dengan work from home kita harus meningkatkan kemampuan/skill kita misal dengan mengikuti webinar, workshop/pelatihan secara daring;
5)Be The Calm in the Strom artinya dalam masa Covid-19 ke new normal kita harus tenang dalam menghadapinya dengan usaha semaksimal mungkin, berdo’a, memiliki rasa optimis tidak memiliki rasa pesimis, semangat dan kerja keras, bisnis yang booming harus branding & soft selling jangan hard selling, bisnis yang bisa survive bukan yang besar/menengah/kecil tetapi yang bisa beradaptasi, hadapi kenyataan, fokus apa yang harus dilakukan dan bantu orang lain/peduli sosial, up grade diri untuk beralih dari offline ke online selling, everithing is changing.

.

Write by : Keni Kaniawati, SE., M.Si.; Dosen Tetap Universitas Widyatama, Ketua Widyatama Business Incubator

Email: [email protected]; No kontak: 082319616313/081221791046

BUMANTARA

.

BUMANTARA

togamas_17133_Bumantara

.

.

Judul : Bumantara
Penerbit : PT. Alex Media Komputindo
Penulis : Ulva Afdillah Umar
Ketebalan : 196 hlm
Dimensi : 14 cm x 21 cm
Cover : Soft Cover (doff)
ISBN : 978-623-00-1886-2
Berat : 300 gr
Tahun Terbit : 2020

.

.

Semesta selalu saja menciptakan konspirasi di dalamnya. Manusia diciptakan untuk bertemu satu sama lain, seperti halnya Adam dan Hawa yang meski terpisah jauh namun pada akhirnya dipertemukan oleh Allah. Untuk saling menguji, hidup berdampingan, dan menjadi pengingat satu sama lain.

.

Menguji dalam hal apa? Dalam hal kesabaran dan kekuatan hati. Berdampingan dalam hal apa? Dalam segala bentuk interaksi yang diciptakan dalam kehidupan bermasyarakat maupun berkeluarga. Pengingat apa? Pengingat dalam hal beribadah.

.

“Tidak akan ada kehidupan tanpa kematian. Maka tidak ada pula pertemuan tanpa perpisahan. Dan kembali lagi, kematian adalah perpisahan yang sebenarnya”_hal 6.

_________________________________________

.

Buku ini mengusung judul BUMANTARA, secara Bahasa artinya Angkasa. Menggambarkan betapa dunia benar-benar sudah sangat tua untuk kita yang masih sibuk mengejar nikmatnya. Banyak hal di muka bumi ini yang bisa dijadikan sebagai pelajaran. Ujian hidup yang kita alami adalah sebaik-baiknya pelajaran yang harus dipetik hikmahnya. Hidup akan terus berputar sampai ia diperintahkan untuk berhenti. Ujian datang kepada kita untuk menguatkan. Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

.

Pernahkah menemukan orang-orang yang senantiasa ridlo terhadap hidup yang sedang dilalui? Atau orang-orang yang didiagnosis dengan penyakit kronis, namun masih bisa mengukir senyum di wajahnya? Atau juga orang-orang yang bekerja dengan gaji tidak seberapa, namun tetap melakoninya?

.

Orang-orang seperti ini adalah mereka yang dianugerahi hati yang kuat oleh Tuhan. Mereka senantiasa berbahagia dengan apa yang sedang direncanakan Tuhan untuknya. Orang-orang yang bermental baja, berhati lapang, dan bertekad kuat. Ujian hidup tidak menjadikan mereka lemah dimata manusia. Namun, mereka menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya juri dalam kehidupan. Penilai apa saja yang sedang mereka lakoni. Manusia diciptakan di dunia, untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (Fastabiqul Khairat). Ada banyak perbuatan baik yang bisa dikerjakan, tanpa lupa harus bersyukur dan tanpa harus banyak mengeluh. Meskipun sifat dasar manusia memang suka mengeluh, apabila ditimpa kesusahan mereka mengeluh, dan ketika mendapatkan kebaikan berupa harta, justru mereka kikir. Padahal sejatinya, mengeluh tidak akan mengubah keadaan tetapi justru hanya akan menambah beban yang ada.

.

Ingatlah bahwa Tuhan menurunkan ujian untuk menguji tarap keimanan setiap hambanya, dan Tuhan memberikan ujian karena Dia sayang dan ingin menyapa hambanya. Teka teki permasalahan pasti ada jalan keluarnya, tinggal bagaimana cara kita menyikapi permasalahan tersebut. Apakah hanya akan diam berpangku tangan sambil menghujat dan menghakimi ini itu, atau berusaha bangkit, ikhtiar dan berdoa untuk menyelesaikan permasalahan.

.

“Mengeluh bukan jalan keluar. Pun tidak akan menjadikanmu baik-baik saja. Hadapi, nikmati dan jalani setiap masalah yang ada. Jangan mengeluh, Tuhan sedang mengujimu” hal 22.

.

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambahkan nikmat kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti Azab-Ku sangat berat” (QS. Ibrahim:7)

.

Karena hidup ini bukan hanya perihal aku, kamu, dan kita. Di luar sana, di belahan bumi yang lainnya, Saudara-saudara kita juga memerlukan perhatian lebih. Pedulilah pada mereka. tidak mudah berputus asa dan tidak mudah puas dalam mencari ilmu. Mencari ilmu tidak hanya di lembaga formal seperti sekolah, tetapi bisa juga dengan mengikuti beberapa kajian ilmu. Karena sesungguhnya apa yang kita peroleh saat ini hanyalah sebagian kecil dari ilmu yang tersebar di bumi. Tanamkan dalam hati, bahwa hidup adalah perihal belajar. Maka jika kita tidak belajar, kebodohan akan senantiasa mengitari hidup.

.

“Jangan cepat puas pada satu ilmu. Jangan merasa cukup hanya karena hari ini belajar banyak. Namun merasa kuranglah agar kamu senantiasa merasa haus akan ilmu”.

.

Banyak orang-orang terdahulu yang memilih mengarungi bentang samudra hanya untuk mencari ilmu. Bahkan hingga saat ini, banyak orang yang mampu menjadi inspirasi kita untuk terus menuntut ilmu. “semakin berisi, semakin menunduk” pepatah ini tentu sering kita dengar, bukan? Umumnya dikenal dengan istilah ilmu padi. Perlu diketahui, bahwa Itu bukan sekadar pepatah kuno, karena di dalamnya kita akan menemukan ilmu yang luar biasa. Padi, tanaman yang darinya kita mampu mengolah sebutir beras menjadi sebakul nasi. Saat tumbuh dan menjulang ke atas, ia tidak serta merta berdiri dan menegakkan kepala untuk sekadar menjadi perhatian tanaman lainnya. Ia memilih merunduk ke bawah. Dia tidak lupa dari mana dia berasal dan bermula.

.

Semoga buku ini mampu membawa kita pada tingkat pemahaman dan kesadaran bahwa saat ini, kita berada pada titik di mana gejolak problem sedang meningkat. Segala hiruk-pikuk dunia yang kerap diabaikan menimpa banyak umat manusia. Sedangkan kesadaran kita untuk mengetahuinya sering kali hilang entah ke mana. Melalui buku ini, semoga kita semua tersadar jika kematian itu benar-benar ada dan selalu mengintai kita. Hingga akhirnya kita senantiasa mempersiapkan diri untuk dijemput oleh-Nya, dalam keadaan baik (husnul Khatimah).

.

Intan Liswandini

.

Tenant Widyatama Bisnis Inkubator/WIBI : OPAK ODED

Keni Kaniawati

Tenant Widyatama Bisnis Inkubator/WIBI

OPAK ODED,

E:\foto Produksi\IMG_20150216_092428_resized.jpgCEMILAN KHAS SUMEDANG

Adalah Ganjar Rahmat Adiwijaya salah seorang alumni Universitas Widyatama Bandung Tahun 2020 (Februari 2020). Usianya masih muda 22 tahun, namun soal pengalaman bisnis sudah cukup matang, sejak menempuh kuliah tepatnya mata kuliah Entreprenreuship Business Planning, Ganjar sudah menunjukkan keseriusan dalam menjalankan usahanya bahkan tidak hanya sebagai syarat menempuh kuliah serta menyusun skripsi dengan Tema Business Planning. Ganjar mengimplementasikannya pada usaha yang dirintisnya mulai dari pengembangan bisnis model Canvas, begitupun analisis keuangannya. Pengusaha muda sukses asal Dusun Conggeang, RT 01 /RW 01 Desa Conggeang Wetan Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang ini mempunyai perusahaan makanan ringan tradisonal ciri khas Kota Sumedang yaitu “OPAK ODED”.

Opak Oded merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kuliner, khususnya kuliner makanan traditional khas Jawa Barat yaitu Opak. Opak yang diproduksi adalah opak yang terbuat dari beras ketan. Di Jawa Barat banyak sekali jenis opak, di antaranya opak singkong, opak aci dan lain lain, selain yang terbuat dari beras ketan. Opak Oded mempunyai arti tersendiri yaitu ODEDkepanjangan “Opak Dudang Enak Dimakan”. Merek opak Oded tersebut diambil dari nama perintis perusahaan, yakni Bapak Dudang, yang adalah orang tua saudara Ganjar.

Opak sekarang sudah mulai menjadi ikon Kabupaten Sumedang. Kini Sumedang bukan hanya dikenal sebagai pusat Tahu yang dikenal Tahu Sumedang. Tetapi Sumedang kini mempunyai makanan traditional lainnya yaitu Opak.

    Opak Oded Sumedang | Shopee Indonesia     

.

Visi usaha Opak Oded sangat sederhana yaitu melestarikan makanan traditional dengan inovasi terhadap produk agar memproduksi makanan sehat non korestol dan dapat diterima oleh generasi milenial. Misinya yakni: memproduksi opak dengan aneka rasanya, menguatkan jalur pemasaran di Indonesia, mengenalkan makanan khas traditional kepada masyarakat, menciptakan produk yang sehat dan non kolesterol.

Menurut Ganjar, di Sumedang yang memproduksi Opak bukan hanya Opak Oded saja ada juga beberapa merek lain yang memproduksi Opak. Tetapi Opak Oded mempunyai keunggulan di antaranya resep opak tidak pernah berubah sejak pertama berdiri. Kami mempunya standar produksi: pertama, komitmen kami bahwa cita rasa produk merupakan jantung dari perusahaan kami; kedua, kami memiliki banyak varian rasa opak rasa original, ayam bawang, balado, manis gula kawung, strowberry, keju, ikan, dan terasi udang. Tidak semua kompetitor kami memiliki varian rasa seperti yang perusahaan kami buat. Selain itu opak merupakan makanan yang non kolestrol. Diantaranya, proses pembuatan opak tidak digoreng dan tidak memakai minyak.

Ganjar berkecimpung pada usaha ini sejak tahun 2016, melanjutkan usaha orang tuanya Bapak Dudang Adihana S.E. yang memulai usaha pada tahun 1997. Sebagai pimpinan perusahaan di masa pandemi, Ganjar sangat merasakan dampak wabah pandemi Covid 19 ini terhadap bisnisnya. Rencana strategis perusahaan di awal tahun pun kini tinggal kenangan akibat serangan pandemi virus ini. Namun hal ini tidak membuat dirinya berdiam diri. Momen ini justru dia anggap untuk menguji mental para pengusaha, sekaligus tantangan supaya tetap survive dan membuat strategi baru.

  Memang sebaiknya pelaku usaha tetap tenang saat menghadapi pandemi virus corona ini, sehingga pelaku usaha dapat mengambil langkah yang tepat. Selain menghadapi dengan tenang, pelaku usaha harus berpikir lebih kreatif dan terus berinovasi. Melalui kreatifitas dan inovasi akan membuat perusahaan mampu bertahan bahkan bisa tetap profit. Dampak pandemi Covid-19 dirasakan Opak Oded, dimana omzet perusahaannya mengalami penurunan secara drastis. Namun dibalik itu, Ganjar berhasil tetap survive di tengah pandemi.

  Ganjar berbagi beberapa tips yang bisa dilakukan oleh para pelaku usaha:

1. Jujur dan transparan

Jika dengan strategi bisnis yang sedang dijalankan perusahaan masih dapat berjalan, maka sebaiknya pertahankan. Namun, jika tidak dapat bertahan perusahaan dapat melakukan pivot dari core bisnis. Pivot memiliki arti mencari model bisnis yang lain, namun tetap berada divisi yang sama dengan perusahaan. Bisa juga perusahan menjalankan keduanya secara bersama.

2. Mengarahkan karyawan sesuai dengan kebutuhan saat ini

Setelah menentukan strategi bisnis perusahaan harus mengarahkan karyawannya agar strategi bisnisnya dapat berjalan dan sesuai kebutuhan.

3. Untuk yang status kontrak, jika berakhir tidak perlu diperpanjang

Jika perusahaan yang memiliki karyawan yang status kontraknya akan berakhir sebaiknya menunda perpanjangan lebih dahulu. Jika dirasa karyawan bekerja dengan baik dan perusahaan tidak ingin melepaskan karyawan, maka solusinya jadikan sebagai mitra/distributor/ reseller/freelance.

