Sunday, August 3, 2025
Home Blog Page 25

Widyatama Percontohan Pusat Karir Bagi Perguruan Tinggi Se-Indonesia

Universitas Widyatama Bandung menjadi contoh pengelolaan pusat karir mahasiswa untuk perguruan tinggi se-Indonesia. Di mana lulusan Universitas Widyatama setelah lulus umumnya cepat terserap oleh dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Hal itu berkat pihak program pusat karir/career center Universitas Widyatama mengoptimalkan pusat bimbingan karir dan tracer study (pusat lanjutan karir) nya, dalam melatih serta memberikan pembekalan, pelayanan bagi mahasiswanya agar cepat terserap bekerja di DUDI.

Maksimal lulusan Universitas Widyatama memiliki masa tunggu kerja selama tiga bulan, terang Prof Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama, Jumat (1/11/2019) di ruang kerjanya. Lebih lanjut, salah satu keunggulan pusat karir Widyatama, di antaranya setiap tahun mengirimkan 8 orang lulusan terbaik dari jurusan manajemen perbankan, untuk menjadi pegawai di salah satu bank ternama di Bali. Ia pun menambahkan bahwa pihaknya pun berkolaborasi dengan 48 perusahaan besar dalam penyaluran lulusannya untuk direkrut menjadi pegawai.

Di samping itu setiap tahun rutin menggelar kegiatan career day, yang menghadirkan puluhan perusahaan untuk malakukan perekrutan dan membuka lowongan kerja. Career Day Widyatama pernah memecahkan rekor MURI Indonesia. Di mana kami menyelenggarakannya selama 48 nonstop (dihelat Juli 2019 lalu), jelasnya.

Masih kata Rektor Widyatama, pihaknya memiliki 18 unsur mengenai Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bagi mahasiswanya yang dibuat oleh Badan Nasional Serifikasi Profesi (BNSP). Selama kurang lebih tujuh semester mahasiswa Widyatama dari setiap program studi mengikut LSP. Sehingga memiliki sertifikat keahlian dari kementrian tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Universitas Widyatama, yang kini berhasil menduduki rengking 95 perguruan ternama se-Indonesia. Setiap lulus satu semester akan di keluarkan sertifikat.

Berkat hal itu Widyatama pun ditunjuk menjadi percontohan bagi kampus lainnya di Indonesia. Menyelenggarakan pelaksanaan program pengembangan layanan pusat karir dan pusat karir lanjutan (tracer study) pada Direktorat Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemasiswaan.

Di samping itu mengadakan kegiatan pembahasan program kerja pengembangan karir tahun 2020, serta pembuatan draft laporan program bantuan pusat karir lanjutan (tracer study) tahun 2019 yang diselenggarakan di Universitas Widyatama, dari tanggal 31 Oktober ? 1 November 2019. Kegiatan diikuti sekitar 20 perwakilan dari perguruan tinggi se-Indonesia, seperti Institut Pertanian Bogor, Univeritas Hasanudin, Institut Teknologi Malang, Universitas Sebelas Maret, dan lainnya.

Widyatama pusat karirnya sudah bagus, hal itu menjadi alasan kenapa dipilih untuk mengajarkan pusat karir yang ideal, kata Tiomega Gultom, Kasubdit Penyelerasan Kebutuhan Kerja Direktorat Kemahasiswaan Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, (Jumat 1/11/2019) yang hadir pada kegiatan itu.

Menurut Gultom dulu yang namanya perguruan tinggi hanya meluluskan mahasiswa saja. Namun sekarang ada unit kerja di setiap perguruan tinggi dengan nama pusat karir. Lebih lanjut kata Gultom pusat karir bertugas untuk mempersiapkan para lulusannya. Mulai dari mahasiswa belajar, lulus, sampai keluar mencari pekerjaan semua itu disiapkan oleh pusat karir. Di antaranya dengan membuat pelatihan-pelatihan bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja.

Karena pusat karir membina ketika proses pembelajaran diajarkan, bagaimana mahasiswa nantinya bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di kampus. Hal itu sebagai proses mahasiswa bekerjasama dengan orang banyak. Dunia usaha dan industri kini tidak memprioritaskan nilai ipk, karena hal itu menjadi nomer sekian, kata Gultom. Tetapi yang dilihat karakter dan kompetensi, karena pemerintah sekarang mengharuskan para mahasiswa mengantongi surat keterangan pendamping ijazah, tambahnya.

Menurutnya paling utama kini para mahasiswa dituntut untuk memiliki soft skill. Di antaranya kompetensi tim leader, bisa bekerjasama saat bekerja di bawah tekanan selain itu tata krama/beretika dan lainnya. Kompetensi yang namanya soft skill, kini justru dibutuhkan oleh perusahaan. Di samping itu melihat sosmed. Seperti apa karakter orangnya apa yang sudah diucapkan di dalam sosmednya. Sekarang ini mahasiswa dianjurkan mempunyai sosmed yang sesuai dengan namanya, papar Gultom.

Di akhir paparannya Gultom mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan di Widyatama yaitu membina perguruan tinggi untuk membuat pusat karir secara optimal. Di samping itu membentuk tim kordinator pusat karir di 10 wilayah (Jakarta, & Tangerang, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan lainnya) di Indonesia membawahi perguruan tinggi yang diasuhnya. Sehingga pusat karir bisa bekerja dengan baik. byhumas&komunita, 02Nov2019

Abdi UTama Mahasiswa Widyatama Berbagi Dengan Masyarakat Arjasari

Senyum keceriaan dan kebahagiaan terpancar dari rona wajah siswa-siswi kelas 3 dan 4 Madrasah Iftidaiyah (MI) Al Huda Arjasari Kabupaten Bandung, tatkala mahasiswa Universitas Widyatama memberikan pengajaran Bahasa Inggris serta permainan berhadiah.

Di samping itu mereka pun berbagi rezeki, membagikan sekitar 200 paket sembako, berisi beras 2 kg, minyak sayur, sarden dan lainnya kepada para jompo serta yang berhak menerima bantuan.

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan Abdi UTama tahun 2019. Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Diselenggarakan selama dua hari, tanggal 13-14 Desember 2019 lalu, di Desa Pinggirsari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.

Kirana Ketua Pelaksana Abdi UTama di MI Al Huda kepada majalahsora.com mengatakan, bahwa Abdi Utama merupakan kegiatan yang digelar pertama kali oleh para mahasiswa di bawah naungan Biro Kemahasiswaan Widyatama. Melalui kegiatan ini kami melakukan bakti pendidikan, kerja bakti, membagikan sembako dan lainnya, kata Kirana, Sabtu (14/12/2019). Ada sekitar 40 mahasiswa Universitas Widyatama yang terlibat, mencakup mahasiswa dari 5 fakultas dan 18 program yang terjun. Mahasiswa yang turut serta merupakan anggota aktif di Unit kegiatan Kemahasiswaan (UKM) yang ada.

Penyuluhan bagi siswa-siswi Madrasah Aliyah (MA) Al Huda, materinya disampaikan langsung oleh dosen DKV. Sedangkan untuk kerja bakti mereka menyusuri daerah di sekitar RW 6 dan 20, dengan memungut sampah menyapu dan mencabut rumput liar.

Kegiatan Abdi Utama ini baru pertama kali berlangsung. Hal ini baik dilakukan, sebagai bentuk bakti nyata dan bentuk kepedulian mahasiswa Widyatama kepada masyarakat. Mudah-mudahan segala sesuatunya ke depan lebih meningkat lagi, untuk membantu sesama, kata Kirana.

Sementara itu Megawati Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Widyatama, masa bakti 2019-2020, sangat berterima kasih kepada seluruh panitia pelaksana yang turut serta. Semoga kegiatan Abdi UTama ini berjalan maksimal dan dapat berlangsung kembali di tahun depan serta memperbaiki kendala-kendala yang ada. Pada kesempatan yang sama Pawit Kepala Biro Kemahasiswaan Universitas? Widyatama, memaparkan bahwa diadakannya Abdi Widyatama, merupakan salah satu kewajiban mahasiswa terhadap pengabdian masyarakat.

Kegiatan ini mengikuti peraturan Kemenristekdikti, bahwa di kampus bukan hanya dosen yang melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat tetapi mahasiswa juga, terangnya. Tujuan dari kegiatan tersebut yaitu, bagaimana mahasiswanya bisa menginvestasikan ilmunya kepada masyarakat.

Di antaranya kegiatan Widyatama mendidik yang mengajarkan bahasa Inggris kepada siswa-siswi MI Al Huda. Kemarin Jumat (13/12/2019)? juga ada penyuluhan mengenai marketing tentang mengelola Usaha Kecil Menengah (UKM), bagi para UKM dan petani. Disampaikan langsung oleh dosen dosen fakultas ekonomi, DKV dan manajemen, kata Pawit.

Hari ini (Sabtu 14/12/2019) ada Widyatama mendidik. Tadi juga ada kerja bakti, bersih-bersih kampung bersama Pak Lurah. Selanjutnya ditutup dengan kegiatan pembagian sembako di Kantor Desa Pinggirsari, Arjasari, Kabupaten Bandung, kata Pawit. Rencananya kegiatan ini rutin. Sudah dijadwalkan tiap semester ada. Diikuti oleh mahasiswa yang ada di UKM, setiap prodi. Minimal mereka satu kali melakukan Abdi Utama, imbuhnya.

