Tuesday, August 5, 2025
Home Blog Page 17

PENDAMPINGAN TENANT WIDYATAMA BUSINESS INCUBATOR (WIBI)

0

.

PENDAMPINGAN TENANT

WIDYATAMA BUSINESS INCUBATOR (WIBI)

Keni-KaniawatiData menggambarkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia setiap tahun – dari tahun 2018 sd. 2020) baru 1,5 % dari total penduduk Indonesia sebanyak 270 juta orang atau sekitar 3,06 juta orang saja. Data Kementerian Perindustrian Indonesia tahun 2020-2021 menyebutkan pertumbuhan industri di berbagai bidang seperti otomotif, makanan dan minuman, pusat data, minyak dan gas, kimia, logistik, elektronik, medis, dan lainnya kurang menggembirakan di tengah pandemi. Hal tersebut menunjukkan ketimpangan antara jumlah ketersediaan lapangan kerja di perusahaan atau industri dengan ketersediaan penduduk usia kerja. Fakta ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi harus memainkan peran dalam mendorong para lulusan menjadi wirausaha-wirausaha muda yang terampil siap mandiri. Pemerintah telah memfasilitasi perguruan tinggi membentuk inkubator bisnis yang memfasilitasi wirausaha muda dari lingkungan kampus. Widyatama Business Incubator (WiBI) adalah salah satunya.

Inkubator bisnis merupakan wadah yang memfasilitasi segala potensi yang ada di perguruan tinggi sebagai unit bisnis untuk kepentingan kegiatan akademis maupun non akademis. Pentingnya inkubator bisnis di kampus, karena kampus merupakan langkah awal untuk mendekatkan dengan para stokeholder. Jadi inkubator bisnis adalah fasilitas dan tempat fisik yang menampung proses inkubasi bisnis bagi tumbuhnya wirausaha muda.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model inkubasi yang paling efektif untuk program inkubasi bisnis adalah model pendampingan partisipatif. Tenant binaan dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan dan terlibat secara aktif dalam diskusi mengenai permasalahan usaha dan solusi untuk mengatasinya. Inkubasi tenant dapat dilakukan dalam tiga tahap: pra inkubasi, tahap inkubasi, dan tahap pasca inkubasi. Program inkubasi terutama meliputi pelatihan teknis dan manajemen, pembukuan sederhana, penyusunan rencana bisnis, fasilitasi akses permodalan, dan pemasaran.

  Keni Kaniawati SE., M.Si – Kepala Inkubator Bisnis Universitas Widyatama meyakini inkubator bisnis di kampus bermanfaat untuk proses belajar mengajar maupun pembelajaran yang memberikan dampak pengalaman secara lebih riil bagi mahasiswa. Hal ini dikarenakan semua entitas mahasiswa yang terlibat di dalam inkubator bisa merasakan atmosfer yang mendekati kondisi di lapangan. Inkubator bisnis di lingkungan akademis memang sangat strategis sebagai tempat yang progresif untuk membawa mahasiswa ke lingkungan belajar yang berbeda dengan kelas konvensional.

  WiBI mempunyai tiga program pelayanan yaitu : Pra Inkubasi, Inkubasi dan Pasca Inkubasi. Salah satu implementasi program tersebut pada hari Sabtu, 31 Juli 2021, WiBI menyelenggarakan pendampingan tenant melalui webinar zoom meeting yang dihadiri para tenant residen maupun tenant non residen. Melalui tiga program layanan tersebut WiBI memberikan masukan dan manfaat yang sangat berguna bagi peningkatan wirausaha mahasiswa. Tujuan kegiatan tersebut untuk mengimplementasikan peran kreatifitas dan inovasi bagi kewirausahaan di kampus dalam rangka menciptakan calon wirausaha baru bagi mahasiswa atau alumni. Kegiatan tersebut memberi manfaat sangat besar bagi peningkatan mental wirausaha, peningkatan ekonomi, omset dan kesejahteraan tenant. Metode kegiatan program WiBI meliputi: (a) pengembangan bakat tenant, (b) pembekalan hard dan soft skill tenant, (c) peningkatan dan pemberdayaan wirausaha tenant, (d) penambahan modal tenant untuk lebih tangguh dan mandiri.

  Dalam pelaksanaan kegiatan melalui pembelajaran, pelatihan dan pemberdayaan menggunakan metode Project Based Learning (PBL) yang memuat model pendampingan dan pemberdayaan: doing, empowering, fasilitating dan evaluating. Model Participatory Rural Appraisal (PRA) berbasis partisipatif, penggalian potensi/bakat untuk menghasilkan dan mendapatkan calon wirausaha baru sesuai bakatnya. Peserta adalah para tenant residen maupun tenant non residen, mahasiswa perintis usaha baru (start-up).

  Manager WiBI – Lutfi Firman Firdaus S.M. yang terjun langsung menguraikan bahwa penggelolaan Incubator Bisnis merupakan peran yang penuh tantangan dan tuntutan. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk selalu mendukung, juga memperhatikan para wirausaha muda maupun UMKM khususnya yang tergabung dalam WiBI. Kami memfasilitasi ruang tenant untuk melakukan proses produksi serta memberikan training maupun coaching dari para praktisi maupun dari pengelola inkubator bisnis. Juga memberikan bantuan akses pasar dan supplier, akses permodalan, kemitraan maupun promosi secara digital.

Asisten Manager WiBI – Gita Genia Fatihat SMB.MM. menguatkan bahwa seorang wirausaha perlu memahami serta penyusunan rencana keuangan dan pengelolaan arus kas agar bisnis yang dijalankannya dapat berjalan dengan baik, terencana, dan dapat mengurangi resiko kegagalan bisnis. Permasalahan yang biasanya muncul dalam membangun bisnis yaitu masalah permodalan. Modal dapat diperoleh dari pemilik pribadi maupun oleh pihak ketiga. Untuk perintis yang akan membangun bisnis, sumber dana dari pihak ketiga itu penting untuk mengembangkan usaha tersebut. Namun, sebagian besar ini menjadi masalah karena belum memiliki pengalaman ataupun kepercayaan untuk mencari investor. Maka WiBI hadir untuk menjembatani persoalan ini. WiBI akan berusaha mencarikan sumber dana bagi para tenantnya. Dalam rangka mendukung jalannya usaha tenant baik tenant residen maupun tenant non residen.

WiBI akan memfasilitasi yang sumber dananya berasal dari Hibah IBT, Hibah CPPBT, CSR, Subsidi Pemerintah, Kememkop Koperasi dan UMKM, pendanaan In-Kind. Pendanaan tersebut diperoleh tentunya dengan mengajukan proposal hibah Inkubator Bisnis, proposal Business Plan para tenant. Oleh karena itu WiBI akan melakukan program pendampingan tenant dengan pelatihan penyusunan proposal Business Plan dan BMC.

  Dalam akses pemasaran tenant WiBI diharapkan dapat mengaplikasikan teknologi dalam mengembangkan bisnisnya. Artinya tenant WiBI harus mengikuti perkembangan jaman era digital marketing sehingga tidak tertinggal dengan bisnis yang lainnya jelas Asisten Manajemen Pemasaran WiBI, Andi Sukma SS.SE.MM.

.

Write by : Keni Kaniawati, SE., M.Si.

Ketua Widyatama Business Incubator, Dosen Tetap Universitas Widyatama,

Email: [email protected]; No kontak: 082319616313/081221791046

Manajemen Restribusi Dan Rute Pengangkutan Sampah Di Kota Bandung

.

Judul       : Manajemen Restribusi Dan Rute Pengangkutan

                        Sampah Di Kota Bandung

Penulis    : Keni Kaniawati SE. M.Si

                Prof Dr.Ir.H. Eddy Jusuf Sp.M.Kom, M.Si

                Dr.Ir. Yogi Yogaswara M.T

Penerbit      : REFIKA

Tahun Terbit  : 2021

ISBN       : 978-623-7060-84-0

.

.

.

Ditilik secara harfiah, sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi atau dibuang oleh pemilik atau pemakainya semula. Sumbernya bisa dari berbagai aktivitas manusia, mulai dari aktivitas pemukinan, pertanian, pembangunan gedung, perdagangan, perkantoran dan industri.

Manajemen sampah sudah menjadi isu yang mengiringi geliat dan derap langkah keberaadaan kota-kota besar di dunia, termasuk Kota Bandung yang sudah masuk katagori metropolitan. Bahkan Bandung sempat mengalamai perististiwa “Bandung Lautan Sampah” akibat tragedi longsor sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) dipinggiran Kota Bandung waktu itu.

Warga Kota Bandung tidak akan pernah melupakan peristiwa 16 tahun lalu atau tepatnya Senin, 21 Februari 2005, dimana terjadinya longsor puluhan ton sampah yang menimpa pemukiman kumuh di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang telah merengut 147 nyawa manusia. Terlepas dari peristiwa yang memprihatinkan tersebut, momentum ini juga merupakan titik penyadaran pemerintah dan warga Bandung mengenai karut marutnya pengeolaan sampah dikawasan metropolitan tersebut.

Sejak saat itu dilakukan pembenahan menyangkut manajemen pengelolaan sampah, antara lain dari aspek kontribusi serta rute pengangkutan yang merupakan unsur urgen dalam manajemen pengelolaan sampah secara keseluruhan.

Namun seiring dinamika perkembangan dan pertumbuhan kota besar, setiap waktu manajemen pengelolaan tentu saja harus disempurnakan. Hal ini seiring pula dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang meniscayakan pertambahan volume sampah yang dihasilkan.

Sebuah buku yang mengulas secara mendalam ihwal pengelolaan sampah, klasifikasi serta kebijakan yang mengiringi diterbitkan oleh Refika Aditama Bandung. Buku ini ditulis bersama: Keni Kaniawati SE.M.Si. (Dosen Tetap Universitas Widyatama), Prof.Dr.Ir.H. Eddy Jusuf Sp.,M.Kom.M.Si. (Guru Besar Tehnik Industri Universitas Pasundan), Dr.Ir. Yogi Yogaswara M.T. (Dosen Tetap Universitas Pasundan) dengan tajuk ”Manajemen Retribusi dan Rute Pengangkutan Sampah di kota Bandung. Buku ini juga diberi kata sambutan oleh Wakil Wali Kota Bandung, H. Yana Mulyana SE.M.M.  

Buku ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan manfaat khususnya kepada pemerintah daerah dalam membantu menuntaskan permasalahan pengelolaan retribusi dan sistem pengangkutan sampah di kota masing-masing. Buku juga dilengkapi berbagai contoh implementasi dari proses dan metode pengelolaan hingga sistem pengangkutan sampah.

Konten buku ini merupakan wujud implementasi hasil penelitian para penulis, dimana pengelolaan sampah di kota Bandung masih mengalami permasalahan terkait dengan sarana dan prasarana yang masih minim, pembiayaan yang belum memadai, kemapuan operasional pelayanan masih rendah, kemampuan dan kualitas SDM juga masih rendah serta minimnya peran serta mayarakat, penerapan Perda K3 masih belum optimal dan belum tersedianya tempat pemprosesan akhir sampah yang memadai.

Bagaimanapun, manajemen pengakutan sampah masih banyak mengalami permasalahan. Sebagai contoh yang dapat kita perhatikan adalah pengangkutan sampah yang melewati beberapa ruas jalan protokol pada jam sibuk yang berakibat timbulnya kemacetan lalu lintas dan tingkat penggunaan angkutan sampah pun tidak optimal. Belum lagi jumlah armada pengangkutan yang ada. Hal ini tentu membutuhkan intervensi instrumen yang empirik sebagai bagian dari riset manajemen dan teknologi. Inilah yang menjadi aspek penting dalam pembahasan buku ini.

Semua aspek dalam pengelolaan sampah juga harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip terbaik untuk kesehatan, ekonomi, teknolog/engenering, estetika, lingkungan, dan juga terhadap sikap masyarakat. Dalam menentukan strategi manajemen pengelolaan sampah juga diperlukan informasi mengenai timbulan sampah, komposisi, karateristik dan laju penimbunan sampah. Faktor-faktor ini menjadi bagian yang ikut dalam kuantifikasi dan tabulasi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan dan manajemen.

Gambaran tentang problematik pengelolaan sampah kota Bandung dalam buku ini tentunya layak menjadi rujukan bagi para peneliti/dosen, mahasiswa S1/S2 maupun S3 demi peningkatan pengelolaan sampah yang semakin baik di kota Kembang ini.

(Keni Kaniawati & Erwin Kustiman)

.

.

Millennial Hydro Group Urban Farming seorang Bayu

  

Tenant

Business Incubator/WiBI

Keni Kaniawati

Millennial Hydro Group

Urban Farming seorang Bayu

  Menjadi seorang pengusaha sukses di usia muda tentu tidak bisa dialami oleh semua orang dan instan. Untuk mewujudkan hal tersebut, akan membutuhkan banyak usaha dan juga kerja keras, sebab kesuksesan tidak akan didapatkan dengan mudah, apalagi di usia yang masih muda. Namun berbagai macam usaha dan juga kesempatan yang coba diciptakan oleh beberapa orang anak muda, mampu membawa mereka menjadi pengusaha sukses di usia muda. Beragam prestasi di luar kuliah atau sekolah bisa mereka dapatkan, yakni dengan membuka usaha.

  Memiliki prinsip hidup “Keberhasilan itu berada di puncak segunung kegagalan, maka jika ingin sukses carilah kegagalan sebanyak–banyaknya agar mencapai titik keberhasilan yaitu puncak segunung kegagalan”, itulah pria muda kelahiran Bandung yang memiliki nama lengkap Gumelar Bayu Fadillah.

Gumelar Bayu Fadillah S.M.

Sejak masa kuliah di Universitas Widyatama, Bayu menekuni bisnis dengan beragam usaha. Untuk meningkatkan skillnya Bayu mengikuti beberapa pelatihan, dan workshop Kewirausahaan. Salah satunya workshop yang diselenggarakan atas kerjasama Dispora Jabar dengan Universitas Widyatama Angkatan ke VIII. Penyelenggaraan workshop tersebut merupakan salah satu dimensi penting dalam membentuk jiwa pemuda Indonesia yang perlu dikembangkan untuk mendorong kemandirian pemuda di bidang ekonomi. Mengapa demikian, mengingat tingkat pengangguran di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, utamanya lulusan perguruan tinggi. Namun yang terpenting dari wirausaha ini yakni harus dapat menentukan segmentasi dan terus introspeksi.

Untuk meraih kesuksesan, Bayu selalu kerja keras dan tekad yang kuat. Hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan dalam waktu sekejap. Mencoba dan berusaha melakukan yang terbaik adalah salah satu jalan menuju kesuksesan di usia muda. Dengan usianya yang relatif muda yaitu 21 tahun, namun pengalaman bisnis dan organisasinya sudah cukup matang. Terbukti Kang Bayu sapaan yang cukup dikenal di kalangan mahasiswa Universitas Widyatama. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI PT Universitas Widyatama 2020-2021 serta pernah sebagai staff Pemerintah Mahasiswa Universitas Widyatama, dan juga sebagai Ketua Angkatan 2017 Universitas Widyatama.

Bayu, Ketua WIBI Keni Kaniawati SE.M.Si dan Manager WIBI Lutfhi Firman Firdaus S.M.

Selain itu ia aktif di organisasi luar kampus sebagai Komisi Lingkungan Hidup KNPI Kota Bandung tahun 2018-2021 dan juga sebagai Wakil Ketua Karang Taruna Kelurahan Pasirwangi.

Selama menjadi Tenant Widyatama Business Incubator/WiBI, Bayu merasakan manfaatnya dimana ia menjadi lebih fokus pada usahanya, lebih memunculkan ide kreatif dan inovasinya. Sehingga dia berharap usahanya bisa tembus ke pasar nasional maupun internasional. Dalam menjalankan usahanya, kini Bayu sebagai Owner Springrolls Bandung, Owner Kedai Moozu Bandung, Founder Lembur Sayur. Bayu dan rekan mitra bisnisnya mendirikan beberapa bidang bisnis salah satunya adalah Millennial Hydro Group/MHG yang bergerak di bidang Agrobisnis yaitu hidroponik. MHG menawarkan beberapa produk yaitu: sayuran hidroponik, instalasi hidroponik, pendampingan, pelatihan hidroponik, dan juga Minuman Healthy.

Millenniall Hydro Group ini lahir akibat keresahan seorang Bayu memperhatikan di lingkungan sekitarnya semakin banyak lahan kosong, lahan semakin sempit untuk pertanian, khususnya di Kota Bandung. Itulah awal mula terbentuknya MHG. Guna menjawab keresahan pribadinya ia membuat Urban Farming di pekarangan rumah dengan metode hidroponik berbasis rumahan. Millenniall Hydro Group beralamat di Komp. Pemda Cingised Jl, Paripurna Blok D No 76 RT 04 RW 06 Kelurahan Cisaranten Indah Kecamatan Arcamanik Bandung 40293. MHG memiliki visi membuat perkotaan yang kaya akan sayuran.

Masa pandemi Covid-19, Bayu merasakan dampaknya. Akan tetapi dengan ide cemerlangnya untuk keluar dari kesulitan tersebut, Bayu mengajak seluruh pegiat UMKM untuk tetap Struggle menghadapi tantangan di masa Pandemi. Ia mengembangkan sistem berkolaborasi agar bisa bertahan dalam masa pandemi ini. Melaui upaya berkolaborasi hal yang dianggap tantangan akan berubah menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Bagi yang ingin kolaborasi dengan Millenial Hydro Group dapat follow instragramnya millennialhydrogroup.id dan IG @wibiutama 204A dan bisa menyaksikan chanel youtube nya dengan link https://youtu.be/axHjeX4AvDY.

TIGA SOSOK PENDIDIK PERGURUAN TINGGI, IMPLEMENTASI MBKM

.

.

TIGA SOSOK PENDIDIK PERGURUAN TINGGI,

IMPLEMENTASI MBKM

.

.

  Kita sering mendengar istilah dosen, instruktur dan tutor dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Namun seringkali kita melupakan peran berbeda ketiganya. Tampak umumnya Perguruan Tinggi (PT) hanya menitikberatkan pada dosen sebagai pendidik. Bahkan mungkin PT menyederhanakan, baik pengajaran pengetahuan dan keterampilan sama-sama dilakukan sosok dosen. Padahal syarat menjadi dosen adalah S-2. Seseorang yang bergelar S-2 walau sudah pasti memiliki pengetahuan, namun belum tentu memiliki keterampilan.

  PT yang melakukan hal ini, biasanya berkompromi mengesampingkan aspek keterampilan dosen, yang penting berijazah S-2. Pada kegiatan pengajaran pengetahuan, dosen tidak akan mengalami kesulitan berarti. Namun pada kegiatan praktikum, dosen akan menghadapi kendala karena kurang penguasaan keterampilan. Proses praktikum menjadi dilakukan seadanya dan semampunya. Proses praktikum dipasrahkan kepada asisten yang hanya berstatus senior satu tahun di atas peserta praktikum. Hasilnya tentu lulusan memiliki kompetensi yang tidak lengkap, terutama pada aspek keterampilan mereka. Selain itu dengan merangkap jabatan sebagai instruktur, tri dharma lain dosen yakni melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat bisa jadi terbengkelai. Padahal penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ini penting untuk meningkatkan pengembangan keilmuan, penguatan konten pembelajaran, serta peningkatan jabatan fungsional dosen, serta peningkatan peringkat PT tersebut.

  Mengacu Permenristekdikti Nomor 2 Tahun 2016 tentang Registrasi Pendidik pada PT, mengklasifikasikan pendidik di pendidikan tinggi dalam tiga sosok, yakni: (1) dosen, (2) instruktur, dan (3) tutor. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Instruktur adalah pendidik yang menekankan pembinaan pada penguasaan aspek keterampilan di perguruan tinggi. Sedang Tutor adalah pendidik yang diangkat untuk membantu dosen dan berfungsi memfasilitasi belajar mahasiswa dalam sistem pendidikan tinggi. Baik dosen, instruktur, maupun tutor berdasar Permenristekdikti tersebut diakui sebagai pendidik, yang membedakan adalah peran mereka masing-masing. Dosen mengajarkan teori lewat pengajaran, instruktur mengajarkan praktek lewat praktikum, sedangkan tutor mengajarkan cara menyelesaikan soal melalui kegiatan tutorial.

  Peran ketiga sosok pendidik tersebut diperkuat Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Pendidikan Tinggi yang menegaskan pada Pasal 5 ayat (1) bahwa Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan Capaian Pembelajaran lulusan.

  Terkait sikap Pasal 6, ayat (1) menyebutkan bahwa Sikap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual dan sosial melalui proses Pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, Penelitian dan/atau Pengabdian kepada Masyarakat yang terkait Pembelajaran. Sikap ini tentunya diajarkan oleh ketiga sosok pendidik tersebut sesuai perannya.

  Terkait pengetahuan, ayat (2) menyebutkan bahwa Pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bidang ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam proses Pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, Penelitian dan/atau Pengabdian kepada Masyarakat yang terkait Pembelajaran. Disinilah peran dosen menjadi yang utama.

  Terkait keterampilan, ayat (3) menyebutkan bahwa Keterampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh melalui Pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, Penelitian dan/atau Pengabdian kepada Masyarakat yang terkait Pembelajaran. Keterampilan mencakup: a. keterampilan umum sebagai kemampuan kerja umum yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan kemampuan lulusan sesuai tingkat program dan jenis Pendidikan Tinggi; dan b. keterampilan khusus sebagai kemampuan kerja khusus yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan Program Studi. Disinilah peran instruktur menjadi yang utama.

  Terkait pengalaman kerja mahasiswa, ayat (4) menyebutkan bahwa Pengalaman kerja mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) berupa pengalaman dalam kegiatan di bidang tertentu pada jangka waktu tertentu, berbentuk pelatihan kerja, kerja praktik, praktik kerja lapangan atau bentuk kegiatan lain yang sejenis. Disini pula peran instruktur menjadi penting.

  Dalam konteks di atas ketiga sosok tersebut mempunyai peran yang saling menguatkan dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi atau dalam sistem pendidikan tinggi, sehingga capaian Pembelajaran lulusan dapat dipenuhi dengan optimal. Namun di lapangan jarang kita menemukan tiga sosok pendidik tersebut dalam pendidikan tinggi. Umumnya sosok dosen yang lebih menonjol. Padahal peran ketiga sosok tersebut berfungsi menghasilkan capaian pembelajaran sebagaimana diharapkan peserta didik dan sistem pendidikan tinggi itu sendiri.

MBKM memacu peran tiga sosok Pendidik ?

  Kampus Merdeka (”Merdeka Belajar – Kampus Merdeka/MBKM”) diluncurkan 24 Januari 2020. Kebijakan MBKM dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran di PT yang otonom dan fleksibel sehingga PT mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara optimal. Kebijakan MBKM bertujuan meningkatkan “link and match” dengan dunia usaha dan dunia industri, serta mempersiapkan mahasiswa dalam dunia kerja sejak awal. Juga untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, serta menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian.

  Kata kunci pelaksanaan MBKM adalah inovasi dan kreativitas PT. Juga dukungan dan kerja sama berbagai pihak mulai sivitas akademika, kementerian lain, serta khususnya dunia usaha dan industri. Kebijakan MBKM episode di atas disusul episode Keempat – Organisasi Penggerak, episode Kelima – Guru Penggerak, episode Keenam – Transfomasi Dana Pemerintah untuk Perguruan Tinggi, episode Ketujuh – Sekolah Penggerak, episode Kesembilan – Kartu Indonesia Pintar/KIP Kuliah Merdeka, episode Kesepuluh Perluasan Program Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, dan episode Kesebelas Kampus Merdeka Vokasi.

  Kunci lain MBKM adalah hak belajar mahasiswa 3 semester di luar Prodi. Ini artinya akan mengubah struktur kurikulum – akan ada kluster hak belajar di dalam Prodi dan kluster hak belajar di luar Prodi dengan delapan kegiatan, yakni: magang/praktik kerja, proyek di desa, mengajar di sekolah, pertukaran pelajar, penelitian/riset, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, serta proyek kemanusiaan. Hal ini melibatkan peran tiga sosok pendidik di perguruan tinggi tadi (dosen, instruktur dan tutor).

  Mengacu hal di atas, PT mendapatkan instruktur dari dunia usaha dan industri yang tentunya ahli di bidangnya. Instruktur mengajar keterampilan kepada mahasiswa. Karena bukan dosen, maka instruktur tersebut dapat berkonsentrasi pada kegiatan pengajaran keterampilan (praktikum) disamping itu secara hukum tidak memiliki kewajiban penelitian dan pengabdian masyarakat sebagaimana halnya dosen.

  Bagi instruktur ahli dari industri ini mengajar mahasiswa secara paruh waktu sehingga tidak perlu kehilangan pendapatannya di industri, namun tetap dapat membagikan keterampilannya di PT melalui magang mahasiswa. Pendidik dengan model seperti ini tetap dapat didaftarkan ke Kemdikbudristek dan memiliki Nomor Urut Pendidik (NUP) bagi yang bergelar di bawah magister (S-2) atau Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) bagi yang bergelar master S-2 ke atas. Bahkan jika praktisi dari industri ini mengikuti program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan hasilnya kompetensinya setara dengan S-2, bukan saja ahli mengajar keterampilan sebagai instruktur, melainkan juga bisa mengajar teori sebagai dosen.

  Untuk instruktur, negara tidak mempersyaratkan kualifikasi pendidikan, minimal memiliki kompetensi dan dapat mengajarkan keterampilannya Keterampilan tidak dapat diperoleh dari bangku pendidikan, melainkan dari pengalaman bekerja di lapangan.

  Keterampilan adalah aspek kompetensi yang sama pentingnya dengan pengetahuan, sehingga sudah selayaknya proses pengajarannya diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan dilakukan oleh pendidik yang benar-benar kompeten. Untuk dapat melakukannya PT bisa melakukan dengan cara yang efektif yakni memaksimalkan peran instruktur dari dunia usaha dan industri sehubungan. Hal ini tertuang dalamkebijakan MBKM. Dengan adanya instruktur, pengajaran keterampilan dapat lebih terjamin dan dosen dapat mengalokasikan waktu lebih pada kegiatan penelitian. (lee)

.

Dari berbagai Sumber

.

QUOTE EDUCATION Komunita Edisi

.

1.The best way to predict the future is to create it.  Peter Drucker, Management guru
2.If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader.  President John Quincy Adams
3.Innovation distinguishes between a leader and a follower. – Steve Jobs, co-founder and CEO of Apple

.

Sumber : https://thinkstrategicforschools.com/inspirational-leadership-quotes-school-leaders/

.

.

Covid-19 pandemic: “RESILIENCE” AND “NEW EQUILIBRIUM” THE HIGHER EDUCATION?

0

Covid-19 pandemic:

“RESILIENCE” AND “NEW EQUILIBRIUM”

THE HIGHER EDUCATION?

Dr. Gleb Tsipursky provides an alternative to dealing with the Pandemic in his book Resilience: Adapt and Plan for the New Abnormal of the COVID-19 Coronavirus Pandemic, 8 May 2020. He outlines research-based strategies on how organizations – whether government, business, non-profit organizations, and individuals and households can adapt effectively to the New Abnormal and similar disasters. He demonstrates how to develop effective strategic plans and make the best big decisions in the context of the uncertainty and ambiguity posed by the Covid-19 Pandemic and other large-scale disasters. He recommends government organizations, businesses, nonprofits, and high-stakes individuals and households to get out of the current situation. An investment to create a survival strategy until the pandemic ends.

Gleb Tsipursky is a behavioral economist and cognitive neuroscientist, with expertise in recognizing the blind spots – cognitive biases – that lead us to misunderstand reality and make fatal mistakes in decision making. What he expressed was related to the behavior of organizations and leaders during the Pandemic period, which has been and is being addressed by the world of higher education as well. Does it reflect Gleb’s thinking? Let’s see.

Dr. H. Asep Effendi, SE., M.Si., PIA., CFrA., CRBC

The Rector of Sangga Buana University (USB)

Komunita: The pandemic is entering its second year, while private universities are prepared to provide face-to-face (offline) education. Of course, it’s a tough challenge to be able to maintain the learning process?

Dr. H. Asep Effendi: If we talk about policies regarding education management in higher education, I think it is the same as other campuses in a platform to keep this Pandemic from spreading everywhere and taking many victims. With health protocols and other policies, learning is online or based on an independent campus. However, I have 2 main things in this situation. First, educational normative should have started to redesign how the system of assessment and assessment of success. If our learning system is already in 2 (two) years or the second year. Initially, the same as other universities experienced a severe shock, when lecturers were forced to change learning from conventional to having to switch to an IT system or become an online lecture. It is not easy to educate them, especially because of the relatively old age factor (our lecturers need their knowledge and experience). It’s a homework in itself. At that time, we prepared 2 training sessions for lecturers who did not understand information technology (IT). Even our policy provides the easiest for them, the important thing is that learning continues.

There are changes that occur: 1) a shift in investment from physical buildings to information technology (infrastructure side) to support learning; 2) the HR side has shifted from conventional to IT systems, this also requires investment financing; 3) prepare all curricula and learning systems that are supported by the IT system.

Second is governance. There are 6 points of extraordinary change in university governance in the pandemic era. One, Universities are no longer the main destination, especially in terms of buildings, but all students will become people who are focused and focused on IT. IT support is central. So the first reinvestment changed. Foundations have to open their minds, can’t maintain a good building if IT doesn’t support it. This means that the building is not worth anything when it is not able to carry out learning that is fully supported by IT. So the university’s operational budget shifted.

