Wednesday, August 6, 2025
Home Blog Page 28

Komunitas Wirausaha UTama

Berawal dari bincang-bincang ringan mahasiswa Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Widyatama dengan dosen entrepreneurship bapak DR. Meriza Hendri,S.IP. M.M. disela-sela rehat perkuliahan, membahas tentang kesulitan dan berbagai permasalahan dibidang usaha masing-masing maupun peluang-peluang usaha yang dapat dikembangkan bersama, ditemukan ide membuat suatu kumpulan komunitasyang berdasarkan dari peminatan dan lingkungan yang sama dibidang usaha.

Disepakati bahwa kelompok ini berkumpul bersama pada waktu dan tempat yang telah disepakati untuk membahas berbagai masalah, menemukan solusi kemudian melakukan penelitian seberapa efektif langkah solusi tersebut dapat dilaksanakan. Meskipun teori tentang kewirausahaan itu telah diberikan di bangku kuliah, namun masih dibutuhkan proses belajar sambil bekerja. Dimana teori-teori yang pernah diberikan di bangku kuliah tersebut harus di implementasikan didunia usaha yang sebenarnya. Dilokasi usaha tersebutlah akan ditemukan formula maupun kondisi yang baru dan belum sempat dibahas di lingkungan perusahaan.

Saat ini para anggota yang telah bersepakat untuk membentuk komunitas tersebut pada umumnya telah menyelesaikan kuliahnya dan berstatus alumni MM Sekolah Pascasarjana Widyatama. Namun kebersamaan tersebut akhirnya dipertahankan dan berkembang menjadi kelompok yang menamakan dirinya Komunitas Entrepreneur Utama. Komunitas ini berkegiatan sebagai forum diskusi yang bertujuan untuk membangun semangat dalam meningkatkan kapasitas, kapabilitas, dan efisiensi wirausaha melalui edukasi, riset dan pemberdayaan umat. Bidang garapan saat ini seputar sharing online, sharing Offline, Business Matching, Mentoring Business, Reserch, dlsb. Proses belajar sambil bekerja semakin intens berjalan pesat, didukung dengan kesediaan dan semangat yang tinggi dari dosen (bpk. DR Meriza hendri, S.IP., M.M.) yang selalu memberikan stimulasi baik berupa dorongan untuk lebih maju maupun informasi-informasi peluang usaha yang diprediksi akan semakin terbuka luas, sehingga perlu diupayakan untuk segera dimakfaatkan sebelum terlambat diambil pihak lain untuk dikembangkan.

DR Meriza Hendri, S.IP.,M.M. disamping sebagai dosen, beliau juga sebagai entrepreuner sejati, saat ini menjabat sebagai pimpinan PT STARBIZ Manajemen Bandung dan juga sebagai staf ahli bidang kewirausahaan di pemda Jabar. Oleh sebab itu beliau di minta sebagai penasehat komunitas ini, yangfungsinya memberikan masukan serta arahan kepada anggota komunitas dalam hal pengembangan usaha, mengatasi kendala yang dihadapi oleh masing-masing anggota dalam menjalankan usahanya, maupun berbagai saran untuk memanfaatkan peluang usaha yang berkembang di masyarakat. Komunitas Entrepreneur UTama membentuk kepengurusan agar lebih terstruktur, rapih dan sesuai dengan kaidah kewirausahaan. Dimana sebagai Pembina di tunjuk Didi Hardian, ST., M.M, sedangkan sebagai Ketua saudara Ichsan Nugraha, SE., M.M. dan Marsya, M.M sebagai sekertaris, Handi, M.M sebagai Bendahara, bidang Edukasi & Riset adalah Arief Yanto, M.M., bidang Networking Danish, M.M., bidang Pemberdayaan ialah Doni, M.M.

Pertemuan rutin membahas tentang berbagai hal seperti sumbangsaran terhadap berbagai permasalahan yang telah dan sedang dihadapi, masing-masing saling membantu memberikan masukan bagaimana menemukan jalan keluar yang terbaik dari permasalahan tersebut. Proses belajar haruslah tetap dijalani selama usaha yang digeluti tersebut berjalan. Salah satunya dengan memahami kesulitan dan kendala yang dihadapi rekan anggota komunitasnya. Belajar bagaimana menyusun rencana usaha yang tidak terlalu ambisius namun realistis, dilakukan dengan diskusi ketika acara berkumpul dalam komunitas, atau sama-sama membangun bidang usaha baru yang saling berkaitan antar bidang usaha rekan-rekan dalam lingkaran komunitas. Banyak hal yang dilakukan pada proses learning by doing tersebut. Anggota komunitas yang mempunyai semangat entrepreneur tinggi dapat mendorong rekan lainnya yang saat itu menurun semangatnya karena menghadapi hambatan dan tantangan usaha yang demikian kuatnya. Demikianlah salah satu spirit terbentuknya komunitas Entreprenuer UTama ini. Saling memberikan dukungan antar sesama anggota, bahkan mengadakan riset bersama atas beberapa hal yang menarik untuk diteliti, terkait dengan permasalahan yang dipandang harus dipelajari lebih lanjut untuk ditemukan solusi terbaik, sehingga dikemudian hari dapat dijadikan standar sebagai tindakan perbaikan jika terjadi kasus yang sama. Komunitas Enterpreuner UTama ini diharapkan akan menjadi semacam lembaga incubator bagi wirausaha pemula dilingkungan internal atau wadah yang dapat menampung anggota baru dari kalangan mahasiswa aktif di Sekolah Pascasarjana Widyatama khususnya prodi Magister Management. Hasil kajian bersama pada komunitas ini akan dijadikan bahan panduan bagi upaya pengembangan usaha masing-masing. (Eddyb)