Saat ditanya oleh majalahsora.com Abdi UTama di laksanakan di Desa Pinggirsari, ia menjelaskan bahwa hal itu sesuai dengan referensi dari PIKUM (Pusat Inkubasi kewirausahaan masyarakat) Jabar. Ia berharap dengan adanya Abdi UTama di Desa Pinggirsari bisa bermanfaat bagi MI dan MA Al Huda. Begitu juga bagi para petani dan wirausaha yang telah diberikan penyuluhan. Penerima sembako pun dapat merasakan manfaatnya. Semoga menjadi nilai tambah untuk mereka. Bagi mahasiswa kami pun bisa memberikan pengalaman dan meningkatkan jiwa sosial dan kepedulian kepada masyarakat, kata Pawit. Ia pun menjelaskan bisa berjalannya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan Yayasan Widyatama, Prof. H. Obsatar Sinaga, Rektor Universitas Widyatama, para dosen, Biro Kemahasiswaan serta para mahasiswa yang mendukung secara moril dan materil. Byhumas&komunita, 16Des2019

 

Widyatama Juara Umum WICAN Tahun 2019

Universitas Widyatama Kota Bandung berhasil menyabet juara umum WICAN atau Widyatama Internasional Akademik Competition and Exhibition tahun 2019. Ajang yang digelar oleh Widyatama bekerja sama dengan LLDIKTI Wilayah IV Jabar Banten itu, diselenggarakan dari tanggal 10-12 Desember 2019 lalu di kampus Widyatama.

Event ini merupakan ajang inovasi sekaligus eksebisi bagi para mahasiswa, khususnya perguruan tinggi yang berada di LLDIKTI Wilayah IV Jabar dan Banten, ditambah dari? DKI Jakarta dan lainnya.

Prof. H. Obsatar Sinaga merasa bangga dengan ajang tersebut, terlebih Universitas Widyatama berhasil menjadi juara umum. Alhamdulillah event nya berjalan lancar dan sukses. Saya haturkan terima kasih kepada seluruh kampus yang mengirimkan perwakilannya, juga selamat kepada seluruh pemenang. Terutama bagi mahasiswa kami yang berhasil menyabet juara dan mengharumkan Widyatama.

Lebih lanjut Prof. Obi mengatakan ajang inovasi dan eksebisi ini dapat menjadi wadah aktualisasi diri para mahasiswa dalam berkompetisi. Khususnya di wilayah LLDIKTI Wilayah IV Jabar dan Banten. Namun ada juga peserta yang datang dari DKI Jakarta, Yogyakarta, Malang, Malaysia dan lainnya dengan juri internasional dari Malaysia. Kepada seluruh panitia yang bekerja keras mensukseskan ajang WICAN tahun 2019 saya ucapkan terima kasih. Insya Alloh tahun depan ajangnya akan dikemas lebih baik lagi. Di samping diikuti banyak kampus dari mancanegara, ujar Rektor yang berhasil membawa Universitas Widyatama di rengking 95 perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Berikut daftar pemenang WICAN tahun 2019. Management Smart Competition: 1)Andres Cristiana Maudy, Emi Dwi R, Fahreza F – Universitas Widyatama. 2)Adam Alim H, H Dhika Alvando, Syamsul Fiqri – Universitas Widyatama. 3)Silvi Rosita S, Regita Putri S, Mila Luvita – Universitas Widyatama.

Business Plan Competition: 1)Ilham Nugraha, Daffa Iqbal & Angga dari Universitas Widyatama. 2)Silvia, Anggareni & Sriven dari Universitas Tarumanagara. 3)Echa Tania, Siti Faiziah dan Hendrik dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

Smart Movie Competition: 1)Anggara Wira , Fauzan Ali dan Rizky Aprilia dari Universitas Widyatama. 2)Dian Prayoga, Fadly Jovi dan Dimas dari SMKN 1 Ciamis. 3)Mahdiyah Adeline dan Raapi Hamzah dari Universitas Widyatama.

Marketing Plan Competition: 1)Andres Cristiana Maudy, Claudia Florensia Universitas dan Lidia Debora Pardosi dari Universitas Widyatama. 2)Yudhitira Dwi Putra Nilza, Jelsi Ratu Berlianne dan Farid Abdul Manan dari Universitas Widyatama. 3)Abdul Setiawan, Haafiz Ramadhan dan Listia Ocktavia Universitas Ibnu Khaldun Bogor.

Accounting Paper Challenge: 1)Miranda Arianty dari Telkom University. 2)Aliza Pravitasari dari Universitas Pasundan. 3)Rani Rahmawati dari Universitas Widyatama.

Startup Proposal Contest: 1)Vernando Wijaya Putra, Ferdian Julianto dan Glory Alifa Puncuna dari Universitas Indonesia. 2)Priskarinda Putri A.D, Ribka Wulan Simbolon dan LuluAh zakiyah dari ITHB. 3)Yuli Maulani, Revy Cahya Alamsyah dan Agnia Dwi Khasanah dari Universitas Widyatama.

Japanese News Anchor: 1)Ayu Andiani dari Universitas Widyatama. 2)Megita Rubiana S. dari STIBA INVADA. 3)Okeu Luthfi Pratama dari Universitas Widyatama.

Instrumentation Control & Contest: 1)Dedy Ariyanto, Yusuf Ari Bahtiar dan Taufik dari Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. 2)Fajar Maulana Fahrizal, Roy Setiawan, Sapto Wibowo dari Universitas Widyatama. 3)David Fauzi, Martinus William Hartono, dan Michael Kresna Putra dari ITB.

Speech Contest: 1)Kevin Indira Putra dari Universitas Widyatama. 2)Eirene Pingkan Permana Giroth dari Universitas Widyatama. 3)Muhammad Nazhim Maulana dari Politeknik POS Indonesia.

Story Telling: 1)Andrew Fabian Zein Universitas dari Al-Azhar Indonesia. 2)Deana Febriani Putri dari Universitas Widyatama. 3)Ryo dari Universitas Bina Nusantara.

Essay Writing: 1)Jessica Christianti dari Universitas Bunda Mulia. 2)Suthan Nugraha dari STBA YAPARI Bandung. 3)Angela Ten Universitas Widyatama.

Web Design: 1)Indri Oktaviany dari Universitas Komputer Indonesia. 2)Ivan Yapputra dan Raden M. Xyla Ramadhan, Yusuf Ramadhan dari Universitas Widyatama. 3)Cecep Rifki Bustomi dan Jhon Manuel Damanik dari Universitas Widyatama.

Programming Contest: 1)Laurens Bryan Cahyana, Farrel Najib Anshary dan Hocky Harijanto dari Universitas Bina Nusantara. 2)Raka Rahmat G, Sri Lestari dan M. Rizky F dari Universitas Pendidikan Indonesia. 3)Jonas Tan, Ricky dan Junwin Cong dari Universitas Bina Nusantara. byhumas&komunita, 14Des2019

Liburan 5 hari di Pulau Bali, Cukup ?

Hey Guys,

Saya mau berbagi pengalaman nih 5 hari perjalanan di Bali. Ternyata liburan di awal awal sangat melelahkan dikarenakan jadwal yang padat. Ok anyway berikut trip yang saya lakukan selama di Bali:

15 September

14:00 flight dari Bandung ke Denpasar, Maskapai Lion Airnya ngaret nih.
15:30 Bandara ke Tanjung Benoa, saya pakai taxi bandara (karena yg disediakan cuma itu). Hotel ION, harganya standard tapi kelasnya saya pikir agak di bawah Ibis. Yang menyenangkan di daerah sini tempat makan gampang, massage banyak banget , dari pihak hotel juga menyediakan shuttle ke pantai free charge!

16 September


Tadinya saya mau keliling daerah Tanjung Benoa menggunakan motor sewa, tapi yang punya motor baru bisa datang jam 10, akhirnya saya beralih menggunakan shuttle service ke arah pantai Nusa Dua.
Disana saya sewa sepeda harganya 80 ribu/jam waw, Mahalnya, sedangkan ditempat lain motor saja 70 k/jam. Tapi daripada cape jalan.
Lupa dengan jadwal shuttle, saya ketinggalan kendaraan, akhirnya harus sewa mobil 70 ribu sampai ION ;(. Sebenernya saya bisa ikut bis Bali Collection, tapi ternyata jam 12:00-13:00 mereka break dulu.
Setelah beres-beres saya travelling lagi ke Sanur, dan saya ambil hotel Patrisia. Yaa hotel seadanya yang penting bisa nginap murah. Sanur itu tempat saya melihat sunrise, jadi sebelum pagi tiba, sorenya saya coba lihat dulu daerahnya biar ga nyari nyari lagi. Kira kira 300 m jaraknya dari hotel ke pantai. Cukup jalan kaki sekitar 5-10 menit.