4. Harus bisa mengatur alur produksi, dimana produksi harus diatur dilihat dari produk yang dijual.

Lalu, apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk bisnis pasca pandemi virus corona?  Jika di saat situasi pandemi virus corona perusahaan mengalami peningkatan bisnis perlahan, maka perusahaan harus mempersiapkan lagi terkait pendapatan, model bisnis, struktur bisnis, SDM, dan strategi pemasaran. Pengusaha juga harus mempersiapkan terkait legalitas jika bisnis baru yang dijalankan saat pandemi virus corona menghasilkan profit.

  “Itulah beberapa tips agar bisnis dapat bertahan menghadapi pandemi virus corona tanpa melanggar hukum. Memang kondisi sekarang merupakan masa yang sulit bagi beberapa perusahaan. Namun, sebaiknya perusahaan dapat memanfaatkan masa sulit ini dengan hal-hal yang baik,” demikian menurut Ganjar Rahmat Andiwijaya. Bagi yang berminat pada produk usaha “OPAK ODED” Ganjar bisa dengan follow IG@oded-rajanya-opak.

 Keni Kaniawati

.

Lembang Park & Zoo Perpaduan Berbagai Tema Wisata Dalam Satu Kawasan

Lembang Park & Zoo

Perpaduan Berbagai Tema Wisata Dalam Satu Kawasan

.

  Lembang, adalah sebuah kecamatan yang berada di Bandung Barat, yang sangat terkenal di kalangan wisatawan nasional, sebagai kawasan wisata yang sangat keren dan beragam tema wisatanya. Udara yang sejuk, view alam yang menawan, serta sederet ragam tema wisata tersaji indah di Lembang. Salah-satunya objek wisata yang bernama Lembang Park and Zoo.

Lembang Park and Zoo adalah sebuah objek wisata yang memadukan  berbagai macam tema wisata dalam satu kawasan.

Lembang Park And Zoo Memiliki Luas 20 HaLembang Park And ZooLembang Park And Zoo.

.

  Luas Lembang Park and Zoo sekitar 20 ha, dengan luas tersebut mampu menyajikan berbagai macam wahana. Meskipun baru sampai 10 ha yang dapat tertata secara optimal.

Bisa dibayangkan, jika luas 20 Ha sudah dapat terealisasi 100%, maka hanya tinggal menuju Lembang Park and Zoo, semua ragam wisata dapat dinikmati di kawasan tersebut.

C:\Users\DELL - 01\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\1613981051256.jpg  Yang paling penting, bagi kalian yang belum pernah ke Lembang atau dari luar kota, maka tidak perlu khawatir susah mencari penginapan. Di sepanjang jalan utama Lembang terdapat banyak sekali hotel, dan penginapan dengan harga yang terjangkau. Termasuk hotel atau penginapan dekat Lembang Park and Zoo tidak perlu bersusah payah mencarinya. Hanya tinggal memilih sesuai selera, dan isi dompet.

  Lalu apa saja daya tarik dari Lembang Park and Zoo? Inilah review lengkap Lembang Park and Zoo yang sudah kami siapkan untuk anda.

.

.

.

Daya Tarik Lembang Park and Zoo

  Pesona keindahan Lembang Park and Zoo terletak pada ragam wisatanya yang banyak, keren dan bernilai edukatif. Inilah daya tarik dari Lembang Park and Zoo :

1. Wisata Alam Dan Wisata Edukasi

C:\Users\DELL - 01\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\1613981051212.jpg C:\Users\DELL - 01\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\1613980109676.jpg Kebun Binatang Lembang Park And Zoo

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kebun Binatang Lembang Park And Zoo.

  Tentu saja daya tarik yang pertama dari Lembang Park and Zoo adalah objek wisata yang mampu menyajikan tema wisata alam dan wisata edukasi dalam satu kawasan. Salah-satu kehebatan Wisata Lembang adalah konsep utama yang tetap mempertahankan keindahan alamnya, meskipun dekat dengan pusat ibu kota Jawa Barat, yaitu Bandung. Nilai edukasinya bisa terlihat jelas dengan keberadaan kebun binatang yang dihuni oleh berbagai macam hewan. Hewan buas seperti harimau, ada juga di kebun binatang Lembang Park and Zoo.

C:\Users\DELL - 01\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\1613980109726.jpg

C:\Users\DELL - 01\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\1613980109714.jpg

.

C:\Users\DELL - 01\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\1613980109702.jpg Harimau Di Lembang Park And Zoo

Harimau Di Lembang Park And Zoo.

.

.

.

2. Wisata Keluarga

  Daya tarik selanjutnya adalah objek wisata yang sangat recommended sebagai tujuan wisata keluarga, apalagi saat liburan tiba.

Ragam Wahana Di Lembang Park And Zoo

Ragam Wahana Di Lembang Park And Zoo. Google Maps.

  Ragam wahana anak yang bisa dijajal banyak sekali, seperti: Kendaraan untuk menjelajah kawasan Lembang Park and Zoo, Naik Robot Iron Man, Kereta Api Mini, Play Ground, Water Kiddy Zone.

.

3. Wisata Instagramable

  Lembang Park and Zoo merupakan objek wisata yang mampu menyesuaikan dengan tuntutan jaman. Hal ini terbukti dengan keberadaan beberapa spot yang instagramable.

Spot Instagramable Lembang Park And Zoo

Spot Instagramable Lembang Park and Zoo.

  Diantara spot instagramable tersebut adalah : Spot foto di danau kecil dengan menggunakan kano, Spot foto dengan latar mobil, Spot foto di area rumah kelinci. Itu hanyalah beberapa spot saja. Yang pasti, secara keseluruhan, atau tiap sudut Lembang Park and Zoo mampu menjadi sebuah latar foto yang keren.

  Lokasi atau alamat Lembang Park and Zoo berada di Cihideung yakni di Jalan Kolonel Matsuri Nomor 171, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

  Rute Menuju Lembang Park and Zoo. Moda transportasi untuk menuju ke Lembang Park and Zoo sangat banyak dan mudah, bisa bawa kendaraan pribadi atau naik kendaraan umum. Berikut rute yang dapat dipilih ole wisatawan yang hendak mengunjungi lokasi wisata ini :

 Via Jalan Setiabudhi: Jalan Pasteur – Jalan Sukajadi – Jalan Setiabudhi – Jalan Raya Lembang – Jalan Kolonel Masturi
 Via Jalan Sersan Bajuri: Jalan Pasteur – Jalan Sukajadi – Jalan Setiabudhi – Jalan Sersan Bajuri – Jalan Kolonel Masturi
 Via Jalan Subang: Jalan Raya Subang – Jalan Raya Tangkuban Perahu – Jalan Sukasenang – Jalan Pangragajian – Jalan Cendana – Jalan Maribaya – Jalan Grand Hotel – Jalan Kolonel Masturi
 Via Jalan Geger Hilir: Jalan Pasteur – Jalan Sukajadi – Jalan Setiabudhi – Jalan Ciwaruga – Jalan Cigugur Girang – Jalan Kolonel Masturi
 Via Jalan Cihanjuang: Jalan Daeng Moh. Ardiwadata – Jalan Cihanjuang – Jalan Kolonel Masturi

Sebagai catatan penting, bahwa jalur utama menuju Lembang akan selalu macet saat musim liburan tiba. Oleh Karena itu, jalan alternatif selalu menjadi pilihan para pengunjung.

Spot Keren Di Lembang Park And Zoo

Spot Keren Di Lembang Park And Zoo.

Jam Buka Lembang Park and Zoo. Tempat wisata terbaru di Lembang ini buka setiap hari pukul 09.00-17.00 WIB. Walau buka setiap hari, menurut pengelola Taman, weekday adalah waktu terbaik untuk berkunjung ke Lembang Park & Zoo. Supaya pengunjung bisa lebih leluasa mengeksplorasi beragam wahana di sini.

Harga tiket masuk Lembang Park and Zoo ada dua kategori :

1. Warga Negara Indonesia : Harga tiket masuk Senin – Jumat Rp. 40.000

Hari Sabtu, Minggu, Tanggal Merah, Hari Libur Nasional Rp. 50.000

2. Warga Negara Asing : Harga tiket masuk Senin – Jumat Rp. 75.000

Harga tiket masuk Hari Sabtu, Minggu, Tanggal Merah, Hari Libur Nasional Rp. 100.000

  Terdapat tiket lanjutan di setiap wahana atau spot yang ada di Lembang Park and Zoo. Harga yang pantas untuk sebuah kenikmatan beragam tema wisata dalam satu kawasan.

  Lembang Park and Zoo meyediakan fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari mushola, tempat makan yang beragam, dan tempat parkir yang luas.

Demikian review Lembang Park and Zoo, sebagai wisata populer di Bandung Jawa Barat.

  Tetap utamakan keselamatan, dan selalu patuhi protokol kesehatan Ingat Pesan Ibu, yaitu Gerakan 5M Covid-19. 5M protokol kesehatan adalah sebagai pelengkap aksi 3M. yaitu:

1.Memakai masker,
2.Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir,
3.Menjaga jarak,
4.Menjauhi kerumunan, serta
5.Membatasi mobilisasi dan interaksi.

.

(Writen by : 15 January, 2021 by Y.Rama)

GeNose Inovasi PT, Penghiliran dan Potensi Ekspor

.

GeNose

Inovasi PT, Penghiliran dan Potensi Ekspor

Sepanjang tahun 2020, semua orang di segala belahan bumi disibukkan pandemi yang terbesar selama satu abad terakhir (Gates, 2020). Pandemi Covid-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2 belum sepenuhnya terkendali setelah hampir setahun mendera bangsa di seluruh dunia (Looi, 2020; James & Menzies, 2020). Semua negara berupaya keras menghentikan penyebaran Covid-19, sedangkan krisis sosial-ekonomi dengan keparahan yang belum pernah kita alami selama rentang hidup mayoritas penduduk dunia telah mengancam masyarakat secara global, khususnya kelompok miskin (Buheji et al., 2020). Cara-cara menyelamatkan kehidupan manusia dari Covid-19 sekaligus harus memperhitungkan cara untuk tetap mempertahankan penghidupan.

Di tengah ketidakpastian tentang penyebaran Covid-19, para peneliti dan dosen UGM mengembangkan model-model matematik dan simulasi komputer. Tujuan pemodelan matematik penularan Covid-19 tidak sekadar memperkirakan laju penyebaran virus atau tingkat herd immunity yang dapat meminimalkan jumlah penduduk yang tertular virus, tetapi memahami bagaimana penularan virus cenderung menjadi lebih masif sebagai cluster infeksi di masyarakat yang mengakibatkan transmisi virus berlangsung lebih cepat (Khrennikov, 2020). Cluster kerumunan di supermarket, perkantoran, perhelatan, dan transmisi rumah tangga semakin sering dilaporkan sebagai bagian surveilans. Pencegahan infeksi dan pengobatan masih sangat terbuka terhadap penelitian-penelitian dasar maupun terapan.

Perlombaan dalam pengembangan produksi dan penawaran vaksin di dunia sebagai komoditas komersial telah mengetuk hati para peneliti UGM untuk terlibat dalam menghasilkan vaksin “merah-putih” yang terjangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Pengendalian pandemi berkejaran dengan transmisi virus yang melaju sangat cepat. Para ilmuwan UGM dengan keterbatasan sarana dan prasarana telah menghasilkan beragam inovasi. Konsensus global pengendalian laju perluasan pandemi berupa testing, tracing, dan treatment membutuhkan sarana yang tersebar di seluruh Indonesia, disertai sistem informasi yang dapat diandalkan (Miri & O’Neill, 2020).

GeNose – Inventor, dan Multi Disiplin

Inovasi para dosen Fakultas MIPA UGM (Universitas Gajah Mada) yang unik dan berpotensi mendeteksi Covid-19 secara ultra cepat telah mendapat perhatian di tingkat nasional dan internasional, yaitu pengembangan electronic nose yang dinamakan GeNose. Hembusan napas ditangkap dalam kantong yang kemudian mengalirkan senyawa volatile ke sensor elektronik dan menghasilkan gambar dengan pola sesuai dengan senyawa-senyawa yang terdeteksi. Analisis untuk mendukung keputusan apakah subjek mengidap Covid-19 atau tidak didasarkan pada sistem kecerdasan buatan (machine learning) yang dapat mengenali pola kuantitas jenis-jenis senyawa kimia volatile tersebut. Alat serupa telah diuji coba di Maastricht, Belanda, untuk skrining sebelum operasi, apakah pasien tidak terinfeksi oleh virus SARSCoV-2, dengan hasil prediksi negatif sebesar 96% (Wintjens et al., 2020).

Sementara itu, para dosen dan staf Fakultas Teknik UGM mengembangkan ventilator yang dibutuhkan pasien yang mengalami ARDS (acute respiratory distress syndrome). Ventilator yang dikembangkan meliputi jenis high end untuk ICU dan alat bantu pernapasan darurat portable dan dapat digunakan di luar ICU, dengan atau tanpa Ambu bag. Lalu, kerja sama FKG dan FT UGM telah membuahkan produk-produk perlindungan petugas kesehatan dari penularan Covid-19 yang juga dirancang menggunakan 3D printing

  Adalah Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si. sosok penting di balik inovasi GeNose, alat yang bisa mengendus Covid-19 dari embusan napas penderita. Ia yakin, setiap masalah pasti ada solusinya. Karena itu, Ia terpanggil membantu mencarikan solusi untuk mendeteksi penderita Covid-19. Ia dan tim riset Universitas Gadjah Mada merancang GeNose C19 yang bisa mendeteksi Covid-19 hanya dengan embusan napas penderita. GeNose telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 24 Desember 2020.
Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si

Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si. merupakan dosen pada Departemen Fisika FMIPA UGM sekaligus peneliti di Institute of Halal Industry and System (IHIS) UGM. Ia menekuni kajian fisika material dan instrumental sejak 2008 dan telah menghasilkan berbagai produk inovasi. Produk inovasi yang dihasilkannya antara lain masker anti polusi asap dan bakteri berbahan nanofiber. Selain itu terdapat hidung elektronik untuk deteksi cepat kontaminasi zat berbahaya dalam makanan, kedaluwarsa produk makanan, serta kehalalan produk, dan lidah elektronik untuk autentikasi halal, deteksi keaslian dan kualitas produk secara cepat, akurat, dan portabel.