Kuliah Umum dari Owner Perusahaan Coklat Terbesar di Garut

Prodi Manajemen S1 bekerja sama dengan PT. Tama Coklat lndonesia (Chocodot) melaksanakan kuliah umum dengan tema “Creative Entrepreneur Di Era Revolusi Industri 4.0” bersama Owner PT.Tama Coklat lndonesia (Chocodot) Kiki Gumelar S.ST.,M.MPAR sebagai pembicara. Kegiatan kuliah umum hari Sobtu, 11 Mei 2019 ini dimulai dengan sesi pembukaan oleh Dekan Fakultas Bisnis dan Manajemen Bapak Dr. H. Deden Sutisna M.N, S.E.,M.Si. Dr. Deden menyampaikan bahwa pentingnya menumbuhkan kepekaan dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Pembicara memberikan motivasi menjadi seorang entrepreneur sukses kepada mahasiswa, melalui true story yang dihadapinya dalam membangun sebuah bisnis. Kuliah umum dengan tema Creative Entrepreneur Di Era Revolusi Industri 4.0. ini bertujuan memberikan edukasi dan memotivasi mahasiswa untuk menjadi entrepreneur kreatif dan peka dalam melihat peluang yang ada. Selama kegiatan kuliah umum mahasiswa sangat antusias dan beberapa bahkan tergerak untuk memulai bisnis di bidang keahlian masing-masing. (Hms -15Jun 2019)

Mahasiswa Prodi Informatika Widyatama Berdayakan Angklung dengan inovasi Teknologi (Angdroid)

Mahasiswa Prodi Informatika Universitas Widyatama mengembangkan sebuah Alat kontrol alat musik angklung menggunakan Arduino dan Android (Angdroid). Alat ini membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang alat musik tradisional dan melestarikannya, khususnya Angklung. Alat kontrol ini memanfaatkan teknologi airkabel yaitu wifi dan Alat yang telah berhasil diimplementasikan dengan membuat sebuah rangkaian elektronik, yang terhubung dengan satu set alat musik angklung dan sebuah aplikasi pengontrolnya. Cara kerja alat ini adalah cukup menekan beberapa tombol Node yang diinginkan dalam antarmuka aplikasi Android yang telah terhubung dengan angklung, lalu angklung akan berbunyi sesuai dengan Node yang diinginkan pengguna. (Hms- 25 Mei 2019)

Peningkatan Kompetensi Mahasiswa D3 Manajemen Melalui Sertifikasi Keahlian Pasar Modal WPPE

Mahasiswa perlu dibekali kompetesi tidak hanya dari kegiatan akademik di dalam kelas tetapi juga dengan kualifikasi yang mampu diakui secara profesional. Investasi saat ini menjadi salah satu hal vital dalam kehldupan sehari-hari khususnya bisnis, salah satu diantaranya adalah pasar modal. Program Studi D3 Manajemen tidak hanya memasukan Pasar Modal ke dalam kurikulum perkuliahan, tetapi juga memfasilitasi mahasiswa untuk menguasai bidang pasar modal secara profesional melalui short course dan sertifikasi.

Program Studi D3 Manajemen bekerja sama dengan Pusat Studi Galeri Investasi Universitas Widyatama dan TICMI (The Indonesia Capital Market lnstitute), untuk pertama kalinya menyelenggarakan kegiatan Short Course Pasar Modal WPPE selama tiga hari darf tanggal 21-23 Mei 2019 dan Ujian Sertifikasi Pasar Modal WPPE pada tanggal 25 Mei 2019.

Sekali lagi, Blue Ocean Strategy

Judul : Blue Ocean Strategy

No. ISBN : 979 – 16 – O117 -8

Penulis : W. Chan Kim dan Rene Mauborgne
Penerbit : Harvard BusinessSchool Publishing Corp.
Versi Indonesia oleh PT Serambi Ilmu Semesta
Tahun Terbit : 2005, 2006, 2007

Jenis Cover : Hard Cover

Alih Bahasa: Indonesia, Satrio Wahono

Era Globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi pada tahun 1950 dan 1960, era kualitas pada tahun 1970 dan 1980, dan era fleksibilitas pada tahun 1980 dan 1990, sekarang dunia menghadapi era inovasi (Janszen, 2000). Era inovasi muncul karena perubahan pesat perkembangan teknologi dan informasi. Kumpulan informasi yang tersistemasi dengan teknologi membentuk sebuah pengetahuan. Pengetahuan inilah yang menjadi basis penting di dalam jantung organisasi modern saat ini. Pengetahuan yang dimiliki sebuah organisasi merupakan aset yang sangat berharga dan merupakan aset yang tak kasat mata atau dikenal dengan sebutan intangible asset (Institut Pertanian Bogor). Salah satu isu yang berkembang di era globalisasi saat ini adalah membangun “aliansi strategis”. Mengapa ??? Era perekonomian sekarang mendorong terjadinya suatu korporasi untuk meningkatkan keunggulan bersaing melalui sumber daya yang dimiliki oleh pihak yang terkait atau bekerjasama. Baik itu terkait dengan kondisi pasar, teknologi ataupun sumber daya manusia pada suatu bisnis. Keunggulan tersebut akan melengkapi dan membangun korporasi untuk tumbuh dan berkembang secara lebih efektif dan efisien.