Two from the HR side, there are lecturers and administrative staff. Lecturers are normatively obligated to enter the slot and must be ready. Now the support of education staff, all learning movements that must be supported by human resources who use IT. So we also have to train them, educate them, and at the same time have to start selectively which jobs remain conventional or in IT. But the totality is IT. In my opinion, in the future, graduates of both management, accounting, information systems, everything must be based on IT. Because based on it is accepted by the company. If he is good at accounting but IT is weak, he will not be accepted. So all majors’ / study programs must apply the IT System, at least the material is integrated in IT, the knowledge is entered. Some people say IT is just a tool, that’s true, but these tools have become significant. When people are asked about the accounting process, do they memorize it or not? How to journal he memorized? But once brought to IT, he did not understand. So we have orientation for lecturers, employees, and students.

Third, work system governance. It is no longer possible to survive conventionally, because they are used to being online. There are indeed offline talks and so on, but in their minds they are used to zoom meetings. In the future, people will be lazy to meet on campus. Automatically in organizational governance there is a shift. Then there are indicators of assessment of structural performance, lecturers, employees who must be IT-based. Currently working on a staffing system. So later lecturers and employees can see what section and job description. Leaders and the Foundation will monitor this and later will bring up performance measures. That’s in terms of communication and work coordination.

Fourth, it must make a comprehensive assessment format related to the learning carried out. Because we know conventional learning and IT are not the same. For example, when we give assignments, students can get the same answer. This cannot be allowed. We can’t just let them pass. Science is science, quality is quality. It can’t be said that the era is like this, the important copy-paste students they collect. Measuring performance is only a part of the quality of education that we want to produce.

Fifth, reaffirming existing infrastructure governance. Sixth, Foundations and Higher Education Leaders think as entrepreneurs. Because there is idle infrastructure, we have to think about what this campus will do if tomorrow or the day after tomorrow it can’t be implemented again. Bandung is on lockdown. September starts a new school still in lockdown, maybe next semester will still be in lockdown. So the last option, let’s think entrepreneur. Leaders of Universities and Foundations should think like that. In an era when other people no longer need a large building, no need for a large or grand office. We are currently planning the engineering of a room that other people can use later. How to do it? We are discussing this with the Foundation. In the future, a studio will be formed in the form of a studio designed to be a place for people who need a room for seminars, classrooms, etc.

The 6 points above we designed to deal with the Covid-19 pandemic. Our principle is the pandemic does not stop creativity and innovation, it must continue. We have to set an example for students, not just because of the pandemic, colleges are stuck. On the sidelines of buildings that require maintenance, there must be income. I think other universities have experienced the same thing, it’s just a matter of how to map and determine the priority scale that we can prioritize or follow.

Komunita: How about in terms of learning content? Students with a strictly regulated study period?

Dr. H. Asep Effendi: First, we look at the undergraduate and Diploma programs (2 segments). In the undergraduate segment, we cannot close our eyes that basic science or basic theory must focus. So I always remind undergraduate to try not to use too much infocus-based teaching materials. If the lecturer can’t explore more deeply, the students will only be textual like the one in Infocus. Meanwhile, the books that students have to read are not touched anymore. Please lecturers use infocus, but still bring the reference book. Tell the students the points/chapters, please open them, and state what the contents.

Online learning doesn’t work that way. We are designing an independent campus curriculum concept. In the future, the UTS/UAS lecturers must also be directed. We will try to explore, not one way anymore (lecturers keep giving material). But let students be given the provision of problems and can dig deeper, open all knowledge and students’ presentations of what the analysis looks like. That’s from a learning perspective. We used to let lecturers talk 2 hours in front of the class (because there the lecturers could explore stories, experiences, etc.). But if we try to look again, it turns out that students stare at the screen for 1 hour most effectively. More than that, it’s out of focus. So in an hour, the lecturer does not need to elaborate anymore, straight to the point. And students discuss further, so that their thoughts are alive. That’s why we change the learning method.

From the assessment system, we have several components (task 1, task 2, UTS, study/analysis UAS). Task 1 and task 2 are usually the part that is explored more deeply, whether it’s a presentation or an analytical review. By involving more students, it can make students more active, not passive just waiting for material/slides from lecturers (that’s what we change in independent campus learning). During UTS and UAS, lecturers are directed not to ask questions about topics whose answers will be “uniform”. However, we talk more about cases, which give rise to theories. For example, a student tells a story about creating a market (underneath what theory is mentioned). It was different, meaning he had read. Do not let students lose basic science. When studying Master, not much knowledge shifts. In conclusion, the undergraduate is the basic fundamental of theory.

Master has been purely applied, lecturers may give assignments that have been “released” on student creativity. Everyone will be given a different challenge, so the answer will be different. The standard of assessment has not changed, but the material being assessed has changed. For example, it is not just a matter of attendance which has great value, now it is no longer, but indeed enters the time discipline assessment (still not shifting). Weaknesses in the IT world, students cannot be forced, they will come in a place that is comfortable for those without pressure. It is our responsibility as educators and to maintain the trust of students’ parents to educate and make quality students. We try our best and always fix which is the crucial point.

Second, structurally, the role of the guardian lecturer is very important. In one semester, it is scheduled to meet the students at least 2 times. There are many personal obstacles experienced by students in the learning process, so where do they channel it, while they rarely meet with lecturers, or with the Head of Study Program, etc. So we encourage the Guardian Lecturer to communicate with students. It can be through seminars, interactive dialogues, webinars, so that they are maintained (outside the learning program).

Komunita: Learning full of digital technology (online) turns out that many lecturers are not ready.

Dr. H. Asep Effendi: There are lecturers who are not comfortable with zoom, or don’t understand using zoom/google meet, etc. In the first year it was very hard, until the IT team was confused about education. However, the odd semester yesterday has decreased the difficulty level of its use. We continue to evaluate when lecturers give assignments not through e-Learning.

The IT team guides and trains lecturers in making materials, for example making Power Point slides or videos with animation, sound, etc. It’s homework, you need to be patient. If it’s still difficult but knowledge is needed, then we make a teaching team, collaborate the knowledge from the “old” ones, and the IT technical from the teaching team. We seek such assistance, hopefully there will be no significant complaints related to learning.

For students, our evaluation is even semester, 60% of students do not like online (early stage). They miss the conventional. Because they went to conventional school from the start, unlike UT. The students miss the atmosphere of the lectures. However, we always prioritize moral responsibility. If one educates, the results will be seen in the next 20-30 years.

 

Komunita: Is there a stigma due to the pandemic that makes students feel down-graded, and there is a lost generation?

Dr. H. Asep Effendi: Pandemic conditions if allowed to continue without proper handling, the mental and quality of students can deviate from the original goal. Don’t let there be the term covid graduate or covid alumni. We strive for certification, giving students something to be proud of. Indeed, I have not researched more deeply, how the effect of this online learning. In the learning process: First, we do not prohibit faculties or study programs from holding seminars on research results, practical work results are carried out offline as long as they comply with health protocols. So that there is confidence for students that the results of their research will be tested. Hopefully this method can reduce. Testing the principle provides additional education, certain values, and criticizes something. So there are several programs that we do offline, strictly implementing health protocols. This means that they experience face-to-face education, and have a good ending. I want them to be proud when they bring a diploma to apply for a job in a company for example.

Second, higher education has an interest, related to cash in. Every student entering college has high hopes. Don’t let it go beyond your expectations when you graduate. That is our effort or work to encourage lecturers and employees so that this pandemic does not degrade the quality and education process for students. At least the same, thankfully there is time efficiency but gain effectiveness in learning. If students are successful, we will be proud that we are an institution that produces quality graduates. But if students fail, then we feel ashamed as an institution that produces poor graduates. We are entrusted with building integrity.

Lost generation must be minimized so that it does not happen. How sick students will be if they are called covid graduates. We must provide education if students are called that, must be able to defend themselves by answering me online lectures, unlike conventional predecessors. It’s just a different method. In addition, the government should also have tools to control online learning. Do not let the important thing pass first, and do not generalize to all graduates as a form of natural selection. It takes seriousness from university leaders to maintain the target of human resource quality in the future, where the government has a stake in policy, namely more policies that provide freedom. That’s where the freedom that universities can use to be competitive and advantif.

Komunita: Is The pandemic triggers us to be creative, and test leadership?

Dr. H. Asep Effendi: That’s right, I agree. Learning in the era of the Covid pandemic and conventional methods is different, but the spirit is the same. If the spirit is the same, want to run wherever the initial goal will be achieved. There was one incident in Postgraduate, where active students asked for additional learning and they were willing to provide their own links. We are always associated with the name rewards; it cannot be denied. Each meeting must be prepared for payment. However, the most important thing is that there is continuous education for lecturers regarding the understanding of their duties. We have a taklim assembly Friday morning, recitation from 08-10 am. The policy is for all lecturers and employees to sit in the room following the recitation. No one was working at that time. In these activities we insert messages about our vision and mission. We continue to motivate and inflame sincere work and the power of Allah SWT. If in the future we get more budget, it is not impossible that it will affect the welfare of lecturers and employees as well.

Management and leadership are very important. We must have the tools to control. In this pandemic condition, students are also having a hard time, if they want to complain to whom? We try to balance the rights and obligations. That’s what we do every week, by spiritually motivating lecturers and students. We prioritize mutual cooperation, harmony, good cooperation, then we will be blessed and blessed by Allah SWT.

Komunita: What are the benefits of government policies related to relaxation and funding for higher education?

Dr. H. Asep Effendi: If we talk about private sector, we still depend on tuition fees. But let’s see that the adequacy of the funding figure is far from the quality standard (excluding the quality of BAN PT), because it is a down grade. To reduce this gap, university leaders and foundations must work hard. How to keep learning quality with the finances we have? PTS is looking for students, raising money, managing, teaching, with the same quality as the country. This is not light work. That’s why the leaders of PTS are great people. As long as his leadership is guaranteed sustainability, quality is focused.

We hope that there will no longer be such higher education (PTN – PTS) dichotomy. The law on teachers and lecturers is the same, the certification of lecturers is the same, the required educational standards are the same. The difference is that it was established by the government and the private sector. Why is the priority scale for PTN? We don’t have any competition at PTN. Should the facilities be like PTN? Buildings are given by the government; salaries are also from the government. Why are PTN and PTS always different, with the current atmosphere, everyone is experiencing a pandemic. Universities have their own homework; the target is the same. This country must be supported by the same quality human resources. PTS are given the opportunity to expand their business and so on, what all private universities cannot do. So there are 3 segments of higher education: 1) official higher education, 2) corporate backed up higher education, 3) Independent higher education.

We ourselves set up business units to support and maximize the tuition fee efforts. It should be more focused on government policies on governance that are adopted equally, so here there is a disbursement of funds that must go to private universities. Because PTS also have to live. How can accreditation be good (score 9) if the capital is not enough. In college governance, we still consider that the pandemic is our stepping stone. But here there is hard work on how to cultivate the existing potential, the existing advantages, in order to be competitive.

Komunita: What is your commitment, hope and message to all?

Dr. H. Asep Effendi: Our commitment is not to complain about the existing conditions (complaining has no value). Our hope is not to think about when it will be finished, but to think about what to do. Our recipes are productive, innovative, creative. An internal message for us, this pandemic is a test from Allah SWT for us to come to be winners. There is a slogan for us, we are not followers, but the Winners. That’s what I keep emphasizing. For PT’s friends, we have a big homework to do, graduate quality students as future generations of the nation and produce the best graduates. For the State, from now on, the position of PTN and PTS is equal, both in the corridor of assistance and policies. We are all obedient and submissive to the State, it’s just a matter of how the facilities obtained by PTS to produce quality human resources are commensurate with PTN. There is no dichotomy between PTN and PTS because everything has been equated in laws, rules and other provisions. (Rewrite & Interview: Lili Irahali; Audio to Transcript: Intan Liswandini)

Dr. Cahyat Rohyana, SE., MM.

Chairman of the Bhakti Pos Indonesia Education Foundation (YPBPI)

Komunita: The problem with higher education is quality. It’s been more than 1.5 years since a pandemic has forced online learning. How to respond it?

Dr. Cahyat Rohyana, S.E., M.M: The pandemic has taken us by surprise. Anyone does not deny that the pandemic is a visible challenge that touches all aspects of education.

The Bhakti Pos Indonesia Foundation organizes two educational institutions. The Indonesian Logistics College is more academic, and another Pos Indonesia Polytechnic was established in 2009. Meanwhile, the Indonesian Logistics College is only 6 years old. Our students come from many regions throughout Indonesia. This pandemic forces them to return to their respective areas, but have to go to college and continue to study.

Alhamdulillah, our infrastructure with IT support helps online teaching and learning activities, even though we make learning programs that are certainly different. Many of our students come from the area and return to their area. One of the obstacles is the internet network which is of poor quality, not the same in every region. Also power outages in the area, and other technical matters. The other side is internet quota. Not all students have enough quota and can afford to buy the quota. The quota assistance from the Ministry is sufficient to help students study online or continue their studies.

We always think creatively and never give up, while increasing our immunity as an institution. Three things to pay attention to: First, continuing to study is a formidable challenge. Several layers of the family are usually normal economic conditions, now there are many declines. The dilemma between maintaining health protocols and maintaining life. Second, the ability of educational resources to decline is affected. SPP is one of the problems? We do relaxation for SPP obligations. Third, the quality of learning. How to guarantee the quality of offline or offline compared to online or online remains the same? We as the organizing body are always proactive in managing education, Poltekpos and Stimlog during this pandemic.

Screenshot 2021-06-21 14-54-29

Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T –

Director of the Indonesian Postal Polytechnic: Pandemic period that pays the most attention to changes in learning culture. Get used to face-to-face to be brave with an unplanned system due to the Covid-19 disaster. We try to synchronize between face-to-face and virtual.

Institutionally, learning management has become a digital application. The problem is that students have not been able to follow 100%, because there are areas that are not covered by the signal. Then the issue of quotas or assistance from the Ministry. Initially we used WA groups. After subsidizing the quota, the learning process uses Zoom meetings. However, students have not been able to follow 100%. Then we develop other relevant lessons, connecting Youtube with cross-interest material through webinars or virtual learning. Furthermore, the materials are stored in Google Meet, Google DOC and Google classroom. Through these learning models we assign assignments and educate students. These efforts support learning to be carried out anytime, anywhere. Students do not have to come directly to campus. Face-to-face is done when practicum in the laboratory such as cutting wires, cutting metal or scissors. However, we carry out offline learning in the form of hybrid learning, such as work practices, projects, and internships. Those are the challenges that we feel, as well as to promote independent learning campuses.

We are in this pandemic condition; it does not reduce the quality of learning materials received by students like the previous model. In understanding the content, as well as encouraging them to continue to believe in the bold model, it does not reduce the quality of incomplete scholars. Without reducing the competence of each student in accordance with the competence of the study program. Even the advantages of online learning are group assignments where the group prepares to study independently. Independent study according to the given lesson plan. Each student has the task of recording assignments from various sources into short videos uploaded on Youtube. They are more creative and don’t know how to open the internet. Learning also increases the competence of digital media. I think this will be an educational model for the future of hybrid learning. Online contains a lot of material that can increase their knowledge from various sources and countries.

Positive thing, online learning builds independent and more competent students. This actually adds softskills to the world of work. We affirm that the pandemic positively certainly makes the education process quality. That is an innovation effort in responding to the relevance of the world of education during the pandemic

Rachmawati Wangsaputra, Ph.D., – Head of STIMLOG: The pandemic does have an impact on degradation but also opportunities for change. At first we were surprised. However, after starting, the lecturer adapts to improve the quality of soft skills, which even exceeds expectations. For example, trained to learn efficiently and effectively. But to be honest, because it’s so easy to have a meeting in just 2 minutes, we can change the meeting without going to the place. Immediately change some habits, such as checking the final project first, it must be hardcopy and continuous, there is a common thread, and it must be able to do it by email and by whatsapp as well as by telegram.

Indeed, face-to-face with virtual face-to-face is very different because something is missing, such as direct education of students’ morals. Disciplined, undisciplined, or not late or on time. It must be adapted to the online learning model. For example, if it is more than 9 o’clock, you are not allowed to take lessons. It used to be difficult to use softcopy, now I’m used to it. Finally found the forms or syllabus of the material such as links to learning resources and others. In class students become more active and it turns out that they learn better too. With online lecturers happy, it turns out that there are so many things that can be used to improve student skills. However, one thing that must be learned continuously is how to educate students’ honesty through online learning models. I notice students who are sleepy or interested. As lecturers, how can they be active in class even though they are online. Now it’s starting to decrease and from the challenge side again, collaboration is the key.

We take advantage of collaboration, if the class has collaboration, it must attract students. Take advantage of collaboration with other alliances or LSPs. The point is to give the best for students. We plan for hybrid learning, but the efficient and effective conditions must be maintained and efficiency must be achieved. Before the lesson we had prepared and actually did it. Very much take advantage of resources in cyberspace that enrich learning.

Komunita: Is the pandemic a new equilibrium for universities?

Dr. Cahyat Rohyana, S.E., M.M: I emphatically say yes. Nations that are more organized or developed countries are already like that, one step or two ahead of us. There are several professions and jobs missing. The pandemic must be addressed. The keyword is “shifting behavior”. The pandemic is not a barrier, but the “opportunity” and momentum to foster initiatives that are able to solve various problems in this time of crisis. So, of course, encouraging higher education institutions to be innovative in the creative, flexible and tenacious learning process, by utilizing knowledge and technology as “enablers” and “transformers”, without reducing the quality of learning and the quality of graduates that we carry together. Because, the end of education still has to produce human resources / graduate students who are able to continue to develop in line with the dynamics of the business and industrial world facing Industry 4.0.

Although there are weaknesses here and there will be a new learning model in the future. During a pandemic, maybe a new digitalization process like this? There are many positive things that can be developed in order to create a learning model that can certainly answer the next century, strengthened by digital technology and other technologies. This means that we, both public and private universities, can still demonstrate the quality of the implementation and management of good learning.

Komunita The pandemic has an impact on “loss generation”, and a demographic bonus? Can PTS synergy help?

Dr. Cahyat Rohyana, S.E., M.M: What I mean by lost generation is that the Indonesian nation is unable to compete with other nations. Wouldn’t there be a lost generation like that? Our nation is a nation that is tough and capable of fighting, adapting to new gadgets and habits. Several things have been done in the world of education, such as the government helping the needs of the community, also in terms of technology, infrastructures are starting to be good, as well as great young entrepreneurs who must be able to eliminate the stigma of the lost generation.

Now the government encourages college students to study at other public or private universities or vice versa. This is one of the Ministry’s efforts to encourage synergy between the organizing body or universities so that we can send students to each other. Maybe there is learning atmosphere, there is learning biology or geography. This is one of the learning models. We really have to develop students’ multidisciplinary mastery in improving future solutions. It is not enough that logistics science invites logistics science, it could be with other sciences. It is better to work together to collaborate on curriculum adjustments. For example, Pos Indonesia Polytechnic studied at Widyatama for accounting and management.

The hallmark of our education is supply chain management. However, we are thinking about other factors, what the future should look like from the economic, political and social aspects. Do not let existing products become obsolete. We do a review of what digitization is headed for. Underlining the message of the President Director of Pos Indonesia (Persero) – Faizal Rochmad Djoemadi, that digital transformation is mandatory. Presence is changed to digitization for employees. Likewise, learning is done online, which we check online.

Another program that we do is post learning course. Pos Indonesia has branches throughout Indonesia, students can do internships in companies that collaborate with Pos Indonesia Polytechnics throughout Indonesia and be credited for lectures. We need to synergize to form alliances in order to improve student competencies so that the demographic bonus becomes a reality as expected in the economic field, social order or the world of work. The point is that we must remain optimistic. It is our obligation to answer all challenges in order to educate students to compete in the world of work, even from abroad or within the country. Once again this is our obligation as education providers and educators.

Komunita: How is the Pos Indonesia Polytechnic learning model developed, so that the competencies of students or graduates link & match with the industrial and business world.

Dr. Cahyat Rohyana, S.E., M.M: Like in Japan, there are times when a CEO or director becomes the Chancellor of a university or a Chancellor or dean becomes the CEO of a large company. This means that he can theory as well as practice. We encourage the strengthening of skills or skills. Vocational depends on the level of education of students, skills can support or balance. Say students are equipped with business ethics, soft skills are needed to strengthen students to enter the workplace. High GPA but does not guarantee use in the workplace. For those who are academically directed to be managerial. For example, if you are a leader in a company, you must know the technical and corporate knowledge. In terms of knowledge, there must be, regarding the effectiveness of the learning model, we communicate with users in the world of work. We discussed with other corporate associations who became users. What are our students lacking? What guidance do you need going forward? Guidance from the industry itself, from universities, and others. We try to do everything completely.

Komunita: Hopes and messages to fellow colleagues, government and universities.

Dr. Cahyat Rohyana, S.E., M.M: We are faced with a condition of Adaptation to New Habits, and thank God the world of education has passed the transition period. Message for education staff and others with Adaptation of New Habits, Industry 4.0 and us becoming immigrants in the millennial world. Whatever student activities and institutional development, millennials are still the hosts. Not following along but with the right reasons and research. The key word is let’s adapt wisely and wisely.

For the government, we welcome the government’s efforts to maintain the quality of education by providing relaxation and prudence in responding to field conditions. Another hope is that the government will continue to monitor what is needed, such as internet quotas, network availability so that virtual contact runs well. Also clarity about link and match needs to be realized further. So our preparation is more stable and more confident to apply it. Education is a mandate that becomes the practice of jariyah. If we work together as social developers who contribute in the field of higher education and educate the nation’s children. The next step is to complement each other between universities in implementing independent campuses, independent learning.

The pandemic period has encouraged us to find positive things that we can develop in order to continue to improve the quality and governance of education with effective and efficient productive learning methods. So that it continues to produce a good educational process, producing outstanding graduates for Indonesia (Rewrite & Interview: Lili Irahali; Audio to Transcript: Yanda Ramadana)

Dr. H. Sugiyanto, M.Sc.

Vice Rector for Student and Alumni Academic Affairs – IKOPIN

Komunita: Facing the Covid-19 Pandemic which has almost 2 years of problematic PTS – which relies on self-financing and the number of students – what is it like?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: We were shocked by the circumstances at the start of the Pandemic. We utilize impromptu information technology to prepare online lectures, then prepare a blended learning system. We are working with UT and IBM to find an effective learning system.

During the Covid-19 Pandemic, which was limited by the first health protocol, we couldn’t help but put all learning and administration online using existing technology. At first, using Zoom Meeting which lasted only 40 minutes, the problem was extraordinary. Second, our readiness from the Institute side and the student side is related to the availability of networks and internet quotas that are burdensome for students. In terms of the Institute, we have to increase investment in online technology, but it is outside our RKA budget. Then from the lecturer’s readiness side, the lecturer was surprised by this application. Online learning materials must be prepared and delivered in a different way, because at that time they used materials for face-to-face classes. The obstacles are extraordinary. Lecturers get bored quickly while students become unenthusiastic.

Another problem, of course, is the economic side, many parents of students may be lacking in material terms, and their income is reduced. Consequences on SPP. We experienced nearly 400 students complaining. We take certain actions and policies that are very problematic at the beginning.

Komunita: What are the facts about the new adaptation related to infrastructure, readiness of lecturers and student readiness and relaxation of the financial side?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: First, regarding the quota at that time, we adopted a subsidy policy with a different amount each month per undergraduate and postgraduate student, then related to tuition fees, following the abilities of their parents. In infrastructure we invest in many things such as servers, create our own LMS. With the permission of the Rector, we made the decision that LMS must be created by ourselves. Alhamdulillah it went well and the consequences were good. If we are challenged by blended learning and online, why not dare. Efficiency occurs here and there and is offset by the cost of this fairly routine server, and a fairly large zoom connection rental. In that regard, we hold training for lecturers and employees here. As a result, we were able to connect with SPADA set by DIKTI, and the data that had to be uploaded to the DIKTI page was made easier. Including SPMI, we use LMS to evaluate several activities, especially those related to the teaching and learning process. Our efforts to improve this situation are first, so as not to be

Komunita: What extent do lecturers master the content with a learning model using technology, and it is easily absorbed by students?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: We encourage lecturers to prepare themselves so that their teaching and learning methods are adapted to the online system. We are strict on the use of RPS (study lesson plans) and always refer to RPS. Then we encourage lecturers to teach more creatively. Indeed, through this model, several students with the same answer were found. Regarding the material, using materials from the media, which can be on YouTube, papers and journals, our students direct them there. It is even used as a student assignment for a summary and the link must be included. These are efforts to provide reinforcement for learning.

Komunita: Can the current learning model encourage student independence to be stronger, including character development?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: This is a tough job. The use of technology with a relatively new learning system, as well as learning conditions must be online, due to pandemic reasons, as well as affecting economic conditions, of course, caused a lot of complaints. However, we still encourage students to study independently. Part of the character of today’s students, the term is struggle. This is indeed not easy with the old way of communication.

Our steps at the beginning of the lecture are always to awaken and invite all lecturers, so that in terms of teaching, it is not just conveying material. Likewise, in conditions like this, we have to make students aware that they will get optimal benefits if we understand properly using information technology, but with one condition, namely honesty. Sample exams (UAS) must be carried out to educate students to be honest by maximizing the online system as well as learning independence for students. This we are trying. For the formation of student character, we develop cooperative values ​​and principles for students. Studying at IKOPIN cooperative values ​​are the values ​​of togetherness, honesty, self-help, empathy for the community. This is what we always tell students.

Komunita: Is there a change in the assessment method, which in principle has the same value, and the objectivity of quality learning outcomes?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: Indeed, we don’t just rely on exams, usually the exams are the same thing, students may also be able to work together, especially those who are close. But we can’t guess like that. Then the proportions of the assessment must be clear. For example, 30% UTS exams, 40% UAS exams, of which 30% are assignments, maybe we should change this proportion. Assignments must be added and included in the LMS assignment, and the value is considered, so they are accustomed to writing and including references and bibliography as assigned assignments. That’s what we have to build. Including students who are writing a thesis or final project. Whether for undergraduate and postgraduate students including D3 starting last year with the pandemic condition, we also use similarity. It is learning for students, utilizing data with secondary data and writing must be written by yourself. That’s our effort to respond to the impact of the pandemic.

Komunita: Is there any change in the composition of lecture attendance?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: We keep adjusting at least 80%. We see from the results of the SPMI report, it turns out that the attendance of our students has increased higher, including the presence of lecturers is also higher. It turns out that in this condition it is more effective, maybe because it is at home. This is the positive impact. Especially for guidance, lecturers must find the right method for students. Because digital models via zoom meeting were not effective. We have prepared a zoom for each lecturer, and it turns out that lecturers must have other alternatives, so that the final project guidance is more effective. It is true that the lecturer should provide more time for this guidance.

Komunita: The undergraduate level must have a strong theoretical foundation, if Master is more Applied, this will certainly affect the online learning model.

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: In fact, the proportion that is practical in this condition does seem to be slightly reduced, especially for undergraduates who have to understand theory, that concept is a must. Because of this condition, we emphasize to lecturers to divide the proportion of lecture time. If it’s 3 credits, it’s extraordinarily boring. For example, the first half hour is to deepen the theory and concepts, then the rest are specific cases and when it is enough we will show you the journals to strengthen the theory. Likewise, Master students are also strengthened with the same thing and are more practical. We also prepare such as writing cases/case studies. Keep our theory conveyed and prepare ourselves to think logically, look for problems and solve problems.

Komunita: What extent has the impact of this pandemic degraded the learning process and stigmatized graduates?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: In order to avoid the term degradation and stigma of LC (Covid Graduates) or Covid pandemic alumni. Of course we have to think together. However, I remain optimistic as long as all parties have the same commitment, so from the beginning we build and agree on the lecturer’s commitment to continue teaching to his students optimally, and we also realize that students do not have to study in class, this must be true. -really works. There must be a commitment from the two parties above to the learning outcomes. This has to happen and I’m sure there won’t be a relegation term, in fact I catch the opposite. Why? Initially they were not ready to go online, now students and lecturers are required to be literate in this online technology, young and old alike, must take advantage of this LMS from a to z, grades must be included, corrections must also be included. This will become habitual habit and students will no longer be ignorant and others. If from the material side, there are many things that are not conveyed, maybe because of boredom or something else. But if the RPS is clear, the target is clear, every meeting is clear, I’m sure it won’t be relegated for that. Plus, the commitment of lecturers, students and parents also play a role in it.

Unless one of the above is not committed, it may be relegated. Students sometimes online zoom is not visible / off camera; this is what we usually admonish the students one by one. I hope that online learning students can be seen by their parents. I am currently proposing SPMI to study at home, which involves parental control. According to parents, what kind of children are judged to learn and approximately there are parents who follow their children to learn.

Komunita: What is your perspective on graduates during the Pandemic?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: Revolution 4.0, among others, requires graduates to master information technology, better communication, and collaboration skills. Therefore, there are several things during this pandemic that encourage us to be more confident that online learning in this pandemic condition encourages children to master information technology. Because they are used to it, who initially did not prepare a laptop, now prepare. If you only rely on smartphones, it turns out that during the exam many people complain. At least have a laptop to be a handle for each other’s learning. Then we balance it by having a Certificate of Companion Diploma (SKPI) which they followed before graduating. For example, TOEFL, pass international certificates, Accurate Certificates and Taxes, etc. At least the supporting certificates such as PKM and Student Creativity Program, and others. We are optimistic as long as we are consistent.