17 September


Pagi sekali sekitar jam 5 pagi saya ?sudah siap siap untuk melihat sunrise, karena perkiraan terbit matahari 5:30, bisa menikmati ombak dan indahnya sunrise. Kembali ke hotel saya siap-siap untuk traveling menggunakan mobil rental yang saya pesan dari rekan saya di Bali. Saya pikir ini rental mobil yang paling murah dibandingkan rental mobil yang ditawarkan supir taksi yaitu 500 ribu (driver+bensin termasuk), sedangkan dari teman saya hanya 200 ribu (bensin termasuk),

Saya minta sarapan di hotel, saya kira yang akan didapatkan adalah nasi goreng, ternyata hanya roti bakar plus selai saja, hmm sesuai dengan harga mungkin. Dan jam 10:00 mulailah saya jalan jalan traveling dimulai ke BIRD PARK.
Harga tiket masuknya untuk lokasi turis yaitu 150 ribu kalau ga salah dan tiket ini termasuk juga untuk tiket masuk REPTILE PARK, sedangkan asing lebih mahal lagi. Makan siang disana juga, namun harganya juga mahal sebenarnya. Tapi tidak ada pilihan lain karena saya tidak melihat warung-warung di luar lokasi. BIRD PARK lokasinya sebenernya kecil saja tapi yang menariknya itu karena banyak burung jinak disana, seperti Kakatua dan Burung hantu yang dibiarkan begitu saja bertengger di pohon, dan mereka tidak lari ke alam bebas.
Lanjut lagi saya traveling ke monkey forest, lokasinya ternyata melewati UBUD. Ternyata disana itu daerah macet, saya sekitar setengah jam mungkin hanya bergerak sekitar 1 km. Memang saya dikejar waktu karena masih menginginkan mengunjungi GWK dan pantai Pandawa pada hari yang sama akhirnya diputuskan balik arah menuju selatan untuk mengunjungi GWK.
Di GWK sebenarnya tidak banyak yang bisa dilihat, selain dua patung yang terkenal yaitu Plaza Garuda dan Patung Wisnu. Yang unik ketika saya akan masuk ke lokasi patung Wisnu, saya diharuskan mengenakan kain berwarna kuning dengan tujuan menghormati tempat suci. Harga tiket masuk GWK yaitu 120 ribu kalau ga salah inget hehe. Cuaca yang sangat panas membuat sangat dehidrasi ketika disana.
Lanjut lagi saya ke pantai Pandawa, Ini adalah pantai yang bagus dengan pasir yang sangat halus dan putih serta bersih lingkungannya. Senang sekali bila bisa bermain ombak disana, tapi berhubung? saya rewel lagi melihat ombak jadi saya tidak bisa main langsung dengan ombak. Disini saya hanya bayar parkir saja, tidak ada tiket masuk.
Setelah puas dengan pantai, masih ada waktu sebelum sunset saya langsung bertolak ke Uluwatu untuk menikmati sunset disana. Harga tiketnya sekitar 20 ribu saya bisa menikmati indahnya sunset. Namun bila saya ingin sekalian nonton Tari Kecak saya dikenakan tiket masuk 100 ribu.

Malamnya saya pergi mencari hotel di daerah Jimbaran, saran driver direkomendasikasn hotel HORISON, namun saya langsung ke receptionist tanya harganya di angka 500 ribu akhirnya saya cari di tripadvisor di dapat Hotel Sari Segara. Hotelnya sepertinya hotel tua dengan tema etnik, bagi saya sih lumayan, namun lihat di review hotel banyak yang bilang ga bagus, mungkin karena tema nya yang etnik itu. Tapi seenggaknya dapat kamar luas, plus kolam renang dan paling penting di depan hotel banyak berjajaran kafe seafood yang langsung menuju akses ke pantai. Saya Dinner disana pas dipinggir pantai, bagi yang sedang berbulan madu daerah jimbaran ini RECOMMEND banget. Namun harga seafoodnya mahal mahal, ya dikarenakan yang dijual yaitu viewnya itu.

18 September

Dikarenakan sehari sebelumnya saya telah jalan jalan jauh sehingga pagi pagi sampai siang saya masih istirahat di hotel untuk recovery energi dulu. Siangnya saya ingin mencoba makan makan di AYANA RESORT di kafe RockBar. Dengan modal 70 ribu saya sewa motor 24 jam dan berangkat ke AYANA, dari hotel hanya butuh waktu sekitar 15-20 menit saya sudah sampai di AYANA. Memang mewah banget tempatnya, apalagi RockBarnya itu kafe yang ada di pinggir tebing pantai dan langsung bisa melihat indahnya sunset. Lagi lagi untuk menikmati sunset di RockBar saya wajib memesan makan dan minum disana. Harganya waaaaw, saya hanya pesan roti dan semacam keroket dan 2 jus kena charge 400 ribuan. Wooow mahalnya mantap.
Sebelum pulang ke Jimbaran, saya mampir dulu ke tempat seafood dengan nama kafe Nyoman. Info dari istri sih harganya murah. Karena saya ingin mencicipi rasanya Lobster akhirnya saya pesan disana. Harganya sangat mahallll, 1Kg lobster (1 lobster) harganya 500 ribu, walah tapi karena penasaran dan mungkin untuk sekali seumur hidup saya coba saja, namun minta tawar menawar, karena penjaganya iba dia bilang “kalau diskon ga bisa, saya bilang saja ini 0.8Kg jadi bisa dapat harga 400 gimana?”, Katanya. Wah lumayan nih masih dapat seratus ribu

19 September


Siap siap saya untuk lanjut traveling lagi, bingung juga ingin ke Tanah Lot namun dana terbatas, bila saya ambil rent car lagi harus keluar uang banyak dan sayang juga cuma dapat satu tempat. Akhirnya saya ingat dengan aplikasi grab bike. Teryata saya bisa lebih berhemat dengan sekitar 200 rb saya bisa mengunjungi Tanah Lot dan lanjut ke pemberhentian hotel terakhir saya di Kuta Heritage Beach.
Walau bulan September saya sebut bulan yang sepi pengunjung, ternyata di Tanah Lot ramai juga. Kebanyakan turis yang datang selama saya di Bali ternyata beretnis Cina, sepertinya karena liburan Tahun Baru Cina.
Setelah panas panasan, keliling sana sini, akhirnya saya sampai di tempat paling terkenal di dunia yaitu Kuta. Kuta memang surganya “Bule” karena disana tempat yang paling lengkap dari pusat perbelanjaan, entertaintment, club house, dan yang paling penting itu akses pantai yang benar benar dekat karena kotanya memang persis di pinggir pantai. Saya sampai terheran heran awalnya, dan macetnya seperti Jakarta saja. Mau gimana tidak macet, jalan sempit gitu tapi lalu lintas dan orang orangnya padat.
Heritage Kuta Beach yang dibawah kendali Accor Hotel saya pikir ga terlalu jauh beda dengan hotel ION baik itu interior dan fasilitasnya, namun harganya lebih tinggi 2x lipat lebih. Tapi yang pasti nyaman memang.

20 September
Akhirnya tidak terasa 5 hari sudah saya plesiran di Bali, bila saya bilang, ini membutuhkan budget yang besar, Paling besar itu ada di hotel dan transportasi. Sedangkan makan itu sih tergantung saya mau hedon atau tidak hehehehe. Baiknya coba berwisata dengan lebih banyak orang sehingga transportasi bisa lebih diminimalkan harganya.


Akhir kata saya sangat puas dengan perjalanan ini walaupun di akhir perjalanan foto-foto saya selama di Bali terhapus semua oleh saya dikarenakan Smartphone saya kecemplung di kolam renang Hotel 🙁 Untungnya masih bisa di restore sebagian ketika sudah sampai Bandung. Well mudah- mudahan ada budget lagi untuk plesiran lagi ke Lombok bersama istri ditahun 2020.

written by : Yanda Ramadana

By Yanda Ramadana

Ayam Geprek GG, Adaptasi di Masa Pandemi Covid-19

Asuhan : Meriza Hendri

Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sudah memberikan pengaruh luar biasa bagi bisnis di semua sektor industri. Apalagi bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang secara bisnis, sangat rentan terpengaruh oleh perubahan lingkungan bisnis seperti pandemic Covid-19.

Salah satu perusahaan yang terkena dampak adalah Ayam Geprek GG yang dimulai oleh seorang alumni Universitas Widyatama yaitu Adhitya Citra. Anak muda kelahiran Bandung tahun 1987, memang memilih bisnis sebagai pilihan hidupnya. Berbekal ilmu yang sudah didapatkan di jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Adhit memberanikan diri untuk mengembangkan bisnis Kuliner ini. Banyak hal yang saya dapatkan selama kuliah di Widyatama yaitu pola pikir, ilmu bisnis, dan networking yang sangat bermanfaat sekali kata Adhit.

Adhit memulai Dapur GG sejak Februari 2016 di Bandung dengan modal Rp. 1 Juta dan memanfaatkan garasi rumah orang tuanya serta meminjam peralatan dapur milik keluarga. Fokus bisnisnya adalah kuliner dengan konsep food delivery dan untuk mendukung bisnisnya, bekerjasama dengan Ojek online yang sedang menjadi fenomena baru di bisnis kuliner dengan layanan food delivery apps-nya sehingga model bisnisnya di sebut ghost kitchen atau cloud kitchen. Produk utama Dapur GG Ayam Geprek dan Thaitea saat ini telah terjual sekitar 500 porsi perhari tambah Adit.