Aliansi adalah persekutuan perseorangan, kelompok atau organisasi yang mempunyai sumber daya (sarana, prasarana, dana, keahlian, akses, pengaruh, informasi) dan bersedia untuk terlibat aktif atau berperan dalam menjalankan fungsi dan tugas terIentu.. Aliansi strategis merupakan sebuah hubungan antara beberapa kelompok dengan satu tujuan dan melibatkan beberapa bidang bisnis agar dapat mencapai tujuan masing-masing dengan lebih baik, melalui kerjasama yang saling menguntungkan.

Dengan aliansi maka suatu perusahaan dapat saling sinergi terkait kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut membuat para pihak pelaku bisnis terkait harus mampu melalcukan sesuatu yang lebih baik, dan menimbulkan kerjasama yang baik. Aliansi strategis penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis. Mensikapi hal tersebut, saya pikir ada baiknya kita menyimak kembali buku “Blue Ocean Startegy” yang best seller pada tahun 2005 s/d 2007. Buku tulisan W. Chan Kim dan RenCe Mauborgne yang nota bene profesor Strategi dan Manajemen Internasional di INSEAD, Perancis (sekolah bisnis terbesar kedua di dunia). Mereka aktifmenulis artikel di berbagai media mengenai strategi dan manajemen. Mereka telah menerima berbagai penghargaan internasional di bidang manajeman dan bisnis. Bahkan, Sunday Times (London) menyebut mereka sebagai “Dua Pemikir Bisnis Eropa Paling Cemerlang”. Profesor W. Chan Kim dan Renee Maubrogne bcrhasil meyakinkan dunia tentang strategi samudra biru dalam menemukan pasar baru yang tanpa pesaing. Dunia terhenyak kctika dua ahli pemasaran dari INSEAD – Perancis itu mengenalkan teori “Blue Ocean Strategy” pada 1997 lalu diterbitkan pada 2005 dan direvisi dengan pengembangan pada 2015. Teori ini berdasarkan penelitian mereka terhadap ratusan perusahaan yang berdiri pada 1800-2000.

Buku karya Kim dan Mauborgne memberikan terobosan pemikiran, bahwa kemajuan dan kemenangan tidak selalu diperoleh melalui kompetisi, melainkan oleh persahabatan dan kesetiaan dengan mencari ceruk pasar baru. Bagaimana hal itu dapat terjadi ? Kim mengemukakan pendapatnya mengenai enam prinsip untuk memenangi masa depan : 1) cara merekontruksi batasan-batasan pasar, 2) berfokus pada gambaran besar, 3) melampaui permintaan yang ada, 4) menjalankan rangkaian strategis yang benar, 5) mengatasi rintangan-rintangan organisasional, dan 6) mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi. Strategi Samudra Biru (blue ocean strategy) menantang perusahaan untuk keluar dari Samudra Merah Persaingan berdarah dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya, sehingga kompetisipun menjadi tak relevan. Buku ini memfokuskan untuk menumbuhkan permintaan, strategi yang paling tepat di saat banyak persaingan, justru konsep yang ditawarkannya keluar dari persaingan. Tentu saja buku ini memberikan kiat-kiat untuk menghadapi tantangan, dengan memaksimalkan kesempatan sekaligus meminimalkan resiko. Buku ini didasarkan hasil penelitian kurang lebih lima belas tahun, dengan data yang merentang mundur hingga seratus tahun lamanya, juga serangkaian artikel mereka Harvard Business review dan artikel-artikel akademis berbagai dimensi yang berkaitan dengan topik ini. “Cirque du Soleil” berkontribusi atas pemikirannya, bahwa untuk berjaya di masa depan, perusahaan harus berhenti bersaing satu sama lain. Satu-satunya cara memenangi kompetisi adalah berhenti berusaha memenangi kompetisi. Kita bisa membayangkan sebuah pasar terdiri atas dua Samudra; Samudra merah dan Samudra biru. Samudra merah merupakan industri yang telah ada saat ini, di mana ruang pasar sudah dikenal. Sedangkan Samudra Biru merupakan industri-industri yang belum ada, ini yang disebut ruang pasar yang tidak dikenal. Dalam Samudra merah, batasan-batasan dalam industri telah didefinisikan dan diterima, dan aturan-aturan persaingan sudah diketahui. Perusahaan berusaha mengalahkan lawan mereka demi mendapatkan pangsa permintaan yang lebih besar. Ketika ruang pasar semakin sesak, prospek akan laba dan pertumbuhan pun berkurang. Produk menjadi komoditas dan koinpetisi jor-joran mengubah Samudra merah menjadi samudra penuh darah.

Kebalikannya dengan Samudra Biru, ditandai oleh ruang pasar yang belum terjelajahi, penciptaan permintaan, dan peluang pertumbuhan yang sangat menguntungkan. Meskipun sejumlah samudra biru diciptakan benar-benar di luar industri yang sudah ada, kebanyakan dibuat dari dalam samudra merah dengan cara memperluas batasan-batasan industri yang sudah ada, sebagaimana dilakukan oleh “Cirque du Soleil”. Dalam samudra biru, kompetisi itu tidak relevan karena aturan-aturan permainan baru akan dibentuk.