Komunita: In 2030-2045 we face a demographic bonus, where there are more higher education, will the pandemic condition not turn into a demographic disaster?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: One of them we prepare it. Therefore, we are preparing other things, such as the government’s appeal, that the graduates approach towards entrepreneurship. The vision and mission of the IKOPIN Foundation were adjusted and others, including the university statutes, were also changed. We hope to get permission to become a University. The existing study programs are Social Sciences, but it must also be approached with technology science, data must be assessed and we use it. Likewise, intelligent knowledge must be utilized. This is a great investment for our institution. We have prepared graduates who are able to solve social problems with technology, knowledge and also a business approach. That should be done because that is where we can actually accommodate workers, seek added value, prosper the community, by providing goods and services, input and output can rotate. We assure all parties, especially lecturers and students. In time, hopefully there will be no lost generation, a demographic disaster.

Komunita: From your description above, it seems that the pandemic has accelerated the new balance of higher education, is that true?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: It’s true that the current conditions can be an interesting consideration. We need to find this balance, so the effort must have commitment from all parties, we must change. From all sides, the perception is equal so that each party has the same understanding, the management (foundation), lecturers, students and alumni. Curriculum improvements, changes in the vision and mission of the institution also invite alumni, and the government to provide input to our educational institutions. And we hope that the government has a stronger commitment, such as the Ministry of Education and Culture, as well as the Ministry of Cooperatives and SMEs, especially policies in developing cooperatives, must be a concern.

Such as the people’s economy and the small and medium economy need to be considered and brought forward again. Like the cattle breeders in Lembang or in Pangalengan, they can last for decades because of the cooperation. Then from the MBKM side (Development of the Independent Learning Curriculum-Independent Campus), we as PTS have started. Academic implementation of MBKM must run, and the steps that have been taken are to change the curriculum that is already running and has been communicated to all study programs. MBKM learning has been implemented in our universities. In fact, there have been many collaborations with cooperatives, both small and large. Also many cooperatives come to campus to ask for guidance. Field Practice courses are applied, identical to KKN when in other campuses. Our field practice in the Cooperative has only been for 2 months, and only 2 credits. With the development of the Merdeka Learning-Independence Campus curriculum, we applied it to 20 credits for Field Practice, with a change of name to Internship or Job Training. We also have a Business Incubator Center; we direct these entrepreneurship students there. If the Entrepreneurship Practice runs for 1 semester, it can become 20 credits (equivalent to 1 semester), then through cooperative practice, students must become members of the cooperative or cooperative management. This will bring up a new entrepreneurial and entrepreneurial spirit. This is the new balance we are aiming for.

Komunita: How is the relaxation policy during the pandemic given by the government?

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: This is interesting sir, we thank the government. At the beginning of the pandemic, the government had helped student, lecturer study quotas and added KIP (Bidik Misi). Indeed, at the beginning of the pandemic, students had difficulty with Internet quotas and we had to cover the cost even though it was not enough. We hope that the next recipient of this assistance should not only be students. But PTS itself as the culprit should also be taken into account.

PTS organizes education means helping government programs. Higher education is mostly private, comes from public funds to organize it. The Government should also provide Education Assistance funds such as (BOS). However, what is given is actually things that make it difficult, for example for grants, research funds, because the private sector accreditation requirements are quite heavy. This should be obtained through the mechanism of the coach. We don’t demand more. For example, so that private universities are treated the same and it is easier to pursue achievements, it is enough to look at the number of lecturers. For example, 10 teams of lecturers get research to improve PTS performance. In fact, the government regulations are very high. PTS are prosecuted with burdensome rules from the government, while there is no financial support for the PTS. We really feel that sometimes we follow the rules, but suddenly they want to change again. This becomes an obstacle for PTS. We believe the accreditation requirements will lead to MBKM. Whereas MBKM also requires a special thought and cost, planning. We prepare special management to handle this.

Komunita: Hopes and Messages as the manager of Higher Education to the Organizing Committee, the Government of fellow PTS, as well as Lecturers and Students.

Dr. Sugiyanto, M.Sc.: It is hoped that optimal learning, learning outcomes and graduates will have maximum competence. This can be achieved with a shared commitment, namely us as administrators, lecturers, students and parents of students. We often discuss with the Organizing Body, so that there is a higher synergy regarding the management of higher education. To the Government, we expect fair treatment for PTS. Between the PTS classes that are the reference, it may need a certain tolerance, such as in research and grants. This means that PTS are given the opportunity first. Also, government policies should not change too quickly, we are having a hard time keeping up with them. For example, the same treatment between PTN and PTS.

Then fellow universities strengthen cooperation. For the Independent Learning Program, PTS cooperates with each other, including research, community service. We ourselves have collaborated with IPMI Jakarta, a management school that specializes in large capital companies, but the courses that are practiced to balance the competence of students, they do an internship in the Cooperative for up to 6 months. We also visited Widyatama to study accounting. This collaboration among universities must continue to be developed, such as joint research and CSR.

To parents of students in pandemic conditions like this, parental assistance is very valuable, especially to supervise their sons studying at home. Parents must understand their son’s class schedule, so that they can help remind them of lectures. For lecturers and students, we hope to be fully aware of this noble task, as a charity of worship. We emphasize that this practice is a shared commitment for students. For students, we give confidence that students will become leaders who need to prepare themselves, and show achievements. (Rewrite & Interview: Lili Irahali; Audio to Transcript: Yanda Ramadana)

THE CARE FOR THE QUALITY OF HIGHER EDUCATION IN THE MIDDLE OF THE COVID-19 PANDEMIC

0

.

THE CARE FOR THE QUALITY OF HIGHER EDUCATION

IN THE MIDDLE OF THE COVID-19 PANDEMIC

.

  The Covid-19 pandemic has resulted in the temporary physical closure of 4,586 campuses throughout Indonesia, around 8,848,816 students, and 295,219 lecturers have been affected by the Covid-19 pandemic, policy makers and universities are faced with unprecedented challenges. Such as how to reduce learning loss, how to implement online learning, how to safely reopen education and how to ensure underrepresented, vulnerable and disadvantaged students are not left behind.

  Higher education and campuses are actually places where students live and study close to each other. The campus is also a cultural center where students gather from various parts of Indonesia. However, now the foundation of this unique ecosystem has been significantly affected by the rapid spread of the coronavirus (Covid-19) outbreak, and has created uncertainty about its implications for higher education.

For almost the last 1.5 years, higher education has been forced to cancel face-to-face classes and close campus doors which are difficult to predict when they will end. Face-to-face learning on campus is being shifted to online learning, and students are encouraged to return home or at home to complete their studies. The real Covid-19 pandemic has resulted in a long-term disruption to the higher education system.

  Listening to the speech of Ugandan President, Kaguta Museveni that: “The world is currently at war. War without guns and bullets. ….. War without limits. …… The soldiers in this war are merciless. It doesn’t have a shred of humanity. Indiscriminately – it doesn’t matter whether children, women, or places of worship are attacked. ……. This is an invisible, fast, and highly effective army. The only agenda is the harvest of death. Only full after turning the world into one great death land. Its capacity to achieve its goals is unquestionable. ….. It has bases in almost every country in the world. Its movements are not governed by any conventions or war protocols. In short, it is a law unto itself. It is the Coronavirus. Also known as Covid-19.

Thankfully, these troops have weaknesses and can be defeated. It only requires our collective action, discipline and patience. Covid-19 cannot survive social and physical distancing. It only develops when you challenge it. …… But gave up in the face of collective social and physical distancing. …. Helpless when you take your destiny in your own hands by keeping it clean as often as possible. This is not the time to cry about bread and butter…. The Bible tells us that man will not live by bread alone (but by every Word of God). ….. Let’s flatten the Covid-19 curve. Let’s practice patience. Let’s be our brother’s keeper. ……”

  Indonesia has made various efforts and policies, including: the formation of task forces and task forces, implementation of health protocols, Covid-19 vaccination, PSBB, Emergency PPKM, PPKM levels 1 to 4 which are still being extended until this writing is compiled. All activities are restricted, including education which is an essential sector in educating the human resources of Indonesia’s young generation as an investment for the future. That’s the situation we’re in. Conditions that certainly encourage education to have new toughness and balance, because the demands of education must continue even with restrictions on health protocols.

Higher education institutions, such as universities and organizing commitee (Foundations) are indeed facing difficult times, due to the pandemic that cannot be controlled. This situation has been going on for almost 2 years, and there is no indication that it will end. Therefore, after all, the adaptation and resilience of universities must be developed by each higher education institution in response to the Covid-19 pandemic.

The views and research of Dr. Gleb Tsipursky can be important as a reinforcement for universities to carry out “self-transformation” in implementing quality higher education services during this Pandemic. As an illustration of the reality, we met several leaders of higher education organizers and managers – foundations and universities. Their perspective and attitude are seen as the front line of higher education in educating quality human resources during this pandemic.

Very encouraging, there is optimism, adaptability, creativity and innovation without stopping in their thoughts and steps to maintain the quality of learning and higher education. Indeed, at the beginning of the Pandemic, most of the higher education institutions experienced shocks in the midst of such a sudden event, but they are trying to get up.

Mangadar Situmorang, Ph.D. – – The Rector of Unpar (Community, ed.27) said the beginning of the Covid-19 pandemic “forced” PT to accelerate digital technology (social meetings, learning videos, digital presentations). However, it should be noted that explaining a concept virtually, in terms of lectures, there are still many shortcomings in terms of the effectiveness of receiving material. There are some limitations of lecturers, in delivering incomplete material, psychological burden and uncomfortable social relations between lecturers and students. Several other factors regarding character education cannot be done. How to make an assessment in character development? When we make an evaluation or assessment through the Mid-Semester Examination (UTS), because it is done virtually, the lecturer does not supervise and does not check again.

All were left independently to students so that there were the same test results for several students (cheating). The student was given an E grade (did not pass one course) and failed one semester. It has to do with character development. But then, is it appropriate to give such punishment to students? When in the process itself there is no supervision from the lecturer, there is no instrument of supervision. Although they must be honest and have integrity in social relations. But when social relations don’t take place, isn’t that foolishness? On the one hand, we want them to be honest and have integrity, but on the other hand, we sometimes invite them to collaborate with their friends if there are things that they don’t understand.

The instruments are not yet ready, which can ensure the desired character education can run well. It is not only a matter of infrastructure that must be prepared, what is more important is an assessment both in terms of knowledge and character, as well as social relations.

From the social side, friends make research that leads to discovery even though it is not a new discovery. This further emphasizes that the community has the potential for what we call a capital culture to care for each other during a pandemic, because there are many layoffs, the economy stops. Our society spontaneously, culturally raises funds, aids and so on.

These researches were carried out as socio-cultural capital to maintain economic tolerance, helping from the marketing side. The Faculty of Economics provides assistance in creating an application to support their business. Regarding legal compliance or legal compliance or legal injury due to layoffs or because of normal contracts, suddenly a pandemic (including force majeure).

  Ir. A. Harits Nu’man, M.T., Ph.D., IPM. – Vice Rector I Unisba (Community, ed.27) views the Covid-19 pandemic and in the future requires an adequate digital transformation model (online learning) in terms of methods and quality of learning. In terms of online learning, universities and lecturers are actually required to innovate learning, changing learning methods that are more student-centered. Lecturers as motivators and prepare innovative teaching materials to be easily understood by students. While higher education prepares resources to support the learning process. Through this transformation, lecturers carry out synchronous learning (face-to-face in cyberspace/virtual) and also a-syncronous where students can study anytime and anywhere within a predetermined time period by fulfilling the elements of modules, forums, quizzes and assignments according to the requirements. Learning Plans that have been determined to meet the standards of Graduate Learning Outcomes.

Indeed, in 2020 before Covid-19 we had prepared an online system. The Information Systems and Management/SIM Unit at that time utilized the DIKTI Grant to develop. Online teaching began in 2017, online socialization in 2018, then strengthened by the Decree of the Foundation and the Rectorate as the regulation. Meanwhile, the Foundation fully supports strengthening infrastructure and human resources. However, this requires a process, and there is high retention, because many lecturers still prefer face-to-face rather than virtual. Because the Covid-19 pandemic is a force majore, we provide compensation to students and teaching lecturers. We compensate with the cost of pulses, electricity costs and others.

From the aspect of content and lecturer readiness. We mapped lecturers into 3 clusters, namely: Millennial Cluster, Semi Cluster, and Elderly Cluster. The problem is the burden on elderly educators. That’s why we made the transplant accompanied by young lecturers in preparing the material so that it can be implemented into the system. We continue to prepare this Human Capability with modules, forums, quizzes, and assignments. The four components refer to the RPS and the tasks that must be fulfilled are the obligation to perfect the Semester Learning Plan (RPS). Now, what is in the middle becomes leverage, and team teaching is formed by sharing materials and togetherness well.

Indeed, with the application of online learning, there are many dynamics that occur. From the lecturer’s side, there is unpreparedness, and the lecturer’s worries are replaced by technology. Changing this mindset is very difficult and requires a persuasive approach, it must also be continuous and gradual.

There are also some teaching conditions that are really difficult with online teaching. For example, the medical study program is the most difficult and requires feeling and touch that cannot be replaced by a cadaver with a statue. When face-to-face lectures require the application of health protocols, swabs, etc. which have implications for costs. We combine online and offline, and we also recommend swabs to lecturers and employees for free.

The wisdom of the Covid-19 pandemic, we are forced to always be literate, besides that our information system is tested with blended online teaching with face to face. In conclusion, technological developments from cultural products, accelerated by this pandemic, we as educators should always respond maturely, and deal with it with positive steps and teach it to students.

   Prof.Ir. Meilinda Nurbanasari, M.T., Ph. D – The Rector of ITENAS (Komunita, ed.27) stated that apart from the pandemic, Digital Transformation is a necessity. It’s not just a trend that’s happening because of the pandemic. Higher education must accommodate to be 100% implement like this. We are only running 60% due to fixes and changes. In terms of infrastructure, we bought a new server at a fairly expensive price, because during premium hours, lecturers (the highest hour of student activity) must simultaneously be able to log in to 2,000 students at the same time without server problems. We are continuously improving our large capacity server system. While in its implementation, lecturers and teaching staff are very empathetic to students, and vice versa because of limited quotas or other constraints on the Online Learning model. Indeed, the campus must improve the quality of online and interactive between lecturers and students.

  In addition to the learning process, it is not easy to educate students. We see online learning is 247, 24 hours a day 7 hours a week. This means that lecturers can access or assign assignments at any time, and students can access and ask questions at any time. But in fact not used to it like that. Virtual are more for asking questions (asynchronous), but what happens is synchronous, the schedule is offline but now online. Meanwhile, we implement such a system, the method is online but in the way of thinking it is still like offline, teaching only in front of a notebook with “virtual” faces.

  Indeed, educating lecturers and students needs to be gradual, while at the same time fixing the obstacles. Since the Covid-19 pandemic we have been providing online services, such as ordering books via online, and sending them to the student’s residential address. All lecturers must upload material in the Moodle application. If there is a link via youtube, another application must be included. This effort is expected that students read the material from the lecturer first. So when learning online (face to face) students have an initial picture of the course material.

Finally, all student service systems were made Management Information Systems, and to make it easier for final year students who were doing their thesis by facilitating access to learning, the session was also online, right. With the sudden change, we initially used the existing system. With this process, students must self-attend manually. When the online system is integrated with the higher education everything is smoother and more ready.

.

1.5 years of Pandemic Time

  The Covid-19 pandemic has been running for almost 1.5 years and has drained energy, eroded and degraded what universities have achieved, and changed social habits due to social distancing and lockdowns. So that digital becomes a public space that connects us with society. In this span of time, the perspective and behavior of higher education managers has grown in response to this pandemic. The pandemic that has not yet clearly ended has become the trigger and booster for “resileince” and “equilibrium” for higher education. The quality of response and adaptability to the Covid-19 pandemic should be able to improve, especially as a qualified professional. Higher education institutions should be able to adapt and plan better. As encouraged by Dr. Gleb Tsipursky in his book as mentioned.

  In response to this Dr. Cahyat Rohyana, S.E., M.M – Chairman of the Bhakti Pos Indonesia/YPBPI Education Foundation emphasized that the key word is “shifting behavior”. The pandemic is not a barrier, but the “opportunity” and momentum to foster initiatives that are able to solve various problems in this time of crisis. So, of course, encouraging higher education institutions to be innovative in the creative, flexible and tenacious learning process, by utilizing knowledge and technology as “enablers” and “transformers”, without reducing the quality of learning and the quality of graduates that we carry together. Because the end of education still has to produce human resources / graduate students who are able to continue to develop in line with the dynamics of the business and industrial world facing Industry 4.0.

Although there are weaknesses here and there will be a new learning model in the future. During a pandemic, maybe a new digitalization process like this. However, it turns out that there are positive things that can be developed in order to create a learning model which of course usually answers the next century which is strengthened by digital technology and other technology technologies. This means that we in public and private universities must be able to demonstrate good management and quality.

  In the same view, Dr. H. Asep Effendi, SE., M.Sc., PIA., CFrA., CRBC – The Rector of Sangga Buana University (USB) mentioned two main things in responding to the Covid-19 pandemic.

First, educational normative should have started to redesign how the system of assessment and assessment of success. In terms of the learning system, I think we are already in 2 (two) years or the second year. Initially, it was the same as other universities, experiencing a severe shock, when the lecturer changed learning from conventional to having to switch to an IT system or become an online lecture. It is not easy to teach new things, especially because of the relatively old age factor (our lecturers need their knowledge and experience). It’s a homework in itself. However, we are sure that during the Covid-19 pandemic and conventional learning, there are different methods, but the spirit is the same, such as educating students according to their competence and educating them. If the spirit is the same, want to run wherever the initial goal will be achieved.

Second, about governance. Higher education governance in the pandemic era includes 6 points of extraordinary change. Therefore, management and leadership are very important. We must have the tools to control. In this pandemic condition, students are also having a hard time, if they want to complain to whom? That’s what we do every week, by spiritually motivating lecturers and students. The seriousness of the leadership is to maintain the target of the quality of human resources in the future, therefore the government also has a stake in policy, more policies that provide freedom. Well, that’s where the freedom that universities can use to be competitive and adventurous, including the vision of entrepreneurs. That’s the mindset that must be developed in a situation like today.

Meanwhile, Dr. H. Sugiyanto, M.Sc.- Vice Rector for Academics, Student Affairs and Alumni IKOPIN (Indonesian Cooperative Management Institute) – Jatinangor stated that at the beginning of the Pandemic, higher education and universities were essential in maintaining the teaching and learning process that forced online learning. Even though most of the learning is still face-to-face. However, with the spirit of being perpendicular to the main goal of higher education, such as educating students, and future generations, he remains optimistic that the pandemic wave must be overcome with a positive attitude, and make adjustments and changes through creativity, innovation and cooperation.

We take the attitude that the challenges of the Pandemic are the triggers, and the drivers that awaken us to change. The key word is creative and proactive in dealing with the changes brought about by the Covid-19 Pandemic. One of them is utilizing technology, and establishing a new balance in the teaching and learning process in order to maintain the quality of the process, output and outcome, in this case the teaching and learning process and higher education graduates.

In this regard, the cooperation of all stakeholders is needed, not only educational institutions and (organizers and managers), lecturers, students, even parents. What inter-institutional higher education has been initiated by LLDikti IV West Java Banten should be developed. Moreover, the government must give equal space to all higher education institutions, both public and private.

  Those are the perspectives, attitudes, and policies of some of them as the front line of higher education in an effort to educate quality human resources during this pandemic. As a form of optimism for educators and educational institutions as an effort to build “resilience” and “new equilibrium” universities in carrying out their strategic roles. Hopefully.

Writer: lili irahali – August 6, 2021

Bursa Kerja Virtual Widyatama di Masa Pandemi

.

Bursa Kerja Virtual Widyatama di Masa Pandemi

Screenshot 5 1024x563 - Hadirkan Perusahaan Ternama Bursa Kerja Virtual Universitas Widyatama Bantu Pencari Kerja Di Masa Pandemi    Pandemi Covid-19 berjalan 1 tahun lebih. Banyak sektor terdampak, beberapa perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Meskipun begitu, optimisme membantu pencari kerja tidak meredup. Pusat Karir Universitas Widyatama (UTama) menggelar bursa kerja vitual kedua, “Career Day UTama Virtual Expo 2021” terbuka untuk umum, dilaksanakan tanggal 6 – 7 Juli 2021 lalu.

  Yelli Eka Sumadhinata, S.E., M.M., Kepala Biro Pusat Karir menjelaskan masa pandemi kami tetap menjalankan visi misi membantu lulusan mempersiapkan memasuki dunia kerja dan membantu mencarikan peluang pekerjaan.

  “Career Day UTama Virtual Expo 2021” diisi web seminar mengangkat empat topik yang berhubungan dengan dunia kerja: Kunci Sukses Kembangkan Karir (Dari Wardah Kosmetik), Kiat Lolos Wawancara Dan Interview (Indonesia Cendikia), Professional Grooming (PT. Kurnia Cipta Moda Gemilang) serta Standarisasi Produk UMKM Untuk Bersaing Di Pasar (BSN). Di samping itu juga menampilkan kegiatan Entrepreneurship Expo yang diikuti 27 tenant.

  Perusahaan yang berpartisipasi meliputi: Pharos Group, PT. Royal Abadi Sejahtera, PT. Kurnia Cipta Moda, PT. Wahana Otto Mitra Multi Artha, British American Tobacco, PT. Synapsis Sinergi Digital, CV Hwins Cruise Ship Academy And Agency, PT Soka Ciptaniaga, PT. Infinity Plus Solution, PT. Infomedia Solution Humanika, PT. Valbury Asia Futures, PT. Xsis Mitrautama, PT. AIA Financial, PT. Adi Makmur Sentosa (Orang Tua Group), Bank Himpunan Saudara, Stanli Trijaya Mandiri, PT. Global Kapital Investama, PT. Nusantara Sakti Group, PT. Oskar Kayasa Cemerlang, PT. Medion, Marketing Universitas Widyatama, LPAP Universitas Widyatama dan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Widyatama.

   Siti Sarah, M.Psi, Psikolog dari Indonesia Cendikia memaparkan “Kiat Sukses Psikotest dan Wawancara”. Psikotes perangkat seorang recruiter memahami pola perilaku seorang kandidat terutama dari sisi psikologi. Para pelamar kerja bisa sukses psikotes, tentunya harus mencari informasi tentang serba-serbi psikotes, berlatih soal-soal psikotes, mengerjakan psikotes dengan jujur dan sepenuh hati serta mempersiapkan mental dan fisik.

  Sedangkan wawancara bertujuan menggali sejumlah informasi untuk mengevaluasi kualifikasi seorang kandidat pada posisi jabatan tertentu. Hal penting saat wawancara (secara online/zoom) para pelamar kerja harus mengusai perangkat yang akan digunakan, pastikan kuota internet, pastikan akun wawancara yang tepat, berikan pesan sudah siap untuk wawancara, kenakan pakaian, riasan yang pantas serta virtual background yang tepat, ingat dan sebutkan nama pewawancara. (07Jul2021, sumber UTama)

.

Widyatama Raih “Silver Medal” di

International Invention Competition Young Moslem Scientists 2021

  Universitas Widyatama (UTama) berhasil meraih “Silver Medal” di “International Invention Competition Young Moslem Scientists” (IICYMS), tahun 2021. Medali diraih setelah bersaing dengan 105 tim dari 13 negara yang ambil bagian di kompetisi tersebut. Kompetisi inovasi produk tingkat internasional diselenggarakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA) dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, pada tanggal 1-4 Juli 2021 lalu.

WhatsApp Image 2021 07 06 at 10.25.27 1024x768 - Semakin Eksis Universitas Widyatama Raih “Silver Medal” pada ajang  “International Invention Competition Young Moslem Scientists” 2021  Di ajang tersebut UTama menampilkan inovasi alat penjernih air yang disebut SarmUT (Saringan Air Mesin Universitas Widyatama), buatan tim Teknik Mesin, Fakultas Teknik. Beranggotakan lima mahasiswa, yaitu Muhamad Farhan Anshari, Maxi Millian, Taufik Waliyudin, Fitra Rizkiarjo serta Faris Kusuma Alfano dibimbing Martoni, ST., MT., sebagai dosen pembimbing.

  Ketua Program Studi Teknik Mesin, UTama Udin Komarudin, Ir., MT. menjelaskan SarmUT adalah alat saringan air hasil karya mahasiswa yang telah diaplikasikan secara nyata untuk masyarakat di Kota Cimahi serta SMK Putra Bahari, Baleendah. SarmUT bisa mengatasi masalah air kotor, keruh dan berbau menjadi jernih, yang sangat dibutuhkan masyarakat yang terkendala tersedianya air bersih.

“Alat penjernih tersebut merupakan salah satu bentuk kreatifitas dan inovasi mahasiswa pada kondisi COVID-19, juga bagian dari pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di lingkungan Fakultas Teknik UTama. Hasil kegiatan mahasiswa ini akan direkognisi ke dalam kurikulum Prodi Mesin.

    Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Pembelajaran, UTama, Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum. menyebut sebagai potensi UTama terutama berkaitan inovasi mahasiswan. Ini merupakan model pengembangan yang bersifat edukatif sekaligus memiliki manfaat bagi masyarakat luas. Sekaligus berhubungan dengan program program MBKM UTama. Fakultas Teknik banyak melakukan terobosan-terobosan berkaitan dengan mekanisme proses MBKM. Kampus kami memberikan kemerdekaan dalam belajar, untuk berinovasi menciptakan produk-produk dari proses belajar mengajar yang didapatkan saat kuliah,” tegas Prof. Dadang.

    Prestasi ini tentu juga motivasi mahasiswa dan para dosen fakultas lain untuk selalu mejadi penggerak. Sehingga para mahasiswa bisa mengeluarkan potensinya baik secara keilmuan maupun kemampuannya. (06Jul2021, sumber: UTama)

.

Widyatama Pecahkan Rekor Basket Virtual MURI

WhatsApp Image 2021 06 28 at 14.03.13 1024x768 - Rekor Basket Dunia Dipecahkan Oleh Universitas Widyatama  Universitas Widyatama pecahkan Rekor Basket Virtual melalui kegiatan Widyatama International Basketball Shooting Competition (WiBasic) secara virtual, Sabtu, (26/6/2021) lalu. Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan MURI atas kegiatan tersebut. Senior Manager MURI, Awan Rahargo menyerahkan penghargaan secara virtual.

WhatsApp Image 2021 06 28 at 14.03.15 1024x768 - Rekor Basket Dunia Dipecahkan Oleh Universitas Widyatama  Awan menjelaskan WiBasic merupakan kompetisi memasukan bola basket ke dalam ring antar perguruan tinggi pertama di Indonesia secara virtual. Kegiatan ini diikuti 16 tim basket perguruan tinggi (putra & putri) dalam negeri, serta 6 tim perguruan tinggi dari mancanegara, seperti Malaysia, Philipina dan Kamboja. Satu tim terdiri dari putra & putra serta putri & putri. Teknis pelaksanaan kompetisi setiap tim harus memasukan bola, dalam kurun waktu satu menit. MURI memaklumatkan Universitas Widyatama sebagai kampus pertama yang menggelar kompetisi melempar bola basket antar perguruan tinggi secara virtual, jelas Awan saat menyerahkan penghargaan.

  Dr. Deden Sutisna, SE., M.Si., Wakil Rektor II, Bidang Keuangan dan SDM menyatakan Rekor MURI tersebut yang keenam bagi Universitas Widyatama. Lima penghargaan MURI lainnya, adalahWidyatama Berpagar Buku, Seminar Terlama se-Indonesia, Penulis Buku IT Terbanyak, Job Fair Offline Terlama se-Indonesia, serta Job Fair Online Terlama se-Indonesia.

  UTama mendorong semua unit kegiatan untuk berprestasi. Seperti unit tae kwon do, bulutangkis, tarung derajat, futsal, Bahasa Inggris, golf, Bahasa Jepang dan banyak lagi. Kami memiliki gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa berskala internasional, didukung pelatih atau pembimbing yang profesional.

  Pipin Sukandi, Kepala Biro Kemahasiswaan menjelaskan teknis kompetisi WiBasic. Setiap perguruan tinggi hanya bisa mengirimkan dua tim basket, satu tim putra dan satu tim putri. Ketentuannya, ada titik poin shooting, dari satu sampai lima. Dilakukan di kampus masing-masing, lalu divideo dan tidak boleh diedit. Dalam satu tim ada dua orang, ini bukan pertandingan basket, namun kompetisi nge-shoot bola. Peserta memasukan bola basket sebanyak-banyaknya dalam waktu 60 detik. Ada titik poin dari 1-5, yang sudah ditentukan oleh panitia. Mereka juga harus merekamnya, tidak boleh diedit. Kami bekerjasama dengan Perbasi Jabar, sebagai juri. Kalau ada yang curang, seperti mengedit video langsung didiskualifikasi.

  Kompetisi digelar Biro Kemahasiswaan mengingat hampir setahun lebih mahasiswa belajar online di rumah, kegiatan-kegiatan kemahasiswaan juga online. Karena itu tujuan kegiatan untuk mengajak mahasiswa yang memiliki bakat, keterampilan dan potensi di tengah pandemi berkompetisi men-shoot bola dalam kegiatan bola basket. Kami ingin mahasiswa tetap sehat dan bisa berkompetisi. Meskipun online mereka (atlet basket Universitas Widyatama) juga tetap berlatih di rumah. Video hasil lari, push up segala macam di rumah. Jadi pas ada pertandingan mereka sudah siap. Fisik para atlet Widyatama tetap terjaga, dan kita coba tanding dengan kampus lainnya.

