Saturday, August 2, 2025
Home Blog Page 24

UMKM Perlu Terapkan Hak Merek pada Franchising

Civitas akademika Universitas Widyatama Bandung melaksanakan pengabdian masyarakat (PKM) dengan melakukan riset dan melatih UMKM tentang hak merek pada franchising di era digital marketing. Civitas Widyatama merasa perlu pemanfaatan economical right melalui perjanjian waralaba (franchising) de ngan dilakukan pencatatan, sehingga pengusaha mendapatkan optimalisasi nilai ekonomis secara cepat dan fair. Riset dan pelatihan ini dilakukan oleh Tim Klaster PKM yang terdiri dari para dosen Magister Manajemen Widyatama.

Ketua Tim Klaster PKM Widyatama, Dr. Nina Nurani, mengatakan sebagai pengusaha, meski masih UMKM, pengusaha perlu memperhatikan perlindungan hukum untuk produk karya kreatif agar menjamin kepastian hak, baik moral right maupun economical right, melalui pendaftaran hak merek. Sejauh ini, UMKM masih sangat minim melakukan hal tersebut. Melalui kegiatan ini disampaikan materi implementasi hak kekayaan intelektual, terutama terkait dengan merek serta franchising dalam upaya pengembangan bisnis UMKM di era Digital Marketing, katanya, Senin (30/12).

Menurutnya, program PKM ini diharapkan memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh pegiat UMKM mitra binaan Universitas Widyatama dalam menghadapi dan mengatasi tantangan bisnisnya di era global dan digital.

Sebagaimana diketahui, program PKM perlindungan Hak Merek atas produk kreatif ini diikuti oleh 26 pegiat UMKM dari Kota Bandung. Peserta dilatih tatacara pendaftaran hak merk dan pencatatan waralaba.

Selain Nina Nurani, pemateri lain yaitu Mohd. Haizam bin Mohd Saudi, Suharno, Nurul Hermina, Keni Kaniawati, Yenny Maya Dora, Alfiana, Deden Novan Setiawan, Farida Nursjanti, Tanti Irawati, dan Yusep Budiansyah.

Selanjutnya, Keni Kaniawati dalam pemaparan materinya tentang Pengembangan Bisnis mengatakan bahwa pengembangan UMKM di Indonesia khususnya di Jawa Barat membutuhkan ekosistem yang kondusif untuk tumbuh secara berkualitas. Untuk itu diperlukan berbagai unsur yang mendukung pengembangan bisnis pada usaha UMKM dari hulu ke hilir seperti produk, promosi dan pembiayaan, kata Keni.

Paparan berikutnya mengenai Digital Marketing oleh Yenny Maya Dora serta Tim Womenwill Gapura Digital Bandung menyatakan bahwa langkah solutif mengembangkan usaha sebagai bahan promosi yang cepat, murah dan praktis adalah menerapkan digitalisasi marketing.

Dengan adanya PKM melalui kegiatan pelatihan tersebut diharapkan usaha Tini Gustini sebagai pegiat UMKM Serundeng Kalapa Indung serta pegiat UMKM lainnya di Kota Bandung mampu menjalankan usahanya dengan melakukan divesifikasi usaha melalui franchising dengan melakukan pencatatan dan pendaftaran Hak merek.

Sebagai kegiatan yang berkesinambungan, Tim Klaster PKM akan menindaklanjuti kegiatan ini berupa pendampingan secara berkelanjutan kepada pegiat UMKM lainya sebagai mitra binaan UMKM Universitas Widyatama. Kami berharap, usaha UMKM binaan Widyatama bisa go global. Kami pantau seluruh progresnya. Dan kami yakin beberapa dari binaan kami segera mewujudkan hal itu, katanya.

Anggota kluster lain, Alfiana mengatakan Program PKM merupakan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi selain Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan, idealnya terinternalisasi ke dalam jiwa seluruh civitas akademika. Sehingga terminologi tersebut bukan hanya slogan atau jargon, namun terimplementasi dengan baik secara berkelanjutan dan terus hingga menjadi budaya civitas akademika, katanya. Dengan demikian, tuturnya, dosen sebagai salah satu civitas akademika, tidak hanya melakukan kegiatan pendidikan dan penelitian namun juga melakukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat. byhumas&komunita, 31Des2019

Untuk Jurnal Internasional USB YPKP Gandeng Widyatama

Untuk Jurnal Internasional USB YPKP Gandeng Widyatama

Dalam upaya memudahkan terbitnya jurnal internasional para dosen, Universitas Sangga Buana (USB) YPKP menandatangani nota kesepahaman/MoU dengan Universitas Widyatama. Khususnya melalui bimbingan dari Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama merangkap Guru Besar Universitas Padjadjaran.

Dengan MoU ini ke depan akan lebih cepat jurnal internasional dosen kami yang terbit. Karena kalau secara normatif bisa memakan waktu satu tahun, kata Dr. H. Asep Effendi, Rektor USB YPKP, usai melakukan MoU dengan Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama, Senin (9/12/2019) di Kampus USB YPKP Bandung.

Lebih lanjut ia mengatakan kerjasama ini merupakan akar dari aplikasi Tridharma Perguruan Tinggi.

Rektor USB YPKP pun mengakui, bahwa majunya suatu kampus salah satunya dilihat dari banyaknya jurnal internasional yang diterbitkan oleh para dosennya. Kami akan membangun kebiasaan menulis melalui Lembaga Penulisan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) juga terbiasa melakukan riset dan menulis, terangnya. Dengan kerjasama ini dalam dua pekan jurnal internasional yang ditulis oleh dosen USB YPKP bisa diterbitkan, salah satunya terindex Scopus.

Dr. H. Asep pun memuji Widyatama yang kini berada di ranking 100 besar (ranking 95) perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Mereka sudah melakukan banyak kerjasama tingkat internasional. Secara internasional terakreditasi, maka kami wajib untuk belajar kepada mereka, katanya.

Di samping itu, USB YPKP dan Widyatama pun melakukan MoU pada bidang kemahasiswaan, marketing, lulusan dan lainnya.

Diharapkan dengan sinergitas antara USB YPKP yang memiliki tagline Kampus Entrepreneur bisa melakukan percepatan dalam meningkatkan kualitasnya.

Sementara itu Prof. H. Obsatar mengatakan bahwa pihaknya di tahun 2020 memiliki kuota 5000 jurnal internasional untuk diterbitkan. Kami memiliki kuota 5000 jurnal internasional dan akan kami sebar ke kampus yang ada di lingkungan LLDIKTI Wilayah IV, Jabar dan Banten, untuk bekerjasama menerbitkannya, tegasnya. Terkait MoU dengan USB YPKP pihaknya ingin bersinergi agar bisa maju secara bersama-sama menggapai asa.

Kami sudah banyak melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri. Kami merasa bersalah kalau tidak melakukan kerjasama dengan tetangga kami yang secara jarak sangat dekat. Untuk beriringan meraih ke arah kemajuan yang lebih baik, kata Rektor yang meraih juara kedua dunia artikel Pecipta di Malaysia. Prof. H. Obsatar siap membantu agar jurnal dosen USB YPKP bisa terbit. Rencananya ada 6 dosen tetap USB didorong menerbitkan jurnal internasional, dan tahun 2021 bisa menjadi Guru Besar. byhumas&komunita, 10Des2019

Widyatama Antisipasi Pandemi COVID-19

Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, S.Ip., M.Si. Rektor Universitas Widyatama dalam siaran pers menjelaskan kampusnya telah melakukan penyemprotan cairan disinfektan di seluruh area kampus sebagai?tindakan pencegahan penyebaran virus COVID-19. Penyemprotan tersebut dilakukan selama dua hari (25-26 Maret 2020) baik di dalam maupun di luar gedung. Termasuk?penyemprotan terhadap fasilitas umum seperti tempat ibadah, yang biasa dipergunakan warga kampus, juga dimanfaatkan warga sekitar kampus.

Sebelumnya Universitas Widyatama juga telah melakukan pencegahan dalam rangka mengantisipasi?penyebaran virus COVID-19 di lingkungan kampus dengan memasang hand sanitizer di beberapa titik area kampus.

Antisipasi lainnya membentuk tim satgas COVID-19 di lingkungan kampus. Tim tersebut melakukan sosialisasi pencegahan COVID-19 bagi seluruh civitas akademika Universitas Widyatama, di antaranya melalui media informasi di kampus, seperti spanduk, banner, poster, email, serta menerbitkan surat edaran kesiapsiagaan menghadapi pandemic COVID-19 di lingkungan Universitas Widyatama.

Himbauan tersebut berlaku bagi seluruh civitas akademika Universitas Widyatama, agar mengurangi aktivitas dan kegiatan di lingkungan kampus maupun kegiatan yang diikuti di luar kampus serta kegiatan yang mengundang keramaian.

Perkuliahan tatap muka dan ujian serta sidang tugas akhir dilakukan secara online (e-learning), terhitung mulai tanggal 16 Maret 2020. Menunda kegiatan wisuda yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 1 April 2020. Menunda kegiatan 2nd International Conference of Business, Policy and Social Sciences (ICBPS) yang rencananya akan diselenggarakan di Hotel Papandayan Bandung, tanggal 15-16 April 2020.

Kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan pihak internal maupun eksternal, seperti rapat koordinasi dan sejenisnya dilakukan dengan menggunakan media teleconference. Layanan administrasi baik yang berkaitan dengan program Penerimaan Mahasiswa Baru maupun layanan terhadap mahasiswa lama, tetap berjalan dan dilakukan secara online (daring).