Mengapa samudra biru terbentuk dan penting ? Mari kita menengok ke belakang, seratus tahun ke belakang; berapa banyak industri masa kini seratus tahun silam belum dikenal ? Ada banyak jawabannya, seperti industri mobil, rekaman musik, penerbangan, petrokimia, dan lain sebagainya yang belum pernah terdengar atau belum muncul saat itu. Realitasnya industri tak pernah diam ditempat, industri selalu berevolusi. Dan kini memasuk Era Industri 4.0. Sejumlah kekuatan pendorong dibalik meningkatnya tuntutan untuk menciptakan samudra bim. Kemajuan ekonomi secara substansial telah meningkatkan produktivitas industri dan memungkinkan pemasok untuk menghasilkan ragam produk dan jasa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hasilnya adalah scmakin banyak saja terjadi dalam berbagai industri bahwa pasokan melebihi permintaan.

Buku ini menawarkan strategi baru untuk memenangi masa depan tanpa harus berkompetisi, menggali potensi dan berkarya bukankah suatu tantangan yang harus kita hadapi menuju era yang lebih baik lagi. Jika semua itu memungkinkan dan pasti berpeluang, Why Not ? Rika Rachmawati & Lec

Menjawab Tantangan Kompetensi SDM, Profil lulusan PT, & Pengangguran Terdidik

Perspektif Stakeholder

1) Wawancara Prof Dwi Suhartanto, MCM., Ph.D Guru Besar – Politeknik Negeri Bandung (Polban)

Tidak dipungkiri terdapat jarak antara dunia pendidikan tinggi dengan dunia usaha dan industri/DUDI. Karena itu, diperlukan pendekatan lebih jauh antara dunia pendidikan tinggi dengan dunia usaha dan industri. Pendekatan ini mendesak untuk dilakukan guna mengoptimalkan usaha mengurangi angka pengangguran lulusan PT yang semakin nyata. Beberapa dialog sudah dimulai namun membutuhkan implementasi nyata yang bisa dirasakan semua pihak. Untuk itu majalah Komunita mencoba menggali PERSPEKTIF dari para pemangku kepentingan yang terlibat dalam profil lulusan PT, relevansi dan kompetensi SDM. Berikut empat wawancara narasumber dalam perspektif mereka tersebut.

“DUDI harus berkontribusi dan Berkolaborasi dengan PT”

Komunita : Bagaimana memaknai profil lulusan dan relevansinya bagi PT dalam mempersiapkan SDM berkompeten?

Prof. Dwi S : Institusi pendidikan tinggi harus mendukung program penyiapan kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dunia bisnis maupun industri. Dalam kesiapannya harus diproyeksikan sesuai kebutuhan dan kualifikasi, serta jumlah posisi pekerjaan pada dunia industri. Kenyataan berdasarkan data yang saya amati, di Indonesia begitu banyak pengangguran akibat dari peningkatan jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak sesuai dengan permintaan pasar. Ketidaksesuaian ini bisa saja terjadi karena tingginva volume lulusan yang membludak ataupun kompetensi yang tcrlalu rendah. Jika dilihat dari angka persentase pengangguran, berdasarkan data terbaru – telah menyentuh angka peningkatan setiap tahunnya sebesar 11% dari level 6% pada jumlah lulusan perguruan tinggi. Data tersebut mengindikasikan bahwa profil lulusan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar yang ada.

Namun, hal ini bukan hanya dari sisi perguruan tinggi yang salah, akan tetapi tingkat kebutuhan atas kualifikasi pendidikan yang begitu rendah, seperti jenjang SMK. Karena adanya ketidakrelevan antara dunia pendidikan dengan kebutuhan industri dalam masyarakat. Hal ini yang telah menjadi pemicu dalam permasalahan tingkat nasional. Mayoritas jumlah pekerja lulusan di Indonesia dari tiap jenjang yakni sebesar 41% (lulusan SD hingga menengah ke atas), sementara dari jenjang perguruan tinggi sebesar 10%. Penyebab terjadinya jumlah lulusan yang menganggur akibat dari kurangnya ketidaksesuaian tenaga terampil dengan kebutuhan pada pasar tenaga kerja, ditambah lagi dengan ketidaksesuaian harapan dengan penghasilan serta ketersediaan lapangan pekeijaan yang terbatas.

Jika dilihat dari segi filosofi Undang-undang perguruan tinggi, maka setiap perguruan tinggi wajib mempersiapkan lulusan sesuai dengan kebutuhan industri pasar tenaga kerja. Namun, yang terjadi bukan hanya karena pennasalahan di lingkungan perguruan tinggi, namun dari sisi permasalahan tingkat pertumbuhan pada bidang industri pun tergolong masih rendah sekitar 5%. Sehingga, hal inilah yang menjadi perhatian penting bagi setiap perguruan tinggi dalam membenahi permasalahan tersebut.

Komunita : Bagaimana tentang kurikulum pendidikan tinggi yang dipandang kurang relevan dengan kebutuhan dunia industril usaha ?