Visi yang hendak dicapai Adhit adalah menjadi merchant Ayam Geprek dan Thaitea terlaris di Bandung tahun 2021. Dengan bekal ilmu manajemen serta berbagai pelatihan dan komunitas yang diikuti oleh Adhit, mampu meningkatkan bisnisnya sehingga dapat membangun tiga cabang Ayam Geprek GG.

Hanya saja, Pandemi Covid -19 memberikan dampak yang luar biasa bagi Ayam Geprek GG. Beberapa dampak yang sangat dirasakan adalah penurunan omset sampai 70% dan tidak bisa berjualan sampai malam. Selain itu, cashfow terganggu sehingga mengalami kesulitan untuk membayar karyawan, supplayer, operasional, dan sewa tempat kata Adhit.

Untuk dapat bertahan di masa pandemi Covid-19 ini, Adhit dan manajemen Ayam Geprek GG mengambil langkah stratejik. Pada bagian keuangan, manajemen melakukan efisiensi dengan cara mengidentifikasi pengeluaran yang tidak perlu dan fokus pada biaya yang berhubungan dengan produksi ayam geprek.

Adhitya Citra
Adhitya Citra

Disisi lain, manjemen Ayam Geprek GG juga melakukan inovasi produk yaitu membuat frozen food atau ready to cook. Hal ini dilakukan sesuai dengan need, want dan demand pasar yang dikomunikasikan kepada konsumen dengan memanfaatkan delivery apps kata Adhit. Memang dalam proses bisnisnya, Adhit benar-benar fokus pada penjualan produk yang cepat.

Agar bisa melakukan efisiensi biaya, manajemen ayam geprek GG juga mengurangi jam kerja sesuai dengan peraturan pemerintah. Dan yang paling penting adalah mengikuti Protocol Covid -19 seperti sosial distancing, cek suhu, masker, cuci tangan dan lain lain.

Salah satu aspek yang sangat stratejik adalah sumber daya manusia atau karyawan dan dalam hal ini, manajemen Ayam Geprek GG melakukan pengurangan karyawan dari 22 orang menjadi 13 orang. Saya melakukan open communication dan mengajak karyawan untuk berjuang bersama-sama serta bersyukur tambah Adhit.

Secara ringkas, Adhit menyampaikan dua kunci penting perusahaannya untuk melewati dampak pandemic Covid-19 ini. Pertama adalah mindset, yaitu setiap krisis selalu ada peluang baru yaitu the raise of home cooking/frozen food, dimana banyak orang yang jadi suka masak di rumah kata Adhit. Yang kedua adalah shifting ke delivery apps makin diperlukan karena kuliner Offline/dine in tidak bisa operasional. Oleh karena itu, diperlukan shifting belajar food delivery online tambah Adhit.

Berkat strategi dan program yang dijalankan oleh manajemen Ayam Geprek GG, perusahaan dapat bertahan dan meningkatkan omset dan profit lagi sedikit demi sedikit. Saya yakin bisa mengembangkan bisnis ini dimasa New Normal karena sudah kami siapkan SOP untuk masa New Normal kata Adhit. Bagi yang berminat melihat bisnis Ayam Geprek Dapur GG, bisa dengan follow IG @dapurgg.

Meriza Hendri

Riset Dan Inovasi PT Belum Menggigit Dan Mengkait

Model ekonomi telah bergeser dari Technology Based Economy/TBE menjadi Knowledge Based Economy/KBE. Sehingga abad 21 ini merupakan era masyarakat berbasis pengetahuan (Knowledge Based Society/KBS), dimana pengetahuan menjadi sumber daya utama untuk berkontribusi pada percaturan global. Model di atas tidak terlepas dari inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah mendisrupsi struktur dan lanskap bisnis masa lalu dan kini.

KBE sebagai model ekonomi menstimuli kreativitas, kreasi, penyemaian, serta penerapan pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan; sekaligus mengakselerasi sistem yang efektif bagi pendidikan dan pelatihan;? teknologi informasi dan komunikasi; riset & pengembangan, serta inovasi. Karenanya KBE diyakini menjadi fondasi perekonomian modern yang mampu mempengaruhi proses kerja, perilaku tenaga kerja, serta masyarakat sebagai konsumen. Realitasnya kita sedang menjalani. Namun jangan dilupakan unsur yang melekat pada KBE memerlukan : a) investasi pada riset dan pengembangan (R&D); b) inovasi dalam produk, produksi, pasar, maupun pemasaran; c) pengembangan kewirausahaan pada industri berbasis teknologi, baik skala kecil maupun besar; d) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; e) peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; f) serta peningkatan keterampilan dan profesionalitas (World Bank, Knowledge Economic Index, 2012).

Korea Selatan – sebagai salah satu negara yang terbentuk 15 Agustus 1948 atau 3 tahun setelah Indonesia – kini memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi, dimana lebih setengah pertumbuhan ekonominya disokong oleh peningkatan efisiensi yang dicapai melalui riset dan teknologi. Fakta lain, negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung kontribusi riset dan teknologi yang diperlihatkan pada multifactor productivity/MFP (Batelle 2013, CHAN 2009). Nah, kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi/Iptek dan inovasi Indonesia diharapkan dapat menjadi ujung tombak meningkatkan daya saing bangsa. Namun ironinya unsur-unsur KBE di atas bagi Indonesia mungkin tidak mudah menjangkaunya.

Iptek Indonesia dalam Lanskap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Indonesia – Kemenristekdikti tahun 2017 tergambar melalui indikator klasifikasi produk perdagangan selama tahun 2012-2016, Indeks global daya saing dan inovasi (Global Competitiveness Index/GCI dan Global Innovation Index/GII), serta Gross Domestic Expenditure on R&D (GERD) masih membutuhkan perjuangan.

Dari klasifikasi produk perdagangan periode 2012-2016, neraca perdagangan Indonesia positif hanya pada produk dengan intensitas teknologi rendah, sementara? pada produk dengan intensitas teknologi medium dan tinggi neraca perdagangannya negatif. Sangat jauh, dibandingkan dengan: Brazil, Rusia, India, dan Tiongkok (negara BRIC); Korea Selatan; Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam (negara ASEAN).

Dilihat dari Indeks global untuk daya saing dan kapasitas inovasi (Global Competitiveness Index/GCI dan Global Innovation Index/GII). Peringkat Indonesia pada peringkat ke-10 (GCI? 2017-2018) yang mengindikasikan Indonesia sebagai pasar potensial. Maknanya, jika tidak dapat dimanfaatkan oleh produsen dalam negeri, Indonesia merupakan target pasar potensial produk dan jasa dari luar atau negara lain. Demikian pula pada GII – indeks yang menilai negara dari kapasitas inovasinya – prestasi Indonesia belum cukup baik.

Dari sisi Gross Domestic Expenditure on R&D (GERD), yakni indikator utama perbandingan aktivitas dan pengeluaran litbang antar negara pada periode tertentu. Besaran GERD Indonesia, hanya 0,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB), tertinggal jauh dari Korea Selatan, negara-negara BRIC, dan negara-negara ASEAN lainnya. Sedang dari indikator jumlah peneliti/SDM (satuan: FTE per satu juta penduduk) Indonesia berada di posisi paling bawah, yakni jumlah peneliti baru 89,5 FTE per satu juta penduduk di antara 11 negara pembanding.

Dari ukuran di atas belum terlihat kontribusi Iptek dan inovasi Indonesia bergaung di tataran nasional, regional apalagi global, khususnya di teknologi medium dan tinggi. Bisa jadi benar, ketika PT.DI sejak 1976 – 1997 mengibarkan teknologi transportasi pesawat CN-235, N250, (dan kini N219) kontribusi Iptek Indonesia dalam peta teknologi dan inovasi dunia, khususnya teknologi transportasi begitu menggema. Itulah inovasi teknologi terapan, dan produk yang dapat dirasakan walau masih perlu perjalanan berliku. Namun apa dapat dikata nasi telah menjadi bubur, Indonesia meredup dari peta kedirgantaraan dunia setelah PT.DI dikerdilkan.

Pemerintah melalui Rencana Induk Riset Nasional/RIRN 2017 – 2045 mulai menyelaraskan kebutuhan riset jangka panjang dengan arah pembangunan nasional terkait ilmu pengetahuan dan teknologi. RIRN dirancang dengan pendekatan holistik, lintas institusi, lintas ranah dan berdasarkan fokus riset; serta mensinergikan seluruh kekuatan agar mendapatkan hasil optimal di tengah keterbatasan sumberdaya, sekaligus mengakomodasi semua pelaku riset.

RIRN sebagai titik pangkal perbaikan secara menyeluruh, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan pembangunan nasional, juga memfokuskan pada aspek riset dari keseluruhan proses riset di hulu sampai dengan hilirisasi, diintegrasikan dengan Rencana Induk sektor terkait, terutama perindustrian (RIPIN) termasuk Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan ekonomi kreatif (RIEKN). Karena muara utama dari riset adalah produk manufaktur yang berorientasi pada industri, serta produk kreatif yang menjadi modal ekonomi kreatif berbasis Iptek. Secara umum, perencanaan riset dalam RIRN sampai dengan maksimal satu tahap sebelum pengembangan produk yang dilakukan di industri serta difusi maupun inkubasi teknologi.