Rektor juga menghimbau seluruh civitas akademika agar selalu menjaga kesehatan, dan melakukan self distancing serta tidak keluar rumah kecuali ada keperluan mendesak dalam rangka menjaga tidak meluasnya penyebaran pandemi COVID-19. by?pti&komunita, 28Mar2020

WICAN Widyatama Ajang Inovasi Eksebisi Mahasiswa Tingkat Internasional

WICAN Widyatama Ajang Inovasi Eksebisi Mahasiswa Tingkat Internasional

Widyatama bekerja sama dengan LLDIKTI Wilayah IV Jabar Banten menggelar kegiatan WICAN atau Widyatama Internasional Akademic Competition and Exhibition dihelat dari tanggal 10-12 Desember 2019, di kampus Widyatama.

WICAN merupakan ajang inovasi sekaligus eksebisi bagi para mahasiswa, khususnya perguruan tinggi di LLDIKTI wilayah IV Jabar dan Banten, ditambah dari?DKI Jakarta dan lainnya.

Ajang ini dibuka oleh Prof. H. Uman Suherman, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, melombakan berbagai kompetisi seperti design exhibition, news anchor contest, English speech contest, smart movie contest, story telling contest, start up proposal contest, industrial engineering essay contest, transportation engineering contest, water resource research contest, accounting paper challenge, English essay writing competition, management smart competition, business plan competition, Cadcam competition, programming contest, marketing plan competition, instrumentation and control contest dan IT exhibition. Diikuti oleh 180 an peserta dari sekitar 50 perguruan tinggi yang ada di Jabar dan Banten, termasuk DKI Jakarta.

Prof. H. Uman Suherman mengatakan sangat bangga dengan kegiatan yang diinisiasi oleh Universitas Widyatama bekerjasama dengan LLDIKTI Wilayah IV, karena dapat menjadi ajang untuk berkompetisi bagi mahasiswa dalam berinovasi dan kreasi.

Saya bangga mahasiswa bisa menjawab tantangan?zaman yang ada di masyarakat. Ini sebuah solusi, semuanya untuk menghadapi persoalan-persoalan yang ada di masyarakat, itu yang pertama. Kedua,? saya bangga dengan pameran ini karena bagaimanapun kalau kemampuan kita tidak dilihat orang, maka kita tidak mendapat penghargaan. Maksudnya karya kita dilihat itu merupakan?bentuk aktualisasi diri, apabila kita berkiprah di tengah masyarakat, kata Prof Uman.

Lebih lanjut menurutnya target ke depan bukan hanya menyangkut inovasi, tetapi menyangkut inkubator-inkubator itu akan membuat interface, terutama dalam pembiayaan kampus. Sehingga mahasiswa tidak lagi menjadi yang dominan tapi hanya bagian kecil yang berkontribusi untuk kampus.

Sedangkan operasional dibangun dengan pembiayaan yang dihasilkan dari inkubator-inkubator. Ia pun mengatakan bahwa kampus yang berada di bawah naungan LLDIKTI Wilayah IV sudah banyak yang bekerjasama dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI), di samping itu melakukan MoU dengan Kadin Jabar Banten.

Kegiatan tersebut pun merupakan kerjasama pertama Widyatama dan LLDIKTI Wilayah IV dalam mengadakan lomba.

Sementara itu Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama mengatakan dengan kegiatan WICAN, diharapkan dapat menjadi jembatan dalam pemeringkatan kampus dari sisi inovasi. Kami berharap teman-teman perguruan tinggi? yang mendapat kesulitan tentang pemeringkatan dari sisi inovasi, dapat terpecahkan dengan mengikuti kegiatan ini, kata Prof. H. Obsatar, Selasa (10/12/2019), usai pembukaan.

Bagi Universitas Widyatama ajang? ini menjadi pengalaman pertama, membuka acara sebagai kegiatan inovasi dan eksebisi. Kami tidak ingin maju sendiri tapi maju bareng-bareng, sambungnya. Pesertanya selain dari Indonesia juga datang dari Malaysia, termasuk jurinya yang merupakan juri internasional. Targetnya insya Alloh diadakan setiap tahun. Ke depan pesertanya akan banyak kampus dari mancanegara, tegasnya.

Pada kesempatan yang sama Prof. Dr. Mohd. Haizam Bin Mohd. Saudi, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Universitas Widyatama menambahkan, bahwa pemenang ajang eksebisi akan dipilih yang kreatif dan inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat. Bahkan rencanya akan diikut sertakan pada lomba tingkat internasional di Jeneva Swiss, tahun 2020.

Kami sudah menyiapkan juri tingkat internasional. Supaya yang menang bisa diperbaiki agar bisa bersaing di ajang internasional, Prof. Haizam. Salah satu produk yang bermanfaat pada ajang WICAN ini yaitu alat yang bisa mendeteksi/mengukur gempa dari waktu ke waktu, katanya.

Selain ada produk, juga ada peserta memasukkan proposal bisnis plan, juga ada yang memasukkan sistem informasi dimana sistem organisasi ini berkaitan erat dengan produk aplikasi, aplikasinya bermacam-macam bisa manfaatkan oleh masyarakat untuk digunakan pada sebuah perusahaan. Ke depan produk inovasi ini akan dikembangkan di masa yang akan datang. byhumas&komunita, 12Des2019

Dua Perguruan Tinggi Ternama Malaysia Melakukan MoA dengan Widyatama

Dua Perguruan Tinggi Ternama Malaysia Melakukan MoA dengan Widyatama

Universitas Widyatama Kota Bandung kembali dipercaya menjalin kerjasama dan melakukan perjanjian internasional, dengan dua perguruan tinggi ternama di Negeri Jiran Malaysia. MoA (Memorandum Of Action) mengenai penelitian bersama dalam inovasi produk dengan Universiti Sains Islam Malaysia dan Universiti Teknologi Mara. Kedua universitas tersebut memang dikenal kawakan dalam bidang inovasi produk.

MoA dilaksanakan Kamis (12/12/2019) di ruang rapat Rektorat Universitas Widyatama, Jalan Cikutra No 204-A, Kota Bandung. MoA ini merupakan tindak lanjut dari MoU yang telah ditandatangani sebelumnya mengenai Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Universiti Sains Islam Malaysia dan Universiti Teknologi Mara akan melakukan kerjasama dalam penulisan jurnal internasional dengan Widyatama. Kedua kampus tersebut mengetahui kapasitas Rektor Universitas Widyatama, Prof. H. Obsatar Sinaga memiliki garansi personal dalam menerbitkan jurnal internasional di Eropa dan Amerika Serikat.

Kami memiliki 5000 slot untuk menerbitkan jurnal internasional. Nanti dalam Mbox Malaysia Universitas Widyatama akan dicantumkan juga, kata Prof. H. Obsatar Sinaga, Kamis (12/12/2019) siang. Rektor Widyatama ini berambisi membawa kampusnya masuk QS Ranking di tahun 2020.

Masih terkait kerjasama dengan Universiti Sains Islam Malaysia dan Universiti Teknologi Mara, pada tahun 2020 Widyatama dan kedua kampus itu akan melakukan pertukaran mahasiswa. byhumas&komunita, 13Des2019

Riset Perguruan Tinggi harus menyentuh Hilirisasi

Disparitas Perguruan Tinggi Swasta/PTS dan PTN sebuah fakta yang tidak bisa dibantah, bahkan antara PTS pun demikian. Kendati demikian upaya untuk? menjaga dan meningkatkan mutu keduanya tidak boleh berhenti.? Diantara keduanya jelas mempunyai peran yang sama, melaksanakan Tri Dharma PT – yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Alih-alih menjalankan ketiganya, saat ini umumnya PT masih berkutat di dharma pertama. Capaian riset/penelitian dan inovasi masih harus dipicu dan dipacu. Padahal PT adalah lembaga pendidikan yang berbasis riset, yang dalam diriya adalah aktor pengembangan riset dan inovasi.

Riset dan inovasi sejak dulu seharusnya sudah inherent dalam aktivitas PT – baik negeri maupun swasta. Apalagi kini menghadapi perubahan bersifat VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity). Dunia VUCA adalah dunia yang kita hidup ini dan ke depan, dimana perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif. Pengaruh terbesar dipengaruhi inovasi dan teknologi, setiap jengkal hidup kita beririsan teknologi.

Demikian pula model ekonomi telah bergeser bukan lagi Technology Based Economy/TBE, namun menjadi Knowledge Based Economy/KBE. Model di atas tidak terlepas dari inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah mendisrupsi struktur dan lanskap bisnis masa lalu dan kini. KBE sebagai model ekonomi menstimuli kreativitas, kreasi, penyemaian, serta penerapan pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan; sekaligus mengakselerasi sistem yang efektif bagi pendidikan dan pelatihan;? teknologi informasi dan komunikasi; riset & pengembangan,? serta inovasi. Dan sebagaimana diakui Menteri Bambang Brodjonegoro bahwa belum bertranformasi menjadi Innovation-Driven Economy. Disinilah benang merah PT dalam perannya sebagai lembaga pendidikan sekaligus aktor dalam bidang riset dan inovasi. Untuk itu kita menyimak pandangan Ketua APTISI Jawa Barat, Prof.?Dr. Ir. H.?Eddy Jusuf, Sp, M.Si., M.Kom. ?bagaimana Riset dan Inovasi di PT, khususnya swasta. Berikut liputan wawancara.

Komunita : Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam penelitian atau riset bagi peningkatan daya saing bangsa. Tapi tampaknya belum ada riset berarti yang ditampilkan perguruan tinggi /PT. Bagaimana sesungguhnya kondisi riset di PT padahal ada 4.600 PT di Indonesia?