Ia mengenyam pendidikan S-1 nya di UGM jurusan Fisika lulus di tahun 1991 dan langsung bekerja sebagai seismolog. Pada tahun 1995, melanjutkan studi di ITB dan lulus tahun 1997 dengan menghasilkan tesis berjudul Prototype of Pattern Recognition System in Electronic Nose based on Artificial Neural Network. Kemudian menjadi dosen di UGM. Pada tahun 2001, mengambil gelar Doktor di Kyushu University, Jepang. Kariernya sebagai Ketua Departemen Fisika FMIPA UGM, Physical Society of Indonesia, serta Materials Research Society of Indonesia.

  Paten yang diperoleh, antara lain: Metode Deteksi Gelatin Babi Dengan Hidung Elektronik, Alat dan Metode Karakterisasi Sensor Gas Berbasis Quartz Crystal Microbalance, Dehumifidier untuk meningkatkan Unjuk Kerja Sistem Pada Unit Hidung Elektronik terhadap Sampel Cairan, Metode Karakterisasi Sensor Gas NO2, serta Penghargaan Anugerah UGM Tahun 2020.

Penghiliran dan Potensi Ekspor GeNose

  Hilirisasi inovasi GeNose diharapkan dapat menekan biaya sehingga kurang dari Rp10.000,00 per test, sementara lama test hanya 80 detik. Akurasi test GeNose yang tinggi dapat menggantikan atau melengkapi pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) di populasi.   Pada peluncuran pertama UGM secara resmi mendistribusikan 2.021 unit GeNose C19 kepada masyarakat. Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono berharap Indonesia bisa mempercepat dan memperluas jangkauan screening Covid-19 dengan terdistribusikannya GeNose C19 ke seluruh daerah. Akselerasi penghiliran produk inovasi GeNose C19 diharapkan dapat segera membantu mengatasi permasalahan bangsa dalam pelaksanaan mitigasi dan percepatan proses penanganan pasien Covid-19 di Indonesia,” ujar Panut di Yogyakarta, 1 Maret yang lalu.
  Saat yang sama, Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr. Hargo Utomo mengatakankan dari 2021 unit tersebut, sebagian besar akan diserahkan kepada fasilitas kesehatan melalui distributor resmi. GeNose C19 akan diproduksi dan didistribusikan secara bertahap. Sebagian besar penerima GeNose C19 terkonsentrasi di Jawa, dan sebagian pengiriman ditujukan ke Kalimantan dan Sulawesi, jelas Hargo.

  GeNose C19 sudah diinspeksi kembali oleh Kementerian Kesehatan dan mendapatkan pengakuan cara uji klinis yang baik dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan. GeNose sudah layak beredar sejak diakui oleh Kementerian Kesehatan melalui pemberian izin penggunaan darurat dan yang terbaru Kementerian Perhubungan juga telah menerbitkan aturan mengenai GeNose sebagai syarat perjalanan.

  Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada kesempatan lain meminta pelayanan GeNose diperluas di 44 kota dalam waktu kurang dari satu bulan. Saya harap, pelayanan GeNose sudah ada di 20 kota lainnya dan bertambah lagi ke 44 kota lainnya dalam waktu kurang dari satu bulan, kata Budi Karya Sumadi, Februari lalu. Layanan tes kesehatan dengan GeNose telah tersedia banyak stasiun kereta yang menyediakan layanan tersebut.

  Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mendorong agar penggunaan GeNose sebagai alat screening Covid-19 bisa terus diperluas. Ia menilai, jika penggunaan GeNose C19 lebih masif, akan membantu memulihkan kepercayaan masyarakat untuk beraktivitas, memberi screening dan kenyamanan. Bahkan, ia membuka peluang bahwa GeNose ke depannya bisa diekspor setelah kebutuhan di dalam negeri terpenuhi. Setelah ini tersertifikasi dan terstandarisasi mungkin bisa dijadikan potensi untuk ekspor  setelah memenuhi kebutuhan dalam negeri, ujar Jerry dalam suatu kesempatan.

  Dari perspektif perdagangan, selain bagus untuk ekspor nasional, penggunaan GeNose secara luas juga memberi kebanggaan akan produk dan inovasi nasional. Ia berujar GeNose tidak hanya buatan anak bangsa, namun inovasi dari, oleh, dan untuk rakyat Indonesia. “ini dari hulu ke hilir.” Baik juga kalau GeNose bisa diberdayakan oleh para pelaku, pedagang, UMKM, dan pelaku pasar tradisional.  

  Sementara, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini kapasitas produksi GeNose baru mencapai 1.000 unit per pekan. Ia juga mengatakan meyakini tim UGM sebagai penemu GeNose C19 tertarik untuk melakukan ekspor. Namun, untuk waktu dekat, harus difokuskan pemenuhan dalam negeri. Sebab akan bersinggungan langsung dengan proses pemulihan ekonomi.

.

Deden Novan Setiawan Nugraha & Lili Irahali

(Dari berbagai sumber)  

.

Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, Tidak Perlu Diperdebatkan Lagi ?

Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, Tidak Perlu Diperdebatkan Lagi ?

.

Sidang Pembaca yang budiman,

  Sebelas Desember 2019 Kemendikbud meluncurkan kebijakan pendidikan nasional “Merdeka Belajar”, berisi empat program pembelajaran nasional yang menyentuh pendidikan dasar dan menengah, yang merupakan episode pertama terobosan pendidikan dalam meningkatkan daya saing lulusan, sumber daya manusia.

  Bagaimana dengan jenjang pendidikan tinggi ? Kampus Merdeka (”Merdeka Belajar – Kampus Merdeka/MBKM”) diluncurkan kemudian, 24 Januari 2020 yang menyentuh pendidikan tinggi. Dua bulan kemudian, Maret 2020 kasus pertama Covid-19 terdeteksi di Bogor, dan dinyatakan sebagai pandemi yang melanda seluruh dunia sampai 2021 ini. MBKM yang baru diluncurkan mendapat tantangan yang berat dengan diterapkan proses belajar dari rumah via daring.

  Kebijakan MBKM sejatinya dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga perguruan tinggi mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan “link and match” dengan dunia usaha dan dunia industri, serta mempersiapkan mahasiswa dalam dunia kerja sejak awal. Juga untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, serta menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Ini artinya sejauh ini pendidikan tinggi kita belum mampu menjawab tantangan dunia kerja dan perubahan. Utamanya lagi menghadapi Industri 4.0 dan Society 5.0.

  Kata kunci pelaksanaan MBKM adalah inovasi dan kreativitas. Juga dukungan dan kerja sama berbagai pihak mulai sivitas akademika, kementerian lain hingga dunia industri. Inilah paradigma baru yang menjadi tantangan perguruan tinggi kita. Mungkin stigma perguruan tinggi ibarat menara gading dengan konotasi negatif sebaiknya dipupus saja.

  Kebijakan MBKM episode di atas disusul episode Keempat – Organisasi Penggerak, episode Kelima – Guru Penggerak, episode Keenam – Transfomasi Dana Pemerintah untuk Perguruan Tinggi, episode Ketujuh – Sekolah Penggerak, episode Kesembilan – Kartu Indonesia Pintar/KIP Kuliah Merdeka.

  Kebijakan episode 9 (Sembilan) tentang KIP Kuliah Merdeka sejatinya beasiswa melanjutkan kuliah. KIP Kuliah bertujuan meningkatkan akses masyarakat tidak mampu pada pendidikan tinggi secara lebih merata dan berkualitas. Kebijakan ini diharapkan akan mewujudkan keadilan sosial, juga memiliki mobilitas sosial tinggi. Sehingga anak yang berprestasi tapi kurang mampu bisa mencapai mimpi setinggi-tingginya. Diharapkan KIP Kuliah Merdeka mampu memberikan akses pendidikan tinggi secara merata, berkualitas, dan berkesinambungan.

  Merdeka Belajar yang telah memasuki episode 9 (sembilan), tentunya tidak perlu dipermasalahkan lagi. Dimana bedanya dengan konsep “Link & Match” yang sangat popular di tahun 90-an era Menteri Pendidikan Prof. Wardiman Djoyonegoro (1992-1998). Dimana problemanya. Lebih tepat bagaimana implementasi MBKM menghadapi pandemi Covid-19 dan seterusnya Kenormalan Baru.

  Apapun namanya, sejatinya MBKM merupakan upaya menjawab tantangan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Tantangan ke depan kita menurut Proyeksi 2030 terkait Kebutuhan versus Ketersediaan Tenaga Kerja Indonesia menggambarkan: pertama, Permintaan pekerja berpendidikan sarjana pada tahun 2030 meningkat lebih dari tiga kali lipat dari tahun 2010, sementara tenaga kerja semi terampil dengan kualifikasi pendidikan sekolah menengah meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2030;    kedua, sektor jasa akan mensyaratkan 90 % tenaga kerja semi terampil dan terampil; ketiga, sektor industri mensyaratkan sekitar 80 %; keempat, sektor pertanian mensyaratkan 40 % tenaga kerja semi terampil dan terampil. Diprediksi kebutuhan tenaga kerja per jenjang pendidikan pada tahun 2030 akan kekurangan 2 juta tenaga kerja sarjana, khususnya di bidang sains dan insinyur. Sementara untuk Jawa Barat dengan dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus Segitiga Rebana (Cirebon, Patimban, Kertajati), peluang baru 2030 industri di Segitiga Rebana menjadi tulang punggung koridor ekonomi Jawa akan menyerap 4, 3 juta tenaga kerja terampil.

  Pembangunan sumber daya manusia memang tantangan tersendiri bagi kita bila mencermati data World Bank (Bank Dunia) tahun 2020, bahwa indeks sumber daya manusia (Human Capital Index/HCI) Indonesia sebesar 0,53 atau peringkat ke-87 dari 157 negara. HCI Indonesia yang 0,53 mengindikasikan pemerintah perlu meningkatkan investasi yang efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui kesehatan dan pendidikan demi daya saing ekonomi Indonesia di masa mendatang.

  Pembangunan Manusia dengan peta jalan yang jelas dan terukur serta dilakukan secara masif memang diperlukan guna menjawab tantangan pembangunan, serta memastikan konstribusinya terhadap pencapaian Visi Indonesia 2045. Utamanya dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, maju, berdaulat, adil dan makmur, menjadi ekonomi terbesar ke-lima dunia, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 7,3 triliun dollar AS dan pendapatan per kapita di atas 25 ribu dollar AS.

  Apakah dengan terobosan MBKM, pendidikan tinggi dan perguruan tinggi kita mampu mewujudkannya ditengah problema pendidikan tinggi yang menyangkut akses, relevansi lulusan, dan kualitas mereka ? Jawabnya “Mari kita wujudkan bersama”. Semoga.

  Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta. (@lee)

.

Redaksi – Lili Irahali

.

.

IMPLEMENTASI DAN PROBLEMA MERDEKA BELAJAR – KAMPUS MERDEKA

IMPLEMENTASI DAN PROBLEMA
MERDEKA BELAJAR – KAMPUS MERDEKA

Prof. Ojat Darojat, M.Bus., Ph.D. – Rektor Universitas Terbuka (UT)

Komunita : Kebijakan MBKM memberi keleluasaan dan kemandirian PT menjalankan Tri Dharma, merdeka  dari birokratisasi, dosen bebas birokrasi, mahasiswa mampu mengembangkan kemandirian mereka, implementasi di UT ?

Prof. Ojat Darojat : MBKM memiliki 4 program strategis. Re akreditasi bersifat otomatis, Re akreditasi yang dilakukan oleh UT memang hanya untuk program studi yang bisa ditingkatkan harkat dan peringkatnya, dan jika habis tidak perlu meregitrasi ulang kepada BAN PT, kecuali bila akan mencoba meningkatkan kelas jika dari C menjadi B tentu kita melakukan serangkaian pembenahan di internal dan kemudian menyampaikan usulan untuk re akreditasi bagi prodi yang masih rendah tersebut. Saya kira sudah berjalan dan ada pula mekanisme yang harus ditempuh berkomunikasi dengan BAN PT.