  Pada kompetisi ini tim basket putra & putri UTama, mengungguli tim basket dari perguruan tinggi lain. Juara WiBasic, tim putra: Juara 1, Universitas Widyatama (31 points); Juara 2, Universitas Bandar Lampung (29 points); Juara 3 : Universitas Kristen Maranatha (24 points). WiBasic tim putri: Juara 1, Universitas Widyatama (30 points); Juara 2, Universitas Bandar Lampung (22 points); Juara 3, Universitas Kristen Maranatha (10 points). (28Jun2021, sumber UTama)

.

Rektor UTama – Prof. Dr. Obsatar Resmikan FISIP UTama

  Rektor Universitas Widyatama (UTama) Bandung, Prof. Dr. Obsatar Sinaga meresmikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dalam Webinar Nasional bertema “Model Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Di Indonesia”, Sabtu (19/6/2021) lalu.

Hadir empat narasumber: Dekan FISIP UPN – Dudy Heryadi, Dekan FISIPOL UGM – Wawan Mas’udi, Dekan FISIP – UNPAD Widya Sumadinata, dan Dekan FIKOM – Unpad Dadang Rahmat. Kegiatan dimoderatori Atalia Praratya Kamil dosen Prodi Produksi Film dan Televisi yang juga isteri Kang Emil.

  Prof. Dr. Obsatar Sinaga mengatakan FISIP UTama baru diresmikan ini dengan sejumlah keunggulan, yakni magang bersertifikasi, penelitian, proyek independen, dan proyek kemanusiaan. FISIP UTama meliputi tiga Program Studi (Prodi): Produksi Film dan Televisi, Perdagangan Internasional, serta Perpustakaan dan Sains Informasi.

  Sebelumnya pada tahun akademik 2020-2021, Prodi Produksi Film dan Televisi di Fakultas Desain Komunikasi Visual, Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi di Fakultas Teknik, serta Perdagangan Internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Di tahun yang sama, ketiga prodi sudah memiliki mahasiswa, dan didukung dosen pengajar yang mumpuni. Prodi baru belum memiliki lulusan, sehingga program magang diharapkan dapat menjadi program percepatan daya serap lulusan di perusahaan internasional yang berada di Indonesia maupun luar negeri.

  Dalam aspek penelitian mahasiswa FISIP UTama akan terlibat dalam kegiatan LP2M atau diikutsertakan dalam penelitian unggulan dosen, juga publikasi di jurnal internasional terindek. Sedangkan keunggulan pada proyek independen, mahasiswa dapat belajar kreatif dan mandiri menghasilkan suatu karya atau produk. Setiap Prodi akan melaksanakan kegiatan proyek kemanusiaan yang berkolaborasi dengan berbagai Yayasan Kemanusiaan dan Palang Merah Indonesia (PMI).

  Wakil Rektor I UTama Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Pembelajaran, Prof. Dr. Dadang Suganda menambahkan FISIP UTama dimulai sejak 26 Februari 2021 lalu. Kehadirannya untuk mengisi sumber daya manusia sosial politik yang dibutuhkan masyarakat, baik di level lokal, nasional maupun global. Sesuai visi UTama, Prodi tersebut dimaksudkan mengembangkan SDM profesional dan berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri. Maka prodi tersebut mengangkat social political preneur and humanity. Artinya menciptakan sosio pilitik yang kreatif, inovatif dan problem solver.

  Lulusan FISIP UTama, diharapkan berkontribusi terhadap persoalan yang berkembang di masyarakat. Misalnya, bagaimana mengeluarkan kebijakan yang relevan dalam masalah kemiskinan dan sebagainya. Di samping itu, lulusan menjadi problem solver terhadap isu-isu social justice dan human rigth.

Secara infrastruktur, UTama sudah sangat siap. Selama ini sistem perkuliahan sudah berbasis digital. Untuk prodi Perdagangan Internasional selain menciptakan SDM dengan kompetensi bidang perdagangan internasional. Prodi ini lebih pada penguatan diplomasi sehingga potensi produk lokal sendiri bisa diangkat di pasar global oleh SDM yang memiliki kapasitas di bidang perdagangan internasional,” jelasnya. (19Jun2021, sumber UTama)

.

DKV UTama dan DKV Unpas Wujudkan MBKM

WhatsApp Image 2021 06 11 at 09.25.14 1024x731 - Kolaborasi DKV Unpas dan DKV UTama Untuk Mewujudkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka  Pimpinan dan dosen dari Fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Widyatama (UTama) dan Universitas Pasundan (Unpas) selenggarakan focus group discussion (FGD) Selasa, tanggal 8 Juni 2021 lalu. di Cafe Armor, Dago, Bandung.

  Mereka membahas perencanaan pelaksanaan studi/proyek independen dan pertukaran pelajar, bagi mahasiswa kedua kampus melalui kerjasama antar institusi.

  Deden Maulana, Dekan Fakultas DKV Universitas Widyatama mengungkapkan kegiatan ini merupakan salah satu upaya merealisasikan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), di tahun akademik 2021-2022.

  Setiap dosen berperan aktif mendorong, melakukan perencanaan, pengujian, koreksi dan evaluasi kepada setiap mahasiswanya. Pelaksanaan program tersebut dalam rangka mewujudkan bentuk dan karya inovatif para mahasiswa di kedua kampus. Ke depan mahasiswa diikutsertakan pada lomba di tingkat nasional bahkan internasional. Mahasiswa UTama dan Unpas dengan passion mereka didorong mewujudkan serta mengembangkan karya yang dapat diperhitungkan, sebagai karya bermanfaat bagi masyarakat luas.

  Yang menarik program ini dapat melibatkan mahasiswa lintas disiplin prodi, baik di Unpas maupun UTama. Kunci keberhasilan perguruan tinggi mengimplementasikan MBKM yaitu kurikulum yang adaptif dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Juga kolaborasi dan kerja sama antara program studi dengan pihak lain yang dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran mahasiswa.

  Hadiri dalam FGD tersebut; Boy Irwan – Wadek II FISS Unpas, Fadhly Abdillah – Ketua Program Studi DKV Unpas, H Agus Setiawan, Tata Kartasudjana, Purmaningrum, Dicky Purnama serta dosen Unpas lainnya. Sedangkan dari UTama Deden – Dekan FDKV, Rudi Farid – Ketua Program Studi Desain Grafis, Asep Deni – Ketua Program Studi Desain Multimedia, Budiman – Ketua Program Studi Film dan Televisi. (11Jun2021, sumber UTama)

.

“The 2nd WIBEST” Publikasi 119 Paper di Jurnal Internasional

    Sekitar 119 paper hasil riset para dosen dan mahasiswa, dari berbagai kampus yang dipaparkan dalam “The 2nd Widyatama International Conference on Business, Economics, Social and Technology (WIBEST), 2021” secara daring, Rabu (9/6/2021) lalu akan dipublikasi di Jurnal Internasional terindeks Scopus. Paper yang dipresentasikan garansi dipublikasi di jurnal internasional terindeks Scopus kategori Q4 dan Q3.

.

WhatsApp Image 2021 06 11 at 09.11.22 769x1024 - UTama Kampus Riset: 119 Paper Pada “The 2nd WIBEST” Akan Terpublikasi Di Jurnal Internasional Terindeks Scopus  Event ini merupakan lanjutan dari kegiatan yang diadakan bulan Februari 2021. Acara dibuka Rektor, Prof. Dr. Obsatar Sinaga. Hadir dua pembicara utama, yaitu Prof. Drs. Effendi Gazali, M.Si., MPS.ID., Ph.D. pakar ilmu komunikasi politik, serta Prof. Hafezali Bin Iqbal Hussain dari Taylor’s University, Malaysia.

  Tema yang diusung WIBEST kali ini, mengarah pada mengelola bisnis di masa pandemi COVID-19, melalui perubahan ekonomi, sosial dan teknologi. Peserta WIBEST 2021 terdiri dari Universitas Widyatama, ITENAS, UPI, UNPAD, Universitas Diponegoro, Telkom University, Twente Belanda dan lainnya, jelas Dr. Arief Rahmana, S.T., M.T. – Ketua Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Widyatama (UTama) sekaligus Chairman of WIBEST 2021.

WhatsApp Image 2021 06 11 at 08.55.40 - UTama Kampus Riset: 119 Paper Pada “The 2nd WIBEST” Akan Terpublikasi Di Jurnal Internasional Terindeks Scopus   Prof. Dr. Mohd. Haizam Bin Mohd. Saudi, Wakil Rektor III, Bidang Riset, Pengembangan dan Kerjasama UTama mengatakan dalam kegiatan seminar internasional para akademisi memang dituntut menulis hasil penelitian yang memiliki manfaat bagi masyarakat sekaligus memiliki kebaruan terlebih di masa pandemi. Universitas Widyatama mulai dikenal sebagai kampus riset, rencananya akan melaksanakan kegiatan serupa di bulan Oktober 2021. Paper yang kini turut serta ke depan bisa ditingkatkan agar bisa terindeks Scopus dengan kategori yang lebih tinggi. Insya Allah dalam satu tahun kami akan menyelenggarakan WIBEST tiga kali.

  Pada WIBEST yang baru lalu, Panitia dan Komite memilih tiga paper terbaik dari para peserta, untuk memacu para peserta menulis paper yang berkualitas tinggi. Termasuk memiliki unsur penting seperti orisinalitas, hubungan dengan tinjauan pustaka, metodologi, hasil riset yang disajikan jelas dan dianalisis dengan tepat, kualitas komunikasi serta implikasi riset bagi praktiksi atau masyarakat.

  Tiga paper terpilih sebagai tulisan terbaik adalah: 1. “Improving Enterprise Behavior in The Era of Pandemy COVID-19” ditulis oleh Gina Damayanti, Luthfi Fathullah, Shabira Lintya Putri, R Adjeng Mariana Febrianti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Widyatama, Bandung;

2. “Fraud Hexagon in Islamic Companies” ditulis oleh Dianing Ratna Wijayani dan Dwi Ratmono dari Program Doktoral Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muria Kudus, serta Program Doktoral Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang; 3. “Work Fatigue Level Analysis Based on Operator’s Physiological Workload at PT Pindad Bandung” ditulis oleh Adi Santika, Kiki Ardyanto Nababan, Lusi Mustika Safari, Mutiara Permatasari dan Verani Hartati, dari Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama, Bandung. (10Jun2021, sumber UTama)

.

Vocal Grup UTama Raih Juara Pertama

“Singing Competition 2021” se-Jabar & DKI Jakarta

WhatsApp Image 2021 06 09 at 21.35.07 1024x691 - Vocal Grup Universitas Widyatama Raih Juara Pertama Ajang “Singing Competition 2021” se-Jabar & DKI Jakarta  Vocal Grup Universitas Widyatama (VG UTama) sukses meraih juara pertama kategori umum, pada “Singing Competition se-Jabar & DKI Jakarta” yang digelar secara daring diselenggakan STIE Ekuitas. Personil VG UTama adalah Daffa Muhammad Ivandharu, Alya Shera Nurdani, Violieta Wicaksono Putri, Alita Gumati Raftinia, Resti Fitriani Permana dan Nabilla Ghina Utami meraih 476 poin.

  Mereka mengungguli tim Artha Grup yang meraih 471 poin dan Elevoice dengan skor 395. Pengumuman pemenang dilangsungkan hari Rabu, tanggal 2 Juni 2021 lalu.

  Daffa – Ketua VG UTama bangga atas raihan prestasi tersebut bisa mengharumkan civitas academica UTama. Ia menjelaskan raihan prestasi ini buah kerjasama sekaligus kerja keras VG UTama, termasuk bimbingan dari pelatih. Di kompetisi tersebut VG UTama membawakan dua lagu, yaitu “Dealova” dari Once dan “Rembulan” dari Krisdayanti.

  Ia sangat terkesan mengikuti kejuaraan vocal grup secara daring yang diadakan, tanggal 29 Mei 2021 tersebut. Sebab selain ada beberapa hal yang serupa dengan kejuaraan yang pernah diikuti VG UTama, ada yang berbeda dari ajang tersebut. Yaitu rekaman video berkonsep, seperti video klip sehingga kami perlu menyewa tempat untuk syuting. Sedang kejuaraan pertama, konsep videonya video cover virtual biasa mengandalkan background/greenscreen saja. (09Jun2021, sumber UTama)

.

Ekstrakurikuler FTV Channel Widyatama Dukung Program “Kampus Merdeka”

WhatsApp Image 2021 06 02 at 09.25.57 - Mendukung Program “Kampus Merdeka” Ekstrakurikuler FTV Channel Widyatama Diluncurkan    Ekstrakurikuler FTV Channel Widyatama secara resmi diluncurkan Program Studi Film dan Televisi (Prodi FTV), FISIP, Universitas Widyatama (UTama), Sabtu (29/5/2021) lalu.

  Kepala Prodi FTV Budiman, Drs., M.M.Pd. menjelaskan bahwa peluncuran program tersebut adalah salah satu implementasi program Kampus Merdeka yang dicanangkan Mendikbud Ristek. Cakupan Program Ekstrakurikuler FTV Chanel yakni mengelola dan memproduksi konten media digital, seperti web portal, program tv termasuk konten film di platform Youtube maupun media sosial.

  Untuk angkatan pertama tercatat 23 peserta. Mereka terdiri dari 18 mahasiswa Prodi FTV, 2 mahasiswa Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi, 2 mahasiswa Prodi Desain Grafis DKV dan satu mahasiswa Prodi Manajemen Ekonomi. Lebih lanjut Program FTV Channel, akan bergulir dengan pola kepesertaan, minimal satu tahun. Kemudian di tahun berikutnya, diikuti oleh peserta yang berbeda. Para peserta program FTV Channel tetap memperhatikan jadwal perkuliahan masing-masing.

  Saat acara peluncuran program FTV Channel peserta mendapatkan pelatihan mengelola portal informasi FTV Channel dan teknik penulisan artikel populer yang disampaikan oleh Dosen FTV Kenmada Widjajanto, S.Sos., M.Ikom.

  Dekan Desain Komunikasi Visual (DKV), Deden Maulana, Drs., M.Ds. dalam sambutannya mendorong agar FTV Channel Widyatama bermanfaat, khususnya bagi para mahasiswa yang menjadi peserta. Terutama untuk meningkatkan kemampuan diri, keterampilan sekaligus dapat menjadi portofolio. Di era seperti sekarang, portofolio menjadi aset yang sangat penting kelak menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

  Pada kesempatan yang sama, Dekan FISIP Widyatama – Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos., M.Si. berpesan agar mahasiswa yang turut serta dalam program FTV Channel Widyatama bisa memanfaatkan sarana kegiatan positif ini untuk mengembangkan jejaring, menimba pengalaman dalam memproduksi berbagai konten digital, TV maupun film.

  Pada kesempatan itu pula organisasi FTV Channel Widyatama langsung dibentuk. Terpilih pimpinan angkatan pertama Soerachman Dwiwaloejo, mahasiswa prodi FTV. Sebagai pimpinan ia bertugas organizing committee FTV Channel Widyatama dibantu perangkat lainnya merancang berbagai agenda kegiatan untuk menghidupkan semua platform media yang dikelola. (02Jun2021, sumber UTama)

.

Tips Jitu Mengelola Uang dan Bisnis Ala Mahasiswa

WhatsApp Image 2021 05 31 at 14.22.00 1 - Tips Jitu Mengelola Uang Dan Bisnis Ala Mahasiswa Menurut Ligwina Hananto Pakar Finansial Ternama  Pakar Finansial, Ligwina Hananto memberi Kuliah Praktisi bagi mahasiswa Program Studi Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa, Universitas Widyatama (UTama) dengan tema “Atur Uang Dan Bisnis Ala Mahasiswa”, Sabtu (29/5/2021) lalu. Kuliah tersebut dihadiri Wakil Dekan Fak Bahasa – Uning Kuraesin, Dra., M.Pd., serta Kaprodi Bahasa Jepang S1 – Dinda Ranadireksa, Ph.D.

  Ligwina mengatakan mahasiswa harus paham mengenai konsep Menghasilkan Uang, Berbelanja, Bersedekah, Menabung dan Investasi (MBBMI). Sedari kecil kita belajar menabung. Padahal yang paling utama itu belajar mengatur keuangan, kata Ligwina, yang juga Founder dan CEO Quamma, financial trainer, artis film dan juga dosen ekonomi saat memaparkan materinya. Artinya untuk seorang anak muda seperti mahasiswa harus pandai mengatur keuangan yang dihasilkanya, imbuh Ligwina.

  Bagi mahasiswa menghasilkan uang bisa dari uang saku, angpao THR, kerja freelance, dagang dan bisnis. Intinya ada kerja keras baru uang hadir dan mengerti cara hasilkan uang. Berikutnya berbelanja, menurut komikus stand up comedy menyebutkan dalam berbelanja para mahasiswa belajar mengenai proses mengambil keputusan. Apakah uangnya akan dibelanjakan untuk barang kualitatif atau kuantitatif. Sehingga bisa mengambil keputusan berbelanja sesuai dengan kepentingan atau keperluannya. Kemudian menabung, mahasiswa harus tahu tujuan menabung, agar ada manfaat, semangat, termasuk latihan. Contoh menabung untuk barang berkualitas dan kapan belanja barang kuantitatif, ternyata butuh latihan. Saya semangat menabung dengan tujuan membeli sepatu lebih mahal. Setelah dipakai ternyata sepatunya lebih awet. Menabung juga bisa untuk investasi seperti melanjutkan kuliah S-2, S-3, untuk modal bisnis dan banyak lagi.

  Yang tidak kalah penting yaitu berbagi. Saat bersedekah tidak membuat kita miskin. Ada hak orang lain pada harta (uang) kita, seperti untuk anak yatim, dhuafa, infak mesjid dan donasi lain. Hal tersebut bisa mengobati jiwa.

  Terkait memulai bisnis, Ligwina memberikan tips, memulai bisnis diawali dengan belajar berdagang. Bisa menjual risoles, kerudung, menjual kopi dan lainnya. Modalnya dari uang sendiri bukan hasil meminjam, fokus pada calon pembeli, menjual produk yang dibutuhkan, siap gagal, menurunkan level (tidak gengsi) dan lainnya. Karena usia 17-21 tahun penting untuk ekspolarisi ekperimen. Selanjutnya harus melakukan survei dan menjual barang yang memang diperlukan atau dibutuhkan oleh masyarakat.

  Sementara itu, Dinda Ranadireksa, Ph.D. – Kaprodi S1 Bahasa Jepang mengatakan, tujuan webinar agar mahasiswa Prodi Bahasa Jepang adaptif terhadap kebutuhan zaman, terutama di masa pandemi mendukung program Kampus Merdeka. Kemampuan mengelola keuangan dan berbisnis akan membantu mahasiswa mandiri dalam situasi apapun, dan memudahkan mereka dalam dunia kerja di kemudian hari.

  Menurut Dinda mahasiswa antusias terhadap acara tersebut dimana mereka bertanya dalam kolom chat, mengenai bagaimana membuat keuangan pemasukan dan pengeluaran agar sesuai budget, cara mengelola bisnis dengan rekan bisnis agar terhindar dari konflik, serta bagaimana membangun bisnis dari awal. Peserta Kuliah Praktisi seluruh mahasiswa Prodi Bahasa Jepang S-1, D-III, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris, termasuk para dosen Bahasa Jepang. (31Mei2021, sumber UTama)

.

Universitas Widyatama Terima Penghargaan dari Masyarakat Tionghoa Peduli

WhatsApp Image 2021 05 19 at 15.43.27 1024x768 - Bantu Vaksinasi 14.000 Guru, Tenaga Kependidikan dan Lansia Masyarakat Tionghoa Peduli Memberikan Penghargaan Kepada Universitas Widyatama  Masyarakat Tionghoa Peduli memberikan penghargaan kepada Universitas Widyatama (UTama) dalam menyukseskan program pemerintah menvaksin sekitar 14.000 guru, tenaga kependidikan, pelayan publik dan lansia yang dilaksanakan dari bulan Maret, April dan Mei 2021.

    Penghargaan diterima langsung Dr. Deden Sutisna, Wakil Rektor II UTama, di Gedung YPSD, Jalan Nana Rohana No.37, Kelurahan Warung Muncang, Kecamatan Bandung Kulon, Rabu (19/5/2021) petang lalu.

    Herman Widjaya – Kordinator Masyarakat Tionghoa Peduli sekaligus Ketua Yayasan Dana Sosial Priangan mengatakan bahwa penghargaan diberikan karena peran serta UTama yang begitu vital dengan mengirimkan puluhan mahasiswa termasuk Resimen Mahasiswa UTama dalam membantu kelancaran vaksinasi massal gelombang 1 & 2.

  Herman mengatakan para mahasiswa UTama sangat antusias membantu terutama dalam bidang IT dan admin. Tercatat secara keseluruhan ada sekitar 300 relawan, termasuk relawan dari mahasiswa UTama.

  Menurut Herman ke depan diharapkan kerjasama lebih erat untuk berkolaborasi mengatasi pemutusan matarantai pandemi Covid-19. WhatsApp Image 2021 05 19 at 15.43.34 1024x768 - Bantu Vaksinasi 14.000 Guru, Tenaga Kependidikan dan Lansia Masyarakat Tionghoa Peduli Memberikan Penghargaan Kepada Universitas WidyatamaDikatakannya setelah melaksanakan vaksin 1 & 2 sebanyak 14.000 dosis berjalan efektif dan efisien, ada permintaan dari Pemkot Bandung membantu vaksinasi untuk umum.

  Sementara itu, Dr. Deden Sutisna mengatakan bahwa keterlibatan UTama pada kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk tanggungjawab UTama, sebagai salah satu perguruan tinggi di Kota Bandung dan Jawa Barat berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan yang digagas oleh Masyarakat Tionghoa Peduli. Saya mewakili Rektor Universitas Widyatama mengucapkan terima kasih atas penghargaan dari Masyarakat Tionghoa Peduli yang terdiri dari Yayasan Harmonis Bandung, Yayasan Mutiara Kemakmuran Sejahtera Bandung, Yayasan Dana Sosial Priangan Bandung, Yayasan Minnan Bandung, dan Yayasan Harapan Kasih Bandung.

  Dikatakannya, kegiatan ini perlu diapresiasi bahkan dicontoh semua pihak. Karena semua unsur masyarakat merasa terlibat dalam menyukseskan program pemerintah, tidak terkecuali masyarakat Tionghoa. Penanganan Covid-19 di Indonesia bisa terselenggara dengan baik bila proses vaksinasi bisa dipercepat. UTama juga menyambut baik kegiatan-kegiatan serupa, dilakukan dikemudian hari. Kami sebagai perguruan tinggi di kota Bandung berupaya bisa berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, sebagai salah satu bentuk Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Kami juga terbuka untuk program lainnya, seperti membantu korban bencana alam, penyebaran sembako dan sebagainya, khususnya di bawah kordinasi Yayasan Dana Sosial Priangan. (20Mei2021, sumber UTama)

.

Widyatama

Berikan Paket Sembako Lebaran Buat Warga

WhatsApp Image 2021 05 07 at 11.00.55 1 - Ungkapan Rasa Syukur Yayasan & Universitas Widyatama Menjelang Lebaran Bagikan 750 Paket Sembako   Menjelang Hari Raya Idulfitri 1442 H/tahun 2021 lalu Yayasan dan Universitas Widyatama (UTama) membagikan 750 paket Sembako bagi warga yang membutuhkan di wilayah kampus UTama.

Sembako tersebut dibagikan kepada warga di 10 Rukun Warga (RW) di Kelurahan Sukapada dan Neglasari, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung.

  Kegiatan ini merupakan salah satu implementasi program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Fakultas Bisnis Manajemen, Fakultas Teknik, Fakultas Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa, serta Pasca Sarjana Manajemen Bisnis dan Akuntansi. Paket Sembako secara simbolis diserahkan Ketua Yayasan Widyatama – Djoko Roespinoedji, dan Rektor UTama – Prof. Obsatar Sinaga, di Gedung Serba Guna (GSG) UTama, Jalan Cikutra No 204-A, Jum’at (7/5) lalu.

  Djoko Roespinoedji – Ketua Yayasan Widyatama mengatakan kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap tahun sebagai bentuk ungkapan rasa syukur pada momentum bulan suci Ramadan.  Kami sudah selayaknya bersyukur dan ingin berbagi bersama saudara-saudara dan teman-teman kami di lingkungan Universitas Widyatama menjelang Hari Raya Idulfitri dengan pembagian sembako. Pagi ini kami membagikan hampir 800 paket sembako kepada warga 10 RW yang ada di sekitar kampus.

  Dalam dua tahun terakhir mekanisme pembagian Sembako memang diubah, biasanya Yayasan Widyatama secara langsung mengundang warga untuk mengambil bantuan Sembako. Karena sekarang kondisi pandemi Covid-19 kami bekerjasama dengan RW setempat yang ada di lingkungan Universitas Widyatama ini untuk dibagikan kepada warga.

  Bantuan Sembako secara langsung diterima Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kelurahan Sukapada – Rusmini. Ia menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas bantuan tersebut. Selama enam tahun bertugas di Kelurahan Sukapada, Yayasan dan Civitas Akademica Widyatama memberikan bantuan dan perhatian kepada masyarakat secara berturut-turut. Dikatakannya bahwa paket Sembako tersebut dibagikan untuk 35 karyawan non ASN di Kelurahan Sukapada. Semoga Widyatama semakin maju atas kepedulian sosial yang sangat bermanfaat. Setiap ada momen Idulfitri, Idul Adha dan momen lain bantuan dari Widyatama sangat dirasakan. (11Mei2021, sumber UTama)

.

Workshop Optimalisasi Medsos Tingkatkan “Brand Awareness”

  Di Era digital, informasi mengenai berita hoax (bohong) yang tidak jelas sumbernya, masif tersebar di media sosial (medsos). Hal itu karena masyarakat luas masih awam membedakan antara berita hoax atau sebaliknya. Berita hoax sengaja dibuat dan disebarkan pihak yang tidak bertanggungjawab dan memiliki tujuan tertentu.   Namun tidak sedikit pula berita terpercaya yang tersebar di media sosial memiliki informasi serta faedah yang baik bagi masyarakat.

  Biro Humas Protokol dan Promosi Universitas Widyatama (UTama) menginisiasi kegiatan web seminar (webinar) Kamis, tanggal 29 April 2021 lalu agar para dosen dan jajarannya mendapat pemahaman lebih baik. Kegiatan tersebut dimaksudkan pula meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada kampus Widyatama.

  Rektor Universitas Widyatama – Prof. H. Obsatar Sinaga membuka webinar bertema “Memaksimalkan Penggunaan Media Sosial Dalam Meningkatkan Brand Awareness” mengatakan bahwa penggunaan medsos harus dilakukan dengan baik dan benar. Menggunakan medsos dipayungi Undang-Undang ITE. Ada ancaman hukuman enam tahun penjara, apabila seseorang menggunakan secara sembarangan (menyebarkan ujaran kebencian, fitnah serta hoax). Oleh sebab itu pengguna media sosial harus punya kemampuan dalam meningkatkan penggunaannya. Termasuk dosen UTama agar memanfaatkan media sosial yang memiliki manfaat bagi lembaga. Untuk menyebarkan berita baik dan prestasi UTama lembaga membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk dosennya. Sehingga UTama yang memiliki banyak prestasi bisa lebih masif tersebar, sekaligus sosial media dosennya lebih berkembang dan bermanfaat.

  Amir Hidayat, praktisi IT selaku narasumber memaparkan cara meningkatkan “brand awareness” di media sosial khususnya Instagram. “Brand awareness” adalah kemampuan konsumen untuk langsung mengenali dan mengingat suatu merek hanya dengan melihat sesuatu, baik warna, logo, image, dan sebagainya yang menggambarkan identitas suatu brand.

  Instagram menurut Amir memiliki potensi yang besar menyebarkan informasi dan membangun brand melekat di masyarakat. Pengguna Instagram di Indonesia saat ini ada sekitar 85 juta orang. Oleh sebab itu Instagram menjadi potensi yang sangat besar. Saat kondisi pandemi ini menyebabkan banyak perusahaan, pemerintah, selebriti, satuan pendidikan, perguruan tinggi dan lainnya yang memanfaatkan media sosial sebagai akses untuk memberikan informasi dan mencari informasi,” jelas Amir, Sabtu (1/5/2021) lalu.

  Hal itu menjadi kesempatan bagi instansi atau lembaga, juga Universitas Widyatama dalam meningkatkan brand awareness. Di antaranya dengan mengoptimalkan tanda pagar/hastag di Instagram.

Amir juga menjelaskan bagaimana menggunakan tanda pagar sesuai aturan dari Instagram, dan paling penting menggunakan riset untuk mencari tanda pagar yang bagus. Setelah riset, lalu menggunakan kata yang bagus dan melakukan analisa, digunakan untuk postingan yang lebih baik. Paling penting isi konten (materi) yang menarik termasuk foto dan video, jelasnya. (04Mei2021, sumber UTama)

.

.

.

Widyatama Raih Penghargaan “Indonesia Most Admired Education 2021

  Prof. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama mendapatkan penghargaan bergengsi, dari Indonesia Development Achievement Foundation (IDAF) sebagai “Indonesia MOST Admired Education Award 2021”. Penghargaan diberikan karena menjadi inspirasi dalam memberikan inovasi pendidikan di Perguruan Tinggi. Penghargaan tersebut diserahkan di Hotel Savoy Homan Kota Bandung, Jum’at (23/4/2021) malam lalu.