Prof Eddy Jusuf : Riset/ Penelitian & Inovasi Pentingnya, namun yang lebih penting adalah menghilirisasikan riset2 itu sendiri. Penelitian-penelitian yang dilakukan PT jangan hanya mengejar Cum/ Point saja, tapi bagaimana upaya dari hasil penelitian selain mendapat Cum, kemudian dihilirisasikan. Kita paham bahwa tahap awal adalah prototype. Untuk ini harus menjalin kerjasama dengan dunia usaha/ industri, atau minimal hasil riset? PT dapat diterapkan dalam skala laboratorium, walaupun belum dalam skala produksi, tapi sudah ada usaha untuk menginternalisasikan hasil penelitian tersebut.

Komunita : Apa akar masalah dan bagaimana PT mengambil inisiatif untuk meningkatkan peran penelitiannya?

Prof Eddy Jusuf : Bagaimanapun dosen-dosen PT apabila mengandalkan dana dari institusi relatif terbatas/ dari dana internal, ada baiknya menggunakan dana hibah, dan jumlahnya terbatas maka sebaiknya? diseleksi/ dikompetisikan oleh pemerintah, Seharusnya krn jumlah PTS cukup banyak sekitar 93% sedangkan PTN 7 %, tapi kendala pemerintah dengan APBN nya, jalan keluarnya adalah bagaimana PTS bisa menggandeng dunia usaha dan industri, serta memanfaatkan dana-dana CSR (Pengabdian kepada Masyarakat) dari perusahaan-perusahaan dan cara meningkatkan daya saingnya, sedang diharapkan dari PTN dengan menggandeng pemerintah dan dibiayai APBN pemerintah dan menjadi lokomotif dari hasil-hasil penelitian tersebut sehingga meningkatkan daya saing bangsa.

Komunita 😕 Terkait dengan Hibah dari Kementerian/Pemerintah, kami lihat banyak Hibah? ditawarkan, namun dilihat di lapangan, partisipasi dosen-dosen menurun mengajukan proposal riset, mengapa?

Prof Eddy Jusuf : Dari tiap PT yang menurun adalah tingkat lanjut (advanced) saja, sedangkan dari Riset Pemula relatif banyak. Kita ingin mengarahkan agar penelitian-penelitian bukan hanya untuk dosen pemula, tapi untuk dosen tingkat lanjut (Advanced), namun diakui persyaratannya cukup ketat. Apalagi peningkatan dari riset pemula menjadi riset tingkat lanjutan (Advanced Reasearch), juga harus sekian persen anggaran PT harus ada, ditambah lagi stnadar penelitian masuk dalam 9 kriteria Akreditasi. Ini artinya standar penelitian, dan hasil-hasil riset diakuinya sangat penting.? Berikutnya,? di lingkungan Kementerian, penanganan Riset sudah dikelola oleh Kementerian tersendiri sebagai upaya peningkatan daya saing bangsa dan diandalkan sekali. Oleh karena itu tidak bisa hanya mengandalkan dana hibah yang relatif terbatas, namun juga harus ada kontribusi Institusi bersangkutan mendanai riset yang dimaksud.

Komunita : Apakah sistem pembelajaran E-Learning yang didorong kebijakan Kampus Merdeka, serta situasi Pandemi Covid-19 akan meningkatkan peluang dosen menjalankan Tri Dharma,? khususnya dharma Penelitian dan PKM? Apakah Sistem E-Learning? bakal meningkatkan atau memotifasi dosen lebih berkarya lagi?

Prof Eddy Jusuf : Saya optimistik dengan Sistem E-Learning, karena sangat mempermudah mencari akses informasi bagi mahasiswa/I, dan tentunya dosen. Sistem ini memberikan kesempatan lain dengan pembelajaran jarak jauh membuka selebar-lebarnya proses pendidikan. Apalagi dalam kebijakan kampus merdeka, PT harus menyediakan waktu 3 semeter untuk magang di dunia usaha dan dunia? industri,? boleh dalam satu Prodi mengambil Prodi yang tidak linear, dalam artian membekali para peneliti atau calon lulusan untuk menjadi Entrepreneur dengan memberi kesempatan yang seluas- luasnya.

Komunita : Riset apa yang biasa dikembangkan PT, serta bagaimana kaitannya dengan arah rencana induk riset nasinonal, pemerintah, serta dunia usaha dan industri?

Prof Eddy Jusuf : Riset yang dikembangkan PT tentunya? selain kejarannya untuk tingkat nasional, juga bermanfaat bagi kepentingan Perguruan Tinggi, berdampak pada keberadaan PT terutama pada lingkungan sekeliling PT tersebut atau artinya lebih bermanfaat bagi lingkungan PT itu berada. PT sebagai menara air (pusat) untuk sekitarnya. Disamping tentunya untuk peneliti, untuk institusi juga harus bermanfaat, termasuk akreditasi PT.

Komunita : Saran Prof. Eddy selaku akademisi/pimpinan PT/pimpinan APTISI kepada pemerintah serta dunia industri/usaha dalam rangka menyelaraskan potensi dan kualitas riset perguruan tinggi dalam meningkatkan daya saing dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ?

Prof Eddy Jusuf 😕

Menyelaraskan dana-dana hibah antara PTS dengan PTN, karena keberadaan PTS mengangkat APK (Angka Partisipasi Kasar) pendidikan tinggi. Daya serap / lulusan 4600 PTS kurang lebih besaran presentasenya mencapai 93 %, kontribusinya sangat tinggi. Karena itu kita usulkan kepada Kementrian/pemerintah, baiknya ada seperti dana operasional untuk PTS seperti BOS. Sehingga memberikan energi tambahan bagi penguatan potensi dan kualitas riset di PTS, walau hal ini tentunya dengan persyaratan yang terukur.

Komunita : Menurut Prof. Eddy Jusuf? bagaimana dengan Riset Peneliti lintas Perguruan Tinggi?

Prof Eddy Jusuf : Riset lintas PT sangat bisa dikolaborasikan antar dosen lintas PT, juga melibatkan dunia usaha dan industri. Misalkan dalam skala publikasi, riset kolaborasi antar PT penelitian-penelitian bisa berhasil masuk ke dalam Jurnal, maka masing2 akan mempunyai Poin/Cum. Lalu riset bersama dan membuka link dan potensi yang ada di sekeliling kita untuk menjawab permasalahan masyarakat dimana PT berada. (Written by Yanda Ramadana & Edited by lili irahali)

Dubes RI Untuk Polandia Berikan Tips Sukses Bagi Mahasiswa Widyatama

Dubes RI Untuk Polandia Berikan Tips Sukses Bagi Mahasiswa Widyatama

Siti Nugraha Mauludiah Dubes Indonesia untuk Polandia menjadi pemateri studium general/kuliah di Universitas Widyatama yang diadakan oleh Fakultas Bahasa. Kuliah umum bertemakan Building Strong Work Etnic for Global Competition.

Nining sapaan akrab Duta Besar Indonesia untuk Polandia itu, memberikan tips khusus untuk mencapai kesuksesan, dan menceritakan perjalanan singkat karirnya. Kuliah umum ia sampaikan dihadapan sekitar 600 mahasiswa Universitas Widyatama Kota Bandung, yang digelar di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Widyatama, Senin (4/11/2019) pagi hingga siang.

Acaranya berjalan menarik, termasuk saat sesi tanya jawab. Menurutnya ada enam hal yang harus dipegang teguh dan diaplikasikan oleh para mahasiswa Widyatama untuk meraih kesuksesan, yaitu be happy, set your goals, be innovate, be a good team, time management serta time a health live. Di samping itu harus memiliki cita-cita yang tinggi, dengan perencanaan dan kemampuan yang terukur.

Lebih lanjut kata Nining, mahasiswa sekarang harus lebih inovatif, di samping itu harus bisa mengikuti perkembangan jaman.

Ia sangat setuju dengan program Mendikbud Nadim Makarim, yang mengharuskan generasi muda bisa paham teknologi, bahasa coding dan menguasai bahasa Inggris/bahasa asing. Karena menurut Nining yang pernah menjadi Konsulat Jendral di Negeri Tirai Bambu Cina, saat ini teknologi informasi sangat pesat berkembang, menjadi tradisi baru. Segala sesuatunya terhubung dengan dunia online, menggunakan hp android. Baik itu membeli makanan, membeli baju, sepatu, naik ojek dan lainnya.

Apalagi di era global, keterbukaan dan revolusi industri 4.0 para mahasiswa harus mampu menerima perubahan dan memanfaatkannya secara positif. Di samping itu paham juga dengan ICT (Information and Communication of Technology/Teknologi Informasi dan Komunikasi).

Mahasiswa sekarang harus bisa menjadi entrepreneur sesuai dengan perkembangan jaman (relevan). Tidak lagi berpatokan harus menjadi pegawai negeri, seperti jaman saya, kata Nining alumni bahasa Fakultas Unpad tahun 1990.

Terkait kualitas SDM bangsa Indonesia, menurutnya SDM bangsa Indonesia tidak kalah oleh bangsa lain dalam persaingan global. Namun yang harus ditingkatkan lagi yaitu kreativitasnya. Hal itu harus didukung dengan sistem pendidikan yang memberikan ruang lebih untuk berkreativitas. Di tambah dengan kemampuan analisanya (data). Masih kata Nining, orang yang menguasai dunia adalah yang memiliki data contohnya Alibaba.