Hak belajar 3 smester di luar prodi, UT sudah menerapkan tetapi belum merata pada seluruh prodi. Baru 2 prodi yaitu Agri Bisnis dan Perpustakaan. Nanti kita akan melihat bagaimana kelebihan dan kekurangan dari implementasi yang sudah kita lakukan untuk perbaikan ke depan, agar dapat dilakukan secara meluas untuk prodi- prodi lainnya. Kami lakukan mengambil mata kuliah yang ditawarkan di prodi lain masih di internal UT belum untuk eksternal. Untuk tahun 2021 di semester 2 akan mengambil beberapa skema, termasuk salah satunya mengambil skema/ mata kuliah di luar UT, dan juga memulai kegiatan yang lain. Kalau tadi ada 9 kegiatan kampus merdeka, kita akan memberikan keleluasaan kepada mahasiswa, mereka akan mengambil bagian yang mana, dan sifatnya menawarkan, tidak memaksa. UT wajib memfasilitasinya, dan akan mulai lebih masif di tahun 2021 ini. Disamping itu, UT memberi kesempatan untuk PT lain apabila mahasiswanya ingin mengambil mata kuliah secara online di UT. Sudah banyak yang melakukan, seperti satu PTN di Sumatera (Kota Padang) 6000 mahasiswanya mengambil mata kuliah online di UT, ada yang 4000 mahasiswa dan ada yang 100. Menurut saya ini solusi yang bagus sekali dari program Kemendikbud ini. Contoh, di Kota Denpasar mayoritas penduduknya beragama Hindu, sehingga mahasiswa yang masuk ke perguruan tinggi/prodi tertentu untuk MKDU agama Islam agak sulit, dengan cara mengirim mahasiswa mereka secara online ke UT masalah terpecahkan, dengan biaya yang murah dan terjangkau, mereka mendapatkan kualitas pembelajaran MKDU dengan baik. Bagi PTN juga tidak ada keharusan merekrut dosen baru untuk kepentingan MKDU tersebut. Itu merupakan praktek Recource Sharing, sehingga penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih murah dan kualitasnya menjadi baik. Contoh lain, ketika suatu PT di Bogor mengharuskan menyediakan tenaga dosen 1:40, artinya membutuhkan dosen MKDU Agama yang cukup banyak, kadang yang menjadi dosen agama rata-rata beragama Islam, dan hanya bisa menjadi dosen MKDU Agama Islam. Melalui praktik Resource Sharing permasalahan dapat dipecahkan, rekrutmen baru dapat dihindari.

Pembukaan prodi baru, memberikan otonomi, Dalam kontek PTN-Satker dan PTN-PKBLU belum bisa diimplementasikan, dan harus memerlukan ijin ke LLDIKTI. Kecuali untuk PTN-BH, ketika mendirikan program studi mereka tinggal komunikasi internal dengan Majelis Wali Amanah/MWA-nya, tetapi dalam konteks UT sebagai PTN-PKBLU/Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, ijin pembukaan prodi baru tetap harus mengajukan kepada Kementerian, belum bisa dilaksanakan oleh PTN-Satker biasa dan PTN-PKBLU. Hal ini hanya bisa dilaksanakan oleh PTN-BH.

Kemudahan menjadi PTN-BH, Sekarang semua PTN-PKBLU sedang didorong menjadi PTN-BH, termasuk UT sedang melangkah kesana. Pada bulan Desember 2020 kita sudah mensubmit 4 dokumen yang dibutuhkan untuk usulah PTN-BH. Diantaranya, dokumen RPJP (Rencana Pengembangan Jangka Panjang), apa yang akan dilakukan UT selama 15 tahun ke depan 2021-2035, dokumen evaluasi diri, dan dokumen masa transisi. Dokmuen-dokumen tersebut kita serahkan langung kepada DIKTI dan kami diberi kesempatan oleh Kemendikbud untuk presentasi pada tanggal 17 Maret 2021, tentang Skema pengembangan UT dari PTN-PKBLU menjadi PTN-BH.

Komunita : MBKM bertujuan mendorong mahasiswa menguasai berbagai keilmuan memasuki dunia kerja. Apakah tafsirnya hanya penguasaan keterampilan teknis, dan relevan dengan tujuan pendidikan tinggi kita ?

Prof. Ojat Darojat : Betul sekali. Kita memang berasumsi ketika perguruan tinggi mengambil 8 kegiatan inti dari MBKM memang memberikan peluang kepada mahasiswa berkompetensi dengan cara terjun langsung di lapangan. Ketika pertukaran pelajar pasti akan sama dengan apa yang dilakukan di tempat kita, hanya mungkin suasana, kualiatas dosen dan kurikulum yang pasti berbeda. Pada penguasaan teori dan konsep masih lebih banyak, tapi di kurikulum prodi yang bersangkutan seimbang antara konsep teori yang diajarkan di kelas dengan mereka diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Ini sangat bergantung pada kurikulum yang dipersiapkan oleh masing-masing perguruan tinggi/PT untuk pertukaran pelajar antar universitas. Kita tahu setiap PT pasti menyediakan kurikulum yang berbeda/sama kepada mahasiswanya disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh PT yang bersangkutan. Tetapi 8 aspek yang lainnya kalau saya lihat dalam kegiatan pembelajaran itu, melalui membangun desa, mengajar di sekolah, bela negara dan lain sebagainya berorientasi pada kegiatan praktik memberi wawasan kepada mahasiswa, mempersiapkan mereka untuk tampil di lapangan dengan baik. Karena salah satu kelemahan di kita cenderung menciptakan mahasiswa yang sukses di dalam kelas, dengan IPK tinggi dan dituntut menghafal teori-teori dan konsep-konsep yang diberikan kepada mereka, dan ketika UAS mereka harus mendapatkan nilai yang bagus dengan IPK yang baik. Tetapi kurang waktu dosen untuk menyampaikan kepada mereka untuk terjun hidup di masyarakat. Jadi tidak terhubung teori di pembelajaran dengan kehidupan di masyarakat, serta memberikan kesempatan/peluang untuk memahami kehidupan di masyarakat.

Komunita : Bagaimana dengan “Merdeka Belajar – Transformasi Dana Pemerintah untuk PT” memberi peluang meningkatkan kualitas, mendorong terwujudnya lulusan unggul, serta melahirkan talenta-talenta yang mampu bersaing di tingkat global ?

Prof. Ojat Darojat : Transformasi dana untuk PT ada 3 hal ini : a) Insentif berdasarkan capaian Indikator Kinerja Utama untuk perguruan tinggi negeri (PTN), b) Dana penyeimbang atau matching fund untuk kerja sama dengan mitra untuk PTN dan perguruan tinggi swasta (PTS), serta c) Program Kompetisi Kampus Merdeka atau competitive fund (untuk PTN dan PTS) merupakan stimulus yang diberikan oleh Kemendikbud secara berkeadilan sesuai dengan unjuk kerja masing-masing PT. Ini merupakan stimulus yang bagus mendorong PT memperbaiki kualitas pendidikan yang diselenggarakannya supaya nantinya bisa mendapatkan stimulus tersebut.

Terkait butir a), sekarang ada 8 indikator kinerja yang sudah ditetapkan Kemendikbud dan Dirjen DIKTI dan itu akan dilihat masing-masing PT seperti apa. Hanya dalam konteks UT mungkin saya mengkritisi ini baik, tetapi tidak seluruhnya tepat, karena salah satu ukurannya dari jumlah lulusan itu ada berapa persentase yang masuk dalam dunia kerja dan berapa lama periode tunggunya. Dikaitkan dengan capaian lulusan yang cepat bekerja, dalam konteks di UT, mahasiswa hampir 90 % sudah dalam posisi memiliki pekerjaan (pegawai dalam suatu perusahaan), di instansi pemerintah, wirausahawan dan instansi swasta. Indikator yang ini mungkin dapat di review sedikit, kalau di UT pasti tinggi untuk kami, untuk PTS yang basiknya dari STLA/SMA/ SMK mungkin dapat dilihat dan di-review lagi. Bagi kami bukan masalah mendapatkan pekerjaan tapi bagaimana setelah mereka kuliah di UT berdampak pada perusahaan/instansinya dalam karirnya, seperti Jabatannya naik, ataupun ini berdampak positif dalam karir mereka. Itu konteksnya lebih cocok untuk UT.

Untuk butir b) ini sangat bagus memberikan kesempatan PTN/PTS untuk membangun kerjasama kemitraan yang sangat baik dengan dunia kerja, bagi mahasiswa kita mendapatkan peluang pekerjaan dan menggali kompetensi di lapangan dengan para pelaku bisnis. Misalkan mereka ditugaskan oleh dosennya untuk magang di suatu perusahaan, mereka harus mempunyai modal kerja dan modal hidup, itu juga harus diperhatikan supaya nanti matching fund yang akan digelontorkan pemerintah tepat sasaran. Untuk UT dalam kerja sama mitra yang lain itu dengan mahasiswa dengan tempat domisili lainnya, dan rata-rata mahasiswa UT sudah berkeluarga, dan ikatan dinas, maka mereka bisa bermitra sesuai dengan domisili mahasiswa.

Untuk butir c) juga sangat bagus dan penting agar mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan lomba-lomba yang dipersiapkan oleh Kemendikbud. Misal keluar negeri mereka butuh biaya untuk kegiatan kompetisi internasional tetapi minimnya dana dari PT.

Komunita : Apa yang dipersiapkan dan dilakukan UT mensikapi kebijakan MBKM -Transformasi Dana untuk PT ?

Prof. Ojat Darojat : Kalau PTS seperti Universitas Widyatama itu sangat perlu. Masukkan saya setiap PTS itu untuk memperoleh anggaran dari pemerintah tidak serta merta/ hadiah, tapi dengan cara kompetisi. Kita harus betul-betul mempersiapkan mahasiswa untuk berkompetisi, bukan hanya mahasiswanya tetapi juga kualitas dosen yang mendukung kegiatan MBKM dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk terlibat di dalam kegiatan kompetisi tersebut sesuai dengan kapasitas mahasiswa dan kapasitas kampus. Namun yang utama tidak bisa memaksa mahasiswa dan kita sebagai PTS/PTN wajib untuk memfasilitasi dan mahasiswa yang memilih, untuk menghasilkan learning out yang maksimal bagi PTS/ PTN nya.

Yang kedua, kita sebagai penyelenggara pendidikan harus membenahi cara kerja/author working agar mencapai capaian kerja yang optimal. Pencapaian ini adalah kontrak dengan Kementerian teknis, dengan Kemendikbud. Kontrak itu harus diturunkan ke bawah, seperti ke Wakil Rektor, Dekan, Kaprodi, dan Sekprodi. Bagaimana caranya agar dapat tercapai, di case cadding oleh PTN/PTS, agar setiap Prodi dibuatkan kontrak dan pembagian pencapaian indikatornya, supaya setiap Prodi melibatkan mahasiswanya turut mengambil bagian sesuai dengan skema yang dirancang. Itu adalah kewajiban manejemen dari level atas s.d level bawah, dan seluruh elemen manejemen harus terlibat. Jadi kontrak yang sudah disepakati tadi itu termasuk bagaimana cara mendapatkan supporting financial dari Kemendikbud. Apakah Matching Fund dan lainnya harus menjadi bagian dari skema perencanaan tahunan yang akan kita eksekusi selama tahun berjalan. Misalkan RKAT di tahun 2021 di dalam RKAT kita sepakati bersama.

Kalau UT menerapkan Prinsip SMART (Spesific: hal- hal yang secara khusus disepakati dalam kontrak untuk kinerja indikator bagian yang akan dilakukan dalam tahun berjalan, Measureable: terukur dalam hal anggaran, SDM dan juga waktu yang ditentukan, Achivable: Program yang dibuat harus dapat dicapai, terbina dan terbimbing supaya program kerja memungkinkan untuk dapat dicapai, Realistic : Disesuaikan dengan kapasitas, dan sebagai PT dengan pembelajaran jarak jauh, dan disesuaikan dengan mahasiswanya dan programnya Real betu-betul sesuai dengan yang direncanakan, Terakhir Timely Bound: SMART goal harus terikat waktu karena memiliki tanggal mulai dan selesai. Jika tujuan tidak dibatasi waktu, tidak akan ada rasa urgensi dan, oleh karena itu, mudah bagi Rektor untuk melakukan kontrol dan monitoringnya). Saya kira itu yang harus dilakukan dalam eksekusi pelaksanaannya.

Komunita : Elemen dasar “kebebasan akademik” sebagai prasyarat pengembangan lembaga akademik sudah disentuh kebijakan MBKM ?

Prof. Ojat Darojat : Kebebasan Akademik itu menurut saya marwah yang harus kita jujung tinggi, kita fasilitasi di kampus. Kebebasan akademik itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kewibawaan Akademik, bisa ditumbuhkan di PT apabila adanya kebebasan akademik yang memang memungkinkan mahasiswa untuk berkembang sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

Ini belum tersentuh betul karena mahasiswa kapasitasnya berbeda-beda, ada mahasiswa yang fast learner ada yang slow learner, harusnya learning outcome itu disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa, Namun yang terjadi tidak demikian. Kalau elemen dasar Kebebasan Akademik harusnya ini disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa, jadinya learning outnya pasti berbeda. Pengemasan Kurikulum menurut saya setiap mata kuliah yang diambil dalam satu semester itu menuju pada penguasaan kompetensi tertentu, jadi harus dikemas setiap semester itu micro learning/micro credential, yang mengarah kepada capaian kompetensi tertentu. Sehingga mahasiswa tidak dituntut harus 8 semester pembelajaran. Menurut saya kebebasan akademik itu harusnya seperti itu. Jadi Learning outcomenya melahirkan skills bagi mahasiswa, sesuai character building mahasiswa yang berbeda-beda jadi kemampuannya juga berbeda-beda, daya tangkapnya juga berbeda-beda juga.

Komunita : Harapan PT dalam mengimpelementasikan MBKM yang bertepatan Pandemi Covid 19 ?