RIRN juga tidak membatasi pada topik riset yang hanya berorientasi pasar atau solusi jangka pendek, tetapi mencakup topik riset fundamental yang ditujukan untuk peningkatan tabungan pengetahuan (pool of knowledge) bangsa. Dengan demikian, RIRN diharapkan mampu membangun sinergi riset nasional, yang bukan saja memperbaiki efisiensi, tetapi juga meningkatkan efektivitasnya, serta sebagai pendorong reintegrasi, dan harmonisasi pendidikan tinggi dengan riset, dengan masyarakat, serta lembaga riset lainnya. Demikian dokumen RIRN menjelaskan.

Dalam kaitan di atas, RIRN yang mengangkat 10 (sepuluh) fokus Riset Unggulan seyogyanya segera dimaknai dan disikapi Perguruan Tinggi/PT. Bukankah PT adalah salah satu rahim Iptek yang digadang-gadang sebagai Produsen Iptek Inovasi dan Pusat Keunggulan, serta sejatinya PT adalah institusi pendidikan yang berbasis pada kegiatan pembelajaran melalui kegiatan riset. Melalui kegiatan riset, para dosen dan mahasiswa memiliki kesempatan menemukan masalah, mencari berbagai solusi secara ilmiah dan merumuskannya menjadi metode baku dan bisa direproduksi.

Dari sekitar 4.670 PT yang meliputi: Universitas, Institut, Politeknik, Sekolah Tinggi, dan Akademi kontribusi pada riset dan Iptek masih memprihatinkan. Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek/BRIN) baru-baru ini mengumumkan hasil penilaian kinerja penelitian PT untuk periode 2016-2018 (data Simlitabmas), yakni : baru 47 PT masuk dalam kelompok Mandiri, 146 PT pada kelompok Utama, 479 PT pada kelompok Madya, dan sebanyak 1.305 PT pada kelompok Binaan. Jumlah kontributor baru mencapai 1.977 PT atau baru 42 % dari total 4.670 PT yang ada di Indonesia, walaupun jumlah kontributor pada periode di atas menunjukkan peningkatan dari periode tahun 2013-2015 sebelumnya yang melibatkan 1.447 PT.

Dari jumlah tersebut di atas, hanya 10 (sepuluh) PT dengan kinerja riset tertinggi. Kesepuluhnya adalah PTN. Dimanakah PTS ?? Bila kita bandingkan jumlah Badan usaha skala besar, menengah, kecil dan mikro yang berjumlah 56.539 560 (BPS, 2012), maka masih banyak peluang bagi para akademisi Indonesia yang jumlahnya masih relatih sedikit 89,5 per satu juta orang – dalam menyumbang riset dan inovasinya.

Penilaian kinerja riset PT tersebut, menurut Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang P.S. Brodjonegoro berdampak pada kuota anggaran penelitian, pengelolaan dana desentralisasi sesuai dengan rencana induk penelitian masing-masing PT, peta kebutuhan program penguatan kapasitas per klaster, serta mekanisme pengelolaan penelitian. Komponen yang dievaluasi dalam penilaian kinerja riset PT meliputi sumberdaya penelitian (30 %), manajemen penelitian (15 %), luaran/output (50 %), dan revenue generating (5 %).

Mengingat peran strategis penilaian kinerja riset, semua PT dituntut menyampaikan data kinerja penelitiannya untuk penilaian periode berikut. Ketentuan ini berlaku bagi PT yang belum pernah menyampaikan data kinerja penelitian sekalipun. Selain itu, klaster PT turut berpengaruh terhadap jumlah anggaran penelitian yang dapat dikelola PT yang bersangkutan. Anggaran maksimal yang dapat dikelola oleh PT klaster mandiri mencapai Rp. 30 miliar/tahun, PT klaster utama sebesar Rp.15 miliar/tahun, PT klaster madya sebesar Rp.7,5 miliar/tahun. Sedangkan PT klaster binaan dapat mengelola dana penelitian sebesar Rp. 2 miliar/tahun.

Cakupan riset bila mengacu pada Agenda Riset Nasional menurut RPJPN 2005 – 2025, maka PT memungkinkan berpartisipasi dalam 7 (tujuh) topik, yaitu : 1) Mendukung ketahanan pangan; 2) Mendukung ketahanan energi; 3) Penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; 4) Penyediaan teknologi transportasi; 5) Mendukung kebutuhan teknologi pertahanan; 6) Mendukung kebutuhan teknologi kesehatan; serta 7) Pengembangan teknologi material maju. Ketujuh topik di atas mencakup 10 (sepuluh) fokus pembangunan nasional, yaitu : 1) Bio-molekuler, Bioteknologi, & Kedokteran; 2) Ilmu Pengetahuan Alam; 3) Energi, Energi Baru dan Terbarukan; 4) Material Industri dan Material Maju; 5) Industri Rancang Bangun, Rekayasa; 6) Informatika dan Komunikasi; 7) Ilmu Kebumian dan Perubahan Iklim; 8) Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemasyarakatan; 9) Ketenaganukliran dan Pengawasannya; 10) Penerbangan dan Antariksa.

Sangat menarik !!! Apakah PT bersikap berdiam diri ??? Atau ke depan Riset dan Inovasi PT lebih menggigit dan mengkait dalam kerangka RIRN sebagaimana uraian di atas ?? Kita tidak harus menunggu, Sobat. Ini Era Knowledge Base Economic/KBE, era Disrupsi ditengah gelombang percepatan teknologi, dan inovasi. Nah, Bangsa Indonesia seharusnya tidak lagi hanya berfungsi sebagai konsumen Iptek melainkan sebagai produsen pula. Wallahualam.

Vivat Widyatama, Vivat Civitas Academica, Vivat Indonesia dan Nusantara tercinta. (@lee)

Redaksi – Lili Irahali

Pandemic! COVID-19 Shakes the World

Judul : Pandemic! COVID-19 Shakes the World

No. ISBN? : 978-1-68219-301- 3

Penulis : Slavoj iek

Penerbit : Polity Pr

Tahun Terbit : 8 Mei 2020

Jumlah Halaman : 120

Jenis Cover : Soft Cover

Dimensi : 5 x 0.3 x 7 Inci

Kategori : Filsafat

Bahasa : Inggris

Pandemik Covid-19 menjadi keseharian kita kini, bukan hanya di Wuhan sebagai titik awal, hampir seluruh peloksok dunia termasuk Indonesia. Virus yang pertama berjangkit di Desember 2019 lalu telah mengharu biru dunia, semua gagap karena belum ditemukan penawarnya, walaupun secara bertahap dengan usaha bersama mulai menunjukkan penurunan. Sisi lain buku ini terbit ketika Pandemi yang berdampak multi dimensi ini masih menjangkit di hampir seluruh negara bangsa.

Karena itu kami tertarik resensi yang ditulis di https://www.orbooks.com/ dan https://mediaindonesia.com/? dimuat di majalah kita ini.

Ketika pandemi global yang belum pernah terjadi sebelumnya menyapu bumi ini, Slavoj iek (salah seorang filsuf dan teoretikus budaya paling produktif dan terkenal di dunia saat ini) mengungkap makna yang lebih dalam, mengagumi paradoks yang membingungkan, dan berspekulasi pada kedalaman konsekuensi pandemi ini. Saat ini kita hidup ketika tindakan cinta terbesar adalah untuk menjaga jarak dari objek kasih sayang kita. Ketika pemerintah tiba-tiba harus menggelontorkan triliunan untuk pengeluaran publik. Ketika kertas toilet menjadi komoditas yang sama berharganya dengan berlian.

Pandemic! Covid-19 Shakes the World, begitu judul buku karya Slavoj iek. Filsuf Slovenia itu mengetengahkan paradoks dari kenyataan Pandemi Covid-19. Pada pembukaan buku, ia menulis Introduction; Noli Me Tangere yang berarti Jangan Sentuh Aku. Kalimat itu disampaikan Yesus kepada Maria Magdalena ketika Maria mengenali Yesus seusai kebangkitan. Satu bagian itu menjadi awalan cukup menarik. Covid-19; jika sayang kerabat, jangan kunjungi. Jika cinta orang tua, jangan mudik. Gampangnya, paradoks yang digagas Zizek hampir semacam kalimat cinta tak harus memiliki, sayang tak harus bersama, kasih tak harus berbalas, dan semacamnya.

Buku ini terdiri atas 10 bagian. Zizek banyak membahas dampak Covid-19 pada beberapa bagian awal. Tiba-tiba saja dunia tersungkur. Semua yang awalnya dibanggakan tiba-tiba rapuh, dari kekuatan ekonomi, kesehatan, pangan, negara sekutu, bahkan kemanusiaan. Seluruh dunia merasakan dampaknya. Virus korona juga memicu epidemi virus ideologis yang tertidur di masyarakat, seperti berita palsu, teori konspirasi, paranoid, dan rasialisme. Ia juga mengetengahkan standar ganda yang marak saat ini. Meremehkan korona sembari bersiap melindungi diri secara berlebih. Entengkan korona, tapi timbun bahan makanan dan alat kesehatan. Tentu hal itu bisa memicu kemarahan publik.