Sementara itu Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Widyatama yang hadir pada acara itu mengatakan bahwa kegiatan yang dihelat oleh Fakultas Bahasa Widyatama, merupakan hal umum yang dihelat oleh kampusnya. Sebelumnya beberapa Dubes Indonesia untuk negara lain, silih berganti memberikan kuliah umum di hadapan para mahasiswa Widyatama.

Banyak pelajaran positif yang akan diraih oleh para mahasiswanya terutama untuk memberikan motivasi, tips meniti karir, memperluas wawasan serta pergaulan secara global. Di samping itu memberikan pengalaman mereka dalam mempromosikan negara Indonesia di luar negeri. Bahwa mahasiswa selain harus memiliki wawasan global juga mengingatkan agar bijak dalam menggunakan medsos. Saya ingatkan jangan menggunakan medsos yang salah dalam memposting sesuatu. Karena dunia kerja akan melihat medsos juga. Kalau nggak baik dan suka jahil di medsos tidak tidak akan diterima (kerja), tegasnya. Menurutnya etos kerja juga akan dinilai berdasarkan akun, karena hal itu ada hubungannya dalam pola-pola pekerjaan. byhumas&komunita, 05Nov2019

Riset & Inovasi PT – Kinerja & Problema

Riset dan Inovasi Perguruan Tinggi/PT penting dan tidak sekedar riset untuk kebutuhan publikasi dan cum/point untuk akreditasi, namun yang lebih penting adalah menghilirisasikan riset2 itu sendiri. Bagaimana upaya dari hasil penelitian, kemudian dihilirisasikan. Kita paham bahwa tahap awal adalah prototype. Untuk itu harus menjalin kerjasama dengan dunia usaha/ industri, atau minimal hasil riset dan inovasi PT dapat diterapkan dalam skala laboratorium, walaupun belum dalam skala produksi, tapi sudah ada usaha untuk menginternalisasikan hasil penelitian tersebut, demikian disampaikan Ketua APTISI, Prof.Dr. Ir. H.?Eddy Jusuf, Sp, M.Si., M.Kom.

Bahkan kini riset dan inovasi PT, didalamnya tentu para dosen dan mahasiswa justru merupakan sebagian dari reputasi akademik PT. Penilaian QS World University Rangkings justru mengangkat reputasi akademik PT (dengan bobot 40% dari 100%) serta reputasi dosen dan mahasiswa (10% dari 100%), bahkan keterkaitannya dengan dunia usaha dan industri termasuk dalam salah satu indikator penilaiannya, demikian diungkapkan Rektor Universitas Indonesia/UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D dalam Webinar Nasional Kampus Merdeka di Era dan Pasca Covid-19, 29 Mei 2020 lalu.

Tiga modal dasar pembangunan industri nasional, yakni SDA, SDM, serta Teknologi, Inovasi & Kreativitas. Ketiga modal ini perlu didukung pula oleh prasyarat infrastruktur, kebijakan & regulasi, serta pembiayaan.

Terlepas prasyarat dukungan di atas, Indonesia memiliki sumber daya alam darat & laut yang kaya, potensi SDM 265 Juta jiwa, dan dalam waktu dekat mendapat bonus demografi (SDM dalam usia muda bakal mengalami populasi puncak), namun SDM ini masih membutuhkan peningkatan kompetensi mereka agar mampu mengelola sumber daya alam tersebut, serta mengembangkan teknologi, inovasi dan kreativitas.

Pada kesempatan ini Komunita mengungkap Inovasi & kreativitas, khusus Riset dan Inovasi yang dilakukan salah satu kelembagaan riset atau aktor riset, yakni Perguruan Tinggi/PT. Secara umum kita pahami bahwa PT adalah salah satu rahim Iptek yang diharapkan sebagai Produsen Iptek Inovasi serta Pusat Keunggulan. Karena sejatinya PT adalah institusi pendidikan yang berbasis pada kegiatan pembelajaran melalui kegiatan riset. Melalui kegiatan riset, para dosen dan mahasiswa tentunya memiliki kesempatan menemukan masalah, mencari berbagai solusi secara ilmiah dan merumuskannya menjadi metode baku dan bisa direproduksi. Proses melihat masalah, berpikir, bertindak secara ilmiah dalam koridor etika ilmiah merupakan ajang pembelajaran dan penciptaan SDM muda dengan literasi Iptek yang tinggi.

Riset & Inovasi PT

Namun fakta sebagaimana diungkapkan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti periode 2014 – 2019) Prof. Drs. H. Mohamad Nasir, Ak., M.Si., Ph.D menyatakan, pada 2016 jumlah peneliti dan publikasi jurnal penelitian di Indonesia masih sangat rendah. Terdata baru sekitar 4.500 hingga 5.500 karya yang berhasil dipublikasikan. Problem seperti itu tidak bisa terlepas karena masih minimnya jumlah peneliti Indonesia.?Hal yang sama juga disampaikan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar, saat itu jumlah peneliti Indonesia hanya 90 orang per 1 juta penduduk. Sementara jumlah peneliti di Brasil mencapai 700 orang per 1 juta penduduk, dan Rusia 3000 peneliti per 1 juta penduduk.

Sementara itu dalam penilaian Kemenristek/BRIN (2019 ? sekarang), dari sekitar 4.670 PT yang meliputi: Universitas, Institut, Politeknik, Sekolah Tinggi, dan Akademi kontribusi pada riset dan Iptek masih memprihatinkan. Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek/BRIN) baru-baru ini mengumumkan hasil penilaian kinerja penelitian PT untuk periode 2016-2018 (data Simlitabmas), yakni : baru 47 PT masuk dalam kelompok Mandiri, 146 PT pada kelompok Utama, 479 PT pada kelompok Madya, dan sebanyak 1.305 PT pada kelompok? Binaan. Jumlah kontributor baru mencapai 1.977? PT atau baru 42 % dari total 4.670 PT yang ada di Indonesia, walaupun jumlah kontributor pada periode di atas menunjukkan peningkatan dari periode tahun 2013-2015 sebelumnya yang melibatkan 1.447 PT. (lihat Klasterisasi PT Indonesia & Penelitian)

Dari jumlah tersebut di atas, hanya 10 (sepuluh) PT dengan kinerja riset tertinggi. Kesepuluhnya adalah PTN. Dimanakah PTS ?? Bila dibandingkan dengan jumlah Badan usaha skala besar, menengah, kecil dan mikro yang berjumlah 56.539 560 (BPS, 2012), maka masih banyak peluang bagi para akademisi PT Indonesia yang jumlahnya masih relatih sedikit ? 89,5 per satu juta orang – dalam menyumbang riset dan inovasinya.

Data di atas menunjukkan bahwa aktifitas dan kegiatan riset Indonesia masih tertinggal jauh. Tentu saja ini bukan hanya masalah dosen di perguruan tinggi, namun juga lembaga-lembaga riset dan semua litbang di semua kementerian.

Padahal indikator evaluasi QS World University Rankings mencakup: Academic Reputation/40%, Employer Reputation/10%, Faculty/Student Ratio/20%, Citation per Faculty/20%, International Faculty Ratio/5%, International Student Ratio/5%. Terkait dengan riset dan inovasi tentunya merupakan aspek academic reputation dan employer reputation.

Salah satu akibat permasalahan riset selama ini dalam QS World University Rankings 2020 tidak ada satupun perguruan tinggi negeri ini masuk dalam daftar 100 besar universitas terbaik di dunia, padahal ada 4.670 PT. Sembilan perguruan tinggi Indonesia hanya masuk dalam daftar 1.000 universitas terbaik dunia, dan untuk QS Asian University Rankings, hanya 12? universitas termasuk dalam 500 universitas terbaik Asia. Hanya tiga di antaranya yang masuk dalam daftar 500 universitas terbaik dunia, dan 100 universitas terbaik Asia (lihat PT Indonesia QS Ranking University 2020). Untuk kedua ranking tersebut posisi tertinggi ditempati Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung.

Rendahnya peringkat perguruan tinggi Indonesia dan QS World University Rankings lantaran skor yang rendah. Dua indikator terendah adalah jumlah sitasi paper dalam lima tahun yang bersumber dari Scopus dan proporsi mahasiswa internasional, masing-masing dengan skor 2,4 dan 3,0. Skor ini berbanding terbalik dengan rata-rata skor 10 universitas terbaik dunia, yakni 88,3 dan 84,6. Indikator yang digunakan adalah reputasi akademik, reputasi alumni, rasio fakultas dan mahasiswa, kutipan jurnal ilmiah, fakultas internasional, dan mahasiswa internasional. Itu belum termasuk indicator reputasi akademik dan dosen dan alumni.

Kinerja Riset merupakan bagian dari persoalan Perguruan tinggi Indonesia. Pendidikan tinggi dalam arti kata Perguruan tinggi? bukan hanya tempat belajar-mengajar, juga tempat dikembangkannya ilmu pengetahuan melalui riset atau penelitian. Perguruan tinggi sebagai basis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan sekedar menargetkan lulusan yang profesional dalam bidang teknik, kemampuan bersaing dengan pekerja asing, dan globalisasi pendidikan, melainkan kemampuan untuk menjadi hub penelitian, teknologi, jaringan cerdas, dan peradaban dunia.