WhatsApp Image 2021 04 26 at 09.55.43 768x1024 - Dinilai Banyak Melakukan Inovasi Rektor dan Ketua Yayasan Widyatama Diberi Penghargaan “Indonesia Most Admired Education 2021”  Prof. Obsatar, Rektor Widyatama yang dilantik tahun 2019 silam membawa perubahan-perubahan dan kemajuan. Diantaranya membawa Universitas Widyatama menduduki peringkat ke-57 perguruan tinggi ternama di tanah air (tahun 2020) versi Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Sebelumnya UTama berada diperingkat ke-97, bahkan di tahun 2018 masih berada pada posisi 200-an.

Sedangkan versi Webometrics UTAma pada peringkat ke-55 nasional dan ke-3 di Jawa Barat. Terbaru tanggal 20 April 2021 kampus UTama menduduki peringkat ke-53 versi SCImago.

  Perubahan lainnya yaitu menyelenggarakan perkuliahan “hybrid” tatap muka dan online sebelum pandemi. Termasuk program sertifikasi di setiap semester bagi mahasiswa, agar memiliki keahlian khusus. Juga digulirkannya para dosen UTama untuk menulis penelitian yang dipublikasikan di jurnal internasional terindek Scopus. Terbaru sudah sekitar 1373 tulisan para dosen UTama yang terpublikasi jurnal internasional.

WhatsApp Image 2021 04 26 at 09.55.46 1024x768 - Dinilai Banyak Melakukan Inovasi Rektor dan Ketua Yayasan Widyatama Diberi Penghargaan “Indonesia Most Admired Education 2021”  Menurut Prof. Obsatar, UTama telah bekerja dengan baik, dengan prinsip “Harus Lebih Baik dari Kemarin, dan Hari Esok Harus Lebih Baik dari Hari Ini”, sehingga prinsip tersebut dapat menjadi motivasi peningkatan dari segala aspek. Kehadiran jajarannya dalam acaea penghargaan ini sebagai bentuk motivasi.

  Di samping dirinya penghargaan serupa diberikan kepada Djoko Roespinoedji, Ketua Yayasan Widyatama yang memiliki peran central dalam mendukung seluruh program kampus Universitas Widyatama.

  Indonesia Development Achievement Fondation merupakan Lembaga Non Government yang memberi penghargaan terhadap figur-figur inovatif Indonesia, bertajuk “Indonesia Most Admired Champions Award 2021″. Terdapat enam kategori penghargaan bagi figur profesional, berdasarkan penilaian oleh tim pengamat dan panitia melalui pemantauan selama 6-7 bulan secara objektif dan random sampling dari National Awarding Achievement Center. Para penerima penghargaan berasal dari berbagai kalangan di Indonesia yaitu tokoh pendidik, pengusaha, eksekutif, profesional dan publik figur. Tujuan dari penghargaan mencari pribadi yang beragam, dari segment yang luas untuk mendapatkan pribadi yang unggul. Berharap dari ajang Award ini masyarakat Indonesia akan mendapatkan inspirasi para tokoh yang dianugrahi penghargaan tersebut. (24Apr2021, sumber UTama)

.

Komunitas Bandung Sehat Cerdas Beri Penghargaan

Widyatama

  Prof Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama dan Djoko Roespinoedji, Ketua Yayasan Widyatama peroleh penghargaan dari Siliwangi News, Komunitas Bandung Sehat dan Bandung Cerdas atas prestasi “Mendukung Penciptaan Pemrakarsa Kampus Universitas Widyatama, menjadi Kampus Hijau, Nyaman, Aman, Ramah Lingkungan dan Tanpa Asap Rokok”.

  Penghargaan diberikan langsung oleh Martika Edison, Pemimpin Redaksi Siliwangi News, di Universitas Widyatama (UTama), Kamis (22/4/2021) lalu.

.

.

WhatsApp Image 2021 04 23 at 10.11.34 768x1024 - Komunitas Bandung Sehat Cerdas Memberikan Penghargaan Kepada Rektor UTama dan Ketua Yayasan WidyatamaWhatsApp Image 2021 04 23 at 10.11.31 1024x768 - Komunitas Bandung Sehat Cerdas Memberikan Penghargaan Kepada Rektor UTama dan Ketua Yayasan Widyatama  Menurut Edison Penghargaan diberikan karena mereka memiliki komitmen yang tinggi, dalam terciptanya kampus UTama sebagai kampus hijau, nyaman, aman, ramah lingkungan serta tanpa asap rokok sebagai motivasi kepada pimpinan Universitas dan Yayasan Widyatama.

  Djoko Roespinoedji, Ketua Yayasan Widyatama mengapresiasi penghargaan tersebut. Selama ini, Widyatama berupaya menjaga lingkungan dan kelestarian pepohonan di UTama, termasuk berkomitmen sebagai kampus tanpa asap rokok.

Kami sudah menerapkan aturan kampus tanpa asap rokok sejak tahun 2013. Diawal menerapkan aturan menjadi suatu perjuangan tersendiri karena berkaitan dengan kebiasaan.

  Sementara itu Prof. Obsatar Sinaga, Rektor UTama menambahkan bahwa kampusnya menerapkan “Smart Campus” turunannya adalah program kampus ramah lingkungan. Dijelaskannya bahwa di setiap sudut kampus UTama sudah terpasang jaringan Wi-Fi, sehingga mahasiswanya dapat mengakses internet dengan mudah. Termasuk pemenuhan kebutuhan mahasiswa UTama secara online. Kami ingin memberikan pelayanan optimal, dengan mengaplikasikan Smart Campus, salah satunya menata lingkungan kampus dengan aturan kampus tanpa asap rokok. Oleh sebab itu, kami berupaya sekuat tenaga menggulirkan kampus tanpa asap rokok bagi semua pihak. (23Apr2021, sumber UTama)

.

Universitas Widyatama Raih Ranking ke-53 Perguruan Tinggi Ternama Indonesia

Versi SCImago Institutions Rankings (SIR)

Universitas Widyatama Menduduki Ranking ke-53 Perguruan Tinggi Ternama Indonesia Versi SCImago Institutions Rankings (SIR)  Baru-baru ini SCImago Institutions Rankings (SIR) merilis ranking Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2021. Universitas Widyatama, Bandung menduduki ranking ke-53. Indikator penilaiannya meliputi research, innovation, dan societal.

  SIR merupakan lembaga pemeringkatan skala global, berkantor di Spanyol. Scimago Institution Ranking menunjukkan penilaian lembaga riset di seluruh dunia. Peringkat lembaga-lembaga tersebut dibagi menjadi lima sektor, antara lain Pemerintah, Kesehatan, Pendidikan Tinggi, Swasta, dan Lain-lain.

  SCImago Journal Ranking merupakan sebuah portal yang menampilkan pengukuran pengaruh suatu jurnal ilmiah terindeks Scopus seperti jumlah sitasi dan seberapa penting jurnal di mana sitasi tersebut dipublikasikan. Sedangkan Scopus merupakan wadah dan tujuan untuk publikasi artikel penelitian atau pemikiran bagi para akademisi, sehingga dapat diakui sebagai peneliti secara internasional. Termasuk sebagai salah satu penerbit terindeks bereputasi utama untuk publikasi ilmiah terpandang dalam komunitas akademisi di seluruh penjuru dunia.

  Djoko Roespinoedji, Ketua Yayasan Widyatama, mensyukuri raihan tersebut. Selama ini kami terus berupaya mendorong dan mendukung sekitar 272 dosen Universitas Widyatama dalam penulisan jurnal internasional, terindek Scopus sekaligus untuk publikasinya. Untuk lebih mengefektifkan penulisan para dosen kami membentuk sekitar 50-an klaster penulisan jurnal.

  Sejauh ini kami telah mempublikasikan 1373 jurnal internasional terindeks Scopus. InsyaAllah akan terus kami dorong, agar lebih meningkat di tahun depan. Terlebih Prof. Obsatar, Rektor kami salah satu chief editor yang memiliki personal garansi, jelas Djoko, Rabu (21/4/2021) lalu.

Berikut link perankingan perguruan tinggi di Indonesia, versi SIR, tahun 2021. (22Apr2021, sumber UTama)

.

.

Prodi Teknik Informatika UTama

Bantu Kembangkan Manajemen Mutu PAUD di Jabar Berbasis IT

Program Studi Prodi Teknik Informatika Universitas Widyatama UTama Bandung menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat PkM 1 1 1024x486 - Bantu Mengembangkan Manajemen Mutu PAUD di Jabar Berbasis IT Prodi Teknik Informatika UTama Adakan Webinar  Program Studi Teknik Informatika, Universitas Widyatama (UTama) Bandung menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) mengenai pengembangan manajemen mutu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis teknologi informasi.

  Web seminar (Webinar) Series melalui aplikasi google meet, Sabtu, 10 April 2021 lalu dengan tema “Mengembangkan Manajemen Mutu PAUD Berbasis IT untuk Pengelola, Kepala Sekolah, Guru PAUD, Dosen, Mahasiswa, Praktisi, dan Masyarakat Umum”. Webinar diikuti oleh 95 orang peserta erdiri dari kepala sekolah, guru PAUD, dosen, mahasiswa, praktisi dan umum. Animo peserta begitu tinggi, mereka berasal dari Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Garut, Sukabumi, bahkan dari Tangerang, Medan dan daerah lainnya.

  Ai Rosita, ST., MT., dosen Program Studi Informatika UTama yang juga pemateri mengatakan bahwa Webinar yang mengangkat langkah strategis PAUD merupakan salah satu wujud kepedulian dosen UTama dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dikatakannya bahwa perlu disikapi dengan seksama menambah kompetensi para pendidik dengan sumberdaya yang tepat sasaran, yakni dukungan perangkat dan infrastruktur teknologi informasi.

  Ai mengatakan bahwa kegiatan akan ada tindak lanjutnya. Rencananya akan memberikan bantuan untuk PAUD mitra pada kegiatan PkM dengan membuatkan Website didukung sistem informasi yang lengkap. Kegiatan ini merupakan sinergi dengan LP2M UTama melibatkan kerjasama dosen dengan para mahasiswa Program Studi Teknik Informatika. Kegiatan ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Termasuklah Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2019, tentang Pemda Wajib Tingkatkan Pelayanan untuk PAUD. Diharapkan pada prakteknya mampu memfasilitasi pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini, dengan keterampilan tatakelola berbasis Teknologi Informasi.

  Pembicara utama lainnya, Dr. Rudiyanto, S.Pd., M.Si., Ketua Pengurus Wilayah HIMPAUDI Jawa Barat, Asesor BAN PAUD dan PNF Kemendikbud, sekaligus dosen Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Rudiyanto memaparkan berbagai informasi yang mesti dipahami oleh peserta, diantaranya mengenai bentuk-bentuk pemanfaatan IT untuk satuan pendidikan PAUD (Aplikasi Dapodik PAUD). (17Apr2021, sumber UTama)

.

Pemahaman Kehumasan Untuk Dosen UTama

WhatsApp Image 2021 04 16 at 10.37.20 1024x768 - Puluhan Dosen UTama Diberi Pemahaman Kehumasan Akademisi Dari Pakarnya  Universitas Widyatama (UTama), salah satu kampus ternama di kota Bandung senantiasa memperhatikan kompetensi SDM nya menyelenggarakan

peningkatan kemampuan kehumasan dengan mengadakan “Pelatihan Kehumasan Untuk Akademisi”. Kegiatan yang diinisiasin Kepala Biro Humas, Protokoler dan Promosi UTama – Henry Metrya Taufik, M.M. berlangsung di Aula Gedung B, Lantai 4, Kampus UTama, Kamis (15/4/2021) lalu.

  Kegiatan diikuti para Dekan, Ketua Program Studi, Kepala Biro, serta Dosen UTama dari Fakultas Teknik, Fakultas Bahasa, Fakultas Bisnis Manajemen dan Fakultas Desain Visual Komunikasi.

  Wakil Rektor Bidang Keuangan, SDM dan Fasilitas, UTama, Dr. H. Deden Sutisna, S.E., M.Si., pada sambutannya mengatakan bahwa pengetahuan kehumasan perlu dipahami agar komunikasi bisa berjalan dengan baik secara internal maupun eksternal. Sehingga bisa meningkatkan kerjasama satu sama lain, begitu juga kepercayaan masyarakat luas kepada Universitas Widyatama.

  Yusuf Fitriadi mantan wartawan senior ekonomi dan Kepala SDM HU. Pikiran Rakyat

WhatsApp Image 2021 04 16 at 10.37.21 1024x768 - Puluhan Dosen UTama Diberi Pemahaman Kehumasan Akademisi Dari Pakarnyamenyampaikan perkembangan media massa digital, semakin kritisnya pandangan masyarakat terhadap perkembangan pendidikan tinggi dan kebijakan-kebijakan pemerintah pusat dan daerah menyebabkan perguruan tinggi manapun (termasuk Universitas Widyatama) harus memilki kemampuan kehumasan yang memadai. Salah satunya mampu mengelola berbagai informasi yang perlu disampaikan menjadi suatu pemahaman yang jelas dan lengkap.

  Semua civitas akademika termasuk para akademisi seyogyanya memiliki pengetahuan dasar mengenai kehumasan untuk berkomunikasi kepada masyarakat. Karena, menurutnya dengan berbagai perubahan yang terjadi, akan semakin sering dihadapkan pada situasi harus berkomunikasi kepada masyarakat. Informasi seputar Tridarma Perguruan Tinggi seyogyanya bisa diolah menjadi informasi kehumasan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kegiatan Universitas Widyatama.

  Bersama-sama dengan bagian Humas memelihara dan meningkatkan citra positif lembaga. Selain Tridharma, aturan-aturan yang berkaitan dengan pendidikan tinggi juga masih sulit dipahami masyarakat. Misal ketentuan menyangkut akreditasi pemahaman masyarakat terkadang tidak linier, sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Jika tidak direspon atau tidak diberikan penjelasan dengan tepat, dapat menimbulkan kerugian bagi lembaga.

  Para akademisi harus paham tentang komunikasi, paling tidak komunikasi interpersonal dan komunikasi massa. Pemahaman mengenai public yang dilayani kehumasan, yaitu publik internal (karyawan, pengurus organisasi) dan publik eksternal (konsumen, pemerintah, pers, masyarakat umum). Sedangkan strategi menjalankan kehumasan yang baik memerlukan strategi yang jitu, karena berbagai aktivitas kehumasan harus direncanakan dengan matang, berkelanjutan dan terintegrasi dengan visi misi organisasi. (16Apr2021, sumber UTama)

.

Pelatihan Manajemen Resiko bagi UMKM Kelurahan Margasari,

Pengabdian Masyarakat Prodi Teknik Industri UTama

  Program Studi Teknik Industri, Universitas Widyatama (UTama) melaksanakan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi, Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Kelurahan Margasari, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung. Kegiatanndilaksanakan Selasa (16/3/2021) lalu berupa pelatihan melalui daring kepada para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tergabung dalam komunitas MKAB dan IKASIMA di Kota Bandung.

  Mengusung tema “Penyuluhan Manajemen Resiko untuk UMKM di masa Pandemi Covid-19”. Dr. Didit Danurochman, S.T., M.T., dosen Prodi Teknik Industri, Ketua PkM, juga pemateri dalam kegiatan tersebut menjelaskan pengetahuan tentang manajemen  resiko merupakan salah satu elemen  penting dalam pengelolaan bisnis.  Dengan pengelolaan yang baik maka sebuah lembaga bisnis akan terhindar dari kerugian bahkan kebangkrutan. Begitu pula UMKM yang belum memiliki modal yang memadai, biaya operasional yang belum maksimal, sangat rentan terhadap perubahan resiko. Pada kegiatan ini diulas bagaimana cara menangani resiko tersebut. (15Apr2021, sumber UTama)

.

1723 Mahasiswa UTama Diwisuda

Di Tengah Pandemi

Wisuda Universitas Widyatama 2021 Virtual Wisuda Prof Obsatar Sinaga Rektor Universitas Widyatama e1618387018152 - 1723 Mahasiswa Universitas Widyatama Diwisuda Secara Khidmat Di Tengah Pandemi  Sebanyak 1723 mahasiswa Universitas Widyatama (UTama) dari berbagai wilayah di Indonesia, menjadi bagian dalam sejarah mereka mengikuti wisuda UTama pertama secara virtual, di tengah pandemi Covid-19, Sabtu (10/4/2021) lalu. Wisudawan merupakan jenjang Diploma, Sarjana, Magister dan Profesi dari Fakultas: Bahasa, Teknik, DKV, Bisnis & Manajemen, dan Pascasarjana.

  UTama untuk pertama kalinya di tengah pandemi Covid-19 menyelenggarakan wisuda secara online. Tidak ada perwakilan mahasiswa yang hadir langsung di tempat wisuda Gedung Serba Guna UTama. Semua berjalan secara virtual, mengikuti wisuda dari kediaman masing-masing.

Wisuda Universitas Widyatama 2021 Virtual Wisuda 4 1024x768 - 1723 Mahasiswa Universitas Widyatama Diwisuda Secara Khidmat Di Tengah Pandemi  Pada kesempatan itu, Prof. Obsatar Sinaga – Rektor UTama mengatakan gelar yang diraih merupakan hasil kerja keras, ketekunan dan keuletan mahasiswa selama menempuh keseluruhan tahapan studi.

Juga terdapat dukungan moral dan doa dari orangtua, keluarga serta kerabat dekat para mahasiswa, sehingga mampu meraih pencapaian positif.

  Dikatakannya dengan menyandang gelar, para wisudawan kini mengemban tanggung jawab baru, yaitu memberikan sumbangsih terbaik kepada masyarakat, menyelesaikan permasalahan masyarakat dan bangsa Indonesia.

  Mahasiswa lulusan UTama akan mudah memasuki dunia kerja. Pasalnya, UTama telah bekerjasama dengan puluhan perusahaan besar di dalam dan luar negeri. UTama melakukan kolaborasi dengan industri, sudah 40 perusahaan besar multinasional. Kerja sama yang dilakukan dengan berbagai perusahaan mampu menyerap lulusan sebab setiap satu perusahaan akan menyerap 1 hingga 8 mahasiswa lulusan UTama. Dan mereka maunya mengambil yang terbaik, satu sampai delapan. (12Apr2021, sumber UTama)

.

.

Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa Prodi Film Televisi,

UTama Kerjasama dengan ANTV

Deden Dekan Fakultas DKV Universitas Widyatama Kelas Keren ANTV 1024x768 - Tingkatkan Kompetensi Bagi Mahasiswanya Prodi Film Televisi UTama Bekerjasama Dengan ANTV  Dalam upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa Program Studi Film dan Televisi, Universitas Widyatama (UTama) melakukan berbagai terobosan kerjasama. Hari Rabu (7/4/2021) mahasiswa Film dan Televisi UTama mengikuti Kelas Keren Virtual bekerjasama dengan stasiun televisi ternama ANTV melalui aplikasi zoom meeting.

  Dua bulan ke belakang kegiatan serupa diselenggarakan Prodi Film dan Televisi UTama dengan ANTV mengusung tema “Industri Media Televisi”, jelas

Drs. Deden Maulana, A., M.Ds., Dekan Fakultas Desain Komunikasi Visual, UTama.

  R. Bondan Cheraldi, Graphic Designer ANTV dan Mahaputra Vito, Visual Artis selaku narasumber membagi pengalaman selama berkecimpung di dunia Desain Komunikasi Visual. Mereka. R. Bondan Cheraldi mengatakan ada empat hal penting dalam membuat karya desain, yaitu mengenai multidisiplin desain, proses desain, deadline desain, dan konsekuensi (desain) yang merupakan pertanggung jawaban dalam membuat sebuah desain. Ujar Bondan dalam melahirkan sebuah desain kreatif, harus tahu acuannya terlebih dahulu. Hal penting lainnya, ia sering jalan-jalan ke mall, beli buku, nonton film dan melihat keadaan sekitar. Tujuannya untuk menambah referensi, mengasah sense desain (melatih panca indera agar lebih peka terhadap Screenshot 53 1024x578 - Tingkatkan Kompetensi Bagi Mahasiswanya Prodi Film Televisi UTama Bekerjasama Dengan ANTVsekitar).

Screenshot 46 1024x584 - Tingkatkan Kompetensi Bagi Mahasiswanya Prodi Film Televisi UTama Bekerjasama Dengan ANTV  Menurutnya, di mall banyak tampilan desain berbagai media, yang setiap bulan berganti. Disitu kita bisa melihat perkembangan desain, menambah wawasan mengenai lay out, membuat atau pemilihan jenis huruf, warna dan sebagainya. Untuk meningkatkan keterampilan seorang graphic designer, juga bisa diasah melalui pengalaman.

  Sementara Mahaputra Vito, seorang perupa, bekerja di bidang desain holding dan pesepeda yang mulai berkarya selama delapan tahun mengatakan agar bisa bertahan di dunia industri desain, harus seimbang antara kepuasan pribadi, pekerjaan, dan hobi dalam menjalin pertemanan.

  Terkait kegiatan Kelas Keren Virtual ANTV itu, Deden mengatakan bahwa hal tersebut sangat baik untuk menumbuh kembangkan kemitraan dengan ANTV. ANTV sampai saat ini terus memberikan respon positif mengadakan kegiatan workshop, talkshow secara daring, berkontribusi kepada mahasiswa UTama.

Peran ANTV simbiosis kepada perguruan tinggi. Ke depan bisa menggalang kerjasama yang baik antara UTama dan ANTV.

  Sementara itu Drs. Budiman, M.Pd. – Kepala Program Studi Film dan Televisi mengatakan kegiatan akan berkesinambungan dengan program magang atau kerja praktek para mahasiswa. Bagi mahasiswa Prodi Film dan Televisi, kegiatan Kelas Keren ANTV wajib diikuti untuk meningkatkan kompetensi tambahan.

Kegiatan berisi kompetensi tambahan, dengan materigrafik moving. Intinya semua kegiatan kompetensi tambahan dan utama terus dikembangkan. (10Apr2021, sumber UTama)

.

MoU PkM Tingkatkan Potensi Bumdes, Ekonomi dan Pariwisata Parongpong – KBB

WhatsApp Image 2021 04 07 at 15.11.12 1 1024x768 - Agar Potensi Bumdes, Ekonomi dan Pariwisata Di Parongpong KBB “Meroket” Dosen Dan Mahasiswa UTama Lakukan PkM  Jawa Barat terkenal dengan tempat wisata alam, budaya, kuliner dan lainnya yang menarik wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Selain Lembang, potensi wisata daerah Parongpong yang beririsan langsung dengan Lembang.

  Ada tujuh desa di Kecamatan Parongpong yang memiliki potensi itu, seperti Desa Cihideung dikenal sebagai daerah tanaman hias. Desa lainnya yaitu Cigugur Girang, Cihanjuang Rahayu, Cihanjuang, Sariwangi, Ciwaruga, Karyawangi juga memiliki potensi wisata berbeda. Termasuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

  Civitas academica Universitas Widyatama melalui MoU Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ingin membantu pemerintah setempat agar desa di Kecamatan Parongpong lebih dikenal sebagai tempat wisata, sekaligus menggali ekonomi kreatif masyarakat Parongpong.

  Dosen dan mahasiswa UTama meliputi; Fakultas Bisnis Manajemen, Fakultas Teknik, Fakultas Bahasa, dan Fakultas Desain Komunikasi Visual melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di tujuh desa di Parongpong. PkM dilakukan sekitar mulai bulan Juli 2021 atau memasuki semester ganjil.

WhatsApp Image 2021 04 07 at 15.12.37 1024x768 - Agar Potensi Bumdes, Ekonomi dan Pariwisata Di Parongpong KBB “Meroket” Dosen Dan Mahasiswa UTama Lakukan PkMMelalui kesepakatan ini para dosen dan mahasiswa UTama akan membantu masyarakat Parongpong dalam hal mengemas dan menginformasikan produk atau potensi wisata melalui teknologi serta digitalisasi. Juga melatih masyarakat dalam penguasaan bahasa asing, optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan lainnya, selama tiga atau enam bulan.

  Langkah awal kegiatan PkM, dosen UTama memberikan pelatihan singkat bertema “Pelatihan Digital Marketing dan Motivasi SDM Meningkatkan Perekonomian Warga Di Masa Pandemi Covid-19”. Dengan diikuti pelajar, masyarakat, aparat pemerintah setempat, Selasa (6/4/2021) lalu, di Aula Kantor Kecamatan Parongpong, Jalan Kol.Masturi, No 291, Kabupaten Bandung Barat.

  Widyatama sudah bertekad memberlakukan konsep kerjasama dengan berbagai pihak kita bilang penthahelik, jelas Prof. Obsatar Sinaga – Rektor UTama saat penyerahan MoU di Kecamatan Parongpong, Selasa (6/4/2021) lalu. Kita ingin kehadiran kita sebagai lembaga yang memiliki manfaat bagi masyarakat.

  Dikatakan pula bahwa PkM ini lebih terintegrasi. Tidak hanya urusan PkM tetapi sampai kepada output. Apakah kemudian masyarakat dibantu dalam persoalan IT dan lainnya, tetapi masyarakat (Parongpong) menularkan bisnis plannya kepada kami. Kegiatan serupa sudah dilakukan di daerah Subang, Purwakarta dan Majalengka. Sekarang di Parongpong. Kemungkinan di tahun 2022 bergeser ke daerah lain di Kabupaten Bandung dan lainya. Tahun 2023 kembali ke Majalengka dan Sumedang. “Intinya kita ingin menjadi bagian masyarakat terbaik, yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat luas.

  Sementara itu Adjeng Mariana F., Dekan Fakultas Bisnis & Manajemen mengatakan Parongpong daerah yang sudah dikenal tetapi ada beberapa hal yang belum dikenal secara luas, baik skala nasional maupun internasional. Terutama wisata alam dan sarana pendukung termasuk kebiasaan masyarakatnya.

Banyak wisata alam yang belum tersentuh, bisa diperkenalkan. Seperti tempat berendam air panas, ternyata ada juga di daerah Parongpong. Tidak harus ke Ciater.

  Oleh sebab itu pihaknya akan membantu agar keunikan atau ciri khas daerah Parongpong bisa terpublikasikan secara baik, seperti wisata alam, kuliner, budaya serta lainnya. Fakultas Teknik UTama, rencananya membantu mengelola bisnis masyarakat Parongpong dengan Tehnik informasi. Merubah paradigma tradisional menjadi lebih modern mengoptimalkan penjualan secara online.

  Fakultas DKV akan membantu membuat kemasan produk agar lebih menarik, termasuk untuk promosi. Fakultas Bahasa akan membantu masyarakat Parongpong agar bisa menjadi pemandu wisata dan bisa berbaha asing.

  Terkait optimalisasi pengelolaan Bumdes, UTama akan membantu membuat neraca yang terbaca serta terstruktur, rugi laba, termasuk yang berkaitan dengan hasil Bumdes. Hal itu sangat penting, agar Bumdes bisa dikelola secara profesional. Termasuk agar mendapat bantuan dari pemerintah serta pemberdayaan dananya. Selain mengoptimalkan Bumdes, promosi, kuliner, untuk meningkatkan perekonomian Parongpong, juga harus menggali potensi lainnya, seperti SDM, manajemen usaha, manajemen keuangan dan sebagainya. Mahasiswa dan dosen UTama akan mendampingi mereka.

  Pada kesempatan yang sama Iwan Mustawan Aziz, Camat Parongpong memaparkan bahwa apa yang lakukan UTama sangat bermanfaat bagi daerahnya. Ia sangat berharap banyak dengan kegiatan tersebut. Karena masyarakat Parongpong saat ini dalam keadaan sulit, bisa terbantu khususnya di sektor usaha.

Kedepan harapan kami pihak akademisi bisa membantu strategi cara keluar dari kesulitan dalam berusaha atau berdagang, termasuk usaha lain yang menopang kehidupan mereka. Terimakasih setinggi-tingginya kepada Universitas Widyatama yang telah membantu berkolaborasi dengan kami, kata Iwan.

.

WhatsApp Image 2021 04 07 at 15.11.11 1 1024x768 - Agar Potensi Bumdes, Ekonomi dan Pariwisata Di Parongpong KBB “Meroket” Dosen Dan Mahasiswa UTama Lakukan PkMDari sektor pariwisata, menurut Iwan ada beberapa tempat wisata yang perlu dikembangkan.

  Kecamatan Parongpong sendiri, merupakan penopang daerah pariwisata sebelum ke Kecamatan Lembang. Kecamatan Parongpong tidak kalah penting sebagai daerah penopang pariwisata. Melihat banyaknya potensi kuliner dan tempat wisata yang perlu dikembangkan. Contoh wisata kuliner yang terdapat di Kecamatan Parongpong yaitu Kampung Daun, Villa Istana Bunga, Villa Air, Stroberi dan lainnya. Ke depan dengan apa yang dilakukan Widyatama di Kecamatan Parongpong, daerah kami tidak kalah dan bisa bersaing dengan Lembang. (07Apr2021, sumber UTama)

.

Widyatama Terus Berupaya Bantu Memutus

Penyebaran Covid-19

WhatsApp Image 2021 04 06 at 08.31.03 2 1024x768 - Universitas Widyatama Terus Berupaya Membantu Pemerintah Memutus Penyebaran COVID-19    Pandemi Covid-19 di tanah air sampai saat ini belum diketahui kapan berakhir. Pemerintah pusat dan daerah bahu membahu, berusaha keras memutus penyebarannya. Berbagai upaya pun telah dilakukan. Mulai dari penerapan pembatasan aktivitas serta kegiatan masyarakat, menerapkan protokol kesehatan dan lainnya.