Serasa cukup dengan paparan dampak Covid-19 yang menjungkirbalikkan keadaan masa kini, Zizek lalu memulai dengan pertanyaan. Satu pertanyaan menarik akibat epidemi virus korona, bahkan untuk yang tidak ahli dalam statistik seperti saya, ialah: di mana data berakhir dan ideologi dimulai ujar Zizek (hlm 59). Solusi teknis mungkin tidak. Zizek bergerak lebih jauh, ia mengandaikan seluruh negara bersatu padu untuk mengatasi pandemi global. Saling berbagi dan membantu. Ia menganalogikan pandemi ini selayaknya perang besar melawan Covid-19. Alat kesehatan, misal ventilator, ialah senjata yang dibutuhkan di medan perang. Itu juga membutuhkan kerja sama dengan negara-negara lain. Seperti dalam operasi militer, informasi harus dibagikan dan rencana dikoordinasikan sepenuhnya. Ia mengajukan adanya organisasi global yang mengatur seluruh negara. Tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga masalah kedaulatan. Bukankah semua ini menandakan perlunya reorganisasi ekonomi global yang tidak lagi bergantung pada mekanisme pasar Di sini, tentang semacam organisasi global yang dapat mengendalikan dan mengatur ekonomi, serta membatasi kedaulatan negara-bangsa ketika dibutuhkan. Negara-negara dapat melakukannya dalam kondisi perang, dan kita sekarang mendekati keadaan perang medis secara efektif, tambahnya (hlm 44-45).

Menurutnya, dunia saat ini dihadapkan pada beberapa kemungkinan, pengorbanan dari masyarakat yang terlemah karena keterbatasan sumber daya kesehatan, kebijakan yang membuka ruang untuk korupsi besar-besaran, dan penerapan logika brutal yang kuat yang bertahan. Jadi, sekali lagi, pilihan yang kita hadapi ialah: barbarisme atau semacam penciptaan kembali komunisme, (hlm 70). Kita bisa setuju, bisa juga tidak, dengan pendapat Zizek. Paling tidak, buku ini menawarkan cara pandang tersendiri dalam melihat pandemi yang tengah menjungkirbalikkan keseharian banyak orang.

Deden Novan dari berbagai sumber: https://www.orbooks.com/, dan https://mediaindonesia.com/

Tantangan Teh Priangan dan Teh Indonesia?

Industri teh Indonesia yang lesu berupaya bangkit kembali dari keterpurukan. Salah satu upaya melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produksi teh, serta promosi. Ditengah kekhawatiran pandemi Covid-19 tak mematahkan semangat pemilik Arafah Tea, Ifah Syarifah, untuk terus berproduksi dan mengembangkan bisnis tehnya. Memang Teh selain bermanfaat untuk minuman kesehatan, juga banyak sekali inovasi produk teh yang diminati pasar luar negeri. Saat ini, industri teh sedang melakukan inovasi berupa pemanfaatan matcha tea untuk bahan isian kasur dengan pemanas yang banyak digunakan di terapi spa, serta untuk bantal terapi kesehatan.

Salah satu komoditas teh, berhasil menembus pasar Korea Selatan. Matcha tea produksi Arafah Tea, Bandung, Jawa Barat, secara konsisten diekspor ke Korea Selatan. Arafah Tea bersama kelompok tani One yang diketuai H. Alvian memenuhi permintaan tersebut untuk Mei 2020 lalu dengan volume mencapai 21 ton (https://www.medcom.id/ekonomi/).

Sebelumnya melalui event National Tea Competition 2019 pada 18 Oktober 2019 diselenggarakan kompetisi teh. Kegiatan tersebut menobatkan Gubernur Jawa Barat – Ridwan Kamil beserta istri, yakni Atalia Praratya, serta Wakil Bupati Bandung Barat – Hengky Kurniawan beserta istri, yakni Sonya Fatmala menjadi Duta Teh Indonesia. Penobatan ini diharapkan dapat meningkatkan citra teh Indonesia melalui berbagai kegiatan promosi dan edukasi kepada masyarakat. Ridwan dan Hengky dipilih karena sebagai kepala daerah yang tergolong populer, khususnya di media sosial.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Teh Indonesia, Dr. Wahyu, mengatakan National Tea Competition 2019 merupakan kompetisi teh tingkat nasional dan pertama kali diselenggarakan di Indonesia. Tujuan adalah memilih teh asal Indonesia terbaik untuk jenis Teh Hitam Orthodox, Teh Hitam CTC, Teh Hijau, Teh Putih, dan Teh Wangi.

 

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Kunjungi Kantor Produsen Teh Inggris, Finlays dalam Kunjungan Kerja di Inggris. (Dok Humas Pemprov Jabar)
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Kunjungi Kantor Produsen Teh Inggris, Finlays dalam Kunjungan Kerja di Inggris. (Dok Humas Pemprov Jabar)

Para peserta berasal dari 54 pabrik teh yang mengirimkan 89 sampel teh. Sampel tersebut dinilai tim independen yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri yang ahli dalam pengujian teh. “Kami memberikan apresiasi kepada produsen teh yang mempunyai kualitas terbaik. Pemenangnya akan diikutsertakan dalam lomba teh tingkat dunia di Korea Selatan,” ujarnya di Hotel Savoy Homann Bandung, 18 Oktober 2019 lalu (Ayobandung.com).
Adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berkehendak membangkitkan Teh Jawa Barat yang mengambil porsi 70 % produksi teh Indonesia. ?Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengunjungi kantor salah satu produsen teh Inggris – Finlays – dalam kunjungan kerjanya di Inggris 23 Juli 2019 lalu. Selain melihat teh hasil produksi Finlays, Emil memperlihatkan teh Jawa Barat.

Dalam kunjungan tersebut, Ridwan membawa berbagai produk teh PTPN VIII, salah satunya white tea termahal di dunia yang berharga 60 USD per kilogram. Ia mengatakan bahwa teh Jawa Barat belum bisa memikat masyarakat Eropa, khususnya Inggris. Ternyata karena katanya teh dari kita itu tidak pas saat dicampur susu. Kebiasaan mereka di sini kan, kalau minum teh pakai susu, ucapnya.

Situasi tersebut, kata Ridwan, menjadi pekerjaan rumah bagi produsen teh Indonesia, khususnya Jawa Barat, agar bisa memasok kebutuhan teh Benua Biru, termasuk Inggris. Setelah mengunjungi kantor Finlays, Ridwan melakukan pertemuan dengan 12 pengusahan yang tergabung dalam UK Asean Bussines Council (www. ayobandung.com). Itulah penggalan-penggalan upaya membangkitkan Teh Priangan, sekaligus Teh Indonesia.

 

Sejarah Teh Priangan

Tanah Priangan (Jawa Barat) sudah sejak abad ke-17 memiliki perkebunan teh. Secara singkat sejarah perkebunan teh di tanah priangan diawali oleh pionir-pionir berkebangsaaan Jerman dan Belanda.

Tahun 1686, teh masuk ke Indonesia dibawa Dr. Andres Cleyer, seorang dokter pengajar, ahli botani yang juga saudagar VOC berkebangsaan Jerman. Tahun 1824 teh ditanam di Kebun Raya Bogor. Tahun 1826 teh mulai ditanam di kawasan lainnya: Garut, Purwakarta. Pemerintah Kolonial Belanda mengirim Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson untuk belajar pengolahan teh di Tiongkok. Akhirnya wilayah Priangan tengah dipilih menjadi perkebunan teh. Udara sejuk dan topografi pegunungan pada ketinggian 500 sampai 1.000 meter cocok untuk habitat tanaman ini. Keberhasilan penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi J.I.L.L Jacobson meletakkan landasan usaha perkebunan teh di Jawa. Yakni selain Priangan, sejak tahun 1833 Jacobson selaku Inspektur Bidang Tanaman The mengembangkan tanaman teh lebih luas, meliputi : Batavia, Karawang, Banten, Cirebon, serta beberapa daerah lain di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tahun-tahun berikut berkembangnya perkebunan teh, khususnya di tanah Priangan tidak bisa di-lepaskan dari jerih payah dinasti The Hunderian, yang melahirkan keluarga Holle, Kerkhoven, dan Bosscha. Kerja keras ketiga kerabat ini hingga menjadi pengusaha perkebunan ini disebut Preanger Plannters dan menjadi cikal bakal industri teh di Indonesia. Preanger Planters, julukan bagi pengusaha perkebunan Priangan. Mereka adalah: GIJ van der Hucht (1844), Karel Federik Holle (1865), Adrianan Walrafen Holle (1857), RE Kerkhoven (1873), sampai KAR Bosscha (1896). Sampai saat ini perkebunan teh peninggalan KAR Bosscha masih ada, dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara dan menjadi salah satu identitas tanah Priangan (Jawa Barat) (https://kumparan.com/, https://jelajah.kompas.id/).

Karel Albert Rudolf (KAR) Bosscha adalah sepupu RE Kerkhoven, yang diangkat menjadi administratur perkebunan teh di Malabar, ketika RE Kerkhoven mendirikan NV. Assam Thee Onderneming Malabar. Selama menjadi administratur, Bosscha banyak melakukan inovasi dan perubahan. Kerja keras Bosscha membuat perkebunan Malabar maju dan merangsang pekebun lainnya mengembangkan tanaman teh. Berkat jerih payahnya mengembangkan kultur jaringan teh, Bosscha dijuluki Raja Teh Priangan.