 

Persoalan SDM

Dalam kaitan di atas, maka persoalan Sumber daya manusia (SDM) menjadi komponen mendasar yang harus ditingkatkan kualitasnya terutama pola piker, serta lompatan kemampuan untuk menyiapkan bahan ajar berbasis riset, berorientasi pasar dan melampaui zamannya, inovasi pembelajaran berbasis TIK terkini, hingga produktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat dengan menghasilkan publikasi bereputasi tinggi, hak cipta, paten, dan penyebaran iptek memang patut menjadi pekerjaan rumah bersama. Hal ini menjadi penting terkait dengan kebijakan Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar yang menuntut proses transformasi berkelanjutan.

Salah satunya adalah problem SDM (baca: Dosen) dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan bebannya diperkirakan meningkat menjelang tahun 2050. Dosen dituntut melakukan transformasi diri dalam mensikapi perubahan di atas.

Beberapa hal yang diduga menyebabkan rendahnya kinerja riset dunia pendidikan tinggi Indonesia (https://yusrintosepu.wixsite.com/…./DATA-DAN-FAKTA-KINERJA-RISET-PERGURUAN-TINGGI-DI-INDONESIA)

  1. Riset masih dilihat sebagai tugas tambahan seorang dosen, bukan terintegrasi dan disadari sebagai bagian dari tugas pokok. Paradigma di dunia pendidikan tinggi Indonesia masih melihat proses belajar-mengajar sebagai hal yang utama, bukan riset. Dosen masih melihat tugasnya sama dengan guru: mengajar. Bisa jadi karena Dosen diletakkan sejajar dengan Guru dalam satu undang-undang. Mestinya, berdasarkan perbedaan requirement, perbedaan instansi induk dan perbedaan tugas pokok, guru dan dosen harus dipisahkan.
  2. Persoalan infrastruktur dasar yang tidak memadai. Sarana prasarana kerja yang mendasar seperti meja kerja masih menjadi hal yang mewah bagi dosen? Hasil survey yang dilakukan Abdul Hamid dengan populasi dosen-dosen yang tergabung di Grup Dosen Indonesia. Hasilnya 39% dosen tak memiliki meja kerja, hanya ada ruang dosen yang dipakai bersama-sama. Sebanyak 35% memakai ruang dosen bersama, namun memiliki meja kerja, dan hanya 26% yang memiliki privasi: ada meja kerja dan satu ruangan dipakai maksimal dua orang dosen. (sumber:https://abdul-hamid.com/).?Berkaitan dengan point 1 (satu) diatas, bahwa tugas dosen hanyalah mengajar. Hal ini dianut oleh banyak pemimpin perguruan tinggi (negeri dan swasta) maupun banyak dosen itu sendiri. Pada umumnya pemimpin kampus tidak memfasilitasi dosen untuk memiliki ruang/meja kerja memadai, sementara banyak dosen yang memang ke kampus untuk mengajar saja, setelah itu mengerjakan kegiatan lain, mencari penghasilan tambahan. Mungkin hal ini dilihat bukan sebagai masalah, kecuali dalam instrumen akreditasi belaka. Ini baru soal ruang/meja untuk bekerja, belum bicara perpustakaan atau laboratorium berkualitas yang masih jadi hal langka di kampus-kampus di Indonesia.
  3. Sistem yang memberi disinsentif bagi dosen yang rajin melakukan publikasi ilmiah. Intinya batas sebuah aktivitas dosen dinilai dalam sistem promosi. Misalnya, paper ilmiah yang terbit di jurnal internasional hanya diakui satu paper dalam satu semester. Lebih dari satu tak dihitung sebagai pencapaian. Padahal tentu saja sebagai peneliti tak bisa memastikan atau mendikte editor atau publisher menerbitkan paper di waktu yang berbeda. Proses sebuah paper dari mulai dikirim sampai betul-betul terbit juga bervariasi bisa satu sampai dua tahun.
  4. Kesibukan administratif. Dosen disibukkan dengan berbagai kesibukan administratif. Contoh nyata adalah kesibukan mengisi BKD setiap semester hanya untuk sekedar mendapatkan tunjangan sertifikasi dosen. Contoh lain misalnya, ketika Dosen di seluruh Indonesia diwajibkan mengisi SIPKD dengan scan semua SK, ijazah dan sebagainya. Kewajiban tersebut disertai ancaman dan batas waktu. Akibatnya, dosen-dosen pontang-panting mencari berbagai SK dan surat-surat penting, men-scan, menyerbu situs SIPKD sehingga server ERROR.
  5. Kesibukan administratif juga berkaitan dengan aktivitas penelitian itu sendiri. Dosen harus berkompetisi untuk mendapatkan dana penelitian. Dan dosen yang mendapatkan grant penelitian biasanya disibukkan oleh aspek administratif dan bukan kualitas riset itu sendiri. Berurusan dengan kwitansi dan stempel, serta mencari dana talangan penelitian, sebelum dananya betul-betul turun. Belum lagi seringkali menghadapi potongan di sana-sini yang membuat kualitas riset berkurang.
  6. Rendahnya pendapatan dosen di Indonesia. Seberapa rendah? kan sudah ada sertifikasi dosen? Data Dikti sampai februari 2014 menunjukkan baru 39% dosen yang tersertifikasi. Sisanya, masing antri.

Hal ini tentu saja membuat sulit untuk menarik anak-anak muda bangsa terbaik untuk berkarir di dunia akademik. Untuk yang terlanjur menjadi dosen, kondisi semacam ini memaksa banyak dosen memiliki kesibukan ekstra menambah pendapatan. Apa akibatnya? seperti di point 1 dan 2 di atas: ke kampus hanya mengajar, mau singgah menulis atau membaca tak ada meja, akibatnya menyibukkan diri dengan aktivitas di luar kampus.

Lantas masih ada juga dosen-dosen yang menghasilkan publikasi ilmiah berkualitas. Tentun saja ada, di manapun pasti ada orang-orang hebat yang bertarung melawan keterbatasan. Jika keterbatasan itu kemudian tidak jadi hambatan, maka Indonesia akan menghasilkan lebih banyak dosen peneliti hebat dan lebih banyak publikasi ilmiah yang hebat pula. (lee)

Sumber : Berbagai sumber

Klasterisasi Dan Kinerja Penelitian PT Indonesia

(Kemenristekdikti 2019 dan Kemenristek – BRIN 2016 – 2018)

Klasterisasi Perguruan Tinggi

Tahun 2019

Penilaian Kinerja Penelitian Perguruan Tinggi

Tahun 2016-2018

Siaran Pers

Kemenristekdikti
Nomor: 147/SP/ HM/BKKP/VIII/2019

Klasterisasi Perguruan Tinggi

Konferensi Pers

Kementerian Riset dan Teknologi/Ristek – BRIN

Hasil Penilaian Kinerja Penelitian Perguruan Tinggi Periode Tahun 2016-2018

Jumat, 16/8/2019, Gedung D

Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta.

Selasa, 19/11/2019, Gedung II BPPT/

Badan Penelitian & Pengkajian Teknologi, Jakarta

Indikator :

Pemeringkatan Perguruan Tinggi 2019 berfokus pada indikator atau penilaian berbasis Output – Outcome Base, yaitu:

  • Kinerja Masukan, bobot 40 % – meliputi kinerja Input (15%) dan Proses (25%), serta
  • Kinerja Luaran, bobot 60% – meliputi Output (25%), dan Outcome (35%).

Penambahan indikator baru sebagai upaya agar perguruan tinggi dapat secara aktif merespon perkembangan zaman, terutama revolusi industri keempat dan kebutuhan tenaga kerja

Indikator:

Penilaian kinerja penelitian mengacu 4(empat) indikator sebagai tolak ukur pemeringkatan, meliputi komponen:

  • sumber daya penelitian (bobot 30 %),
  • manajemen penelitian (bobot 15 %),
  • luaran/output (bobot 50 %), dan
  • revenue generating (bobot 5 %),

Mengingat peran strategis penilaian kinerja penelitian perguruan tinggi, semua perguruan tinggi berkewajiban menyampaikan data kinerja penelitiannya untuk penilaian pada periode berikutnya.

Tahun 2019, Kemenristekdikti mengeluarkan klasterisasi perguruan tinggi dalam dua (2) kategori yaitu: Perguruan Tinggi Non-Vokasi (pendidikan akademik), terdiri dari Universitas, Institut, dan Sekolah Tinggi, dan Perguruan Tinggi Vokasi, yang terdiri dari Politeknik dan Akademi.

Perguruan Tinggi Non-Vokasi berjumlah 2.141 perguruan tinggi, di bawah Kemenristekdikti terbagi dalam 5 (lima) klaster perguruan tinggi dengan komposisi:

  • Klaster 1, sejumlah 13 perguruan tinggi;
  • Klaster 2, sejumlah 70 perguruan tinggi;
  • Klaster 3, sejumlah 338 perguruan tinggi,
  • Klaster 4, sejumlah 955 perguruan tinggi, dan
  • Klaster 5, sejumlah 765 perguruan tinggi.
Terdapat 1.977 perguruan tinggi yang berkontribusi dalam kinerja penelitian, meningkat dari periode tahun 2013-2015 yang hanya mencapai 1.447 perguruan tinggi.

Berdasarkan analisis data Simlitabnas yang telah diverifikasi, Kinerja Penelitian Perguruan Tinggi Periode Tahun 2016-2018.adalah:

  • Kelompok Mandiri, sejumlah 47 perguruan tinggi
  • Kelompok Utama, sejumlah 146 perguruan tinggi,
  • Kelompok Madya, sejumlah 479 perguruan tinggi, dan
  • Kelompok Binaan, sebanyak 1.305 perguruan tinggi.