Perlahan masyarakat mulai divaksinasi, namun masih belum memadai.

Bukan hanya pemerintah yang memiliki tanggung jawab memutus penyebaran Covid-19. Universitas Widyatama (UTama) Bandung, sebagai anggota masyarakat ambil bagain.

UTama secara berkesinambungan memberikan kontribusi antara lain: penyemprotan disinfektan di kampus dan wilayah sekitar, membagikan ribuan masker. Termasuk ke beberapa daerah di Jawa Barat, melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).

Senin (5/4/2021) lalu, Kampus UTama membagikan 500 buah masker berbahan kain. Simbolis diserahkan kepada Suhartomo, Lurah Sukapada, di Kantor Kelurahan Sukapada.

Prof. Obisatar – Rektor UTama menjelaskan bahwa kualitas masker yang dibagikan sudah memenuhi standar, sangat fungsional, tidak sekali pakai, bisa dicuci dan terpakai lama.

  Pembagian masker oleh UTama, menurut Prof Obi sudah yang keenam kali. Baik yang dibagikan kepada pemerintah setempat maupun secara mandiri diberikan langsung ke masyarakat. Rata-rata tiga bulan sekali. Ini yang keenam kali untuk warga disekitar kita. Di samping membagikan masker kami juga memberikan edukasi masyarakat, membantu Satgas COVID mengenai pentingnya memakai masker yang benar.

  Suhartomo, Lurah Sukapada yang juga Ketua Satgas sangat mengapresiasi pemberian masker itu, dan telah memberikan dukungan program penegakan sosialisasi 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan 1T (tidak berkerumun). Masker akan kami teruskan kepada warga masyarakat. (06Apr2021, sumber UTama)

.

Prodi Bahasa Inggris UTama berikan Pelatihan dan Sertifikat TOEFL

Guru dan Siswa SMKN 5 Bandung

  Dalam kaitan melaksanakanan Tri Dharma perguruan tinggi serta meningkatkan kompetensi Bahasa Inggris di lembaga pendidikan menengah Prodi Bahasa Inggris UTama melakukan kegiatan Pengabdian WhatsApp Image 2021 04 05 at 14.36.25 3 - Prodi Bahasa Inggris UTama Memberikan Pelatihan Test TOEFL dan Sertifikat Test TOEFL Kepada Guru dan Siswa SMKN 5 Bandungkepada Masyarakat (PkM). UTama dan SMKN 5 Kota Bandung melakukan kesepakatan kerjasama  (MoU) pada Sabtu (6/2/2021) lalu.

Kemudian dilaksanakan workshop dan tes TOEFL pada Sabtu (20/2/2021). Pemaparan materi tes TOEFL disampaikan Dr. Ervina CM Simatupang, Kepala Program Studi Bahasa Inggris, dengan tema “Manfaat Tes TOEFL dan Penggunaan Aplikasi Digital dalam Persiapan Tes TOEFL” secara virtual melalui Zoom Meeting.

Dekan Fak Bahasa Dr. Hendar menyebutkan tujuan kegiatan agar guru dan siswa memiliki sertifikat TOEFL dengan skor memuaskan dan bermanfaat, khususnya bagi siswa SMKN 5 Kota Bandung. Siswa SMKN 5 juga memiliki nilai tambah (added value) karena mereka memiliki pengalaman test TOEFL dan pemahaman tentang TOEFL. Sertifikat tersebut dapat digunakan untuk melamar pekerjaan atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

  Pelaksanaan kegiatan PkM melibatkan beberapa dosen tetap Prodi Bahasa Inggris UTama, yaitu Dr. Hero Gunawan, Drs, M.Pd., Puspita Sari, S.S., M.Hum dan Alvii Timothy Siregar, M.A.

  Sementara itu Kepala SMKN 5, Dra. Nani Sri Iryani menyambut baik dan berharap kegiatan dapat dilaksanakan secara reguler dan terjadwal. (05Apr2021, sumber UTama)

.

Rektor UTama: Soft Skill Harus Dimiliki Setiap Individu Agar Kompetitif

Di Era Industri

WhatsApp Image 2021 04 03 at 10.44.21 1 1024x477 - Prof Obi: Ini Soft Skill Yang Harus Dimiliki Oleh Setiap Individu Agar Kompetitif Di Era Industri  Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Indonesia setiap tahunnya (dari tahun 2018, 2019 dan 2020) baru 1,5 % dari total penduduk Indonesia sebanyak 272 juta orang atau sekitar 3,06 juta orang. Data Kementerian Perindustrian Indonesia (tahun 2020-2021) pertumbuhan industri diberbagai bidang, seperti otomotif, makanan dan minuman, pusat data, minyak gas, kimia, logistik, elektronik, medis, dan lainnya kurang begitu baik. Hal itu

pada ketimpangan antara jumlah ketersediaan lapangan kerja di perusahaan atau industri dengan ketersediaan penduduk usia kerja. Secara tidak langsung menyebabkan persaingan ketat di antara para pencari kerja di Indonesia untuk lebih kompetitif.

Menjawab tantangan tersebut pencari kerja harus memiliki kemampuan interpersonal soft skill dengan komunikasi verbal dan non verbal pada pekerjaan yang dibutuhkan, jelas Rektor UTama, Prof. Obsatar selaku pembicara utama pada Webinar Kick Start Your Soft Skill, Pusat Karir UTama, Kamis (1/4/2021) lalu.

  Menurutnya hal sederhana yang harus dimiliki yaitu kecakapan membuka suatu obrolan (komunikasi verbal) dengan hal-hal ringan. Ia mencontohkan kawan yang hobi batu akik. Gara-gara obrolan ringan mengenai batu akik pancawarna – Garut, kawan itu mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang bagus.

  Lebih jauh dijelaskannya terdapat 10 soft skill yang harus dimiliki para mahasiswa atau individu, untuk bisa lebih kompetitif dan profesional. Kemampuan soft skill untuk membentuk pribadi profesional mesti diasah, seperti mengelola waktu yang efektif, mampu bekerja di bawah tekanan, dapat diandalkan, berpikir kreatif dan inovatif, menyuarakan pendapat sebagai umpan balik yang baik, mampu memecahkan masalah, mampu memberikan pembinaan dan pendampingan, mampu mengambil inisiatif, berfikir fokus dan fleksibel, serta mengembangkan proses pekerjaan terbarukan.

  Dijelaskan pentingnya menghargai waktu sebagaimana dilakukan orang Jepang. Dalam berjalan saja orang Jepang melangkah dengan cepat, menggambarkan pentingnya waktu.

Yelli Kabiro Career Center UTama Webinar Kick Start You Soft Skill Universitas Widyatama 1 1024x571 - Prof Obi: Ini Soft Skill Yang Harus Dimiliki Oleh Setiap Individu Agar Kompetitif Di Era IndustriBerikutnya harus selalu konsisten. Jangan hanya menjadi amatiran, konsisten dengan apa yang sedang kita kerjakan.

  Sementara itu Siti Sarah, psikolog pemateri Webinar Kick Start Your Soft Skill, Pusat Karir UTama memaparkan untuk bisa bertahan di era 4.0 dan 5.0 paling utama memiliki kecakapkan soft skill bukan hanya hard skill. Minimal memiliki 4 C, yaitu critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi) dan communication (komunikasi), Kamis (1/4/2021) lalu. Karena keempat hal itu membedakan manusia dengan mesin nantinya. Ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan mesin dan tetap dikerjakan oleh manusia. Berpikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi.

  Kecapakan soft skill harus dipersiapkan sejak dini dan tidak instan. Minimal dipersiapkan saat menjadi mahasiswa, sebelum memasuki dunia kerja. Menyiapkan soft skill 4 C bagi mahasiswa banyak dilakukan kampus, seperti menggelar workshop, magang dan lainnya. Intinya mereka bisa lebih beradaptasi dengan era industri, sebagai cara untuk bisa bertahan hidup.

  Pada kesempatan itu, Yelli Eka Sumadhinata, Kepala Biro Pusat Karir/Career Center, UTama mengatakan bahwa kegiatan webinar merupakan salah satu bentuk pelatihan bagi mahasiswa UTama untuk meningkatkan soft skill yang diikuti 765 orang melebihi target 500 peserta. Pusat Karir UTama, bersemboyan “We Care, We Love, We Share”. (03Apr2021, sumber UTama)

.

Alat Penjernih Air Buatan Dosen Teknik Mesin UTama

Atasi Keluhan Warga Cimahi Selatan

Udin Kaprodi Teknik Mesin Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Widyatama 5 - Air Bau Dan Keruh Warga Cimahi Selatan Bisa Teratasi Oleh Alat Penjernih Air Buatan Dosen Teknik Mesin UTama  Air bersih hal penting dalam meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat di suatu wilayah. Namun tidak sedikit yang mendapat kendala masalah ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus. Demikian pula warga RW 14 Kelurahan Cibeureum, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.

  Dosen Program Studi (Prodi) Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UTama melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) selama tiga bulan, melakukan penelitian terhadap air keruh dan berbau di daerah tersebut dan memberi solusi alat penjernih buatan mereka, Kamis (1/4/2021) lalu

gj 1024x768 - Air Bau Dan Keruh Warga Cimahi Selatan Bisa Teratasi Oleh Alat Penjernih Air Buatan Dosen Teknik Mesin UTama  Dosen yang terlibat pada penelitian dan PkM adalah: Udin Komarudin, ST., MT; Nia Nuraeni Suryaman, S.Pd., MT; Martoni, ST., MT.; Ida Farida, ST., MT.; Heru Santoso, Ir., MM.; Kresno, ST., dan berapa mahasiswa Teknik Mesin yang mewakili angkatan.

  Pada kegiatan itu Prodi Teknik UTama bekerjasama dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPKP) Kota Cimahi serta Kelompok Pengguna dan Pemanfaat Air (KP2A). Tujuannya untuk membantu warga RW 13, Kelurahan Cibeureum mengatasi masalah air kotor melalui mekanisme instalasi penyaringan air bersih. Penelitian dan PkM nya dilaksanakan selama tiga bulan, dari tanggal 10 Oktober 2020 sampai tanggal 15 Januari 2021. Setelah itu mereka melakukan evaluasi dan pengawasan dari tanggal 16 Januari sampai tanggal 30 Maret 2021. Alat penjernih air ini dapat menyuplai air bersih untuk memenuhi kebutuhan 180 KK, jelas Udin Komarudin – Kaprodi Teknik Mesin.

  Pada Kegiatan PkM dan Penelitian ini Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik UTama dan DPKP Kota Cimahi menyerahkan satu unit instalasi penjernih air untuk kapasitas 180 KK kepada kelompok KP2A, di Kelurahan Cibeureum, Cimahi Selatan. (03Apr2021, sumber UTama)

Siswa SMAN 16 Kota Bandung Jadi Tahu Keunikan “Negara Sakura” Dari Prodi Bahasa Jepang Universitas Widyatama

Hety Sekretaris Prodi Bahasa Jepang Fakultas Bahasa Universitas Widyatama PkM SMAN 16 Kota Bandung 1024x768 - Siswa SMAN 16 Kota Bandung Jadi Tahu Keunikan “Negara Sakura” Dari Prodi Bahasa Jepang Universitas Widyatama  Program Studi (Prodi) Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa, UTama Bandung beberapa waktu lalu menyelenggarakan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) memperkenalkan berbagai keunikan “Negara Sakura” Jepang kepada 29 siswa SMAN 16 Kota Bandung.

    Mengusung tema “Ayo, Kenali Keunikan Jepang”. Kegiatan diselenggarakan secara virtual melalui web seminar (Webinar) sebagai solusi saat pandemi.

    Hety Nurohmah, S.S., M.Hum Ketua Pelaksana PkM mengatakan kegiatan merupakan salah satu cara untuk berinteraksi dengan masyarakat. Khususnya siswa SMAN 16 Kota Bandung. Sebagai bentuk kepedulian Program Studi Bahasa Jepang, kata Hetty, Rabu (31/3/2021) lalu. Animo siwsa SMAN 16 Kota Bandung sangat antusias.

  Sasaran utama kegiatan PkM yaitu siswa dari jurusan Bahasa agar mereka mendapatkan gambaran keunikan bahasa dan budaya Jepang. Termasuk berbagai kesempatan dan peluang pergi ke Jepang dan tinggal di sana, serta kesempatan bekerja bagi lulusan Prodi Bahasa Jepang.

  Kegiatan melibatkan beberapa dosen Prodi Bahasa Jepang UTama yang menjadi narasumber. Yakni: Aan Amalia, Dra., M.Pd., Dinda Gayatri Ranadireksa, M.A., Ph.D., Hety Nurohmah, S.S., M.Hum., Abdul Latif Jaohari, S.Pd., M.Pd, dan Felicia Aprilani, S.Hum., M.Hum. Juga mahasiswa D3 dan S1 Prodi Bahasa Jepang UTama, Syahrul Falahi, Adam Syahrul Ramadhan dan Syahrul Aditya Akbar membantu kegiatan tersebut.

  Menurut Hety para peserta mengikuti kegiatan dengan penuh semangat dalam menggali informasi tentang “kejepangan”. Hal itu mengacu kepada hasil kuesioner PkM di SMAN 16. Paling tertarik para peserta menggali peluang bekerja di Jepang. (01Apr2021, sumber UTama)

.

Teknik Sipil UTama Beri Solusi Atasi Masalah Drainase

Komplek De Marakkesh Bandung

Yanyan Kaprodi Teknik Sipil Universitas Widyatama Pengabdian Kepada Masyarakat Komplek Marakkesh Bandung 1 - Teknik Sipil UTama Memberikan Solusi Untuk Mengatasi Masalah Drainase Di Komplek De Marakkesh Bandung  Masalah perkotaan tidak hanya terletak pada masalah kemacetan semata. Tingginya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan (demand) akan tempat tinggal layak memicu pembangunan kawasan pemukiman dan perubahan tata guna lahan yang cepat.

  Sayangnya perubahan fungsi kawasan dan tata guna lahan tersebut tidak diimbangi dengan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang baik. Terutama pada segi tata guna air (saluran drainase, kolam retensi, dan lain-lain), sehingga memperbesar potensi terjadinya banjir pada kawasan tersebut.

  Perlu adanya studi yang komprehensif menangani hal tersebut, agar tercipta suatu sistem tata guna air yang sustainable dan bisa mengendalikan, meminimalisis potensi terjadinya banjir atau genangan, jelas Yanyan Agustian, Ph.D., Ketua Program Studi Teknik Sipil, UTama.

  Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UTama mencoba menerapkan sistem tata guna air tersebut dalam lingkup perumahan. Dengan tujuan menciptakan suatu sistem tata guna air yang sustainable, mulai saluran drainase hingga kolam retensi dan teknologi-teknologi lainnya.

Lokasi percontohan dalam kajian ini adalah Komplek De Marakkesh yang berada di Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung.

  Melalui program PkM kali ini Prodi Teknik Sipil UTama mengangkat isu pengendalian banjir atau genangan air (cileuncang) perkotaan, di Komplek Marakkesh koota Bandung, sebagai lokasi studi dan PkM. Program PKM adalah kegiatan rutin Prodi Teknik Sipil UTama, yang bertujuan membantu memberikan wawasan dan rekomendasi ilmiah kepada masyarakat atas fenomena-fenomena yang sedang terjadi,” ujar Yanyan Agustian, Ph.D.

  PKM ini diadakan pada hari Selasa (30/3/2021) lalu melalui media Zoom meeting.   Yanyan Kaprodi Teknik Sipil Universitas Widyatama Pengabdian Kepada Masyarakat Komplek Marakkesh Bandung 4 1024x573 - Teknik Sipil UTama Memberikan Solusi Untuk Mengatasi Masalah Drainase Di Komplek De Marakkesh BandungDihadiri oleh pemerintah setempat (RT), tokoh masyarakat, pengurus DKM, mahasiswa dan dosen dari Prodi Teknik Sipil, UTama.

  Prodi Teknik Sipil, UTama merekomendasikan beberapa hal untuk pengendalian genangan di Komplek De Marakkesh, Kota Bandung. Di antaranya pemetaan dan perbaikan jaringan drainase, penambahan kapasitas kolam retensi, pengaturan operasional pompa, pemasangan biopori dan sumur resapan serta pembuatan sistem pemanenan air hujan (Rain Water Harvesting/RWH).

  Lebih lanjut Yanyan mengatakan sistem RWH diharapkan bisa mengalirkan air hujan langsung ke dalam sumur resapan, selain mengurangi potensi volume air genangan juga akan menambah kapasitas air tanah. Sementara, biopori akan membantu mempercepat penyerapan air hujan yang jatuh di lahan selain atap rumah. Air yang tidak terserap ke dalam tanah akan dialirkan melalui jaringan drainase dan ditampung sementara di dalam kolam retensi. Saat volume kolam retensi akan penuh, pompa akan dioperasikan dan mengalirkan air kolam ke sungai Cipamokolan yang ada di dekat Komplek Marakkesh.

  Suhendar, Ketua RT 04 Komplek Marakkesh kota Bandung sangat berterima kasih kepada Prodi Teknik Sipil UTama yang telah bersedia menyumbangkan waktu dan tenaganya membantu permasalahan genangan di Komplek Marrakesh. Ia berharap kajian ilmiah ini dapat diterapkan dan diimplementasikan, sehingga ke depan tidak akan terjadi lagi genangan-genangan saat terjadi hujan lebat. (31Mar2021, sumber UTama)

.

Prodi Perpustakaan & Sains Informasi UTama Berikan Workshop Pengembangan Koleksi Perpustakaan Di SMK Harapan 2 Rancaekek

WhatsApp Image 2021 03 26 at 09.11.11 1024x575 - Prodi Perpustakaan & Sains Informasi Universitas Widyatama Melakukan Workshop Pengembangan Koleksi Perpustakaan Di SMK Harapan 2 Rancaekek  Dosen program studi Perpustakaan dan Sains Informasi, Universitas Widyatama (UTama) melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di SMKN Harapan 2 Rancaekek, Kabupaten Bandung.

  Aminudin ST., M.Kom., dosen sekaligus Ketua Kluster PkM itu mengatakan kegiatan tersebut telah dihelat Kamis (18/2/2021) lalu. Diisi dengan kegiatan workshop pengembangan koleksi perpustakaan sekolah, mengangkat tema “Revitalisasi Perpustakaan Sekolah Untuk Efektivitas Pembelajaran”.

  SMK Harapan 2 Rancaekek berada di Jalan Desa Nanjung Mekar Rancaekek Rt 03 Rw 02 Desa Nanjung Mekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Kegiatan dilangsungkan secara daring dengan peserta terdiri dari Kepala Perpustakaan, Kepala Program Kurikulum, dan guru mata pelajaran di SMK Harapan 2 Rancaekek. Termasuk mahasiswa Prodi Perpustaaan dan Sains Informasi, UTama,” kata Aminudin, Selasa (30/3/2021) lalu.

  Materi disampaikan oleh Haria Saputry Wahyuni, S.I.Pus., M.I.Kom., dan dimoderatori oleh Diah Sri Rejeki, S.Sos., M.I.Kom., Ketua Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi, UTama.

WhatsApp Image 2021 03 26 at 09.11.12 1 1024x575 - Prodi Perpustakaan & Sains Informasi Universitas Widyatama Melakukan Workshop Pengembangan Koleksi Perpustakaan Di SMK Harapan 2 Rancaekek  Aminudin menjelaskan kegiatan itu dimaksudkan memberi wawasan kepada sekolah, khususnya Perpustakaan dan Guru mata pelajaran di SMK Harapan 2 Rancaekek dalam mengembangkan koleksi perpustakaan sesuai dengan ketentuan PERPUSNAS (Perpustakaan Nasional) Republik Indonesia nomor 12 tahun 2017 mengenai standar perpustakaan SMA/SMK.

  Sementara itu, Linda – Kepala Perpustakaan SMK Harapan 2 Rancaekek berharap kegiatan PkM bisa berlanjut untuk materi workshop berikutnya.

Hal tersebut diamini Kepala SMK Harapan 2 Rancaekek Drs. H. Aep Saepudin yang juga mengapresiasi PkM Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas Teknik Widyatama di Sekolah yang dipimpinnya.

(30Mar2021, sumber UTama)

.

GM Operational PT Pindad International Logistic Apresiasi Magang Mahasiswa

UTama

John Salale GM Operasional PT Pindad Internasional Logistic 3 576x1024 - GM Operational PT Pindad International Logistic Bangga Terhadap Mahasiswa Universitas Widyatama  John Salale GM Operational PT Pindad International Logistic memberi apresiasi terhadap mahasiswa UTama yang melaksanakan magang di PT Pindad, perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial.

  Mahasiswa UTama mengikuti program magang pendampingan bersertifikat yang dilaksanakan dua tahun ke belakang, sebelum digulirkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Ia mengapresiasi mahasiswa UTama yang pernah magang di PT Pindad karena memiliki sikap dewasa, cerdas dan mudah menyesuaikan diri di lingkungan kerja PT Pindad.

Secara soft skill, sosialisasi, mereka sudah bagus. Baik itu bersosialisasi dengan teman ataupun siapapun. Mahasiswa dari kampus lain bukan berarti tidak bagus, namun perlu dibina lagi, jelasnya, Senin (29/3/2021) lalu. Contoh mereka pernah mendpat tugas untuk diselesaikan selama dua minggu. Namun dalam dua hari, mereka bisa menyelesaikannya dengan baik.

  Saat digulirkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, John memberikan pembekalan secara virtual kepada 75 mahasiswa Fakultas Teknik UTama yang akan melakukan magang (kuliah di luar kampus) dibeberapa BUMN, perusahaan, perguruan tinggi dan lainnya. Menurutnya mahasiswa UTama harus membentuk pola karir sejak sekarang bukan setelah mereka lulus. Apakah mereka akan berwirausaha, menjadi pegawai negeri, bekerja di BUMN, perusahaan asing, menjadi TNI, Polri atau lainnya.

  Mahasiswa selain harus memiliki hard skill yang mumpuni diasah dengan sempurna untuk bisa bersaing. Namun yang paling penting mereka harus memiliki soft skill. Hasil penelitian kampus di Amerika Serikat, kemampuan hard skill 15% yang lebih penting yaitu soft skill 85%.

Soft skill yang harus dimiliki seperti berpikir kritis, cepat mengambil keputusan, memberi saran dan masukan, sering-sering berdiskusi, interaktif dalam berdiskusi, menyikapi perbedaan pendapat seperti apa, kata John.

  Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Pembelajaran, Prof. Dadang Suganda mangatakan program magang perguruan tinggi menjadi idaman, karena para mahasiswa akan mendapatkan banyak pengalaman dan kecakapan.

Rozahi Dekan Fakultas Teknik Universitas Widyatama Merdeka Belajar Kampus Merdeka 2 1024x603 - GM Operational PT Pindad International Logistic Bangga Terhadap Mahasiswa Universitas WidyatamaFakultas Teknik sudah melakukan perjanjian kerjasama dengan PT Pindad, United Tractors, PTDI dan perusahaan lainnya,” imbuh Prof. Dadang.

    Pembekalan kepada mahasiswa magang sangat baik dan harus dilakukan oleh setiap program studi. Hal-hal berkaitan dengan teknis magang tentu fakultas menyiapkan standar dan pedoman-pedomannya. PT Pindad, United Tractors dan PTDI sudah professional menerima mahasiswa magang, sehingga tugas yang diberikan universitas untuk mahasiswa magang betul-betul sudah dipersiapkan dengan baik. Kami percaya out put dari magang ini betul-betul akan memberikan bekal bagi mahasiswa kami. Sehingga mereka memiliki modal kecerdasan yang sangat lengkap,” kata Prof. Dadang.

  Program magang program bersertifikat inimemungkinkan selesai magang para mahasiswa mendapatkan sertifikat yang berbasis pada kompetensi profesi yang relevan dengan dunia sekarang dan akan datang. Dalam pesannya kegiatan itu agar terus dilanjutkan. Ke depan bukan hanya 75 mahasiswa, tetapi mahasiswa dari angkatan berikutnya (adik kelasnya).

  Sementara itu Rozahi Istambul, Dekan Fakultas Teknik UTama menambahkan bahwa kegiatan pembekalan program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan MoA dengan 61 perusahaan, yang telah dilakukan dua minggu sebelumnya.

  Adapun 75 mahasiswa Fakultas Teknik yang mengikuti kegiatan terdiri dari mahasiswa program studi Teknik Industri, Teknik Informatika, Sistem Informasi, Teknik Sipil, Teknik Elektro dan Teknik Mesin. (29Mar2021, sumber UTama)

.

Sekretaris Dewan Eksekutif BAN-PT Diundang Ke Kampus UTama

WhatsApp Image 2021 03 23 at 18.47.08 2 1024x502 - Target Bisa Mencapai Kampus Unggul Sekretaris  Dewan Eksekutif BAN-PT Diundang Ke Kampus UTama  Universitas Widyatama (UTama), salah satu kampus ternama di kota Bandung berharap mendapatkan akreditasi unggul. Dalam kaitan itu, agar mendapat informasi mengenai akreditasi lebih gamblang dan dipahami, UTama mengundang Sekretaris Dewan Eksekutif Badan Akteditasi Nasional Perguruan Tinggi, Prof. Agus Setiabudi sebagai narasumber terkait akreditasi.

  Ia memberikan pemaparan mengenai Kebijakan Akreditasi BAN-PT dan Implementasi Kebijakan BAN-PT di masa Pandemi di depan Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Kepala Program Studi serta dosen UTama, juga perwakilan dari kampus Apikes-Bandung, Uninus dan STIA Bandung, Kamis (25/3/2021) lalu.

WhatsApp Image 2021 03 25 at 11.41.56 1024x768 - Target Bisa Mencapai Kampus Unggul Sekretaris  Dewan Eksekutif BAN-PT Diundang Ke Kampus UTama  Pada kesempatan itu Prof. Agus mengatakan standar yang ditetapkan pemerintah pada perguruan tinggi selalu berubah. Sehingga BAN-PT harus melakukan perubahan instrumen, sebagai dasar perubahan akreditasi tersebut. Sesuai peraturan BAN-PT Nomor 5 tahun 2020, tentang Instrumen Akreditasi Program Studi, kriteria dan elemen penilaian akreditasi BAN-PT mencakup sembilan elemen yang harus dipenuhi perguruan tinggi yaitu: 1. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi; 2. Tata Pamong, Tata Kelola dan Kerjasama; 3. Mahasiswa; 4. Sumber Daya Manusia; 5. Keuangan, Sarana dan Prasarana; 6. Pendidikan; 7. Penelitian; 8. Pengabdian kepada Masyarakat; 9. Luaran dan Capaian Tridharma.

BAN PT sebetulnya di fase akhir apakah perguruan tinggi memenuhi standar atau tidak. Karena pemerintah menetapkan standar minimal maka perguruan tinggi harus menetapkan standar yang lebih tinggi.

Menurutnya ada beberapa standar yang menjadi momok, seperti pemenuhan standar dosen dengan kualifikasi dan jumlah tertentu. Khususnya bagi perguruan tinggi yang relatif kecil.

  Pada kesempatan itu Prof. Obsatar – Rektor UTama mengatakan sengaja mengundang Prof. Agus agar mendapat informasi dari tangan pertama terkait kebijakan terbaru BAN PT, sekaligus kiat terhadap perubahan-perubahan. Terutama pada proses akreditasi dengan sistem online. Bagi UTama, sembilan elemen tidak terlalu berbeda jauh dengan sebelumnya dan masih bisa dipenuhi oleh Widyatama. Karena itu Rektor UTama optimis dengan SDM yang dimiliki UTama bisa meraih apa yang diharapkan menjadi kampus unggul. Salah satu alasannya 273 dosen UTama sudah memiliki kurang lebih 1600 jurnal internasional yang terpublikasi. (26Mar2021, sumber UTama)

.

Pelaku UMKM Kelurahan Margasari Ikuti Pengabdian Kepada Masyarakat

Prodi Teknik Industri UTama

WhatsApp Image 2021 03 23 at 18.47.06 1024x640 - Pelaku UMKM di Kelurahan Margasari Terbuka Wawasannya Setelah Mengikuti Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Prodi Teknik Industri UTama    Selama pandemi Covid-19 sekitar 37 ribu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat, termasuk kota Bandung terdampak. Tidak sedikit yang gulung tikar. Salah satu penyebab daya beli masyarakat yang menurun secara signifikan.

Melihat kondisi itu, pertengahan Maret 2021 lalu, tiga dosen dan tiga mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri UTama Bandung melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang difokuskan pada aspek proses produksi, distribusi, serta aspek pemasaran.

Mereka memberikan pelatihan dan pendampingan pengembangan usaha di era adaptasi kebiasaan baru (AKB) kepada pelaku Kelompok Industri Pangan Rumah Tangga (IPRT) di Kelurahan Margasari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung.

WhatsApp Image 2021 03 23 at 18.45.44 1024x576 - Pelaku UMKM di Kelurahan Margasari Terbuka Wawasannya Setelah Mengikuti Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Prodi Teknik Industri UTama  PkM di atas salah satu bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi dari civitas academica UTama. Menurut Verani Hartati, Ketua kegiatan PkM Kelurahan Margasari berada di wilayah Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung, termasuk pada zona kuning. Pelaku usaha di wilayah itu mulai terdorong melakukan kegiatan usaha seperti sedia kala agar mampu bangkit serta beradaptasi dengan era AKB.