Sejarah perkebunan The Priangan, sebenarnya mengandung cerita sedih, dan tidak semua menyenangkan. Perkebunan-perkebunan kopi dan teh pada masa awal VOC dan Kolonialisme Belanda memakai sistem tanam paksa: Cultuurstelsel dan Preangerstelsel. Belanda memaksa rakyat kebanyakan menanam komoditi yang laku dipasaran Eropa ketika itu, dan mematok harga rendah untuk menjamin keuntungan besar. Sistem tanam paksa didokumentasikan antara lain melalui novel Max Havelaar yang ditulis Multatuli. Berkembangnya Ekonomi Bandoeng Tempo Doeloe ditopang sektor perkebunan. Sektor ini pula menjadikan Bandung menjadi pusat pemerintahan, pusat ekonomi, dan pusat pendidikan.

 

Tantangan Teh Jawa Barat

Teh Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia. Kebanyakan produksi teh Indonesia adalah teh hitam, diikuti oleh teh hijau. Komoditas teh Indonesia yang dikembangkan sejak 1824 saat pencanangan pertama budidaya teh untuk perkebunan dilaksanakan. Pada awalnya, tanaman teh belum memberikan devisa bagi pemerintah Hindia Belanda. Namun, pemerintah Hindia Belanda tetap mengusahakan tanaman teh hingga mencapai produksi yang memuaskan. Bahkan, pada 1835 teh dari Jawa ini merupakan teh pertama di luar China yang masuk pasar Eropa. Hingga tahun 1940, ekspor teh mencapai 72.500 ton, sehingga komoditas teh menduduki peringkat ke-2 dari komoditas ekspor perkebunan setelah karet.

Indonesia bergantung pada ekspor teh produk primer atau hulu. Kurang berkembangnya industri hilir teh Indonesia mengurangi daya saing industri teh Indonesia di pasar internasional. Ekspor produk-produk hilir teh berkontribusi hanya kira-kira 6% dari total eskpor teh.

Walau saat ini Indonesia produsen teh terbesar ketujuh di dunia. Hasil produksi teh menurun di beberapa tahun terakhir, karena alih fungsi lahan, beberapa perkebunan teh berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, sementara yang lainnya menghentikan produksi berganti sayuran atau produk pertanian lain yang lebih menguntungkan. Juga minimnya upaya peremajaan tanaman teh yang umumnya sudah tua, karena sebagian besar areal kebun teh adalah perkebunan rakyat pula.

Sumbangan terbesar produksi teh Indonesia adalah Jawa Barat yang menyumbang sekitar 70% dari produksi teh nasional, baru disusul Jawa Tengah dan Sumatera Utara.

Bahkan kini, kinerja ekspor teh Indonesia terus menurun. Pada tahun 2018 menjadi 49.038 ton saja. Keadaan tersebut menyebabkan pangsa volume ekspor teh curah (industri hulu) Indonesia di pasar dunia menurun terus dari 8 persen pada tahun 2000 menjadi tinggal 1,6 persen pada tahun 2018.

Sekretaris Eksekutif Asosiasi Teh Indonesia (ATI), Atik Darmadi mengatakan, sebagian besar teh yang diekspor berupa black tea (80%) dan green tea (20%). “Rata-rata produksi teh yang dihasilkan dari sejumlah petani dan perusahaan BUMN 140 ribu ton/tahun. Bahan baku teh sekitar 70% diproduk sejumlah petani teh Jawa Barat (Jabar). Sedangkan sisanya sebanyak 30% dari petani Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Bengkulu.

Ini artinya, tantangan bagi Jawa Barat membangun kembali kontribusi perkebunan tehnya, terkait dengan terjadinya pengurangan lahan yang berjalan terus menerus, kualitas dan produktivitas (produksi teh dari perkebunan rakyat), kondisi tanaman teh yang perlu peremajaan, infrastruktur yang masih lemah (terkait biaya logistik), teknologi, serta masih berkutat pada produksi hulu (bahan baku), belum meningkat ke produk hilir teh, dan lainnya. Jadi produksi the Jawa Barat memerlukan perbaikan di hulu maupun hilir. (Lee)

 

Dari berbagai Sumber

Mengenal Widyatama Business Incubator/WIBI

Business Incubator (Seri 1)

Keni Kaniawati

Dalam rangka pengembangan kewirausahaan yang berbasis teknologi atau wirausaha inovatif, suatu perguruan tinggi dirasa perlu memiliki wadah atau lembaga yang didesain untuk membina, menampung aspirasi kreativitas dan inovasi mahasiswa, serta mempercepat keberhasilan pengembangan bisnis start up dan entrepreneur pemula. Apalagi pemerintah sangat mendorong bahkan menyarankan setiap kampus untuk membentuk atau membuka Inkubator Bisnis Teknologi (IBT). Hal ini penting dimana setiap hasil penelitian kampus idealnya bisa bermanfaat secara praktis bagi masyarakat dan industri.

Menghadapi era disrupsi teknologi, tuntutan bagi perguruan tinggi akan semakin besar, dimana perguruan tinggi tak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan secara konvensional saja tetapi harus memiliki skill added dan mampu beradaptasi dengan artifical intelegence (kecerdasan buatan). Banyak kemudahan dan inovasi yang diperoleh dengan adanya dukungan teknologi digital, diantaranya layanan menjadi lebih cepat dan efesien serta memiliki jangkauan koneksi yang lebih luas dengan sistem daring atau online. Hidup menjadi lebih mudah dan murah. Namun seiring dengan perkembangan digitalisasi juga membawa dampak negatif, dimana peran manusia setahap demi setahap diambil alih oleh mesin otomatis. Akibatnya jumlah pengangguran akan semakin meningkat. Oleh karena itu perguruan tinggi seyogyanya harus berkolaborasi dengan semua pihak guna menyiapkan lulusan yang mampu menghadapi kompetensi masa depan.

Dalam masa pandemi Covid-19, UMKM merupakan salah satu sektor yang paling rentan kena dampaknya. Dimana hampir 68%? mengalami perurunan penjualan secara dratis sejak wabah virus corona, sulit mendapatkan bahan baku, terhambatnya distribusi,? mengalami kesulitan permodalan dan terhambatnya produksi. Dengan adanya wabah virus Covid-19, pegiat UMKM harus siap sedia dalam menantisipasinya agar usahanya tetap produktif tidak gulung tikar. Hal ini juga berdampak terhadap usaha stratup. Melalui inkubator bisnis khususnya? para startup yang merupakan tenant Widyatama Business Incubator akan memperoleh beberapa layanan diantaranya pendampingan dan binaan terhadap rintisan usahanya.

Inkubator adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru agar berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan mampu menciptakan produk baru yang berdaya saing dalam jangka waktu tertentu. Jadi inkubator bisnis adalah lembaga yang melakukan proses inkubasi terhadap peserta inkubasi (tenant). Sebagai institusi di bidang pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, Universitas Widyatama merasa perlu meningkatkan kelembagaan untuk dapat berkontribusi secara nyata dalam sistem inovasi nasional Indonesia.? Maka melalui SK Rektor Universitas Widyatama bulan? Januari mendirikan Pusat Inkubator Bisnis Universitas Widyatama dengan nama Widyatama Business Incubator (WIBI) yang diketuai oleh Keni Kaniawati SE.MS.i.

Widyatama Business Incubator? memiliki visi dan misi seperti inkubator bisnis lainnya. Visi WIBI yaitu diakui sebagai inkubator bisnis yang kompeten dalam menciptakan UKM unggul, berdaya saing, mandiri dan berbudaya. Sedangkan misinya yaitu : menunjang akreditasi perguruan tinggi dan akreditasi program studi; menunjang pemeringkatan perguruan tinggi; menjadi institusi yang dapat menyerap berbagai hibah dari Kemenristek Dikti; meningkatkan kompetensi dosen dalam pembinaan wirausaha baru berbasis teknologi; memfasilitasi pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat; memfasilitasi hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perguruan tinggi; menciptakan para wirausaha baru berbasis teknologi.

Tujuan WIBI (Widyatama Business Incubator) yaitu : mengembangkan budaya kewirausahaan untuk mahasiswa, dosen, alumni di lingkungan Universitas widyatama; memfasilitasi hasil-hasil riset inovatif untuk pengembangan usaha; mengembangkan jejaring terkait peningkatan keberhasilan usaha; menyiapkan konsep perusahaan pemula (startup company) untuk mahasiswa Universitas Widyatama.

Model Widyatama Business Incubator meliputi : kepemilikan, tipe, bidang fokus kegiatan dan tujuan. Salah satu tujuannya yaitu pengembangan tenant. Dimana tenant di WIBI meliputi dua yaitu:

  1. Tenant Inwall yaitu tenant yang melaksanakan kegiatan produksi sehari-hari dalam WIBI (berasal dari mahasiswa Universitas Widyatama).
  2. Tenant Outwall yaitu tenant yang melaksanakan kegiatan produksi sehari-hari di luar WIBI (masyarakat atau alumni mahasiswa Universitas Widyatama).

Model bisnis Widyatama Business incubator meliputi :

  • Pra Inkubasi

Tahap pra-inkubasi adalah tahapan awal yang merupakan proses perekrutan dan seleksi calon tenant yang dilanjutkan dengan pendalaman mengenai teori dan simulasi usaha, testimoni wirausaha, pelatihan teknologi produksi, hingga manajemen yang mencakup SDM, keuangan, pemasaran, dan perencanaan bisnis ke depan. Dalam pra inkubasi bisa bekerjasama dengan HIPMI Utama, maupun UKM Kewirausahaan dalam pemilihan dan perekrutan tenant.