Prof. Ojat Darojat : Saya kira harapannya PT harus mengakselerasi. Online Learning itu bukan pilihan, tetapi merupakan Keniscayaan. Jadi semua orang sekarang sedang diakselerasi dan diharuskan bagaimana caranya supaya kita bisa Moving Forward dari cara-cara pembelajaran konvensional menuju cara pembelajaran yang intregrasikan teknologi. Sekarang cara-cara mengajar konvensional yang sudah diterapan puluhan tahun sebelumnya bagi dosen-dosen tertentu akan resistance, tetapi bagaimana caranya sekarang para Rektor Universitas ataupun Pimpinan Kampus secara komitmen menyertakan semua pihak di dalamnya agar semua bergerak bersama-sama difasilitasi agar mempunyai kemampuan mengintregrasikan teknologi di dalam proses pembelajaran. Ini merupakan suatu kebutuhan nyata pada saat ini seiring dengan revolusi industry 4.0. Harus ada komitmen dari Top Level Manajemen PTN & PTS menyediakan kesempatan bagi semua stakeholder di PT tersebut agar mereka menyukseskan Program Kemendikbud mengusung program-program MBKM, dan program lainnya. Terakhir tugas bersama menjadikan mahasiswa menjadi SDM unggul menyambut Bonus Demografi hingga tahun 2025.

Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., L.L.M., Ph.D. – Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani/Unjani

Komunita : Pada tahun 90-an ada program “link and match” yang diluncurkan Prof Wardiman selaku Mendikbud ?

Prof. Hikmahanto Juwana : Esensinya sama dengan yang sekarang, tapi jangan dilihat dari istilah, harusnya “intensi” dibalik itu. Kalau berbicara “link and match” perguruan tinggi jangan seperti “menara gading”, tidak bersentuhan nantinya dengan apa yang di lapangan. “Link and Match” adalah bagaimana caranya para mahasiswa bisa langsung diserap oleh industri, tapi juga harapannya dapat dimanfaatkan oleh industri. Sekarang istilahnya adalah “triple helix”, antara pemerintah, perguruan tinggi dan dunia industri, mereka bisa melakukan kerjasama.

Terlepas dari “istilah”, kami Unjani sedang lakukan itu semua. Saya sebagai Rektor tahu betul jangan sampai Universitas ini menjadi “menara gading”. Oleh karena itu bagaimana mahasiswa kita dipersiapkan agar masuk ke dalam dunia kerja dan industri, juga memberdayakan mereka dalam UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) untuk bekerja di dalam kampus. Misal meliput sebagai media untuk liputan kampus baik radio, televisi kampus, juga majalah kampus, dan mereka mendapatkan pengalaman kerja secara professional dengan pengarahan dari dosen, dan para senior-seniornya, juga dapat menjadi rekognisi bahkan menjadi SKS suatu mata kuliah. By nature mahasiswa seperti itu. Kalau mereka tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman itu sayang, memang belum berpikir tentang financial. Jadi yang kita sebut “link and match” atau “triple helix” sedang kami lakukan. Seperti penelitian yang harus match dengan pemerintah, misalkan kami terjemahkan TNI AD, penelitian-penelitian yang ada di Unjani diarahkan berkaitan dengan dunia/industri Militer. Misal ada mahasiswa dengan dosennya ingin membuat mobil listrik. Apabila dibuat seperti yang sudah ada, tidak akan menjadi nilai lebih, karena sama dengan kompetitor dari perguruantinggi lain yang membuat mobil listrik. Jadi harapan saya mereka membuat mobil listrik dengan perbedaan dan ciri khas Unjani, apalagi kami bekerja sama dengan PT PINDAD. Saya pikir dengan ide membuat mobil listrik untuk keperluan militer. Misalkan mobil-mobil militer dengan bahan bakar bensin pastinya jarak tempuhnya terbatas dan harus kembali mengisi bahan bakar. Kalau menggunakan tenaga listrik atau tenaga surya yang menghasilkan listrik akan sangat berguna dan jarak yang ditempuh akan lebih jauh ketimbang dengan mobil bahan bakar bensin. Kalau untuk mahasiswa dan dikompetisikan pasti akan mendapatkan nilai bagus bahkan juara, ketimbang sekedar menjadi follower dari mobil listrik yang ada.

Kami sebagai Universitas peneliti mengembangkan inovasinya akan ditunjukkan kepada industri yang sudah bekerja sama dengan kami untuk memproduksi secara massal. Saya akan menyampaikan kepada Bapak KASAD, untuk para mahasiswa dan dosen kita yang sudah menjadi peneliti. Bapak KASAD akan mendukung dengan memanggilkan industri besarnya seperti PT PINDAD, karena masih satu bendera dengan TNI AD. Juga kami mengusulkan kepada Yayasan untuk mendirikan unit usaha dengan pengelolaan dan kendali dibawah kami (Rektorat). Jadi unit usaha ini memang arahnya untuk pendidikan dengan demikian yang kita sebut sebagai triple helix itu berjalan.

Komunita : Apakah kebijakan MBKM, menjawab problema di lapangan dimana dunia usaha/dunia industri mengatakan lulusan PT tidak siap kerja ?

Prof. Hikmahanto Juwana : Saya lihat dulu praktek dari berbagai Negara. Ambil contoh Amerika, disana mahasiswa S1 banyak diajarkan bukan ilmu yang spesifik, istilahnya liberal art. Mereka bisa belajar apa saja, bahkan olah ragapun ada SKS untuk memenuhi persyaratan.

Di Jepang pengalaman dari teman-teman, peserta didik harus kerja keras sejak TK, supaya masuk SD yang bagus, SMP yang bagus, SMA yang bagus, juga setelah itu masuk Universitas yang bagus. Tapi ketika di Universitas menurut mereka itu adalah masa-masa mereka menikmati hidup. Maka orang di Jepang, apabila sudah masuk Universitas mereka tidak belajar tapi nilainya A semua, mereka pelesiran, karena dalam seumur hidup mereka yang paling mereka nikmati adalah pada waktu di Universitas. Kenapa seperti itu? Ternyata industrinya menghendaki mahasiswa itu kalau bisa kosong, ibarat kertas kalau bisa masih putih bersih, biar nanti industilah yang mencoret-coret kertas kosong itu. Tapi kalau ada salah satu Universitas di Jepang yang sangat berfikir, mereka tidak akan masuk di ranah industri, pasti masuknya ke Pemerintahan, karena pemerintahan banyak sekali regulasinya, dan mereka tidak bisa melakukan inovasi. Tapi mereka yang masuk ke perusahaan swasta, disanalah mereka dibentuk, maunya seperti apa. Artinya saya mengatakan bahwa jangan dunia industri berharap seperti itu. Bahwa yang dilahirkan dari Universitas adalah mereka yang langsung bisa siap pakai kerja, tidak akan bisa seperti itu.

Kita kan maunya mahasiswa adjustment ke industrinya lebih cepat maka disini pentingnya MBKM, “Link & Match”, dan “Triple Helix” dalam konteks mempercepat (fast moving). Kalau saya lihat seberapa kita siapkan mahasiswa S1 langsung masuk industri dan langsung siap kerja, ya tidak bisa seperti itu. Kecuali kalau Vokasi, memang itu keterampilan, yang diajarkan oleh dosen itu bukan teoritis atau doktrin tetapi memang ilmu keterampilan. Misal saya dengan latar belakang Hukum, memangnya mahasiswa-mahasiswa saya di Fakultas Hukum langsung bisa membuat surat perjanjian atau akta notaris, ya tentu tidak. Mereka diajarkan tentang perjanjian itu sendiri iya, tapi bagaimana tentang membuat perjanjian ya tidak diajarkan. Nah untuk mereka membuat sendiri perjanjian bagaimana? Ya pada saat masuk dalam dunia kerja, tapi sebelum masuk ke dunia kerja Universitas tentu boleh berinisatif mendorong mahasiswa tahu bagaimana cara membuat perjanjian tersebut, dengan memanggil dosen yang mempunyai keterampilan seperti itu. Atau kita dorong mahasiswa magang di suatu kantor advokat, sehingga mereka ter-ekspose. Nah ini yang menjadi penting dari MBKM, “Link & Match” dan “Triple Helix”. Tapi sekali lagi jangan industri terlalu banyak menuntut/meminta lulusan Universitas langsung siap bekerja. Sekarang ini ada kecenderungan seperti itu. Misalkan lulusan Hukum jadi diplomat langsung ya tidak bisa. Nantinya Universitas akan terbebani dengan mata kuliah-mata kiluah baru, padahal mahasiswa mengambil mata kuliah supaya cepat lulus. Jadi ini yang menurut saya agak kurang pas.

Komunita : Ada komunikasi antara Universitas dengan dunia industri/usaha untuk menemukan solusi?

Prof. Hikmahanto Juwana : Kalau soal komunikasi, saya sebagai Rektor Unjani konsolidasi ke dalam memberikan pemahaman kepada para Dekan, kemudian harapan saya para Dekan dapat berkomunikasi dengan dunia industri/usaha. Saya selalu bilang otoritas ilmu, dosen dan mahasiswa adalah Fakultas.

Komunita : Terkait pendidikan Akademik dan Vokasi. Apakah ada kecenderungan yang akademik akan divokasikan?

Prof. Hikmahanto Juwana : Menurut saya dua hal yang berbeda. Karena kalau keterampilan mulai mahasiswa masuk hari pertama harusnya sudah diajarkan tentang keterampilan. Tapi kalau masuk ke universitas memang harus banyak cerita tentang teori-teori, doktrin dan pemahaman baru setelah itu mereka silahkan mau ke jalur keterampilan juga bisa untuk dipraktekan di tempat mereka kerja. Tapi kalau misalnya mereka mau jadi peneliti atau jadi dosen itu diteruskan pembelajaran teorinya.

Kalau saya melihat di jenjang S1 itu mereka mempunyai kesempatan yang lebih luas, ketimbang hanya keterampilan saja. Kalau vokasi memang harus berorientasi pada ketermapilan. Bahkan apabila di dunia hukum keterampilan itu kalau di Indonesia, misalnya D1, D2, D3 di vokasi. Kalau dunia hukum di negara Amerika keterampilan itu dididik dan dia kemudian bisa dapat gelar S2. Di Amerika sekolah hukum itu bukan memberikan ilmu pengetahuan hukum kepada mahasiswanya, tetapi keterampilan untuk mempraktekkan. Untuk itu dapat diambil setelah jenjang S1 dahulu. Kalau di Indonesia yang sudah ada degreenya S2 seperti Magister Kenotariatan, orientasinya adalah mengajarkan peserta didik untuk terampil dalam membuat akta dan surat perjanjian, jadi harusnya jangan terlalu banyak teorinya. Ada juga S2 profesi dan berbagai macam nomenklaturnya.

Komunita : MBKM ada 8 item yang harus dipersiapkan, tentunya harus ada perubahan mindset di Unjani ?

Prof. Hikmahanto Juwana : Waktu muncul kebijakan MBKM banyak rekan-rekan civitas bilang kita MoU dengan kampus-kampus lain. Itu kami lakukan supaya mahasiswa bisa belajar di universitas lain, tapi harusnya kita bisa membuat lebih dari itu. Akhirnya saya membuat kerjasama dengan dunia industri, supaya para mahasiswa bisa mengikuti program magang. Bahkan beberapa Dekan saya dorong, seperti Prodi Akuntansi Unjani mencari kantor kerjasama untuk akuntan di Jakarta, sehingga para mahasiswa dapat melakukan magang disana. Memang perlu waktu, jadi saya ingin mahasiswa saya lebih berkembang di tempat lain, bahkan dunia internasional. Misal Accounting Firm dari luar negeri dan mereka harus mengetahui standarnya seperti apa. Saya inisiasi hal-hal seperti itu, tapi saya juga bilang, jangan juga magang diterjemahkan keluar kampus, kenapa gak di dalam kampus, dan kita pun butuh, mereka bisa bekerja dalam fakultas-fakultas.

Sekarang sosial media menjadi daya tarik tersendiri untuk para calon mahasiswa. Agar fakultas dan para Dekan memanfaatkan acara-acara/event untuk diliput mahasiswa dan nanti dimasukkan dalam sosial media. Saya memberikan sks untuk itu kepada mahasiswa, karena mereka sudah bekerja, bukan saja dapat pengalaman tapi juga dapat sks nya. Di lingkungan kita banyak yang membutuhkan tenaga dari mahasiswa, mereka tidak kalah, apalagi generasi milenial sekarang, berbeda dengan generasi kita dahulu, kadang kita punya akses untuk mendapatkan literature, mendapatkan data informasi, jaman sekarang era sudah digital dan sangat mudah mendapatkan informasi. Hal seperti ini yang terus coba kami lakukan membuka kesempatan-kesempatan untuk mahasiswa dapat tersalurkan dalam kaitan kampus merdeka ini.

Komunita : Bagaimana dengan kesiapan kurikulum di semua fakultas dan prodi?