  Ada enam Kelompok IPRT yang menjadi mitra kegiatan PkM UTama. Mereka memproduksi pangan olahan, seperti kue basah, nasi box, rempeyek, salad buah, makaroni schotel, chistik, dan lainnya. Pelatihan melalui media online dan dilanjutkan dengan pendampingan.

  Lebih lanjut Verani menjelaskan bahwa kelompok IPRT Kelurahan Margasari belum memiliki pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha yang dapat menyesuaikan dengan era AKB. Terutama dalam hal produksi dan distribusi yang sesuai dengan anjuran pemerintah.

  Menurut Vey mitra juga dibantu fasilitas produksi dan distribusi pangan sesuai dengan anjuran pemeritah. Ia memberikan beberapa perlengkapan sanitasi pangan yang belum dimiliki oleh mitra. Pada kegiatan ini, mitra juga dibantu dalam memahami pemanfaatan media sosial untuk pemasaran hasil produksi mereka.

  Sementara itu Ayoe Pratiwi, salah saru mitra binaan yang memproduksi kue basah mengatakan bahwa kegiatan ini telah membuka wawasannya memproduksi olahan pangan yang bersih dan sehat, mengimplementasikan sanitasi pangan yang dapat mencegah penyebaran Covid-19, termasuk strategi pemasaran pada era AKB ini. Mereka berharap UTama terus memberi kami ilmu lain yang bermanfaat untuk kemajuan usaha kami, bahkan kami ingin dibantu cara mendapat ijin BPOM dan sertifikasi halal.

  Kegiatan PkM Program Studi Teknik Industri UTama di Kelurahan Margasari merupakan kegiatan tahap awal dari serangkaian kegiatan PkM yang telah diagendakan untuk membantu UMKM mencapai ketahanan pangan nasional.

  Dosen yang ambil bagian pada kegiatan PkM, yaitu Verani Hartati, S.T., M.T., Ketua Pelaksana PkM, Setijadi, S.T., M.T., Pemateri Pelatihan dan Rendiyatna Ferdian, S.T., M.T., Ketua Tim Pendamping. (24Mar2021, sumber UTama)

.

LEPRID & Kasdam III Siliwangi Beri Apresiasi UTama

Atas Kepedulian pada Lingkungan

Festival Konservasi Cisanti Universitas Widyatama Penghargaan Lemprid 1 3 - Atas Kepeduliannya Kepada Lingkungan LEPRID & Brigjen Kunto Kasdam III Siliwangi Memberikan Apresiasi Kepada Universitas Widyatama   Atas kepedulian dan dukungan terhadap pembagian sertifikat terbanyak kepada masyarakat yang peduli lingkungan (Sungai Citarum) dan Satgas Citarum Harum, Rektor UTama dan Ketua Yayasan Widyatama mendapat penghargaan Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (LEPRID).

  Penghargaan itu diberikan langsung oleh Ketua Umum dan Pendiri LEPRID Paulus Pangka, di 0 Km sungai Citarum, Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, Senin (22/3/2021) lalu. Penghargaan diberikan dalam memperingati hari air, metrologi, hutan dan kehutanan se-dunia pada kegiatan Festival Konservasi Cisanti.

  Paulus Pangka mengatakan bahwa penghargaan yang diterima UTama merupakan apresiasi LEPRID, karena telah memberikan dukungan atas  pemberian 2021 sertifikat, kepada masyarakat dan komunitas yang peduli terhadap lingkungan, air dan mata air (Sungai Citarum).

  Menurutnya Kampus UTama menjadi pelopor kepedulian atas pemberian sertifikat itu.

Kegiatan dihadiri langsung oleh Brigadir Jendral Kunto Arief Wibowo, Kasdam III Siliwangi, yang berada di bawah pengawasan TNI, Sektor 1 Satgas Citarum Harum.

Festival Konservasi Cisanti Universitas Widyatama Penghargaan Lemprid 3 3 - Atas Kepeduliannya Kepada Lingkungan LEPRID & Brigjen Kunto Kasdam III Siliwangi Memberikan Apresiasi Kepada Universitas Widyatama  Prof. Obsatar Sinaga – Rektor UTama mengatakan akademisi seperti UTama sangat perlu dilibatkan dalam konservasi alam, menjaga kebersihan mata air Cisanti mata air sungai Citarum. UTama sangat mendukung upaya yang dilakukan oleh Satgas Citarum Harum, masyarakat, maupun komunitas yang peduli akan lestarinya mata air dan kebersihan sungai Citarum, sebagai sungai terpanjang di Jawa Barat dan salah satu sungai yang memiliki peran penting terhadap ekosistem, agar terbebas dari limbah berbahaya, penggundulan hutan disepanjang aliran sungai Citarum dan lainnya.

  Rektor UTama menekankan pentingnya gerakan masif dalam menjaga mata air dan kepedulian masyarakat terhadap sungai Citarum. Kepedulian lingkungan yang ditanamkan kepada mahasiswanya, salah satunya hal kecil yang ditanamkan adalah larangan merokok di kampus yang didukung regulasi dan aturan yang jelas. Kampus UTama memiliki ruang terbuka hijau.

  Pada kesempatan sama Roeshartono Sekretaris Yayasan mengatakan, bahwa pihaknya memiliki kepedulian, untuk melestarikan alam. Ia menambahkan kampusnya dibilang kampus hijau, karena merawat keberadaan pepohonan yang ada di dalam kampus. (23Mar2021, sumber UTama)

.

.

.

.

.

“Career Day UTama” 23-29 Maret 2021 Berkolaborasi CDC UI

  Pusat Karir atau Career Center UTama berkolaborasi dengan Career Development Center

100.000 Pencari Kerja Bisa Mengikuti “Career Day UTama” 23-29 Maret 2021 Secara Daring  Universitas Indonesia (CDC UI), menggelar “Career, Internship, Scholarship, and Entrepreneurship (CISE) Virtual Expo 2021″. Kegiatan tersebut diselenggarakan secara virtual, dari tanggal 23-29 Maret 2021 melibatkan 19 perguruan tinggi yang berkolaborasi membuka jaringan baru untuk job fair. Kegiatannya tidak hanya job fair, juga pameran karier, pameran magang, pameran beasiswa, pameran kewirausahaan (start-up), dan berbagai rangkaian webinar. Terbuka untuk umum dan gratis.

  Kegiatannya diikuti oleh 30 perusahaan (Career Expo), 7 perusahaan (Internship Expo), 11 mitra (Scholarship Expo), 29 perusahaan (Entrepreneurship Expo), 8 perusahaan (Branding), 19 perguruan tinggi (Mitra Afiliasi), 55 media partner serta 14 mitra bazaar. Kegiatan dimaksudkan memfasilitasi karir lulusan dari perguruan tinggi, dalam dunia kerja dan pendidikan. Selama kegiatan berlangsung terekap sekitar 33.603 lamaran yang masuk, akses pada “branding page” perusahaan keseluruhan 98.985 kali serta akses pada lowongan kerja secara keseluruhan ada 360.085 kali. (22Mar2021, sumber UTama)

.

Lokakarya Kurikulum Multimedia Menuju Merdeka Belajar Kampus Merdeka

FDKV UTAMA Universitas Widyatama Merdeka Belajar Kampus Merdeka - Lokakarya Kurikulum Multimedia Menuju Merdeka Belajar Kampus Merdeka    Prof. Dr. Dadang Suganda, Wakil Rektor bidang Akademik UTama membuka Lokakarya Kurikulum Multimedia secara daring, Kamis (18/3/2021) lalu. Sebagai uapya menuju implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

    Esensi MBKM wujud reformasi dan deregulasi dalam sistem, sekaligus terobosan pendidikan sekarang dan perubahan di masa depan. Seperti model penagangan antara kampus dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) wajib tersusun, dalam bentuk kurikulum. Sebagai model kemitraan dengan pedoman dan panduan yang tepat sesuai kebutuhan. Keberadaan tenaga praktisi atau profesional perlu dihadirkan di dalam kampus. Tujuannya untuk memberikan informasi seutuhnya mengenai seluk beluk DUDI, kepada para mahasiswa.

  Sementara itu Banung Grahita, akademisi dari Fakultas Seni Rupa Desain (FRSD) ITB mengatakan perhatian terhadap profil lulusan sesuai dengan kebutuhan nyata, dengan disiplin multimedia saat ini akan sangat luas dan beririsan dengan disiplin ilmu lainnya. Oleh karena itu, model transformasi interdisiplin antar bidang keilmuan akan lebih terbuka, dalam rangka peningkatan kompetensi dalam bidang multimedia.

  Sedangkan Rudi Farid, Kepala Program Studi (Ka.Prodi) Desain Grafis (D4) berpandangan pentingnya mempertahankan aspek makna komunikasi dan informasi, sebagai konten narasi penyelesaian masalah (problem solving) komunikasi. Ia menambahkan tuntutan keahlian dalam bidang multimedia, juga perlu meningkatkan kemampuan mengoperasikan beberapa perangkat. Maka kecenderungannya setiap lulusan dapat menjurus pada suatu keahlian tertentu atau bersifat menyeluruh.

  Agar diketahui kini fenomena kemajuan teknologi informasi dan media terdapat transformasi dari cara pandang penggunanya. Seperti penggunaan layar datar ke layar 360 derajat dalam virtual reality. Hal tersebut akan menentukan cara kerja kreatifitas dalam aplikasi media.

  Di samping itu implementasi kurikulum terkait DUDI perlu merealisasi setiap tugas berbasis projek nyata sesuai studi kasus di lapangan. Sehingga dapat beradaptasi dari setiap perubahan yang cukup pesat serta meningkatkan “soft skill” atau keterampilan sosial, komunikasi, kecerdasan sosial, dan lainnya, sebagai karakteristik individu yang cakap. Lokakarya akan diteruskan pada program kerja selanjutnya, melakukan grup diskusi dengan pihak lain.

  Disamping ketiga narasumber di atas, hadir juga narasumber lainnya: Gaga Nugraha praktisi dalam bidang animasi, iklan dan film, Wahyu Tamly dan Asep Deni Iskandar, Ka.Prodi Multimedia. (20Mar2021, sumber UTama)

.

Dosen Harus “Menjadi” Wartawan

  Rektor UTama, Prof. Dr. Obsatar Sinaga M.Si. mengharapkan dosen-dosen memiliki kebiasaan menulis seperti wartawan mengutamakan kebenaran, bersikap jujur, memiliki kreativitas tinggi, serta mampu memberi inspirasi dan manfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.

  “Orang pada umumnya menyangka sebuah berita itu adalah gambaran suatu peristiwa sepenuhnya, padahal 75% berita dihasilkan dari proses kreatif wartawan,” ujarnya saat membuka Workshop “Penulisan dan Publikasi Pemberitaan Hasil Kegiatan Di lingkungan Universitas Widyatama” yang dilaksanakan secara daring pada hari Kamis (18/3/2021) lalu.

  Rektor UTama yang memilki pengalaman jurnailstik cukup panjang menjelaskan dengan meniru pola kerja wartawan dapat membantu dosen mengembangkan kemampuan menulisnya secara signifikan. Karena wartawan bekerja dengan waktu yang sempit, tapi dituntut mendapatkan fakta-fakta yang memiliki nilai berita. Di sisi lain harus menggunakan bahasa sederhana, ringkas dan lugas, tapi tetap  harus menjaga kode etik.

  Sementara instruktur workshop, Yusuf Fitriadi membenarkan pentingnya dosen-dosen memiliki kemampuan menulis berita dengan baik. Terutama jika ingin lebih optimal menginformasikan berbagai kegiatan-kegiatan tridharma perguruan tinggi ke masyarakat, dengan melalui pengiriman rilis ke media massa.

  Yusuf menambahkan, kemampuan menulis berita yang baik berguna untuk menulis informasi lainnya seputar tridharma perguruan tinggi. Dicontohkan informasi hasil-hasil penelitian, bisa dibuat dalam tulisan sederhana berupa kiat-kiat atau arahan sederhana yang bisa dimengerti masyarat. Kegiatan pengabdian masyarakat juga bisa dikemas dalam bentuk rubrik2 “klinik”, untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.

  Sementara Kepala Biro Humas dan Protokoler UTama, Henry Meytra Taufik, S.E., M.M mengatakan penyelenggaraan workshop tersebut merupakan upaya UTama untuk terus meningkat kapasitas civitas akademika. Jika dosen-dosen memiliki keemampuan menulis rilis dengan baik, maka proses membangun brand perception dan brand awareness bisa berlangsung tebih terintegrasi dengan publikasi kegiatan-kegiatan tridharma perguruan tinggi. (19Mar2021, sumber UTama)

.

Prodi Bahasa Jepang UTama Gelar Pelatihan Bahasa

Bagi Calon Tenaga Keperawatan “Negeri Sakura”

.

WhatsApp Image 2021 03 17 at 11.04.03 2 1024x652 - Prodi Bahasa Jepang UTama Menggelar Pelatihan Bahasa Jepang Bagi Calon Tenaga Keperawatan Di “Negeri Sakura”  Prodi Bahasa Jepang UTama kembali mengadakan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dengan menyelenggarakan pelatihan Bahasa Jepang bagi tenaga keperawatan (Kaigo) di STIKES Dharma Husada, Kota Bandung.

Pelatihan dilangsungkan berbentuk Webinar online pada hari Selasa, (23/2/2021) lalu.

  Pelatihan untuk memberikan pengetahuan mengenai istilah keperawatan dalam bahasa Jepang kepada para mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan STIKES Dharma Husada.

  Saat ini kebutuhan tenaga perawat di “Negeri Sakura” Jepang tidak menurun. Meskipun masih dalam suasana pandemi Covid-19 malah sebaliknya, kebutuhannya semakin meningkat. Namun syarat mutlak menyediakan tenaga perawat yang dibutuhkan adalah kemampuan berbahasa Jepang yang mumpuni. Oleh sebab itu pengetahuan tersebut bagi tenaga perawat dari Indonesia sangatlah penting.

  Lima dosen dari Prodi Bahasa Jepang UTama menjadi narasumber, yaitu, Uning Kuraesin., Dra., M.Pd.; Hardianto Rahardjo, S.Pd., M.Pd.; Ningrum Tresnasari, S.S., M.A.; Nurza Ariestafuri, S.S., M.Pd.; dan Raden Novitasari, S.S, M.Hum.

  Di samping itu tiga mahasiswa turut membantu mewakili Prodi D3 dan S1 Bahasa Jepang, yaitu Amira Wifaq Tsuraya, Lionnanda Dhedi Wiranto serta Almira Kartasentana. Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Terlebih hal tersebut menjadi dasar dalam berkomunikasi ketika diterima bekerja menjadi perawat di Jepang nanti. Sebagian besar para peserta menyatakan topik yang mereka dapat sesuai harapan. Pengetahuan mereka tentang bahasa Jepang semakin meningkat.(18Mar2021, sumber UTama)

.

Fakultas Teknik UTama Beri Pelatihan Platform Pembelajaran Daring

Bagi SDN 190 Cisaranten Kidul

Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Widyatama Rozahi Dekan Fakultas Teknik 1 2 - PkM Fakultas Teknik UTama Menyediakan Platform Pembelajaran Daring Bagi SDN 190 Cisaranten Kidul  Dosen Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik UTama laksanakan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) memberi pelatihan serta membagi informasi pemanfaatan platform Moodle untuk pembelajaran dalam jaringan daring pada puluhan guru SDN 190 Cisaranten Kidul, Kota Bandung.

  Pelatihan dilaksanakan di aula SDN 190 Cisaranten Kidul, Komplek Riung Bandung, Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, pada Rabu (10/3/2021) lalu.

  Dekan Fakultas Teknik UTama – Dr. Rozahi Istambul, dan Hari Supriadi, S.T., M.Kom. hadir menjelaskan pembelajaran daring menggunakan platform Moodle. Dijelaskan pula, sejak tahun 2010 UTama telah melakukan perkuliahan secara hybrid, yaitu dengan tatap muka langsung dan juga melalui daring menggunakan platform Moodle. Sosialisasi dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengalaman guru SDN 190 Cisaranten Kidul meningkatkan kemampuan mereka memanfaatkan fasilitas e-leaning.

  Kami memberikan fasilitas dengan menyediakan website platform Moodle secara gratis untuk SDN Cisaranten Kidul dalam upaya mendukung kegiatan pembelajaran secara daring,” kata Rozahi. Moodle merupakan platform pembelajaran daring yang tidak berbeda jauh dengan pembelajaran tatap muka langsung.

  Setelah mengikuti kegiatan ini, Guru SDN Cisaranten Kidul bisa memanfaatkan platform yang disediakan UTama selama satu tahun ke depan. Digunakan untuk pembelajaran virtual/teleconverence, memberi materi pelajaran, memberikan tugas, mengadakan tes, administrasi, absen, mengontrol aktivitas siswa guru, penilaian dan lainnya.

  Memang selama pandemi banyak sekolah yang telah memanfaatkan platform lain, seperti google classroom, google meet dan lainnya. Dengan platform ini para guru mendapatkan pilihan untuk berinteraksi dengan siswanya.

  Sementara itu, Kepsek SDN 190 Cisaranten Kidul, Hj. Eti Rohaeti, S.Pd mengapresiasi PkM Fakultas Teknik UTama di sekolah yang dipimpinnya. Dengan kegiatan tersebut Eti berharap mindset para guru lebih terbuka dan meningkat. Termasuk informasi yang diterima oleh mereka akan berdampak bagi siswanya.

  Peserta pelatihan diwakili tiga orang guru dari setiap tingkat (kelas I-VI), ditambah guru mata pelajaran. Mereka yang menjadi peserta harus menginformasikan materi yang didapat ke guru lainnya.

Eti menjelaskan bahwa pembelajaran daring selama setahun terakhir ini merupakan kendala bagi guru maupun orang tua. Seperti orangtua yang tidak memiliki hp android serta kuota internetnya. Jumlah siswa keseluruhan sekitar 1119 orang dengan jumlah guru 49 orang.

  Eti berharap agar PkM UTama tidak terhenti pada kegiatan itu. Namun bisa berlanjut di kemudian hari. Sehingga pembelajaran daring yang dilakukan akan lebih menyenangkan. (12Mar2021, sumber UTama)

.

UTama Bekerjasama dengan FHCI

Selenggarakan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat

universitas Widyatama Forum Human Capital Indonesia FHCI 3 - Kampus Merdeka Utama Bekerjasama dengan Forum Human Capital Indonesia (FHCI) menyelenggarakan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB)  Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB) merupakan program Forum Human Capital Indonesia (FHCI) yang bekerja sama dengan 121 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Diinisiasi oleh Pusat Karir Universitas Widyatama (UTama) sebagai implementasi BUMN Hadir Untuk Negeri.

  Prof. Dr. H. Dadang Suganda, M.Hum. Wakil Rektor I, Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Pembelajaran Universitas UTama mengatakan tujuan kerjasama, yaitu untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa menyalurkan potensi dan menggali pengalaman di BUMN. Ini adalah meningkatkan keterampilan serta kompetensi anak bangsa khususnya mahasiswa agar terciptanya SDM yang unggul. Kegiatan ini juga merupakan bukti nyata BUMN hadir untuk negeri.

  Ia juga berharap dengan program ini para mahasiswa UTama mampu melihat dunia profesional/kerja yang sesungguhnya. Hal itu sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mulai diterapkan di berbagai perguruan tinggi,

  Kementerian BUMN berharap PPMB menjadi langkah nyata link and match kurikulum di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggu Swasta (PTS) sesuai kebutuhan industri dan dunia kerja yang telah lama diinisiasi dan diharapkan bisa menjawab “gap” yang terjadi di lapangan. Lebih lanjut, Pemberian Pembekalan Mahasiswa Magang (PMMB) untuk Mahasiswa UTama Batch 1 tahun 2021 telah dilakukan pada Jum’at (5/3/2021) lalu di Ruang Rapat, Gedung Rektorat UTama Lt. 2.

  Prof Dadang berharap program magang ini sebagai bentuk implementasi kampus merdeka. Ketika mahasiswa UTama magang di perusahaan, mendapat pengalaman dan ilmu baru yang tidak didapat di kampus.

  Hasil seleksi mahasiswa UTama yang mengikuti Program Pemagangan Bersertifikat dan lolos mengikuti Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB) Batch 1 tahun 2021 yakni: Devara Raditya Fajriawan, Jurusan Akuntansi Keuangan, Sertifikasi Industri, Penempatan BUMN PT Perkebunan Nusantara VIII Unit Kerja Kantor Direksi Bandung Jawa Barat; Arni Yusmana Uli Arta Saragi Sidauruk, Jurusan Manajemen Pemasaran, Sertifikasi Industri, Penempatan BUMN PT Pos Indonesia (Persero) Unit Kerja Kantor Pos Sukabumi Jawa Barat.

  Peserta yang terpilih akan menjalani magang selama enam bulan, di enam perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program magang tersebut merupakan salah satu langkah awal UTama mendukung implementasi kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. (08Mar2021, sumber UTama)

.

English Festival 2021

  Prodi Bahasa Inggris dan Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris (HIMABI) UTama mengambil peran dalam mengembangkan kemampuan ber-Bahasa Inggris terutama bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA. Sebagai implementasi diselenggarakan kompetensi kebahasaan secara rutin setiap tahun. English Festival 2021 atau lebih populer dengan E-Fest.

  Tahun ini, kegiatan diselenggarakan secara daring atau penyelenggaraan di setting secara virtual. EKegiatan E-Fest 2021 yang ke 18 ini diselenggrakan bermaksud untuk memperkenalkan program Bahasa Inggris kepada masyarakat luas pada umumnya, pelajar SMA/SMK/MA dan juga mahasiswa pada khususnya. Dalam kegiatan E-Fest 2021 diselenggarakan beberapa kompetisi, diantaranya: Speech Contest, News Anchor, Efest 1 - English Festival 2021Story Telling, Singing Competition dan juga Poetry Reading.

  Sebanyak 40 peserta dari beberapa sekolah dan juga universitas berpartisipasi dalam kegiatan E-Fest 2021. Kegiatan E-Fest kali ini diharapkan mampu menggali potensi dan bakat yang dimiliki para participants dalam hal Bahasa Inggris dan menunjukkannya kepada khlayak melalui kompetisi yang diikuti.   Dengan tema Vintage Victorian 1800s Ego te Provoco diharapkan kegiatan E-Fest 2021 dapat motivasi para peserta, bahwa kompetisi yang diikuti tidak hanya sekedar ajang unjuk bakat semata, namun tujuan akhir dari kompetisi ini adalah keluar sebagai juara. (06Mar2021, sumber UTama)

.

Implementasi MBKM UTama Gelar Program Magang Mahasiswa

Rektor Universitas Widyatama Merdeka Belajar Kampus Merdeka 2 - Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Universitas Widyatama Menggelar Program Magang Mahasiswa  Universitas Widyatama (UTama) membuka program magang Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) bagi mahasiswa Fakultas Teknik. Salah satu kegiatan MBKM berupa program magang di dunia industri dan dunia kerja bagi mahasiswa. Hal itu sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, terkait MBKM yang mulai diterapkan di berbagai perguruan tinggi.

  Sebagai langkah nyata dan implementasi program tersebut, Kamis (4/3/2021) lalu UTama melakukan MoA secara virtual dengan pimpinan berbagai perusahaan, industri, institusi pendidikan, instansi pemerintah, BUMN, swasta khususnya yang berada di wilayah Jawa Barat. Di antaranya dengan PP Persero Tbk, Adira Insurance, Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Subang, PT Bio Farma, PT Kimia Farma, PT PLN, Pikiran Rakyat, PT LEN, PT Telkom Akses, PT Wijaya Karya, Universitas Padjadjaran, PT JVC Electronics Indonesia, Direktorat Kemahasiswaan Universitas Telkom, Universitas Widyatama dan lain sebagainya.

  Prof. Obsatar Sinaga – Rektor UTama menjelaskan bahwa kerjasama diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di lapangan, khususnya dunia kerja sesungguhnya.

Prof Dadang Warek II Universitas Widyatama Merdeka Belajar Kampus Merdeka 2 - Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Universitas Widyatama Menggelar Program Magang Mahasiswa  Pada kesempatan yang sama Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Pembelajaran UTama, Prof. Dadang Suganda, mngatakan bahwa hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia agar memiliki kemampuan, baik ilmu maupun keterampilan, untuk bekal mereka dikemudian hari. Ketika kampus hanya memberikan ilmu sains, bisa saja sains dan keterampilan yang diberikan di kampus sudah tidak relevan dengan dunia kerja. Oleh karena itu pemerintah memberikan opsi, mahasiswa harus diberi hak untuk belajar di luar kampus selama tiga semester. Bisa di luar Prodi di dalam kampus, kampus yang lain atau bisa di luar kampus, kata Prof Dadang.

Ia menambahkan ketika mahasiswa UTama magang di luar kampus, bisa jadi ilmu yang didapatkan di kampus, sudah kadaluarsa sudah tidak sesuai dengan dunia industri atau dunia kerja. Oleh sebab itu ketika mereka magang bisa jadi mendapatkan ilmu dan keterampilan baru. Itu dari sisi ilmu,” kata Prof Dadang.

Sedangkan dari sisi pembentukan mental dan karakter, bisa jadi berbeda dengan dunia kampus. Karena di masyarakat sangat kompleks karakternya. Apalagi di perusahaan yang banyak tantangannya akan memperkuat mahasiswa menjadi manusia yang memiliki modal banyak. Ia berharap kepada semua perusahaan, bisa memberikan bimbingan, arahan, evaluasi dan monitoring untuk saling mengisi.

Rojahi Dekan Fakultas Teknik Universitas Widyatama Merdeka Belajar Kampus Merdeka 2 - Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Universitas Widyatama Menggelar Program Magang Mahasiswa  Sementara itu Dekan Fakultas Teknik UTama M. Rozahi Istambul, menjelaskan teknis program magang memang merupakan salah satu bagian dari kebijakan Kemendikbud.

Seluruh aktivitas di luar prodi seperti membangun desa, mengajar diluar dari prodi, melakukan riset, kegiatan magang, pertukaran pelajar dan lainnya. Kita rekognisi, mahasiswa tidak perlu kuliah di prodinya, diganti dengan kegiatan tadi. Salah satunya magang praktek kerja di perusahaan selama satu semester atau enam bulan, kata Rozahi.

  Kegiatan magang yang diikuti oleh mahasiswanya diasumsikan menjadi kegiatan perkuliahan, dan merupakan hal baru. Magang atau praktek kerja saat ini jangan dimaknai seperti magang praktek kerja seperti dulu, yang biasanya dilakukan hanya dua minggu sampai satu bulan. Belum lagi dalam kesehariannya sangat bebas, bisa masuk atau tidak. Namun sekarang benar-benar full segala sesuatunya mendapatkan pengalaman seakan-akan mereka sudah menjadi pegawai, jelas Rozahi.

  Untuk program magang MBKM gelombang pertama, akan diikuti oleh sedikitnya 75 mahasiswa Fakultas Teknik UTama.

Yudi PT PP Persero Tbk 1 - Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka Universitas Widyatama Menggelar Program Magang Mahasiswa  Yudi Eko, Quality Control Officer dari PP Persero Tbk yang bergerak di bidang kontraktor di antaranya membangun apartemen mengatakan menyambut baik program magang bagi mahasiswa UTama. Program ini bagus untuk mengenalkan dunia kerja kepada mahasiswa. Kalau praktek di lapangan akan dihadapkan dengan masalah, cara kerja, cara berkomunikasi dengan atasan atau pekerja dan lainnya, Jum’at (5/3/2021) lalu.

  Ia menambahkan PT PP Persero Tbk, memiliki banyak proyek di seantero Indonesia. Nanti kita lihat saja magangnya di mana, disesuaikan yang terdekat. Biasanya kita terima dengan tangan terbuka. Namun kalau di lapangan karena proyek itu berbeda dengan di kantor. Mahasiswa UTama bisa saja nanti praktek di lapangan, manajemen, HSD dan lainya tergantung permintaan mahasiswa. (06Mar2021, sumber UTama)

.

#### 0 ####

Kemandirian Belajar Masa Pandemi: Ujian Bagi Indonesia dan Exit Strategy yang Tersedia

Kemandirian Belajar Masa Pandemi: Ujian Bagi Indonesia dan Exit Strategy yang Tersedia

Oleh: Bachrudin Musthafa, Guru Besar Literasi UPI Bandung

  Hiruk-pikuk kehidupan di seantero bumi ini tiba-tiba dibuat gaduh dan kemudian senyap oleh wabah berskala global yang kemudian kita kenal dengan istilah corona virus. Di Indonesia saja, sebagai contoh kasus, wabah yang telah merenggut jutaan nyawa sumberdaya manusia produktif ini telah menyentakkan kita dari apa yang selama ini kita impikan dan mungkin telah menjadi obsesi kita.

  Dalam suasana semacam ini Komunita menurunkan tajuk utama penting: “Pandemi Covid-19– Degradasi, Resiliensi dan Equibrium PT” dan “Merawat Kualitas Pendidikan Tinggi di Tengah Pandemi Covid-19”. Dibaca dengan cara menyandingkan kedua tajuk utama ini dalam satu halaman yang sama memaksa fokus perhatian kita membagi diri ke dalam dua tahapan. Tahap pertama mengaji dampak sapuan wabah terhadap keadaan kolektif kita sebagai negara-bangsa; tahap ke dua mereka-reka pemahaman terhadap keadaan dan kemudian berusaha merancang strategi untuk bangkit membangun kembali sumberdaya dan fasilitas yang masih tersisa.