Kegiatannya meliputi: Bootcamp, Matrikulasi Materi, dan Workshop.

  • Inkubasi

Tahap Inkubasi merupakan tahap dimana tenant akan mendapatkan berbagai macam mekanisme dan metode pendampingan serta berbagai materi yang dibutuhkan. Inkubasi tahap awal meliputi pelatihan teknis dan manajemen, pendampingan legalitas usaha, pembuatan business plan, uji coba produksi, dan pendampingan pendaftaran HKI.

Pada tahap inkubasi terdapat beberapa bentuk mekanisme pembimbingan yang terdiri dari:

  1. Coaching Business sebagai mekanisme mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tenant, sehingga kinerja membaik, dan mengarah pada pencapaian tujuan. Pada mekanisme ini menggunakan Coach untuk membantu mengarahkan, mengajukan pertanyaan, memaparkan sudut pandang lain, membantu tenant memecahkan problematika bisnis yang dihadapi, menemukan solusi dan meyusun strategic plan.
  2. Mentoring sebagai mekanisme berbagi pengalaman dan pengetahuan dari seorang yang sudah berpengalaman pada bidang tertentu. Mekanisme peran utama ada pada Mentor biasanya adalah seseorang atau pebisnis yang memang sudah berpengalaman di bidangnya sehingga bisa menuntun, memberikan tips dan saran serta memecahkan masalah bisnis yang dihadapi para tenant.
  3. Consulting Business merupakan mekanieme bantuan seorang ahli (konsultan) untuk memecahkan masalah yang dihadapi tenant, dan membantu tenant merumuskan strategi bisnis, strategi operasi dan pengembangan ke depan.
  4. Training / Workshop merupakan mekanisme transfer skill / kemampuan kepada para peserta training. Dalam proses inkubasi akan terdapat beberapa traning yang diberikan kepada tenant khusunya pada bidang-bidang praktek penting misalnya pengelolaan keuangan, pencatatan dan pelaporan keuangan, menbangun sistem manajemen mutu, leaderships dll.
  • Pasca Inkubasi.

Pada tahap pasca Inkubasi adalah proses setelah tenant melalui program Inkubasi yang dijalankan diharapkan:

  1. Kemampuan untuk melakukan pengembangan usaha yang ditandai dengan pengembangan produk, pengembangan pasar dan pengembangan unit bisnis
  2. Kematangan mental, motivasi, skill dan penguasaan dalam proses bisnis. Dalam beberapa hal diistilahkan sebagai kematangan dalam mengelola usaha.
  3. Berhasil membangun networks, patnership- bahkan sinergi dengan pihak luar.
  4. Kemampuan masuk kepasar, beradaptasi dan kemampuan bersaing dengan basis telah memiliki keunggulan kompetitif/ competitive advantage
Session Sharing dengan Bicube (Inbis STIA LAN).
Session Sharing dengan Bicube (Inbis STIA LAN).

(bersambung ke Komunita edisi #27)

 

Bonus Rektor Widyatama Kepada Mahasiswa Berprestasi

Bonus Rektor Widyatama Kepada Mahasiswa Berprestasi

Rektor Widyatama Prof. Obsatar Sinaga memberikan bonus kepada mahasiswa berprestasinya. Rektor yang berhasil membawa Widyatama menduduki ranking 95 perguruan tinggi ternama di Indonesia itu memberikan langsung uang kadeudeuh sebesar Rp 37.500.000, bagi mahasiswa yang meraih prestasi di bidang Tae Kwon do, tim basket putri, tim basket serta sepakbola/tim futsal.

Menurut Prof Obsatar bahwa hal itu merupakan pola baru di kampusnya. Di mana setiap mahasiswanya yang menorehkan prestasi akan diberikan apresiasi. Di samping itu memberikan previlage/hak istimewa dalam perkuliahan. Pihaknya akan menjamin perkuliahannya apabila atlet/mahasiswa Widyatama bentrok saat akan mempersiapkan ke pertandingan terlebih saat bertanding.

Mereka akan mendapat perhatian khusus, terutama dalam perkuliahan sehingga tidak akan mengalami masalah akademik, lanjutnya, Sabtu (2/11/ 2019) di ruang rektor. Hal itu untuk memberikan jaminan kepada para mahasiswa yang berprestasi khususnya di bidang olahraga, agar prestasi akademiknya tidak menurun.

Sebenarnya penghargaan diberikan tiap tahun, tapi kalau tidak ada prestasi apa yang mau diberikan. Lonjakan prestasi mahasiswa kami mulai terasa dari tahun 2018 sampai saat ini. Rektor? tidak hanya akan memberikan kadeudeuh untuk mahasiswa berprestasinya saja, tetapi akan memberikan reward kepada pelatih dan juga kepada pengurus PKM. Terlebih kini fasilitas untuk PKM sudah terpenuhi.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa di Widyatama kini memiliki atlet golf, atlet basket tingkat Jabar dan lainnya. Kami ingin nanti atlet-atlet nasional lahir dari Widyatama memiliki disiplin olahraga yang baik serta kecerdasan otak juga prestasi akademik, harapnya.

Selain bidang akademik Rektor pun akan menggenjot prestasi akademik. Kami pun membuat program Widyatama We Can. Langkah progresif? untuk meningkatkan prestasi mahasiswa yang sifatnya ke akademik. Di mana di bulan Desember 2019 rencananya kami akan menggelar lomba debat bahasa Inggris, lomba karya ilmiah dan lainnya.

Banyaknya prestasi di bidang olahraga yang ditorehkan oleh mahasiswa Widyatama tidak terlepas dari program Bidang Kemahasiswaannya. Untuk tahun ini banyak sekali atlet/mahaiswa Widyatama yang berprestasi, kata Pawit, Kepala Biro Kemahasiswaan kepada majalahsora.com, Sabtu (2/11/2019). Menilik hal itu pihaknya mengusulkan kepada pimpinan untuk memberikan apresiasi, karena mahasiswa Widyatama itu sudah mengharumkan nama kampusnya ke khalayak umum. Nama mereka dicatat dalam Simkatmawa, yang mengacu utntul pemeringkatan universitas secara nasional, terangnya.

Menurutnya tahun lalu pemeringkatan bidang kemahasiswaan Universitas Widyatama, menduduki ranking 48 nasional. Untuk akhir tahun ini kami mendorong agar kampus kami bisa naik ranking secara nasional, di bawah 48, tutur Pawit. Ia yakin hal itu bisa tercapai karena perhatian dari Rektor dan Yayasan mendukung secara moril dan materil.

Ia menambahkan pembinaan yang berjalan di kemahasiswaan bekerjasama dengan pelatih, meningkatkan keahlian, mental dari mahasiswanya itu sendiri. Kemudian pembinaan akademik. Karena dua-duanya tidak boleh menurun, saya harap berprestasi di bidang olahraga atau non akademik tetapi tidak meninggalkan prestasi di bidang akademik, imbuhnya.

Di samping itu berjalannya prestasi bidang olahraga di Widyatama tidak terlepas dari pembinaan serius atletnya oleh para pelatih dan pengelola UKM. Didukung sarana prasarana yang memadai serta waktu latihan yang leluasa. Pihaknya pun menghadirkan klinik berikut dokternya untuk memberikan pelayanan dalam menjaga kesehatan atlet dan mahasiswanya.

Sementara itu Windi (Jurusan Akuntansi) & Yanti (Sistem Informasi) atlet taekwondo mengapresiasi gebrakan pihak kampus dengan memberikan kadeudeuh/bonus uangvpembinaan, karena mereka jadi lebih terpacu untuk menghasilkan prestasi. Kami jadi lebih semangat. Apalagi dengan hak istimewa kepada kami terlebih dalam hal perkuliahan jadi lebih dipermudah. Kami judmga jadi lebih fokus saat menghadapi pertandingan, kata Windi & Yanti. Tidak berbeda jauh dengan mereka Say (Jurusan Teknik Informatika) atlet basket Widyatama mengatakan bahwa kadeudeuh perhatian dari Rektor dan Yayasan Widyatama, untuk memotivasi mahasiswanya serta bisa mengembangkan bakatnya.

Berikut UKM yang diberi kadeudeuh/reward Sabtu 2/11/2019 : 1)UKM Taekwondo, kejuaraan nasional taekwondo UTI Pro, Piala Bupati Kab Ponorogo juara ke-1, meraih 7 medali emas, 2 perak, 7 perunggu, 1 best player (man). 2) UKM Basket, kompetisi basket putri Parahyangan Sport Combat, juara ke-2. 3)UKM Basket, kompetisi basket putri, UTama Sport Competition, juara ke-3. 4)UKM Basket, kompetisi basket putra, UTama Sport Competition, juara ke-3. 5)UKM Sepakbola, kompetisi futsal UTama Sport Competition, juara ke-3. 6)UKM Taekwondo, kompetisi internasional taekwondo IUMW Pamsoe Invitational, meraih 2 emas dan 2 perunggu, menjadi juara 2 umum. Byhumas&komunita, 04Nov2019