Prof. Dwi S.: Kurikulum adalah sebuah software aplikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Di Indonesia, kurikulum yang sudah baik, begitupun dengan software-nya, hanya saja dalam pelaksanaannya kurang optimal dan sedikit mencapai sasarannya sehingga menimbulkan efek pemyataan akibat ketidaksesuaian dengan pola pada masing-masing perguruan tinggi. Pada tahapan implementasi di lapangan menjadi tidak sesuai, sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakrelevanan isi kurikulum dengan dunia industri/usaha. Hal ini menjadi tugas penting secara bersamaan dalam membenahinya agar kurikulum yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dunia industri/usaha. Bagi para pengajar (dosen) diharapkan dapat melakukan penyesuaian kurikulum bahan ajar dengan perkembangan zaman saat ini scrta tidak bisa menggunakan metode lama dalam mengajar.

Komunita : Hal apa lagi yang mengindikasikan adanya ketidakrelevanan kebutuhan salu sama lain antara dunia pendidikan dengan dunia industri usaha?

Prof. Dwi S.: Seperti telah saya sampaikan sebelumnya, hal ini tidak bisa dipisahkan dari keberadaaan sumber data yang tertulis, yakni adanya ketidaksesuaian antara jumlah lulusan dengan kebutuhan lowongan pekerjaan yang tersedia. Sehingga menimbulkan ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki para lulusan dengan tingkat kualifikasi bagi kebutuhkan dunia industri/usaha. Hal tersebut yang menjadikan adanya ketidakrelevanan kurikulum antara perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia industri/usaha. Namun, terdapat pula sisi permasalahan dalam dunia industrinya sendiri yang tidak bersifat terbuka dalam memenuhi kebutuhan tenaga pekerjanya. Ketika calon lulusan mengadakan program magang terlebih dahulu, pihak industri hanya mempermainkan dengan anggapan bahwa adanya program ini hanya bersifat bantuan sementara secara gratis. Padahal, tujuannya adalah untuk memberikan pelajaran dan pengalaman bagi para calon lulusan yang sedang melakukan magang. Jadi intinya, dunia industri harus menyadari bahwa dunia industri tetap harus berkontribusi & berkolaborasi dengan dunia pendidikan. Sehingga ketika pihak industri berkontribusi bagi dunia pendidikan, akan melahirkan generasi lulusan yang berkompeten dan mumpuni pada bidangnya tersendiri bagi kemajuan industri tersebut.

Komunita : Faktor lain yang menjadi penyebab kesenjangan antara jumlah pencari kerja (lulusan) dengan kebutuhan lapangan kerja (lowongan kerja)?

Prof. Dwi S.: Terjadinya kesenjangan disebabkan oleh ketidak-sinkronan dalam mengimplementasikan proposal “Feasibility study” suatu perguruan tinggi ketika membuka program studi. Maksudnya yakni ketika akan membuka program studi, setiap perguruan tinggi diharapkan dapat mengetahui adanya pangsa pasar serta kebutuhan tenaga kerja sehingga memiliki prediksi jumlah lulusan yang dihasilkan dengan kebutuhan pasamya. Kenyataan menimbulkan efek ‘over supplyi bagi kebanyakan lulusan perguruan tinggi. Faktor lain yang juga menjadi penyebab kesenjangan yakni melambatnya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh rendahnya produktivitas pada sektor dunia industri/usaha.

Komunita : Upaya yang bisa dilakukan menghadapi berbagai permasalahan ketidak-relevanan antara kurikulum yang ada pada dunia pendidikan dengan kualifikasi permintaan dari dunia industri/usaha ?

Prof. Dwi S.: Seharusnya sebagian dari tenaga pengajar/dosen merupakan orang-orang praktisi yang pernah bergelut pada bidang industri/usaha, sehingga dapat memberikan pemahaman kepada para mahasiswa mengenai sepak terjang dan implementasi keilmuan pada saat memasuki dunia industri/usaha. Contoh, negara yang telah menerapkan kasus implementasi ini yaitu Singapura. Sebagian besar tenaga pengajamya merupakan mantan petinggi dari tenaga ahli pada bidang tertentu sesuai dengan keilmuannya masing-masing, seperti: pemimpin pada suatu bank yang kemudian melanjutkan pengabdiannya menjadi tenaga pengajar. Jadi, alangkah lebih baiknya perguruan tinggi, khususnya di Indonesia memiliki sifat terbuka (Open Source of Knowlegde). Kemudian dalam rangka proses pengembangan sumber daya manusia, pemerintah diharapkan tetap memberikan program beasiswa, pertukaran tingkat mahasiswa dan pelajar serta open access terhadap tenaga pengajar yang berasal dari luar negeri. Hal ini tentu akan memberikan dampak positif bagi pengembangan institusi dalam negeri agar mampu bersaing di kancah intemasional.

Komunita : Saran bapak dalam rangka menyelaraskan potensi dan kualitas lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan tenaga terampil (SDA) guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia ?

Prof. Dwi S.: Perguruan tinggi sudah seharusnya senantiasa terbuka (Open Access/Source) dan jangan menutup diri. Pola pikir (mindset) harus dirubah secara berkesinambungan, apalagi di era teknologi informasi yang serba terbuka; menjadikan tidak adanya perbedaan antara mahasiswa dalam negeri (Indonesia) dengan mahasiswa luar negeri – karena segala sesuatu dapat diakses serta berkesempatan memperoleh informasi yang sama. Pada sisi lain yang membedakannya yakni bagaimana cara kita bersikap menghadapi hal tersebut. Ketika suatu perguruan tinggi mulai membuka diri dan merubah pola pikir ke arah lebih baik, maka perguruan tinggi tersebut akan mampu bersaing dengan perguruan tinggi lain yang berstandar nasional maupun internasional. Namun sebaliknya, jika perguruan tinggi tetap bersikap dengan menutup diri serta tidak melakukan perubahan dalam proses pembelajarannya tentu diprediksi tidak akan mengalami kemajuan yang signifikan. Solusi penting dalam rangka meningkatkan kualitas SDM dan mutu lulusan pada jenjang perguruan tinggi yakni berfikir terbuka (Open of Knowledge) dengan tetap mengedepankan sikap etis, elegan & berwibawa. (Written by Abdul Rozak)