Sesuai kelompoknya PT akan mengelola dana penelitian maksimal sbb:

PT klaster Mandiri sebesar 30 Milyar/tahun,

PT klaster Utama sebesar 15 Milyar/tahun,

PT klaster Madya sebesar 7,5 Milyar/tahun, sedangkan

PT klaster Binaan sebesar 2 Milyar/tahun.

Berikut adalah 100 perguruan tinggi non-vokasi ranking tertinggi pada tahun 2019:

1.Institut Teknologi Bandung/skor 3.671 – klaster 1
2.Universitas Gadjah Mada/skor 3.594 – klaster 1
3.Institut Pertanian Bogor/skor 3.577 – klaster 1
4.Institut Teknologi Sepuluh Nopember/skor 3.462 – klaster 1
5.Universitas Indonesia/skor 3.401 – klaster 1
6.Universitas Diponegoro/skor 3.207 – klaster 1
7.Universitas Airlangga/skor 3.056 – klaster 1
8.Universitas Hasanuddin/skor 3.036 – klaster 1
9.Universitas Brawijaya/skor 2.948 – klaster 1
10.Universitas Padjadjaran/skor 2.906 – klaster 1
11.Universitas Andalas/skor 2.795 – klaster 1
12.Universitas Sebelas Maret/skor 2.711- klaster 1
13.Universitas Sumatera Utara/skor 2.695-klaster 1
14.Universitas Telkom (klaster 2)
15.Universitas Pendidikan Indonesia (klaster 2)
16.Universitas Negeri Yogyakarta (klaster 2)
17.Universitas Islam Indonesia (klaster 2)
18.Universitas Negeri Semarang (klaster 2)
19.Universitas Negeri Malang (klaster 2)
20.Universitas Bina Nusantara (klaster 2)
21.Universitas Jember (klaster 2)
22.Universitas Negeri Surabaya (klaster 2)
23.Universitas Syiah Kuala (klaster 2)
24.Universitas Riau (klaster 2)
25.Universitas Negeri Padang (klaster 2)
26.Universitas Katolik Parahyangan (klaster 2)
27.Universitas Sam Ratulangi (klaster 2)
28.Universitas Udayana (klaster 2)
29.Universitas Negeri Makassar (klaster 2)
30.Universitas Atma Jaya Yogyakarta (klaster 2)
31.Universitas Surabaya (klaster 2)
32.Universitas Katolik Indonesia AtmaJaya (klaster 2)
33.Universitas Jenderal Soedirman (klaster 2)
34.Universitas Tarumanagara (klaster 2)
35.Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (klaster 2)
36.Universitas Sriwijaya (klaster 2)
37.Universitas Ahmad Dahlan (klaster 2)
38.Universitas Muhammadiyah Malang (klaster 2)
39.Universitas Sanata Dharma (klaster 2)
40.Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur (klaster 2)
41.Universitas Pendidikan Ganesha (klaster 2)
42.Universitas Trisakti (klaster 2)
43.Universitas Kristen Petra (klaster 2)
44.Universitas Islam Bandung (klaster 2)
45.Universitas Pancasila (klaster 2)
46.Universitas Lampung (klaster 2)
47.Universitas Mataram (klaster 2)
48.Universitas Katolik Soegijapranata (klaster 2)
49.Universitas Mercu Buana (klaster 2)
50.Universitas Negeri Medan (klaster 2)
51.Universitas Dian Nuswantoro (klaster 2)
52.Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (klaster 2)
53.Universitas Ma Chung (klaster 2)
54.Universitas Kristen Satya Wacana (klaster 2)
55.Universitas Gunadarma (klaster 2)
56.Institut Teknologi Nasional Malang (klaster 2)
57.Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (klaster 2)
58.Institut Seni Indonesia Yogyakarta (klaster 2)
59.Universitas Negeri Jakarta (klaster 2)
60.Universitas Djuanda (klaster 2)
61.Universitas Islam Sultan Agung (klaster 2)
62.Universitas Tanjungpura (klaster 2)
63.Universitas Muhammadiyah Surakarta (klaster 2)
64.Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (klaster 2)
65.Universitas Pasundan (klaster 2)
66.Universitas Jambi (klaster 2)
67.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya (klaster 2)
68.Universitas Trunojoyo (klaster 2)
69.Universitas Al-Azhar Indonesia (klaster 2)
70.Institut Teknologi Nasional Bandung (klaster 2)
71.Universitas Kristen Duta Wacana (klaster 2)
72.Universitas Ciputra Surabaya (klaster 2)
73.Universitas Multimedia Nusantara (klaster 2)
74.Universitas Swiss German (klaster 2)
75.Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (klaster 2)
76.Universitas Widya Gama (klaster 2)
77.Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (klaster 2)
78.Universitas Presiden (klaster 2)
79.Universitas Komputer Indonesia (klaster 2)
80.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Malang Kucecwara (klaster 2)
81.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (klaster 2)
82.Universitas Lambung Mangkurat (klaster 2)
83.Universitas Narotama (klaster 2)
84.Institut Seni Indonesia Denpasar (klaster 3)
85.Universitas Islam Malang (klaster 3)
86.Universitas Kristen Indonesia (klaster 3)
87.Universitas PGRI Adi Buana (klaster 3)
88.Universitas Mulawarman (klaster 3)
89.Universitas Budi Luhur (klaster 3)
90.Universitas Halu Oleo (klaster 3)
91.Universitas Merdeka Madiun (klaster 3)
92.Universitas Pakuan (klaster 3)
93.Universitas Dr. Soetomo (klaster 3)
94.Universitas PGRI Semarang (klaster 3)
95.Universitas Widyatama (klaster 3)
96.Universitas Muhammadiyah Magelang (klaster 3)
97.Universitas Stikubank (klaster 3)
98.Universitas Nasional (klaster 3)
99.Universitas Ibn Chaldun (klaster 3)
100.Universitas Negeri Gorontalo (klaster 3)

Berdasarkan rilis resmi yang ditandantangani Plt. Dirjen Risbang, Ocky Karna Radjasa, berikut 100 PT terbaik dalam kinerja penelitian:

  1. Universitas Gadjah Mada (Klaster Mandiri)
  2. Institut Pertanian Bogor (Klaster Mandiri)
  3. Universitas Diponegoro (Klaster Mandiri)
  4. Universitas Andalas (Klaster Mandiri)
  5. Institut Teknologi Bandung (Klaster Mandiri)
  6. Universitas Airlangga (Klaster Mandiri)
  7. Universitas Padjadjaran(Klaster Mandiri)
  8. Universitas Hasanuddin(Klaster Mandiri)
  9. Institut Teknologi Sepuluh Nopember(Klaster Mandiri)
  10. Universitas Udayana(Klaster Mandiri)
  11. Universitas Brawijaya(Klaster Mandiri)
  12. Universitas Indonesia(Klaster Mandiri)
  13. Universitas Sebelas Maret(Klaster Mandiri)
  14. Universitas Negeri Malang (Klaster Mandiri)
  15. Universitas Sumatera Utara(Klaster Mandiri)
  16. Universitas Riau(Klaster Mandiri)
  17. Universitas Negeri Semarang(Klaster Mandiri)
  18. Universitas Pendidikan Indonesia(Klaster Mandiri)
  19. Universitas Negeri Yogyakarta(Klaster Mandiri)
  20. Universitas Syiah Kuala (Klaster Mandiri)
  21. Universitas Jember(Klaster Mandiri)
  22. Universitas Islam Indonesia(Klaster Mandiri)
  23. Universitas Lampung(Klaster Mandiri)
  24. Universitas Mataram(Klaster Mandiri)
  25. Universitas Negeri Jakarta(Klaster Mandiri)
  26. Universitas Negeri Padang(Klaster Mandiri)
  27. Universitas Muhammadiyah Surakarta(Klaster Mandiri)
  28. Universitas Sam Ratulangi (klaster Mandiri)
  29. Universitas Sriwijaya(Klaster Mandiri)
  30. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur(Klaster Mandiri)
  31. Universitas Kristen Satya Wacana(Klaster Mandiri)
  32. Universitas Telkom(Klaster Mandiri)
  33. Universitas Bina Nusantara (Klaster Mandiri)
  34. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(Klaster Mandiri)
  35. Universitas Halu Oleo(Klaster Mandiri)
  36. Universitas Jenderal Soedirman(Klaster Mandiri)
  37. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya(Klaster Mandiri)
  38. Universitas Negeri Surabaya(Klaster Mandiri)
  39. Universitas Muhammadiyah Malang(Klaster Mandiri)
  40. Universitas Tarumanagara(Klaster Mandiri)
  41. Universitas Negeri Medan(Klaster Mandiri)
  42. Universitas Atma Jaya Yogyakarta(Klaster Mandiri)
  43. Universitas Katolik Parahyangan (Klaster Mandiri)
  44. Universitas Gunadarma (Klaster Mandiri)
  45. Universitas Pancasila(Klaster Mandiri)
  46. Universitas Tanjungpura (Klaster Mandiri)
  47. Universitas Kristen Petra (Klaster Mandiri)
  48. Universitas Mercu Buana (Klaster Utama)
  49. Universitas Djuanda (Klaster Utama)
  50. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (Klaster Utama)
  51. Universitas Pendidikan Ganesha (Klaster Utama)
  52. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Klaster Utama)
  53. Universitas Trunojoyo(Klaster Utama)
  54. Universitas Negeri Makassar (Klaster Utama)
  55. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Klaster Utama)
  56. Universitas Surabaya (Klaster Utama)
  57. Universitas Ahmad Dahlan (Klaster Utama)
  58. Universitas Malikussaleh (Klaster Utama)
  59. Universitas Katolik Soegijapranata (Klaster Utama)
  60. Universitas Islam Sultan Agung (Klaster Utama)
  61. Universitas Islam Bandung (Klaster Utama)
  62. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Klaster Utama)
  63. Universitas Tadulako (Klaster Utama)
  64. Universitas Mulawarman (Klaster Utama)
  65. Universitas Trisakti (Klaster Utama)
  66. Universitas Sanata Dharma (Klaster Utama)
  67. Universitas Bengkulu (Klaster Utama)
  68. Universitas Islam Malang (Klaster Utama)
  69. Universitas Pasundan (Klaster Utama)
  70. Universitas Jambi (Klaster Utama)
  71. Universitas Presiden(Klaster Utama)
  72. Universitas Islam Riau (Klaster Utama)
  73. Institut Teknologi Nasional Malang (Klaster Utama)
  74. Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Klaster Utama)
  75. Universitas PGRI Adi Buana (Klaster Utama)
  76. Politeknik Negeri Bali Utama (Klaster Utama)
  77. Universitas Islam Nusantara (Klaster Utama)
  78. Universitas Cenderawasih (Klaster Utama)
  79. Universitas Dian Nuswantoro (Klaster Utama)
  80. STKIP PGRI Sumatera Barat (Klaster Utama)
  81. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (Klaster Utama)
  82. Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (Klaster Utama)
  83. Universitas Nasional (Klaster Utama)
  84. Universitas Muhammadiyah Surabaya (Klaster Utama)
  85. Politeknik Negeri Malang (Klaster Utama)
  86. Universitas Muhammadiyah Magelang (Klaster Utama)
  87. Universitas Ciputra Surabaya (Klaster Utama)
  88. Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Klaster Utama)
  89. Universitas Negeri Gorontalo (Klaster Utama)
  90. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Klaster Utama)
  91. Institut Teknologi Nasional Bandung (Klaster Utama)
  92. Universitas Amikom Yogyakarta (Klaster Utama)
  93. Universitas PGRI Semarang (Klaster Utama)
  94. Universitas Warmadewa (Klaster Utama)
  95. Universitas Nusa Cendana (Klaster Utama)
  96. Universitas HKBP Nommensen (Klaster Utama)
  97. Universitas Jenderal Achmad Yani (Klaster Utama)
  98. Universitas Terbuka (Klaster Utama)
  99. Universitas Dr Soetomo(Klaster Utama)
  100. Universitas Muhammadiyah Semarang (Klaster Utama)