Prof. Hikmahanto Juwana : Tidak harus merubah kurikulum. Di luar negeri juga seperti itu, mahasiswa tidak perlu sensitive dan responsive terhadap kemauan dari industri. Kita memberikan pemahaman-pemahaman yang akan lebih memperdalam dari industri tentang keterampilan-keterampilan. Kurikulum kita sudah berat, ada 5 jenis yang harus ada didalam kurikulum: 1) Yang dipesan Negara, seperti Agama dan Pancasila; 2) Yang menjadi pesanan Universitas, ciri khas universitas seperti kami Unjani dengan mata kuliah kedisiplinan/KeAhmadYani an; 3) Yang disepakati oleh fakultas dengan fakultas lainnya, consortium untuk menentukan mata kuliah yang harus dimiliki mahasiswa; 4) ciri khas yang dimiliki oleh fakultas yang bersangkutan; 5) baru setelah itu bebas. Kita menyesuaikan dengan kebutuhan, dan yang repot dosen yang mengajar, kecuali mereka mempunyai pengalaman praktek, mereka bisa menyampaikan kepada mahasiswa. Tapi secara alamiah dosen lebih menekankan pada sisi teorinya daripada sisi praktiknya, sehingga kalau ada mata kuliah yang sifatnya practice jangan-jangan dosennya yang tidak bisa menyampaikan kepada mahasiswa. Itu yang kami cegah, jangan sampai kurikulum terlalu responsive tapi yang mengajarnya tidak ada.

Komunita : MBKM Transformasi Pendanaan bagi PT, sejauh mana dimanfaatkan sehingga dapat mengembangkan aspek riset dan inovasi ?

Prof. Hikmahanto Juwana : Tentu membantu, dan Unjani sangat ingin mendapatkan dana tersebut apakah pendampingan atau hibah. Tentu kita coba untuk mendapatkan. Kita tahu recources itu terbatas artinya, kita tidak berdiam diri untuk bergantung pada anggaran yang disediakan oleh pemerintah. Apa yang bisa kita lakukan pastinya akan dilakukan semaksimal mungkin. Kebetulan Unjani milik Angakatan Darat (AD) dan sudah membuka diri, ini kami manfaatkan juga.

Komunita : MBKM, apakah akan mengurangi makna kebebasan akademik ?

Prof. Hikmahanto Juwana : Dalam memaknai MBKM pertama, jangan sampai program S1 menjadi program Vokasi; kedua, kurikulum jangan terlalu responsive terhadap kemauan industri. Marwah universitas harus tetap terjaga karena kebebasan akademik yang membuat universitas tetap berkembang. Kebebasan akademik di kampus harus ada basis ilmiahnya, yang kedua tidak berpihak dan harus netral. Mungkin saja bersifat kritikan bagi pemerintah, dan masukan untuk pemerintah namun basisnya harus ilmiah, scientific. Jadi kebebasan berfikir bukan dengan demontransi mahasiswa. Saya kurang setuju, dan itu kurang baik.

Komunita : Bagaimana tetap menjaga karakter Unjani sehubungan dengan MBKM ?

Prof. Hikmahanto Juwana : Saya ingin tiap universitas memunculkan ke-khas-an masing-masing. Misal Unjani dengan nuansa disiplin yang tinggi. Saya menyampaikan kepada Bapak KASAD membutuh asrama untuk mendidik mahasiswa yang ingin mengikuti pola asuh dengan kedisiplinan yang tinggi. Sehingga selain ilmu juga mendapat pola asuh yang disiplin. Harapan saya dengan “link and match”, merdeka belajar mereka bisa diterima di TNI AD juga melalui jalur ilmu, atau TNI AL atau TNI AU, serta bisa diterima Institusi-Institusi Sipil dengan lulusan kedisiplinan yang tinggi.

Mahasiswa mendaftar ke suatu universitas sebaiknya bukan karena memilih universitasnya, tetapi apa yang ditawarkan universitas. Kedepannya saya ingin mahasiswa masuk dengan ke ciri khasan dari Universitas tersebut.

Komunita : Pesan untuk Civitas dan Teman-teman PT yang lain ?

Prof. Hikmahanto Juwana : Untuk Civitas, Dosen dan Mahasiswa, kita harus bisa mengkapitalisir apa yang menjadi kebijakan pemerintah, mengkapitalisir MBKM dengan tidak harus terpaku mahasiswa lulus dengan skripsi, namun bisa dengan magang di suatu perusahaan, ataupun penulisan di jurnal. Menjalin kerjasama antar universitas untuk memunculkan ke Indonesiaan kita. Sehubungan dengan pandemi Covid-19 para mahasiswa walaupun belajar secara daring, tapi tetap dapat membuka wawasan mereka. Mendorong dosen kita untuk senantiasa meningkatkan kompetensi. Mengkapitalisasi hal tersebut harus kita lakukan.

Untuk sesama rekan, kita coba mengidentifikasi jati diri kita, kita harus bisa menunjukkan ke-khas-an masing-masing perguruan tinggi kita. Apa yang membedakan kampus saya dengan anda, agar para mahasiswa mampu memilih dan tahu apa yang dia pilih.

Djoko S. Roespinoedji, S.E.,Pg.Dipl.

Ketua Yayasan Widyatama, Wakil Ketua ABP PTSI Jawa Barat

Komunita : Bagaimana Badan Penyelenggara memaknai kebijakan MBKM bertepatan dengan pandemi Covid-19 ?

Djoko S. Roespinoedji, S.E., Pg.Dipl. : Pelaksanaan MBKM bertepatan pandemi Covid-19, maka dalam rangka mengutamakan keselamatan dan kesehatan mahasiswa dan pendidik, pembelajaran secara online diakselerasi atau mengalami percepatan. Sebagai Badan Penyelenggara, pembelajaran online memberikan beberapa opportunity yaitu : pertama) memberikan waktu leluasa kepada mahasiswa untuk mengatur pembelajarannya (kuliah sambil bekerja, berkarya, atau bahkan mengikuti program lain di kampus lain atau lintas prodi untuk memperkaya disiplin ilmu). Pembelajaran online dengan tetap mendapat bimbingan dosen memberi ruang kepada mahasiswa membekali diri secara leluasa dengan ilmu pengetahuan yang baik serta mengimplementasikan ilmunya di kehidupan masyarakat kelak, sehingga siap beradaptasi dengan dunia kerja (terutama dalam hal sikap mental dan karakternya); kedua) bisa meningkatkan jumlah mahasiswa, tanpa harus menambah sarana dan prasarana.

Namun yang perlu dicermati terkait budaya teknologi digital yang berkembang pesat. Fenomena ini satu sisi membuat generasi muda bisa menjadi insan yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dan mumpuni, namun sisi lain lemah atau miskin dalam karakter. Dunia digital yang begitu liberal, juga mengandung konten informasi digital yang menjadikan pembentukan karakter tereliminasi. Padahal harapan kami mahasiswa tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, namun juga punya softskill, attitude yang baik, sopan santun, tata krama, dan loyal. Karena kebutuhan SDM di perusahaan tidak hanya yang pintar secara intelektual yang utama adalah karakter. Kami selaku badan penyelenggara Widyatama memberi perhatian penuh dalam aspek karakter peserta didik ini, salah satunya mata kuliah bersama pembentukan karakter Widyatama.

Komunita : Sejauh mana MBKM mendorong Badan Penyelenggara meningkatkan kualitas lulusan, kualitas dosen dan kualitas kurikulum ?

Djoko S. Roespinoedji, S.E.,Pg.Dipl. : Konteks program MBKM mendorong masing-masing individu mahasiswa memiliki kebebasan memilih program “merdeka belajar”, agar mahasiswa benar-benar siap menjawab tantangan industri ke depan. Namun ada beberapa persyaratan sebagai pedoman yang harus dipenuhi kampus dan mahasiswa. Artinya tetap dalam kontrol dan kendali kampus sebagai penyelenggara pendidikan bagi mahasiswa.

Dari sisi manajemen, penyelenggaraan, outp ut itu harus berjalan beriringan. Dukungan memang tidak lepas dari pola pembelajaran dan kurikulum, dosen sebagai tenaga pendidik yang memberikan transfer ilmu kepada mahasiswa harus meningkatkan kualitas diri dan mengimplementasikan sesuai kompetensi masing-masing. Dosen diharapkan bisa menjadi lead atau mentor bagi mahasiswa, serta menarik keingintahuan dan minat mahasiswa dalam pembelajaran baik di kelas, maupun online.

Dalam hal kualitas kurikulum, para dosen didorong untuk aktif mengembangkan diri, dengan melakukan riset bersama mahasiswa, serta beradaptasi dengan dunia industri. Dosen diberikan ruang untuk berkreasi, meng-eksplore kompetensi, bekerjasama dengan industri, dengan pola strategi yang diatur. Belajar dari perusahaan besar di luar negeri, mereka sambil menggandeng perguruan tinggi untuk Research Development untuk membangun strategi perusahaan yang baik. Sejauh ini, banyak juga dosen Widyatama yang berkiprah di dunia Industri, itu hal yang baik.

Komunita : Bagaimana meningkatkan riset dosen terkait Transformasi Dana untuk PT dalam program MBKM ?

Djoko S. Roespinoedji, S.E.,Pg.Dipl. : Melihat perjalanan Widyatama, publikasi riset sudah kelihatan terpacu. Hal ini menunjukkan bahwa klasifikasi dosen Widyatama, bukan hanya pembelajaran saja, dosen-dosen juga bersemangat membuat riset penelitian. Sepanjang berprogress di 3 tahun terakhir ini, Yayasan akan memberikan kompensasi. Harapannya riset dosen ini menjadikan dosen memiliki opportunity yang lain, melalui kerjasama dengan dunia industri ataupun dengan perguruan tinggi yang lain. Idealnya, Widyatama memiliki 5-10 % dosen yang aktif dalam mendorong riset dan pembaharuan-pembaharuan yang ada.

Nah, Transformasi Dana untuk PT dalam kebijakan MBKM tentu sangat membantu kami melakukan percepatan dalam meningkatkan opportunity lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan sumberdaya manusia.

Komunita : Harapan Badan Penyelenggara menerapkan kebijakan Kemendikbud di atas ?

Djoko S. Roespinoedji, S.E.,Pg.Dipl. : Memang perlu perubahan paradigma dosen, yakni dosen bukan sekedar pengajar, namun sebagai dosen penggerak. Dalam ketentuan Tri Dharma, dosen harus melakukan suatu riset yang bersentuhan dengan komunitas eksternal, kemudian hasil riset dipublikasikan dalam bentuk jurnal, sehingga kemampuan dan kompetensinya diakui. Kampus Merdeka setidaknya semakin memberi ruang untuk itu. Harapan Yayasan kepada civitas akademica agar lulusan Widyatama sesuai dengan kebutuhan Industri, maka dosen ataupun mahasiswa terus meng-eksplore kemampuan dirinya, melakukan studi riset yang berguna bagi pembelajaran, sehingga makin diakui intektualitas dan kompetensinya.

Prof. Dr. Obsatar Sinaga, S.Ip., M.Si. – Rektor Universitas Widyatama

Komunita : Langkah kongkrit membekali, serta mendorong dosen lebih kreatif dan demonstratif mensikapi program MBKM ?

Prof. Obsatar Sinaga : Widyatama membuat Direktori Kepakaran, yakni: 1) setiap fakultas harus memiliki Direktori kepakaran dosen (sesuai mata kuliah yang diampunya), 2) kompetensi tambahan yang sesuai kebutuhan pasar. Dosen harus melek industri dan kebutuhan pasar agar dapat mengarahkan mahasiswa memilik hak belajar 3 (tiga) semester di luar kampus. Dosen harus bergaul dalam keilmuan, agar tidak gagap menghadapi situasi kampus merdeka ketika memberikan arahan kepada mahasiswa memenuhi hak belajar 3 (tiga) semesternya di atas.

Dalam kaitan di atas, dosen harus belajar dari luar kampus (dari pergaulan sosial, tempat praktik kerja mahasiswa, industri, masyarakat). Dosen untuk kampus merdeka jangan “kurung batok”, jangan merasa diri sudah pintar dan lain sebagainya, karena dinamika keilmuan sangat cepat, progresifitas perkembangan dunia sangat cepat, harus terakomodasi dan segera ditransfer keilmuannya. Dosen harus turun gunung, terjun ke masyarakat, terjun ke industri, riset, ke desa-desa, pertukaran mahasiswa, untuk menyerap apa yang ada di masyarakat (situasi eksisting) untuk bisa update keilmuan yang mutakhir.

Infrastruktur akademik itu sendiri kaitannya penilaian, pembimbingan, pelatihan tidak akan seperti dulu. Sekarang harus ada semacam kolaborasi menyesuaikan dengan kebutuhan. Dosen harus meng metodologi pendidikan. Pendidikan tatap muka bukan lagi sebuah dogma yang harus dijalankan dosen. Mungkin dosen memberikan dengan cara wisata, mengikutsertakan mahasiswa dalam praktik risetnya, membuat produk sendiri, membuat pelatihan-pelatihan. Rekayasa pendidikan dalam metodogi pembelajarannya tidak lagi bertatap muka dikelas, tapi aktifitas dosen yang sifatnya demontratif.

Setelah membuat Direktori Kepakaran, kami memberikan pelatihan-pelatihan kepada para Dosen untuk memberikan inspirasi bagi mahasiswa. Dosen juga diarahkan mendorong PKM integrated (Pengabdian kepada Masyarakat ter-integrasi) melibatkan dosen, mahasiswa, struktural, dan masyarakat, yang bertujuan agar dosen dapat melihat langsung bagaimana praktik pembelajaran kampus merdeka. Sekarang sudah membuat perencanaan dengan Kecamatan Parongpong untuk kampus merdeka, PKM Integrated, Simkatmawa mahasiswa. Akumulasi dari kegiatan tersebut ber-impact pada penaikan struktur kurikulum transformative di Widyatama.