2) Wawancara DR. Ruddy J. Suhatril, S.Kom., MSc. Head of Gunadarma University Computing Center, juga Tim Pusat Karir & Tracer Study Ditjen Belmawa

“PT harus bisa melihat kondisi pasar yang serba dinamis” Komunita mempersiapkan begitu lama untuk menemui Dr. Ruddy J. Suhatril, S.Kom., M.Sc. untuk konfirmasi wawancara terkait kesenjangan antara profil lulusan PT dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Industri. Berikut petikan wawancara.

Komunita : PT memiliki peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia berkompeten bagi kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia. Bagaimana memaknai hal ini dikaitkan dengan profil dan relevansi lulusan pendidikan tinggi ?

Dr. Ruddv : Perguruan tinszgi tidak hanva sekadar menerima mahasiswa saja tetapi juga dengan mempersiapkan ke jenjang selanjutnya. seperti melanjutkan pendidikan, bekeda ataupun berwirausaha. Profil lulusan yang merupakan turunan dari visi & misi perguruan tinggi, fakultas & prodi dalam membentuk pencapaian belajar, harus dicapai oleh seorang lulusan di tingkat pendidikan tinggi. Adanya capaian pembelajaran tersebut, tentu diharapkan setiap mahasiswa memiliki hard skills yang sesuai dengan keahliannya. Sedangkan pada bidang soft skills, senantiasa memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan leadership, kemampuan berbahasa asing dan berorganisasi. Diantara kompetensi tersebut, kesenjangan (gap) seperti halnya komunikasi dan berorganisasi yang dibutuhkan di lokasi pekerjaan belum tentu sesuai dengan pencapaian di perguruan tinggi. Maka, dengan adanya gap tersebut harus dibenahi oleh perguruan tinggi untuk mempersiapkan lulusan agar profilnya sesuai dengan kebutuhan akan visi & misi perguruan tinggi. Lalu, penilaian akhir berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) saat ini tidak bisa dijadikan sebagai alat untuk mengukur mutu seorang alumni perguruan tinggi. Oleh karenanya, untuk mengukur outcome terhadap mutu alumni dari jenjang perguruan tinggi adalah dengan melihat seberapa besar jumlah lulusannya dapat terserap di dunia kerja dengan rentang durasi yang tepat.

Komunita : Kemenristekdikti mencanangkan 7 program unggulan baru dalam rangka peningkatan relevansi pendidikan tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Bagaimana menurut pandangan bapak terhadap program unggulan tersebut ?

Dr. Ruddy : Menurut saya, adanya program unggulan tersebut sangat baik. Namun perlu diantisipasi bahwa kebutuhan industri lebih cepat perkembangannya dibandingkan dengan proses peruhahan kurikulum yang ada di perguruan tinggi sehingga menjadi tertinggal. Perguruan tinggi harus bisa melihat kondisi pasar yang serba dinamis agar terus meningkatkan skills dosen guna mengikuti perkembangan jaman selain mengembangkan kurikulum yang menjadi tolak ukur saat ini. Kebanyakan keluhan dari perusahaan menyatakan bahwa lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak siap untuk bekerja. Sehingga, banyak perusahaan yang melakukan training kembali sesuai dengan posisi pekerjaannya. Contoh: industri perbankan dan lainnya yang hingga saat ini sudah tidak melihat disiplin ilmu tertentu saja. Hal ini dikarenakan perusahaan sudah tidak melihat sudut pandang hand-skill dari lulusan, tetapi soji-skill lebih diutamakan. Untuk jenjang pendidikan vokasi dan non-vokasi memang terdapat perbedaan, diantaranya yaitu jika pendidikan non-vokasi lebih kepada ilmu dan pengembangannya; sementara pendidikan vokasi lebih kepada penguasaan keahlian sehingga pendidikan vokasi menitikberatkan untuk lebih siap bekerja dibandingkan pendidikan non-vokasi.

Komunita : Bagaimana pendapat bapak mencermati kurikulum pendidikan tinggi yang standar kebijakan Kemenristekdikti, sebagai materi bahan ajar yang disampaikan oleh tenaga pengajar (dosen) dirasa kurang relevan dengan kebutuhan dunia industri/usaha ?

Dr. Ruddy : Sebenamya menutut saya lembaga Kemenristekdikti sudah mengatur capaian pembelajaran nasional, dimana semua program studi diharuskan sesuai standar yang sama untuk hasil pencapaian secara umum. Semua perguruan tinggi harus menyesuaikan dengan pencapaian belajar nasional yang telah ditetapkan Kemenristekdikti. Namun, permasalahan yang sering ditemui yakni ketidak-sinkronan kurikulum yang sudah dibuat dengan pencapaian belajar secara nasional. Untuk itu diharapkan pencapaian belajarnya dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran secara nasional. Hal ini seharusnya menjadi panduan untuk semua prodi, yang kemudian dapat pula ditambahkan dengan muatan-muatan khusus didalamnya, yang dapat memenuhi kebutuhan.