Diolah : lili irahali dari Kemenristekdikti dan Kemenristek-BRIN

Inovasi juga, Bisa Gagal?

Mengutip pendapat CEO CableLabs yang menegaskan bahwa Tanpa strategi inovasi yang kuat dan tangguh, tidak ada perusahaan yang dapat bertahan. Artinya inovasi justru sebuah strategi dalam mempertahankan keberlanjutan perusahaan. Namun tentunya strategi yang dikuatkan dengan komitmen dan kesungguhan.

Karena itu, tetap jangan lelah berinovasi! Inovasi didapatkan saat kita peka melihat peluang dan kesempatan yang datang. Peluang bisa datang dengan sendirinya, atau harus dicari. Kuncinya selalu lebih peka membaca situasi dan kondisi yang terjadi dan diinginkan masyarakat sekitar kita. Dalam mengembangkan inovasi, tidak terlepas dari keteguhan mental dan determinasi yang kuat sehingga dapat meraih tujuan yang diharapkan.

Perkembangan teknologi dan perangkat lunak telah mengubah wajah bisnis di era digital ini. Ke depan akan semakin banyak perubahan yang terjadi secara dramatis. Pelaku bisnis dituntut senantiasa beradaptasi dan berinovasi agar tidak terlindas perubahan yang terjadi. Kita hidup di era yang menuntut?inovasi. Apalagi di masa Pandemi Covid-19 ini kita semua dipaksa melakukan adaptasi, sekaligus inovasi.

Namun demikian inovasi memerlukan komitmen dan tidak gagap manapakinya, karena inovasi juga menciptakan sebuah paradoks?? Paradoks inovasi adalah paradoks yang biasa dialami perusahaan mapan ketika ingin melakukan inovasi bahwa mereka merasa penemuan baru tersebut akan mengganggu bisnis inti (core business) mereka. Paradoks inovasi juga disebut bahwa inovasi akan mengganggu dan mendisrupsi bisnis lama (Cahyo Prayogo, 2019).

Sebuah perusahaan besar yang sangat mapan ketika memandang perubahan di sekitar mereka, biasanya berpikir tidak perlu berubah, karena sistem mereka sudah teruji puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun. Berikut kisah beberapa perusahaan besar dan mapan yang gagal mengimplementasikan inovasinya.

NOKIA

Nokia, perusahaan yang didirikan di Finlandia adalah yang pertama menciptakan jaringan seluler di dunia. Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, Nokia adalah pemimpin global dalam ponsel. Dengan kehadiran Internet, perusahaan seluler lain mulai memahami bagaimana data – bukan suara – adalah masa depan komunikasi. Nokia tidak memahami konsep perangkat lunak dan terus berfokus pada perangkat keras, karena manajemen takut mengasingkan pengguna saat itu jika mereka berubah terlalu banyak. Kesalahan Nokia adalah fakta bahwa mereka tidak ingin memimpin perubahan drastis dalam pengalaman para pengguna. Hal ini menyebabkan Nokia mengembangkan kekacauan sistem operasi dengan pengalaman pengguna yang buruk yang tidak pas di pasaran. Nokia melebih-lebihkan kekuatan mereknya dan percaya mereka bisa datang terlambat di permainan smartphone dan berhasil. Pada 2007 Steve Jobs meluncurkan iPhone, telepon tanpa keyboard, yang revolusioner pada saat itu. Sungguh, kita melihat dan mendengar orang-orang yang kehilangan akal, ketika pertama kali melihat seseorang menggunakan layar sentuh. Pada 2008 Nokia akhirnya membuat keputusan untuk bersaing dengan Android, tetapi sudah terlambat. Produk mereka tidak cukup kompetitif. James Surowiecki The New Yorker Kontributor menyebutkan Bukan hanya karena Nokia gagal mengenali semakin pentingnya perangkat lunak. Nokia juga meremehkan betapa pentingnya transisi ke smartphone. Dan ini adalah, dalam retrospeksi, kasus klasik dari sebuah perusahaan yang terpesona (dan, dengan cara, dipenjara) oleh kesuksesan masa lalunya.”

KODAK

Kodak, adalah sebuah perusahaan teknologi yang mendominasi pasar film fotografi selama sebagian besar abad ke-20. Perusahaan ini membuang kesempatan untuk memimpin revolusi fotografi digital karena mereka terlalu lama menyangkal. Steve Sasson, insinyur Kodak, benar-benar menemukan kamera digital pertama pada tahun 1975. “Itu adalah fotografi tanpa film, namun reaksi manajemen adalah,”lucu ?jangan memberi tahu siapa pun tentang hal itu,”kata Sasson. Para pemimpin Kodak gagal melihat fotografi digital sebagai teknologi yang bakal memimpin, alih-alih menganggapnya mengganggu.

Seorang mantan wakil presiden Kodak Don Strickland mengatakan: Kami mengembangkan kamera digital konsumen pertama di dunia, tetapi kami tidak bisa mendapatkan persetujuan untuk meluncurkan atau menjualnya karena takut akan efek pada pasar film.

Manajemen sangat fokus pada kesuksesan film sehingga mereka kehilangan revolusi digital setelah memulainya. Kodak mengajukan kebangkrutan pada tahun 2012.

IBM

International Business Machines (IBM), yang dijuluki “Big Blue“, adalah perusahaan teknologi multinasional Amerika yang memiliki terobosan pada 1960-an dengan IBM System / 360 – keluarga komputer yang dirancang untuk mencakup berbagai aplikasi.

Pada awal 1990-an, IBM gagal menyesuaikan diri dengan revolusi komputer pribadi dan dengan demikian memulai kejatuhannya. Perusahaan menyesuaikan fokus mereka kembali pada perangkat keras daripada solusi perangkat lunak.

Hari ini, setelah melalui beberapa transisi, IBM adalah salah satu nama yang paling kuat dalam perangkat lunak perusahaan. Mereka mengubah keberuntungan mereka dengan manajemen baru. Akhir yang tidak dilihat sebagian besar perusahaan. Jack Schofield merinci apa yang salah di IBM dan mengapa rencana induk mereka gagal dilaksanakan. “Kunci kesuksesan adalah kegagalan besar-besaran.” – Thomas Watson President IBM.

JCPENNEY

Sebuah department store Amerika. JCPenney telah mempertahankan sebagai salah satu bisnis ritel katalog terbesar di AS. Toko mereka dulunya adalah tempat tujuan orang pergi membeli pakaian untuk bekerja, gereja, dan anak-anak. Tetapi ketika pasar di sekitar mereka berubah, JCPenney tidak dapat menemukan ceruk baru dan menghadapi krisis identitas.

Pendapatan mulai mengering secara drastis ketika Ron Johnson mengambil alih sebagai CEO pada 2012. Selama waktunya di JCPenny, perusahaan kehilangan sekitar $ 985 juta, 19.00 karyawan, dan 138 toko tutup. Hal ini menyebabkan eksodus massal pelanggan setianya.

Pada saat Mike Ullman mengambil alih, sudah terlambat untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Saat ini, bisnis online dan katalog mereka yang membuat mereka tetap hidup. Dan pada pertengahan 2017 JCPenney menyatakan mereka telah kehilangan sekitar $ 62 juta pada kuartal kedua, yang menyebabkan 127 toko lainnya ditutup secara permanen. Panos Mourdoukoutas menjelaskan kesalahan strategis yang masih menghantui JCPenney.