Praktiknya, dosen didorong untuk mendemonstrasikan konsep pembelajarannya di masyarakat langsung. Dengan harapan dosen dapat terinspirasi merubah metodologi pendidikan dalam kampus merdeka. Sehingga pembelajaran akan senantiasa terbarukan.

Komunita : Sejauh mana manfaat kebijakan MBKM – Transformasi Dana untuk PT ?

Prof. Obsatar Sinaga : Kami menyambut baik bantuan pemerintah, manfaatnya selain memberikan faktor finasial juga memberikan pengetahuan, inovasi, dan kreatifitas, karena dengan adanya desain proposal yang sangat terbuka untuk inovasi dan kreatifitas, maka setiap organ yang terlibat akan memiliki kreasi dan imajinasi untuk memperkaya wawasan yang lebih kaya lagi. Setidak-tidaknya dapat bersaing dengan orang lain, melihat bagaimana orang lain menciptakan, memperkaya diri sendiri untuk kemampuan desain kurikulum dan pembelajaran. Dua manfaat tersebut berupa hasil input kebendaan; serta pembentukan karakter, kecerdasan, pengalaman. Tujuannya bukan faktor finasial saja, tetapi dengan setiap organ yang terlibat membuat desain proposal, dan implementasi kampus merdeka. Maka akan memiliki semacam wawasan, imajinasi, yang pada akhirnya memberikan sinyal-sinyal kepada perubahan pola pembelajaran. Ada variable-variable yang menuntut baik lembaga, prodi, fakultas, dan dosen tadi. Sekarang dimunculkan bantuan untuk prodi, dosen penggerak, dan lainnya.

Komunita : Proyeksi target berapa lama untuk mencapai kampus merdeka di Widyatama ?

Prof. Obsatar Sinaga : Tahun 2021 Widyatama sudah mulai. Kami sudah melakukan relaksasi kurikulum kampus merdeka sehingga mahasiswa baru ada di koridor kurikulum kampus merdeka. Target kami, setelah mahasiswa selesai 5 (lima) semester. Selama 2.5 tahun dididik di prodi kemudian dievaluasi, setelah itu akan kita lihat seberapa jauh kompetensi dan sejauh mana capaian pembelajarannya. Lulusan diberi kemampuan atau luaran apa ? Ukurannya adalah secara skills, kemampuan yang diberikan kampus kepada mahasiswa harus sesuai kebutuhan pasar dan industri. Secara sains (keilmuan), mahasiswa akan memiliki imajinasi, pengetahuan yang kaya tentang dunia pasar dan dunia industri. Sehingga setelah lulus 5 semester di prodi, akan dievaluasi untuk 3 semester di luar prodi.

Tugas akhir mahasiswa tidak melulu soal skripsi melainkan bisa melakukan riset, laporan kewirausahaan, membangun desa, membuat jurnal, menciptakan start up baru, dimana hasil karya mereka direcognisi menjadi tugas akhir. Dan ini sesuai dengan Kementerian Desa yang berorientasi membangun desa di tahun 2021 (dana sebesar 72 triliyun). Kerjasama Kemendikbud dan Kementerian Desa yaitu dengan menurunkan mahasiswa di desa-desa. Mungkin menciptakan strat up, membantu kewirausahaan desa, membangun bumdes, membuat industri kreatif desa dan sebagainya, dan itu akan dijadikan kurikulum baik untuk kesarjanaan, kurikulum untuk sertifikasi, dan kurikulum untuk tugas akhir.

Oleh karena itu, Widyatama mencanangkan tugas akhir mahasiswa bukan dimonopoli oleh tugas skripsi, tetapi bisa jadi laporan pembangunan desa, laporan kewirausahaan, laporan riset, laporan student achieve, laporan jumlah magang, laporan praktik mengajar. Itulah kemerdekaan yang diberikan kepada mahasiswa Widyatama. Sehingga nanti setelah 2 (dua) semester mereka mungkin bisa selesai dalam waktu 3.5 tahun (akan diakomodasikan), untuk melihat seberapa jauh kesuksesan kampus merdeka di Widyatama minimal 2.5 tahun dan maksimal selesai 3.5 tahun. Setelah itu kami yakin, kurikulum akan dievaluasi kembali kecocokannya. Dengan menerapkan kampus merdeka kita mengarahkan tidak hanya kemampuan teknis belaka, tetapi lebih komprehensif.

 

Komunita : Terkait dengan problematika kampus merdeka, apa yang menjadi kesulitan untuk menjalankan program tersebut ?

Prof. Obsatar Sinaga : Kesulitan utama terbelenggu oleh kultur teknis (budaya minta petunjuk, budaya instruksi), karena ruang kemerdekaan dan kreatifitas harus dibangun secara berkala supaya meng-internalisasi dalam diri manusia. Yang paling menjadi hambatan adalah budaya kultur teknis selalu minta petunjuk takut salah ini itu, dan tidak memiliki kemerdekaan yang bersifat orientasinya kemajuan. Misal RPS, CPL, materi kuliah, pertemuan per jam, per semester, selalu harus meminta petunjuk. Kenapa kita tidak melihat dunia yang lebih kaya. Setiap lembaga harus memiliki desain, tetapi desain itu bukan untuk membelenggu orang untuk kreatif inovatif. Hambatan yang paling utama dalam SDM kependidikan di Perguruan Tinggi yaitu terbelenggu kultur teknis tasi sehingga ruang inovasi, kreatifitas, dan ruang imajinasi masih dibelenggu, masih terkungkung budaya minta petunjuk, budaya top down bukan budaya bottom up.

Secara bertahap kami melakukan pengarahan kepada Dekan-prodi-dosen. Dari sekarang menciptakan ruang imajinasi yang sesuai koridor sifatnya normative – regulative yang diatur oleh Fakultas – Prodi – Universitas. Kita memberikan ruang merdeka bagi dekan, dosen dan SDM yang lain untuk berinovasi dan berkreatifitas. Misal dalam susasa pandemi seperti ini, pembelajaran tidak tatap muka. Dosen jangan hanya menunggu instruksi tetapi harus aktif dalam proses belajar mengajar mungkin bisa menggunakan youtube, twitter, facebook, PJJ, zoom, googlemeet, dll. Hal itu bukan larangan, justru kreatif dan inovatif memecahkan problematika agar tidak terjadi kemandegan dalam proses pembelajaran. Sekarang ini yang kami rasakan adalah dosen masih stagnan, masih terkungkung kultur teknis tadi.

Komunita : Bagaimana dengan “kebebasan akademik” di dalam MBKM ?

Prof. Obsatar Sinaga : Terkait kebebasan akademik, sejauh orang itu di kampus menggelontorkan gagasan, pikiran dan perasaan sesuai koridor keilmuan, maka itu berhak disampaikan dan diekspresikan. Dalam pemikiran saya, dosen berhak memberikan gagasan, pemikiran, sepanjang memiliki pijakan ilmiah, rasionalitas ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan (rasionalitas ilmiahnya). Jika kedepan ada singgungan dengan pihak lain, ataupun lembaga, itu merupakan resiko atau konsekuensi dari kemerdekaan kebebasan akademik.

Pada Kampus merdeka sendiri sebetulnya ruang kebebasan akademik itu tidak dibelenggu, malah diberikan kebebasan dan keleluasaan. Persoalannya kebebasan itu diarahkan untuk betul-betul relevan dengan dunia sekarang dan dunia yang akan datang. Peradaban keilmuan ada sifatnya abstrak, konkrit, real. Kalau kita melihat filsuf Eropa, boleh lah mereka menciptakan teori-teori yang sifatnya abstrak karena peradabannya sudah lama dibangun, maka kebebasan untuk menciptakan hal yang teoritis itu diangkat menjadi sebuah abstraksi.

Kebutuhan di negara kita beda dengan Eropa, yang sudah lama peradabannya. Negara kita butuh yang sifatnya operasional. Kampus merdeka ini bukan berarti membelenggu, namun yang abstrak tadi agar diimplementasikan di operasional agar bermanfaat langsung di masyarakat. Masyarakat sekarang butuh pemecahan masalah yang segera diselesaikan, misal lapangan pekerjaan (banyak pengangguran, banyak mahasiswa tidak dapat bekerja, banyak masyarakat miskin yang tidak mendapat mata pencaharian atau lain-lain). Kalau kita berilmu yang abstrak lalu ini bagaimana ? Jadi, akademisi harus bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah yang mendesak adalah butuh hidup, butuh makan, butuh lapangan pekerjaan. Bukan berarti menghilangkan aspek ilmuwan yang sifatnya teoritis terminologisnya, namun agar bisa diimplementasikan, dioperasionalkan. Orientasi ilmuwan Eropa bersifat abstrak, sementara Indonesia melihat kebutuhan sangat mendasar yaitu memecahkan persoalan bangsa yaitu banyaknya kemiskinan, kebodohan, pengangguran, banyaknya pengangguran. Dan ilmu itu harus bisa diimplemantasikan.

Komunita : Statemen terkait program MBKM dan pesan untuk pihak terkait ?

Prof. Obsatar Sinaga : Komitmen Widyatama akan menerapkan program MBKM. Yayasan sangat mendukung penyelenggaraan, perombakan kurikulum sesuai kerangka orientasi kurikulum kampus merdeka. Reaksi dan sambutan stakeholder di Widyatama sangat apresiatif. Sambutan positif ini akan mengarahkan pada keberhasilan yang kita canangkan.

Dosen harus kreatif inovatif untuk 1) menciptakan metode pembelajaran yang lebih kaya; 2) memperkaya kompetensi baik utama maupun tambahan; 3) bergaul (dosen jangan kuper, agar bisa memberikan arahan kepada mahasiswa di kampus merdeka).

Untuk mahasiswa sebaiknya manfaatkan dosen, infrastruktur untuk pembentukan dan mendapatkan ilmu/sains, karakter untuk bekal hidup yang akan datang. Mahasiswa jangan hanya mengandalkan ilmu dari kampus. Belajarlah di tempat magang, tempat praktik, dan di rumah, dengan fasilitas digital. Untuk memperoleh ilmu yang sebanyak-banyaknya. Jangan semua informasi ditelan dengan mudah, tetapi saring dengan : 1) berfikir kritis; 2) fahami; 3) tafsirkan (maknai); 4) perkaya informasi sama dari sumber yang lain. Ada Pepatah mengatakan “mengetahui informasi merupakan level terendah dalam berfikir kritis” padahal mahasiswa itu harus menjadi insan yang memiliki karakter berfikir kritis.

Pesan moral kepada Dosen, dan mahasiswa agar kembali pada hakikat pendidikan yakni memanusiakan manusia dengan bekal keilmuan yang unggul, skills yang unggul, karakter yang unggul, untuk dapat dimanfaatkan di dunia kerja dan masa yang akan datang; hakikat kedua, bergaulah dalam duniamu sesuai potensi, minat, bakat yang dimiliki, dan target cita-cita. Perencanaan yang baik adalah menciptakan masa depan yang baik. Cara terbaik untuk menciptakan masa depan adalah ciptakan dan lakukanlah dari sekarang.(prfds)

Prof. Ir. Sri Widiyantoro, M.Sc., Ph.D., IPU – Rektor Universitas Kristen Maranatha

Komunita : Kebijakan “MBKM” meliputi 4 hal, relevansi kebijakan ini apakah memberikan keleluasaan atau kesulitan bagi Tri Dharma PT ?

Prof. Sri Widiyantoro : Harapan tentu sebaliknya. Supaya Tri Dharma PT dapat diimplementasikan dengan Fleksibel (tidak kaku). Sebelum ada program MBKM ini, sebenarnya kami sudah berjuang ke arah sana. Kami ingin otonomi, bisa mengatur diri sendiri. Dalam arti bukan tidak ingin diatur, namun ada level tertentu dimana Universitas lebih mengetahui persis kebutuhannya, lebih mengenal kondisi kampusnya sendiri. Pemerintah mengatur PTS secara umum, tapi lebih secara umum kan boleh. Yang tidak boleh adalah dibawah standar. Otonomi untuk mengatur diri sendiri baik dalam kurikulum, keuangan (Auditable). Jika dana dari pemerintah harus mengikuti aturan pemerintah. Namun selain dari APBN, kami juga memiliki dana masyarakat yang bisa dikumpulkan dan digunakan untuk pengembangan yang tidak hanya mengandalkan dana APBN saja. Sekarang ini diinstitusionalkan secara nasional untuk memiliki keleluasaan yang bertanggungjawab, dan semua ada ukurannya. Misal otonomi keuangan nantinya pasti ada audit, improvisasi mencapai tujuan.

Komunita : Semboyan Maranatha ICE: “Integrity, Care, Excellence” bagaimana ICE sendiri dimaknai dengan program MBKM ?

Prof. Sri Widiyantoro : Ada 2 (dua) macam ICE: “Integrity, Care, Excellence” itu semboyan Maranatha. Maranatha memiliki program Character Building – Excellence itu diartikan Ke-Prima-an. Program Rektor ICE : Initiative, Collaboration (kolaborasi-kerjasama), Excellence (unggul), program yang ingin dijalankan di Universitas Maranatha. Unggul maksudnya ada ciri khas/keunggulan di bidangnya, melengkapi yang lain tapi tidak follower orang lain.