Komunita : Mohon dijelaskan secara mendasar perihal hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia industri dari sisi Potensi lulusan PT, Kuantitas Iulusan PT, dan Ketersediaan lowongan pekerjaan ?

Dr. Ruddy : Pada saat membahas supply dan demand khususnya demand yang di butuhkan oleh perusahaan,sebenarnya banyak perusahaan yang belum menemukan pekerja sesuai kriterianya. Misalnya, untuk salah satu posisi pekerjaan yang belum diisi disebabkan pelamar pekerjaan tidak lolos seleksi. Artinya, ketika membahassupply dan demand bukan hanya berkaitan dengan kuantitas saja, tetapi juga kualitas. Kemudian di instansi Kemenristekdikti telah ada Sistem Informasi Pendidikan dan Dunia Kerja (SINDIKKER). Sindikker yaitu sistem informasi dunia kerja untuk memberikan lowongan kepada para lulusan, khususnya perguruan tinggi sehingga mampu mengurangi jumlah pengangguran terdidik. Banyak cara untuk mengimbangi perubahan yang serba cepat dari industri, selain kurikulum yang sudah diimplementasikan dengan ditambah oleh Sertifikasi Intemasional dari industri. Jadi, hal tersebut dapat dilakukan sebagai suatu strategi PT untuk menyelaraskan dengan kebutuhan dunia kerja. Kemudian, untuk mengatasi problem pengangguran terdidik, pemerintah tidak hanya menyiapkan lulusan untuk bekerja namun juga untuk berwirausaha. Telah banyak bantuan yang diberikan oleh pemerintah, seperti halnya bantuan materi & non-materi dalam memulai usaha (start up business).

Komunita : Indikasi Iain terkait adanya ketidakrelevanan kebutuhan antara dunia pendidikan dengan dunia industri usaha ?

Dr. Ruddy : Ketidak-relevan antara dunia pendidikan tinggi dan dunia industri dikarenakan faktor hard-skill dan sofi-skill yang memang belum diimplementasikan secara berkesinambungan. Contoh, kemarin kami melakukan FGD (forum group discussion) dengan salah satu perusahaan unIuk mengetahui kebutuhan industri dengan pusat karir. Ternyata sangat beragam, perusahaan yang ingin mengetahui informasi mengenai pegawai tidak memiliki cukup infonnasi tersebut. Namun, ada yang cukup mengejutkan pula, karena salah satu parameter diterima bekerja pada suatu perusahaan yakni dengan menjadi fo!lowers di akun media sosial instagram. Jadi, PT bukan hanya lagi berbicara tentang pendidikan tetapi juga behavior di social media yang menjadi point soft-skillsnya. Ketika dahulu, orang-orang kebanyakan bersifat generalized dalam bidang tertentu – nah, untuk saat ini cenderung lebih bersifat specialized. Hal ini dikarenakan industri saat ini mulai membutuhkan seorang yang spesialis pada bidangnya.

Komunita : Penyebab lain kesenjangan antara jumlah pencari kerja (lulusan) dengan kebutuhan lapangan kerja (lowongan kerja) ?

Dr. Ruddy : Seperti yang sudah dijelaskan, diantaranya terdapat faktor kurikulum, seperti: hard-skill dan soft-skill yang tidak mendukung ataupun tidak relevan dengan dunia industri. Kemudian melalui wadah FGD (forum group discussion) yang telah dilaksanakan. banyak informasi yang bisa dijadikan bahan pembclajaran agar dapat diimplementasikan. Rata-rata perusahaan atau industri menyatakan keIuhannya (complain) kepada lulusan perguruan tinggi dikarenakan hanyak IuIusan yang kurang dari segi pengorbanannya (struggle). Artinya softskift lulusan perguruan tinggi memang perlu dibenahi.

Komunita : Bagaimana upaya menghadapi berbagai permasalahan ketidakrelevanan antara kurikulum pada dunia pendidikan dengan kualifikasi permintaan dari dunia industri usaha ?

Dr. Ruddy : Salah salu solusinya yaitu aktif berdiskusi dengan Industri, dengan cara mengetahui inforrnasi. keluhan dan kebutuhan akan dunia industri Sehingga. program studi di perguruan tinggi bisa melakukan perecepatan guna menyesuaikan dengan kebutuhan industri. Sehingga, sisi soft-skiil memang sangat diperlukan bagi lulusan perguruan tinggi dapat ditingkatkan agar dapat diterima pada dunia industri dan mampu bersaing.

Komunita : Saran bapak untuk pengambil kebijakan di Kemenristekdikti dalam rangka menyelaraskan potensi dan kualitas lulusan PT dengan kebutuhan tenaga terampil (SDM) guna mendukung pertumbuhan ekonomi indonesia?