TOSHIBA

Perusahaan Jepang yang dulunya raksasa teknologi sekarang berjuang untuk tetap hidup. Pada pertengahan 1980-an, Toshiba adalah salah satu perusahaan paling inovatif di dunia. Selama waktu itu mereka meluncurkan T1100, laptop pasar massal pertama. John Rehfeld, mantan karyawan Toshiba yang membantu menjual laptop di luar negeri mengatakan: Ada beberapa laptop yang keluar sebelumnya tetapi mereka semua memiliki kompromi. Itulah sebabnya Toshiba memulai dengan cepat. Kami memiliki laptop yang berfungsi seperti desktop. Internet membunuh pertumbuhan Toshiba, orang membeli komputer pesaing mereka dengan harga online yang lebih rendah. Pada tahun 2016 Toshiba mengumumkan bahwa mereka akan berhenti membuat PC untuk konsumen Eropa, tetapi akan terus menjual komputer ke bisnis di Eropa dan AS. Pada tahun 2017 Toshiba mengumumkan bahwa mereka mempertimbangkan untuk menjual bisnis chip memori berharga untuk melunasi hutang. Belakangan tahun itu, produsen chip memori NAND terbesar kedua di dunia Bain-Led Group menyatakan bahwa mereka membeli bisnis chip dengan harga $ 18 miliar. Josh Horwitz menjelaskan, “Bagaimana Toshiba butuh 70 tahun untuk mencapai puncaknya dan hanya satu dekade untuk jatuh ke dalam jurang maut.”

SONY

Sony, produsen produk elektronik, mengubah cara kita mendengarkan musik dengan penemuan Walkman pada tahun 1979. Pada tahun 90an Walkman adalah gadget yang wajib dimiliki untuk setiap remaja. Itu adalah iPhone pada zamannya. Tetapi ketika MP3 player diperkenalkan ke pasar, penjualan Walkman mulai menurun. Walkman yang ikonik dibunuh oleh pemutar MP3, yang kemudian dibunuh oleh smartphone. Sony tidak beradaptasi dengan inovasi teknologi seperti digitalisasi, pergeseran ke arah perangkat lunak, dan pertumbuhan musik online yang dapat diunduh secara ilegal. Sony sebenarnya memiliki teknologi untuk meluncurkan produk yang bahkan lebih baik daripada iPod, tetapi itu tidak pernah terjadi. Perusahaan itu terlalu takut untuk menguji sesuatu yang baru, berpikir itu akan mengancam kompatibilitas mereka di pasar. John Kay menjelaskan dalam sebuah artikel “Mengapa Sony tidak menciptakan iPod.” Hipsters masih menyukai Sony Walkman. Selalu ada ruang untuk bernostalgia. Intinya adalah: jika Anda ingin dianggap sebagai pencipta teknologi keren, Anda harus membuat teknologi keren. Tantangan bagi Sony adalah bahwa contoh-contoh itu belum ada di sana, dan mereka belum ada di sana selama beberapa tahun. “, terang Steve Beck Founder dari CG42.

PAN AM

Pan American World Airways, sebuah maskapai penerbangan yang dulu dikenal sebagai merek di masa depan. Maskapai ini menjadi perusahaan besar yang dikreditkan dengan banyak inovasi, seperti pesawat jet dan jet jumbo, yang membentuk industri penerbangan saat ini. Perusahaan itu merupakan ikon budaya abad ke-20. Slogan mereka “Maskapai Penerbangan Paling Berpengalaman Dunia” adalah akurat. Namun, karena kecelakaan tragis dan serangan teroris, Pan Am mengalami kemunduran reputasi yang tidak dapat mereka pulihkan. Kepercayaan hilang dari para pelanggannya dan Pan Am dikaitkan dengan menjadi pilihan maskapai yang tidak aman. Gagasan inovatif mereka tidak dapat menyelamatkan perusahaan sehingga pada tahun 1991 Pan Am bangkrut dan tutup. “Tidak mengherankan bahwa, ditambah dengan pers yang buruk, ketakutan, kurangnya agen perjalanan dan kepercayaan publik, nasib Pan Am disegel – sekaligus menghancurkan kehidupan, harapan dan impian ribuan pekerja keras Amerika dan banyak karyawan luar negeri keluarga Pan Am. “, jelas The Washington Post.

NATIONAL GEORAPHIC

Salah satu merek yang paling dihormati dalam sejarah, National Geographic dimulai sebagai majalah resmi National Geographic Society yang diterbitkan terus menerus sejak 1888. Sebuah majalah yang menguasai seni mendongeng visual dan menginspirasi para fotografer dan pembuat film di seluruh dunia. Majalah ini mampu menangkap gambar yang belum pernah dilihat sebelumnya dan menyebarkannya ke setiap sudut dunia. Ini adalah pelopor pertama dari konten luar biasa. Perusahaan ini dihadapkan dengan ide untuk memulai saluran kabel NG baru pada 1980-an. Gagasan itu ditolak dan kelompok produsen yang mengajukan gagasan memutuskan untuk melakukan hal mereka sendiri dan meluncurkan Discovery Channel bersama dengan History Channel dan lainnya. Melihat kesuksesan mereka, National Geographic memutuskan untuk meluncurkan saluran kabel dan satelit mereka sendiri sedikit terlambat pada tahun 1997. “Untuk alasan yang sama saya membaca National Geographic, saya suka melihat tempat-tempat yang tidak akan pernah saya kunjungi”, jelas Edward Bernays.

ENRON

Enron Corporation adalah perusahaan energi, komoditas, dan layanan Amerika, yang dinamai sebagai perusahaan paling inovatif di Amerika oleh Fortune dari tahun 1996 hingga 2001. Pada akhir 1990-an, Gelembung Dotcom terus meningkat dan Enron memutuskan untuk berpartisipasi dengan menciptakan Enron Online pada tahun 1999, situs web perdagangan elektronik. Pada pertengahan 2000 EOL telah mengeksekusi hampir $ 350 miliar dalam perdagangan. Pada tahun yang sama gelembung dotcom meledak dan Enron dengan cepat mulai membangun jaringan telekomunikasi broadband berkecepatan tinggi. Proyek ini berakhir dengan biaya mahal bagi perusahaan tanpa laba. CEO saat itu Jeffrey Skilling telah menyembunyikan kerugian dari perusahaan. Ketika Ken Lay mengambil alih sebagai CEO pada tahun 2001, divisi broadband Enron melaporkan kerugian besar-besaran $ 137 juta. Pada bulan Desember, Enron mengajukan kebangkrutan dan pada tahun 2002 Departemen Kehakiman meluncurkan penyelidikan kriminal, di mana perusahaan akuntansi Enron, Arthur Andersen dihukum karena menghalangi keadilan. Troy Segel mendekonstruksi dan menganalisis “Skandal Enron”: “Jatuhnya Wall Street Sayang.”

Paradoks inovasi adalah paradoks yang bisa dialami oleh perusahaan mapan ketika ingin melakukan inovasi bahwa mereka merasa penemuan baru tersebut akan mengganggu bisnis inti (core business) mereka. Paradoks inovasi juga bisa disebut bahwa inovasi akan mengganggu dan mendisrupsi bisnis lama. Lebih memperjelas konsep paradoks inovasi perlu memahami tiga butir berikut ini.

  1. Perusahaan Mapan Terjebak Kesuksesan Masa Lalu

Perusahaan besar cenderung sulit melakukan inovasi atau kemampuan mereka untuk berinovasi sangat terbatas. Hal itu karena perusahaan besar yang sudah sukses sering terjebak dengan kesuksesan di masa lalu.

  1. Inovasi Akan Mendisrupsi Bisnis Inti

Inovasi memiliki paradoks karena berpotensi mendisrupsi bisnis inti. Dalam jangka pendek, perusahaan yang mengabaikan inovasi dan fokus kepada bisnis inti yang menghasilkan keuntungan besar memang bisa diterima. Akan tetapi, bisnis tersebut tidak berkelanjutan jika ditinjau dalam jangka panjang. Inovasi seharusnya menjadi bisnis-bisnis lain di luar bisnis inti. Perusahaan tidak boleh lagi berpikir dan bertindak seolah-olah mereka adalah monolitik tunggal dengan satu model bisnis. Perusahaan besar justru harus membangun sebuah ekosistem di dalam bisnis mereka.

Perusahaan era digital harus menyelaraskan antara bisnis inti yang menjadi andalan dengan bisnis lain yang memiliki potensi memberi keuntungan besar di masa depan. Untuk itu aka nada resiko, namun, risiko itu lebih baik diambil daripada kerajaan besar berdiam diri dan hanya menunggu waktu: kerajaan besar lain menyerang dan meruntuhkan kerajaan mereka.

  1. Mendisupsi atau Terdisrupsi

Saat ini para pemimpin perusahaan dan pelaku bisnis hanya memiliki dua pilihan: mendisrupsi diri sendiri atau terdisrupsi oleh orang lain?

Pemimpin perusahaan tidak boleh terjebak oleh kejayaan masa lalu. Mereka harus sadar bahwa perubahan-perubahan akan berdampak terhadap bisnis mereka. Melakukan penyangkalan atau pura-pura tidak melihat perubahan bukan pilihan tepat untuk diambil karena taruhannya sangat besar: kelangsungan hidup perusahaan yang mereka pimpin.

Sumber :