Misal dalam bidang Kedokteran di Maranatha, ada beberapa riset yang dilakukan di Maranatha seperti pengembangan anti aging, terkait herbal, Plasma Konvalesen (yang dilakukan dr. Monika). Fakultas Ekonomi mau bertransformasi ke Fakultas Bisnis, sekarang ekonomi menjadi agak kuno. Tidak boleh dipungkiri bahwa perubahan itu pasti terjadi. Proses transformasi masih berjalan, proposal sudah disetujui, dan pengajuan renovasi bangunan juga sudah disetujui dan akan direalisasikan dalam waktu dekat, tujuannya agar transformasi menjadi Fakultas Bisnis ini dapat disupport oleh infrastruktur bangunan yang lebih representative.

Komunita : MBKM ditujukan bagi mahasiswa untuk dapat menguasai berbagai keilmuan, khususnya yang berguna ketika masuk di dunia kerja, artinya ?

Prof. Sri Widiyantoro : Tantangan ke depan sangat besar, terutama di industry 4.0 perubahan yang sangat cepat bahkan destruksi dan Menteri menyadari hal tersebut. Contohnya pada Teknik Sipil, Anak dididik untuk membuat jembatan yang kalau zaman dulu bentuknya konvensional, berbeda dengan sekarang yang model jembatan sudah macam-macam. Kurikulum sekarang harus lebih fleksibel untuk mengantisipasi perubahan yang sangat cepat. Di Maranatha mendorong Prodi yang sudah akreditasi A, untuk segera mengikuti akreditasi Internasional.

Komunita : Sejauh mana Transformasi Dana untuk PT meningkatkan kualitas dan daya saing PT ditingkat global?

Prof. Sri Widiyantoro : Pada PTN, ada insentif khusus jika masuk 100 besar Ranking dunia. contoh saat ini per Prodi atau Departemen yang masuk Ranking 100 besar itu ada di ITB seperti Seni rupa, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan. Di Maranatha, ada pengembangan belajar Daring.

Komunita : Kesiapan Perguruan Tinggi menyikapi kebijakan MBKM dari segala bidang, untuk mendukung program-program pemerintah?

 

Prof. Sri Widiyantoro : Maranatha memiliki MORNING/Maranatha Online Learning System. Peran Yayasan sangat mendukung sehingga program belajar daring itu difasilitasi dengan meng-upgrade seluruh fasilitas online (bandwidth, dsb). Seperti Universitas lain juga, kedepannya Maranatha juga merasakan new normal (dan tidak akan kembali seperti dulu). Merasakan berkah di dalam kesulitan (sebelum Pandemic ada kegiatan Course online masih sulit dilaksanakan, setelah Pandemic mau tidak mau harus tetap dilaksanakan). Saat ini yang masih sulit dilakukan secara online adalah Praktikum Kedokteran terutama Kedokteran Gigi. Saat ini dilakukan offline, dengan Protokol Kesehatan yang sangat ketat.

Komunita : Problematika serta harapan Perguruan Tinggi dengan adanya kebijakan MBKM di masa Pandemi COVID-19 ini ?

Prof. Sri Widiyantoro : Beberapa waktu lalu ada Ghosting Kampus, maksudnya jika tatap muka terlihat siapa yang tidak aktif/tidak datang. Dengan pembelajaran Online ini, monitoringnya yang agak sulit. Ini merupakan salah satu tantangan juga, yang bisa diminimize dengan tetap terhubung dengan mahasiswa (contoh membuat WA Group kelas, memberikan tugas, memberikan quiz). Harapan kami, Pandemi ini segera berakhir dan pelaksanaan MBKM ini bisa dilakukan dengan penuh tanggungjawab, supaya tujuan utamanya dapat fleksibitas dalam proses pembelajaran ini dengan hasil yang optimal. Menghasilan lulusan Universitas yang berkualitas, selain bisa bekerja juga dapat membuka lapangan kerja.

Prof. Dr. rer. nat. Martha Fani Cahyandito, SE., M.Sc., CSP. – Ketua STIE EKUITAS

Komunita : Apakah MBKM dapat diterapkan sesuai harapan atau mendorong agreement antar perguruan tinggi?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Mengenai soal agreement memang harus dibuat, sebagaimana saya melihat berbagai kampus luar negeri seperti di wilayah Skandinavia itu lebih terasa kerjasamanya, serta lebih islami dibandingkan di kita. Mereka memang saling membantu dan mendukung bagi kemajuan pendidikan. Bukan memikirkan benefit yang diambil secara personal bagi kepentingan dirinya sendiri. Suasana disana terasa sangat islami karena saling berbagi manfaat diantara elemen kampus. Semangat yang dapat ditularkan disana itu yakni dengan istilah “apa yang dapat kami bantu, apa yang dapat kami tawarkan dan lain sebagainya”.

Komunita : Kapan sebenarnya program MBKM ini dijalankan?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Saya rasa ini sudah berjalan sebagaimana canangan dari pemerintah. Melalui program ini, kita dapat mengirimkan mahasiswa untuk melakukan magang ke berbagai industri, kemudian melakukan pengabdian masyarakat ke desa-desa. Namun pada kenyataannya, prosedur di kita ini sangat administratif dan banyak aturan tersendiri. Oleh sebab itu, hal ini dikembalikan lagi kepada perguruan tinggi yang bersangkutan mengenai kemauan institusinya dalam hal mengirimkan sejumlah mahasiswa untuk melakukan KKN, namun ditambah dengan program lain seperti: melakukan pengajaran, mengembangkan koperasi di desa yang bisa disetarakan dengan jumlah 30 SKS disesuaikan bidang mata kuliah atas tema/topik tujuan dari program tersebut. Saya rasa, untuk petunjuk detail mengenai hal tersebut (dikonversi ke dalam aturan jumlah SKS) sepertinya belum dibuat dan disepakati secara umum. Mengenai standarisasi pola pengembangan kegiatan di kita sepertinya masih belum terlaksana semuanya sehingga masing-masing institusi berjalan dengan sendirinya.

Komunita : Apakah kebijakan MBKM, yakni: Re-akreditasi otomatis, hak belajar studi pada kampus lain, pembukaan prodi baru, serta kemudahan perubahan PTN menjadi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan satuan kerja (satker) bisa diimplementasikan semua perguruan tinggi ?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Meskipun hal ini telah diputuskan oleh pemerintah, namun kelihatan masih wait and see dan trial and error. Nah, mengenai hak belajar mahasiswa selama 3 semester di luar prodi ini bisa saja diterapkan dengan melihat kapabilitas dan potensi dari mahasiswa tersebut, namun ada pula yang belum mampu ke arah sana. Sebenarnya hal ini dikembalikan lagi kepada kesiapan dari mahasiswa yang bersangkutan dan prodi kampus yang ditujunya.

Dari sisi kemudahan untuk membuka prodi baru, tergantung pada kualitas semua elemen didalamnya. Jangan sampai ketika baru dibuka suatu prodi, maka akan cepat pula tutupnya dikarenakan kurang persiapan, kontrol yang tidak optimal serta minat mahasiswa yang sedikit.

Sebenarnya ide dan gagasan dari pemerintah ini sangat bagus, akan tetapi dibutuhkan implementasi terhadap waktu dan proses yang lumayan agak panjang.

Komunita : MBKM bertujuan mendorong mahasiswa menguasai berbagai keilmuan untuk memasuki dunia kerja. Apakah ini ditafsirkan hanya penguasaan keterampilan teknis ?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Kalau saya mencermati pernyataan ini, yang dikejar oleh pemerintah (melalui pak Nadiem) 60 % aspek non teknisnya dibandingkan dengan aspek teknis kualifikasi bidang keilmuannya yang hanya sebesar 40 %. Jadi lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat non teknis, seperti: Rasa percaya diri yang dikembangkan, communication skill yang bagus, dapat membaca situasi dan lainnya. Banyak juga problem dari lulusan perguruan tinggi bukan pada hard skill-nya namun lebih kepada unsur soft skill-nya. Jadi ide dari pemerintah ini sangat bagus sekali meskipun perlu proses untuk mencapai target ke arah sana. Pengembangan aspek soft skill ini yang dibutuhkan oleh dunia kerja menyangkut pada perilaku dan karakter pembawaan dalam diri mahasiswa yang membentuknya.

Komunita : Mampukah kebijakan MBKM tentang “Transformasi Dana Pemerintah untuk PT” memberi peluang PT meningkatkan kualitas, mendorong terwujudnya lulusan unggul, dan melahirkan talenta-talenta yang mampu bersaing di tingkat global?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Saya telah tergabung dalam wadah L2Dikti melalui link grup untuk domain sekolah tinggi dan pimpinan universitas. Mengenai isu matching fund ini sebetulnya baru dan belum lama digaungkan. Proses implementasinya saya pun belum begitu tahu perkembangannya; apakah sudah jalan atau belum. Adapun program yang telah dirasakan yaitu mengenai insentif atas kinerja yang telah dilakukan oleh tiap perguruan tinggi, seperti hibah, beasiswa dan lainnya. Di Ekuitas sendiri untuk pengembangan mutu Dosen di P3M’nya alhamdulillah telah naik peringkat; yang semula dari level binaan ke tingkat madya, lalu sekarang menuju ke level utama.

Artinya kita dapat diberi keleluasaan dan wewenang untuk mereview dan mengelola sendiri atas semua insentif hibah dari pemerintah. Pada bagian kerjasama internasional di Ekuitas Insya Allah terus bagus dan dapat hibah juga dari Kementerian. Sementara untuk program kompetisi kampus merdeka dalam sisi pendanaan, Ekuitas belum menjalankan sepenuhnya. Sementara untuk mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat kompetisi, kami pun terus mengikutinya. Alhamdulillah prestasi dari dosen dan mahasiswanya terus naik dan telah berhasil memperoleh reward yang lumayan dari berbagai event perlombaan.

Komunita : Problematik dan harapan dalam hal penerapan kebijakan MBKM, bertepatan dengan pandemi Covid-19?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Kita pun juga meniru apa yang telah Widyatama lakukan dalam hal penerapan program E-Learning berkaitan proses belajar mengajar secara daring. Jauh hari sebelum adanya pandemi covid-19, Ekuitas juga telah menerapkan konsep belajar E-Learning pada beberapa mata kuliah. Sehingga saat tiba pandemi, semua bidang keilmuan telah disiapkan untuk dapat diterapkan dan diimplementasikan metode E-Learning oleh semua dosen. Paling tidak untuk satu mata kuliah yang diajarkan – harus ada metode E-Learningnya.

Komunita : Metode E-Learning, Apakah wajib bagi dosen dan mahasiswa dalam satu semester untuk melakukan perkuliahan virtual (online) dengan teknis serta kendala terhadap sinyal/jaringan?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Sama seperti lainnya bahwa di Ekuitas juga mengenai problem sinyal/jaringan memang menjadi sesuatu yang umum, namun dalam pelaksanaan teknis – kami memberikan toleransi atas waktu proses pembelajarannya. Mulai dari upload materi, kemudian interaksi virtual (conversation) dan semuanya harus terhubung melalui sistem E-Learning tersebut sehingga dapat dilakukan pemantauan dan dapat direkam secara otomatis.

Komunita : Apakah Ekuitas sudah memperoleh informasi terkait akan diselenggarakan proses belajar mengajar secara offline pada bulan Juli mendatang sehubungan dengan memasuki tahun ajaran baru?

Prof. Martha Fani Cahyandito : Yang saya dengar, mulai bulan Juli itu memang diutamakan untuk anak sekolah. Sementara bagi tingkat perguruan tinggi – belum dimulai untuk proses belajar secara luring. Berdasarkan info dari pemerintah provinsi Jawa Barat, untuk jenjang SMA dan SMK yakni bagi guru dan siswa akan diprioritaskan mendapatkan vaksin terlebih dahulu sehingga proses belajar pada bulan Juli mendatang dapat dilakukan secara tatap muka.

Sedangkan untuk jenjang perguruan tinggi akan diberikan vaksin secara bertahap, sehingga masih dimungkinkan proses belajar mengajarnya secara daring (online) pada semester yang akan datang. Kalaupun nanti dimungkinkan bagi kami untuk menyelenggarakan proses pembelajaran secara offline, paling akan diterapkan model hybrid learning dengan bobot mekanisme belajarnya 50% online dan sisanya yang 50% lagi bisa menerapkan secara offline (tatap muka). Adapun dari prediksi yang dapat saya amati mengenai proses belajar mengajar untuk perkuliahan semester mendatang yakni sekitar 60-70% masih akan dilakukan secara online (daring).

Rewrite : Lili Irahali Pewawancara : Lili Irahali, Keni Kaniawati, Nugi Muhammad Nugraha;

Audio to Transcript: Yanda Ramadana, Intan Liswandini.

 

QUOTE EDUCATION Komunita Edisi #28

QUOTE EDUCATION Komunita Edisi #28
.

1.The best way to predict the future is to create it.  Peter Drucker, Management guru
2.If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader.  President John Quincy Adams
3.We believe that cooperation is better than conflict, unity is better than division, empowerment is better than resentment and bridges are better than walls.  Hilary Clinton, Democratic Party nominee for President of the United States 2016 election
4.Innovation distinguishes between a leader and a follower. – Steve Jobs, co-founder and CEO of Apple

.

Sumber : https://thinkstrategicforschools.com/inspirational-leadership-quotes-school-leaders/

.

.