  Menuruti alur pemahaman di atas, artikel singkat ini akan mengangkat beberapa catatan dan mengajukan sejumlah gagasan pemberdayaan agar kita sebagai negara-bangsa tidak “terkubur” dalam “mimpi buruk” yang membuat kita secara kolektif lemas dan tak berdaya.

  Pertama, sebagai basis bagi pemikitan kita bersama, ide-ide pokok dari narasumber yang dihadirkan Komunita akan diringkaskan, kemudian diikuti komentar reflektif agar gagasan penting yang dikatakannya dapat mengendap ke dalam kesadaran. Tokoh yang mendapatkan giliran bicara pada Komunitas edisi (Agustus/September 2021) ini termasuk Rektor Unpar (Prof. Situmorang, PhD), Prof. Harits Nu’man PhD. (Wakil Rektor Unisba), Prof. Meilinda Nurbanasari, PhD. (Rektor ITENAS), Dr. Cahyat Rohyana (Ketua YPBPI), Prof. Asep Effendi Rektor Universitas Sangga Buana (USB), dan Dr. Sugianto (Wakil Rektor IKOPIN). Dari rektorat Unpar tercatat isu penting yang merisaukan terkait kualitas hasil belajar mahasiswa pada awal-awal pandemi ini mengesankan “seadanya” dan tanpa kedalaman. Dari pimpinan Unisba tercatat adanya tantangan “memelekkan teknologi” tenaga pengajar angkatan lama sekaitan dengan tuntutan kebutuhan menyediakan pembelajaran synchronous dan pengajaran a-syncronous karena kebutuhan diversifikasi pembelajaran yang dipaksa berubah oleh keadaan masa pandemi ini. Dari Rektor ITENAS terbaca tantangan besar dari sisi dana pengembangan untuk membuat kampus ini 100% digitalized dengan berbagai rentetan konsekuensi yang menyertainya. Pimpinan Yayasan Pendidikan Bhakti Pos Indonesia, dalam situasi pandemi yang melumpuhkan ini meyakini bahwa pendidikan harus mampu mengantarkan mahasiswanya sejalan dengan derap usaha dan dinamika industri menghadapi Industry 4.0. Sejalan dengan itu, Rektor Universitas Sangga Buana (USB) menghadapai tantangan ekstra penting dalam memastikan keajegan kompetensi lulusan yang hendak dicapai dan konsistensi tatakelola kepemimpinan perguruan tinggi. Terakhir, dari pimpinan IKOPIN tercatat gagasan dan tekad bahwa “pandemi adalah pemicu dan pemacu yang menyadarkan kita”: bahwa kita harus berubah ke arah yang lebih baik: lebih proaktif, kreatif, dan memberdayakan.

  Dari paparan gagasan pimpinan perguruan tinggi dan yayasan pengelola pendidikan yang menyertainya kita dapat menangkap dengan jelas bahwa—dalam ketakpastian sekalipun—layanan pendidikan harus tetap ditingkatkan dan dipastikan efektivitas dan efesiensinya.

  Bagaimana caranya? Itulah tantangan terbesar yang diakui para pimpinan perguruan tinggi yang merupakan narasumber Komunita kali ini.

  Sisa ruangan yang terbatas pada esei ini akan difokuskan pada gagasan pemberdayaan kemandirian sebagai cara strategis untuk membuat mahasiswa Indonesia mulai mengambil porsi tanggungjawab sebagai pembelajar yang menitipkan nasib-peruntungan masa depannya ke kampus-kampus yang dipilihnya sebagai tempat belajar. Dapatkah mahasiswa kita mengubah elan perjuangannya ke arah yang lebih mandiri, strategis, dan berdaya?

  Jawabnya positif asalkan persyaratan-persyaratan prosesnya dipenuhi. Di bawah ini beberapa keniscayaan yang telah terbukti mewujud dalam pengalaman dan pengamatan saya selama puluhan tahun mengajar di perguruan tinggi.

  Pertama, dari masa kanak-kanak, anak-anak Indonesia harus dibiasakan memilih dan belajar menghayati konsekuensi pilihannya. Hal ini berlaku untuk semua hal yang wajar untuk dijadikan pilihan. Tidak tersedia jalan pintas dan dilarang mengambil jalan melanggar hukum.

  Dari pengalaman beberapa puluh tahun mengajar di jenjang S1, jenjang S2, dan Jenjang S3 di beberapa perguruan tinggi di Bandung selama ini, setiap jenjang pembelajaran ini memiliki kelemahan yang beraneka dan kelemahan yang sangat menonjol adalah kemampuan memahami diri-sendiri, khususnya yang bertalian dengan apa yang diinginkannya dan apa yang telah dilakukan untuk mencapai apa yang diinginkannya. Misalnya, ketika hal ini dikontekstualisasikan ke dalam masalah “penelitian” masalah ini sangat kentara. Contoh: Riset apa yang ingin dilakukannya untuk projek skripsi untuk jenjang S1? Apa yang ingin diteliti untuk tugas akhir thesis jenjang S2 yang akan dilakukannya? Dan topik dan jenis riset apa yang ingin dilakukannya untuk penelitian disertasi S3 yang hendak diselesaikannya? Pertanyaan sederhana dan wajar ini, lebih dari 90 persennya tak dapat dijawab oleh mahasiswa di Indonesia.

  Kedua, berkaitan dengan kebiasaan memilih adalah pemberian opsi pilihan, utamanya ketika berhadapan dengan sesuatu keputusan penting semisal mau memiliki keahlian apa setamat kuliah nanti? Ingin memiliki keterampilan apa selepas mempelajari matakuliah tertentu nanti? Kebiasaan memilih semacam ini penting untuk menumbuhkan sense of direction yang merupakan prasyarat bagi kemampuan merencanakan sesuatu yang penting (being planful). Keterampilan “lunak” jenis ini strategis untuk dibekalkan kepada pembelajar/mahasiswa supaya mereka memiliki arah yang memandu geraknya dari momen yang satu ke momen yang lainnya.

  Ketiga, gambaran “orang baik” di kampus-kampus Indonesia perlu juga dikaji-ulang dan didefinisikan kembali. Mahasiswa yang baik itu seperti apa? Apa yang membuat seseorang menjadi mahasiswa teladan? Profil kepribadian seperti apa yang dianggap unggul di kampus-kampus di Indonesia? Seperti apa sifat, kebiasaan, dan kualitas etos kerja mahasiswa “teladan” yang membawanya sukses secara akademik dan sukes secara sosial?

  Hal ini sangat penting digarisbawahi bahwa nyaris semua hal yang berkaitan dengan atribut-atribut penting “keteladanan” seseorang itu dapat diciptakan dan bukan sifat bawaan adikodrati. Kalau kita dapat melihat semua ini sebagai masalah pilihan, maka semuanya menjadi “mungkin” dan menjadi “masalah pilihan”.

  Ke empat, akui bahwa ada faktor kecenderungan minat seseorang ke arah bidang tertentu dan kecenderungan itu dapat merupakan bonus penting bagi pilihan karir tertentu. Akan tetapi, seperti dikatakan Albert Einstein tempo doeloe, akhirnya kerjakeras akan mengalahkan bakat.

  Ke lima, anak-anak Indonesia—juga mahasiswa S1, S2, dan S3—harus sering diingatkan bahwa mereka, masing-masingnya, merupakan penentu utama yang akan menentukan masadepannya akan seperti apa, dan menjadi apa. Hal ini penting disadari bahwa, dalam banyak konteks, urut-urutan peringkat prestasi dalam banyak bidang masih terbuka untuk semua orang. Termasuk untuk mahasiswa S1, S2, dan S3 dari Indonesia.

  Selamat mengenali diri dan mengatur strategi pengembangan diri selagi hayat dikandung badan. Selamat menyibak jalan hijrah ke arah yang lebih baik dan berkah.

  Insya Allah berhasil.

*****

.

.

MERAWAT KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI DITENGAH PANDEMI COVID-19

.

MERAWAT KUALITAS PENDIDIKAN TINGGI

DITENGAH PANDEMI COVID-19

.

  Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan penutupan fisik sementara 4.586 kampus di seluruh Indonesia, sekitar 8,848,816 mahasiswa, dan 295,219 dosen telah terdampak pandemi Covid-19, pembuat kebijakan dan perguruan tinggi dihadapkan dengan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semisal bagaimana mengurangi kehilangan pembelajaran, cara menerapkan pembelajaran online, cara membuka kembali pendidikan dengan aman dan bagaimana memastikan mahasiswa yang kurang terwakili, rentan dan kurang beruntung tidak tertinggal.

  Perguruan tinggi (PT) dan kampus sejatinya juga tempat di mana mahasiswa tinggal dan belajar dekat satu sama lain. Kampus juga merupakan pusat budaya di mana mahasiswa berkumpul dari berbagai daerah Indonesia. Namun, kini fondasi ekosistem unik ini telah dipengaruhi secara signifikan oleh penyebaran cepat wabah virus corona (Covid-19), dan menciptakan ketidakpastian mengenai implikasinya bagi pendidikan tinggi.

  Selama hampir 1.5 tahun terakhir, PT terpaksa membatalkan kelas tatap muka dan menutup pintu kampus yang sulit diperkirakan kapan berakhir. Pembelajaran tatap muka di kampus dialihkan ke pembelajaran online, dan mahasiswa didorong pulang kampung atau di rumah untuk menyelesaikan studi mereka. Pandemi Covid-19 nyata telah mengakibatkan gangguan jangka panjang pada sistem pendidikan tinggi.

  Menyimak pidato Presiden Uganda, Kaguta Museveni bahwa: “Dunia saat ini sedang berperang. Perang tanpa senjata dan peluru. ….. Perang tanpa batas. …… Tentara dalam perang ini tanpa ampun. Tidak memiliki setitik pun rasa kemanusiaan. Tidak pandang bulu – tidak peduli apakah anak-anak, wanita, atau tempat ibadah yang diserangnya. ……. Ini adalah tentara yang tidak terlihat, cepat, dan sangat efektif. Agenda satu-satunya panen kematian. Hanya kenyang setelah mengubah dunia menjadi satu lahan kematian besar. Kapasitasnya untuk mencapai tujuannya tidak diragukan lagi. ….. Ia memiliki pangkalan di hampir setiap negara di dunia. Pergerakannya tidak diatur oleh konvensi atau protokol perang apa pun. Singkatnya, ia adalah hukumnya tersendiri. Ia adalah Coronavirus. Juga dikenal sebagai Covid-19.

  Syukurlah, pasukan ini memiliki kelemahan dan bisa dikalahkan. Hanya membutuhkan tindakan kolektif, disiplin dan kesabaran kita. Covid-19 tidak dapat bertahan dari jarak sosial dan fisik. Ia hanya berkembang ketika Anda menantangnya. …… Namun menyerah dalam menghadapi jarak sosial dan fisik kolektif. …. Tidak berdaya ketika Anda mengambil takdir Anda di tangan Anda sendiri dengan menjaganya tetap bersih sesering mungkin. Ini bukan waktunya untuk menangis tentang roti dan mentega…….. Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa manusia tidak akan hidup dari roti saja (tetapi dari setiap Firman Allah). ….. Mari kita ratakan kurva Covid-19. Mari melatih kesabaran. Mari menjadi penjaga saudara kita. ……”

  Indonesia telah melakukan berbagai upaya dan kebijakan, diantaranya: pembentukan gugus tugas dan satuan tugas, penerapan protokol kesehatan, vaksinasi Covid-19, PSBB, PPKM Darurat, PPKM level 1 sampai dengan 4 yang masih diperpanjang sampai tulisan ini disusun. Semua kegiatan dibatasi, termasuk pendidikan yang merupakan sektor esensial dalam mendidik sumber daya manusia generasi muda Indonesia sebagai investasi masa depan. Itulah suasana yang kita hadapi. Kondisi yang tentunya mendorong pendidikan memiliki ketangguhan dan keseimbangan baru, karena tuntutan pendidikan harus tetap berjalan walaupun dengan pembatasan protokol kesehatan sekalipun.

  Institusi pendidikan tinggi, yakni perguruan tinggi (PT) serta badan penyelenggara (Yayasan) memang sedang menghadapi masa-masa sulit, akibat pandemi belum bisa dikendalikan. Hampir 2 tahun situasi ini berlangsung, dan juga belum ada gambaran akan berakhir. Karena itu, bagaimanapun juga adaptasi dan ketahanan diri PT harus ditumbuh-kembangkan oleh masing-masing institusi pendidikan tinggi mensikapi pandemi Covid-19 ini.

  Pandangan dan penelitian Dr. Gleb Tsipursky bisa jadi penting sebagai penguat PT melaksanakan “transformasi diri” melaksanakan layanan pendidikan tinggi berkualitas di masa Pandemi ini. Sebagai gambaran realitas, kami menemui beberapa pimpinan penyelenggara dan pengelola pendidikan tinggi – yayasan dan perguruan tinggi. Tampak perspektif dan sikap mereka sebagai garda terdepan pendidikan tinggi dalam mendidik sumber daya manusia yang berkualitas di masa pandemi ini.

  Sangat menggembirakan, hadir optimisme, adaptabilitas, kreativitas dan inovasi tanpa henti dalam pemikiran dan langkah mereka menjaga kualitas pembelajaran dan pendidikan tinggi. Memang, di awal Pandemi sebagian besar institusi pendidikan tinggi mengalami guncangan di tengah peristiwa yang begitu tiba-tiba tersebut, namun berusaha bangkit.

  Mangadar Situmorang, Ph.D. – Rektor Unpar (Komunita, ed.27) mengatakan awal Pandemi Covid-19 “memaksa” PT melakukan percepatan teknologi digital (social meeting, video pembelajaran, presentasi digital). Namun, patut diperhatikan menjelaskan suatu konsep secara virtual, dari sisi perkuliahan masih banyak kekurangan dalam hal efektifitas penerimaan materi. Ada beberapa keterbatasan dosen, dalam penyampaian materi yang tidak lengkap, adanya beban psikologis dan relasi sosial antar dosen dan mahasiswa yang tidak nyaman. Beberapa faktor lain mengenai pendidikan karakter tidak dapat dilakukan. Bagaimana cara membuat assesment dalam pengembangan karakter tersebut. Ketika kita membuat evaluasi atau assesment melalui Ujian Tengah Semester (UTS), karena dilakukan secara virtual, dosen tidak mengawasi dan tidak memeriksa lagi.

  Semua diserahkan mandiri kepada mahasiswa sehingga ada terjadi hasil ujian yang sama pada beberapa mahasiswa (kecurangan karena mencontek satu sama lain). Mahasiswa tersebut diberikan nilai E (tidak lulus satu mata kuliah) dan gagal satu semester. Ini kaitan dengan pengembangan karakter. Tapi kemudian, layakkah memberikan hukuman tersebut kepada mahasiswa? Ketika pada prosesnya sendiri tidak ada pengawasan dari dosen, tidak ada instrumen pengawasan. Meskipun mereka harus jujur dan berintegritas dalam relasi sosial. Namun ketika relasi sosial tidak berlangsung, bukankah itu menjadi suatu kebodohan? Di satu sisi ingin mereka jujur dan berintegritas, namun di sisi lain kadang kita mempersilakan mereka untuk berkolaborasi dengan temannya jika ada hal-hal yang tidak dapat dimengerti.

  Instrumen-instrumen belum siap, yang bisa memastikan pendidikan karakter yang diinginkan bisa berjalan dengan baik. Bukan saja soal infrastruktur yang harus dipersiapkan, yang lebih penting adalah assesment baik dari sisi pengetahuan dan karakter, serta relasi sosial.

  Dari sisi sosial, teman-teman membuat riset yang bermuara pada penemuan meskipun bukan penemuan baru. Ini lebih menegaskan bahwa masyarakat punya potensi yang kita sebut capital culture untuk saling peduli satu sama lain di masa pandemi, karena banyak terjadi PHK, ekonomi berhenti. Masyarakat kita secara spontan, secara kultural mengumpulkan dana, bantuan dan sebagainya.

  Riset-riset itu dilakukan sebagai modal sosial kultural menjaga toleransi ekonomi membantu dari sisi pemasaran. Fakultas Ekonomi melakukan pendampingan meng-create sebuah aplikasi untuk mendukung usaha mereka. Soal kepatuhan hukum atau ketaatan hukum atau cedera hukum karena PHK atau karena kontrak-kontrak normal tadi, tiba-tiba pandemi (termasuk force majeur).

  Ir. A. Harits Nu’man, M.T., Ph.D., IPM.Wakil Rektor I Unisba (Komunita, ed.27) memandang Pandemi Covid-19 dan ke depan memerlukan model transformasi digital (pembelajaran daring) yang memadai dari sisi metode maupun kualitas pembelajaran. Dalam hal pembelajaran daring, sesungguhnya PT dan juga dosen dituntut untuk melakukan inovasi pembelajaran, mengubah metode pembelajaran yang lebih berpusat pada mahasiswa. Dosen sebagai motivator dan menyiapkan bahan ajar yang inovatif untuk mudah dipahami mahasiswa. Sedang PT menyiapkan sumberdaya untuk mendukung proses pembelajaran tersebut. Melalui transformasi ini, maka dosen melakukan pembelajaran syncronous (tatap muka di dunia maya/virtual) dan juga a-syncronous dimana mahasiswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dalam kurun waktu yang telah ditetapkan dengan memenuhi unsur modul, forum, kuis dan tugas sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang telah ditetapkan agar memenuhi standard Capaian Pembelajaran Lulusan.

  Memang tahun 2020 sebelum Covid-19 kami sudah menyiapkan sistem daring. Unit Sistem Informasi dan Management/SIM ketika itu memanfaatkan Hibah DIKTI mengembangkan. Pengajaran daring mulai tahun 2017, sosialisasi daring tahun 2018, lalu diperkuat SK Yayasan dan Rektorat sebagai regulasinya. Sedang Yayasan mendukung penuh menguatkan infrastruktur dan sumber daya manusia. Namun hal tersebut memerlukan proses, dan ada retensi tinggi, karena banyak dosen masih lebih senang tatap muka daripada tatap maya. Karena Pandemi Covid-19 adalah force majore, maka kami memberikan kompensasi kepada mahasiswa dan dosen-dosen pengajar. Kami mengkompensasi dengan biaya pulsa, biaya listrik dan lainnya.

  Dari aspek konten dan kesiapan dosen. Kami petakan dosen dalam 3 cluster, yaitu: Cluster Milenial, Cluster Semi, dan Cluster Usia lanjut. Kendalanya, beban pada tenaga pendidik usia lanjut. Karena itu kami membuat pencangkokan didampingi dosen muda dalam mempersiapkan materi agar dapat diimplementasi ke sistem. Human Capability ini terus kami persiapkan dengan modul, Forum, Quiz, dan Tugas. Empat komponen tersebut merujuk pada RPS dan tugas-tugas yang harus dipenuhi adalah kewajiban dalam menyempurnakan RPS. Nah, yang di middle ini menjadi daya ungkit, dan terbentuklah team teaching dengan berbagi materi dan kebersamaan dengan baik.

  Memang dengan penerapan pembelajaran daring banyak dinamika yang terjadi. Dari sisi dosen ada ketidaksiapan, serta kekhawatiran dosen tergantikan oleh teknologi. Merubah pola pikir ini sangat sulit dan memerlukan pendekatan persuasif, juga harus terus menerus dan perlahan-lahan.

  Juga ada beberapa kondisi pengajaran yang memang sulit dengan pengajaran daring. Semisal program studi Kedokteran, paling sulit dan membutuhkan feeling and touch yang tidak bisa digantikan dari cadever dengan patung. Ketika kuliah tatap muka membutuhkan penerapan protokol kesehatan, swab dsb yang berimplikasi pada biaya. Kami mengkombinasikan antara daring dan juga offline, dan juga kami menyarankan swab pada dosen dan karyawan secara gratis.

  Hikmah pandemi Covid-19, kami dipaksa untuk senantiasa melek, selain itu sistem informasi kami teruji dengan pengajaran daring blended dengan tatap muka. Kesimpulannya perkembangan teknologi dari hasil budaya, dipercepat dengan pandemi ini, seharusnya kita sebagai pendidik senantiasa mensikapi secara dewasa, serta menghadapinya dengan langkah-langkah positif dan mengajarkannya kepada peserta didik.

  Prof. Ir. Meilinda Nurbanasari, M.T., Ph. D Rektor ITENAS (Komunita, ed.27) menyatakan terlepas dari pandemi, Transformasi Digital adalah tuntutan. Bukan hanya trend yang terjadi karena pandemi. PT harus mengakomodir menjadi 100% menerapkan seperti ini. Kami baru menjalankan 60% karena adanya perbaikan dan perubahan. Dari segi infrastruktur kami membeli server baru dengan harga lumayan mahal, karena pada saat jam premium dosen (jam tertinggi aktifitas mahasiswa) harus serentak dapat di-log in sejumlah 2.000 mahasiswa dalam waktu yang bersamaan tanpa kendala server. Kami terus memperbaiki sistem server kapasitas yang besar. Sedang dalam implementasinya, dosen dan tenaga pengajar sangat dituntut berempati terhadap mahasiswa, juga sebaliknya karena keterbatasan quota ataupun kendala lainnya model Online Learning. Memang kampus harus meningkatkan kualitas online dan lebih interaktif antara dosen dengan mahasiswa.

  Selain proses pembelajaran, memang tidak mudah mengedukasi mahasiswa. Kita lihat pembelajaran daring adalah 247, 24 jam sehari 7 jam satu minggu. Artinya dosen kapanpun dapat mengakses atau memberikan tugas, dan mahasiswa dapat mengakses dan bertanya kapanpun. Namun nyatanya belum terbiasa seperti itu. Tatap maya lebih untuk mengajukan pertanyaan (asynchronous), tapi yang terjadi adalah synchronous, jadwal offline tapi sekarang online. Sementara, kami menerapkan sistem seperti itu, metodanya online tapi dalam cara berfikirnya masih seperti offline, mengajar hanya di depan laptop dengan wajah-wajah “maya”.

  Memang mengedukasi dosen dan juga mahasiswa perlu bertahap, sekaligus memperbaiki kendala-kendalanya. Semenjak pandemi Covid-19 kami melakukan pelayanan online, seperti pemesanan buku via online, dan dikirimkan ke alamat tempat tinggal mahasiswa. Semua dosen harus meng-upload materi di aplikasi Moodle. Apabila ada link via youtube, aplikasi lain harus disertakan. Upaya ini dengan harapan mahasiswa membaca materi dari dosen terlebih dahulu. Jadi ketika pembelajaran online (tatap maya) mahasiswa mempunyai gambaran awal tentang materi kuliahnya.

  Akhirnya semua sistem pelayanan mahasiswa dibuat Sistem Informasi Manajemen, dan untuk memudahkan mahasiswa tingkat akhir yang sedang skripsi dengan mempermudah akses pembelajaran, juga sidang di online kan. Dengan perubahan yang mendadak awalnya kami mengunakan sistem yang ada. Dengan proses ini mahasiswa harus self attendance secara manual. Ketika sistem online terintegrasi dengan PT semua lebih lancar dan lebih siap.

1,5 tahun Masa Pandemi

  Pandemi Covid-19 telah berjalan hampir 1.5 tahun dan telah menguras energi, menggerus dan mendegradasi apa yang telah dicapai perguruan tinggi, serta mengubah kebiasaan sosial karena social distancing dan lockdown. Sehingga digital menjadi ruang publik yang mengaitkan kita dengan masyarakat. Dalam rentang waktu berjalan tersebut perspektif dan perilaku pengelola pendidikan tinggi makin berkembang mensikapi Pandemi ini. Pandemi yang belum jelas berakhirnya menjadi pemicu dan pemacu “resileince” dan “equilibrium” PT. Kualitas respon dan adaptabilitas terhadap Pandemi Covid-19 seharusnya dapat meningkat, terutama sebagai profesional yang berkualitas. Institusi pendidikan tinggi selayaknya bisa beradaptasi serta merencanakan lebih baik. Sebagaimana yang didorong Dr. Gleb Tsipursky dalam bukunya sebagaimana disebutkan.

  Mensikapi hal tersebut Dr. Cahyat Rohyana, S.E., M.MKetua Yayasan Pendidikan Bhakti Pos Indonesia/YPBPI menegaskan kata kuncinya adalah “shifting behavior”. Pandemi bukan pembatas, namun “opportunity” dan momentum menumbuhkan inisiatif-inisiatif yang mampu memecahkan berbagai masalah di masa krisis ini. Sehingga tentunya mendorong lembaga pendidikan tinggi bersikap inovatif dalam proses pembelajaran kreatif, luwes dan ulet, dengan memanfaatkan pengetahuan dan teknologi sebagai “enabler” dan “transformer”, tanpa mengurangi kualitas pembelajaran dan mutu lulusan yang kita usung bersama. Karena ujung akhir pendidikan tetap harus menghasilkan sumber daya manusia/lulusan pembelajar yang mampu terus berkembang sejalan dengan dinamika dunia usaha dan industri menghadapi Industri 4.0.

  Walaupun ada kelemahan sana-sini akan menjadi model pembelajaran baru ke depan. Di masa pandemi mungkin proses digitalisasi baru seperti ini? Namun ternyata hal-hal positif yang bisa dikembangkan dalam rangka menciptakan model pembelajaran yang tentu bisanya menjawab abad mendatang yang dikuatkan dengan teknologi digital dan teknologi teknologi yang lain. Artinya kita di perguruan tinggi negeri dan swasta harus bisa menunjukkan penyelenggaraan dan kualitas yang baik.

  Dengan nada sama, Dr. H. Asep Effendi, SE., M.Si., PIA., CFrA., CRBCRektor Universitas Sangga Buana (USB) menyebutkan dua hal utama menyikapi kondisi Pandemi Covid-19.

  Pertama, normatif pendidikan harusnya sudah mulai merancang ulang bagaimana sistem penilaian dan penilaian keberhasilan. Kalau sistem pembelajaran saya pikir kita sudah masuk di 2 (dua) tahun atau tahun kedua. Awalnya sama dengan PT lain, mengalami shock berat, ketika dosen mengubah pembelajaran dari konvensional harus beralih ke IT System atau menjadi kuliah online. Tidak mudah mengedukasi hal baru, terutama karena faktor usia relatif sepuh (dosen kita yang dibutuhkan keilmuannya, dan pengalamannya). Itu menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Namun kita yakin, pembelajaran di masa pandemi Covid-19 dan konvensional memang beda metode, tetapi ruhnya sama, yaitu mendidik peserta didik sesuai dengan kompetensi dan mencerdaskan mereka. Jika ruhnya sudah sama, mau lari kemana pun tujuan awal itu akan tercapai.

  Kedua, tentang tata kelola. Tata kelola perguruan tinggi di era pandemi mencakup 6 point perubahan yang luar biasa. Karena itu, Manajemen dan kepemimpinan itu sangat penting. Kita harus punya tools untuk mengontrol. Kondisi pandemi ini mahasiswa juga kesulitan, jika ingin mengeluh kepada siapa? Itulah yang setiap minggu kita olah, dengan memotivasi spiritual kepada dosen dan mahasiswa. Keseriusan pimpinan adalah menjaga target kualitas SDM di masa yang akan datang, karena itu pemerintah pun memiliki andil dalam kebijakan, lebih banyak kebijakan yang memberikan kebebasan. Nah, disitulah kebebasan yang bisa dimanfaatkan perguruan tinggi untuk menjadi kompetitif dan advantif, termasuk visi entrepreneur. Itulah pola pikir yang harus dikembangkan di situasi seperti sekarang ini.

  Sementara, Dr. H. Sugiyanto, M.Sc.Wakil Rektor Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni IKOPIN (Institut Manajemen Koperasi Indonesia) – Jatinangor menyatakan diawal Pandemi menjadikan pendidikan tinggi dan perguruan tinggi pontang panting dalam menjaga proses belajar mengajar yang memaksa pembelajaran secara daring. Padahal sebagian besar pembelajaran masih berbasis tatap muka. Namun dengan semangat tegak lurus dengan tujuan utama pendidikan tinggi, yakni mencerdaskan peserta didik, dan generasi mendatang ia tetap optimis bahwa gelombang Pandemi harus diatasi dengan sikap positif, serta melakukan penyesuaian dan perubahan melalui kreatifitas, inovasi dan kerjasama.

  Kami bersikap bahwa tantangan Pandemi adalah pemicu, dan pemacu yang menyadarkan kita untuk berubah. Kata kunci adalah kreatif dan proaktif menghadapi perubahan yang diungkit oleh Pandemi Covid-19. Salah satunya memanfaatkan teknologi, serta menetapkan keseimbangan baru dalam dalam proses belajar mengajar agar tetap menjaga kualitas proses, output dan outcome, dalam hal ini proses belajar mengajar dan lulusan pendidikan tinggi.

  Dalam kaitan itu dibutuhkan kerjasama semua pemangku kepentingan, tidak saja lembaga pendidikan dan (penyelenggara dan pengelola), dosen, mahasiswa, bahkan orang tua. Antar lembaga pendidikan tinggi apa yang sudah diinisiasi oleh LLDikti IV Jabar Banten selayaknya dikembangkan. Lebih-lebih pemerintah harus memberi ruang yang sama kepada semua lembaga pendidikan tinggi, baik negeri maupun swasta.

  Itulah perspektif, sikap, serta kebijakan sebagian mereka sebagai garda terdepan pendidikan tinggi dalam upaya mendidik sumber daya manusia yang berkualitas di masa pandemi ini. Sebagai bentuk optimisme para pendidik dan intitusi pendidikan sebagai upaya membangun “resilience” dan “new equilibrium” perguruan tinggi dalam menjalankan peran strategisnya. Semoga.

Writer: lili irahali6 Agustus 2021