Dr. Ruddy : Menurut saya, kita harus lebih dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman yang serba cepat ini.ditambah dengan adanya regulasi yang mampu menyesuikan dengan keadaan. Terkadang segala aturan/regulasi dapat menjadi halangan seseorang untuk bertindak sehingga bisa saja menjadi tidak fleksibel. Oleh karenanya, perlu unsur kreatifitas yang juga dapat diimplementasikan pada dunia pendidikan. Pemerintah harus menciptakan ruang kreatifitas bagi mahasiswa di kampus agar dapat menyesuaikan perkembangannya dengan keadaan saat ini. Kemudian dunia industri pun juga harus bertanggung jawab dalam memberikan dukungan dan kebutuhannya kepada dunia pendidikan. Segala informasi tentang kebutuhan tenaga kerja dan teknologi dapat diselaraskan dengan kebutuhan pada dunia industri, sehingga nantinya memiliki kesamaan yang sesuai standar antara dunia pendidikan dan industri. written by Riyan Mardian & editted by Abdul Rozak

3) Wawancara Hendry Bunardi – Kepala Regional Bandung Bank Sampoerna

“Benahi PT di segi praktek magang bersertifikat sebuah solusi”

Komunita : Bagaimana pandangan bapak selaku pengguna dalam memaknai ‘mutu lulusan PT kaitannya dengan persyaratan (requirements) pada dunia industri/usaha?

Hendry – Bank Sampoerna : Menurut saya, PT terlalu banyak memberikan teori, sedangkan dunia usaha membutuhkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Oleh karenanya, untuk membenahi kelemahan PT dari segi prakteknya, maka dibutuhkanlah metode magang pada beberapa instansi/lembaga. Untuk proses magang itu sendiri, telah difasilitasi lembaga Perbanas yang bekerjasama dengan beberapa perguruan tinegi – ditandai oleh adanya kesepakatan (MoU) sehingga mahasiswa khususnya jurusan perbankan bisa magang pada lembaga perbankan dengan harapan setelah magang mampu mengetahui dan memahami segala proses pekerjaannya. Dari program magang tersebut diberikan sertifikat yang berfungsi sebagai acuan dan bukti pada saat nanti melakukan proses lamaran pekerjaan.

Komunita : Target, arah dan sepak terjang apa yang akan dicapai oleh dunia industri/usaha dalam membina & melatih SDM agar dapat menyelaraskan kompetensi lulusan dengan lingkungan kerja pada masing-masing bidangnya ?

Hendry – Bank Sampoerna : Untuk dunia perbankan dalam rangka menyelaraskan kebutuhan sesuai dengan kompetensinya, maka dilakukan program On Job Training untuk me-refresh & memunculkan bakat, serta kemampuan dan keterampilannya. Bagian sumber daya setiap bank memiliki target yang dicapai didalam melakukan training ini dengan anggaran yang telah dibuat. Bidang training-nya sendiri dapat berupa konsep dan kemampuan marketing, skills, dan lainnya guna meningkatkan kompetensi. Jaman dulu lulusan S1 saja sudah cukup dan mampu melakukan berbagai hal dengan terampil, namun saat ini terutama untuk peningkatan karir jabatan pada level-level tertentu, khususnya di BUMN seperti jenjang kanwil atau pimpinan divisi, minimal harus menempuh program S2 keatas. Bahkan sekarang untuk meraih level sebagai pimpinan divisi harus yang telah mencapai gelar doktor (S3).

Komunita : Mohon dijelaskan perihal hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia industri dan usaha dari sisi : Potensi lulusan perguruan tinggi, Kuantitas lulusan PT, dan Ketersediaan lowongan pekerjaan?

Hendry – Bank Sampoerna : Menurut pandangan saya, ini merupakan suatu kompetisi. Modal utama yang pertama bagi seorang lulusan perguruan tinggi yaitu menjadi lulusan terbaik pada jenjangnya. Kedua, memiliki pengalaman dalam program magang sebagai nilai tambah (value added) dalam melengkapi portofolionya. Apabila seorang lulusan perguruan tinggi tidak mempunyai pengalaman, maka akan sulit untuk berkompetisi dalam memperoleh suatu pekerjaan. Ketiga, berorganisasi di lingkungan kampus pun juga diperlukan. Hal ini dikarenakan akan membantu dalam berbagai penyelesaian masalah yang terjadi di masyarakat dan membantu untuk pengembangan diri. Keempat, membuka hubungan (relationship) bisnis yang positif untuk saling menguntungkan dan menghasilkan manfaatnya.

Berkenaan dengan jumlah lowongan pekerjaan di era digitalisasi ini, maka tentunya diperlukan sejumlah kuantitas SDM yang berkualitas. Karena saat ini, segala metode pengoperasianlimplementasi dalam suatu perusahaan menggunakan versi digital dan online. Contoh: berbelanja saat ini serba online, kemudian sistem pembayaran jalan tol sudah menggunakan e-toll. Sehingga, jika kita tidak mampu melihat peluang suatu usaha dan memanfaatkannya secara maks imal maka akan tertinggal. Oleh karenanya lulusan suatu perguruan tinggi dituntut agar lebih kreatif serta disiapkan untuk menjadi seorang entrepreneur. Sebagai contoh, salah satu cara yang telah dilakukan oleh kami (pihak perbankan), yakni mempersiapkan program desa wisata bagi para pensiunan suatu instansi negeri maupun swasta (perusahaan) agar kembali ke masyarakat. Seseorang yang biasa rutinitas bekerja seharian di kantor, sekarang dilatih bercocok tanam dan kembali ke masyarakat. Sementara para mahasiswa/i yang sedang menunggu waktu dalam menyelesaikan studinya pun dilibatkan untuk mengikuti pelatihan di desa wisata sebab potensi peternakan dan pertanian di Indonesia ini masih terbuka lebar. Contoh: saya memilih metode budidaya ikan lele di desa wisata kabupaten Bandung dikarenakan memang potensinya masih cukup besar dan kebutuhan akan ikan lele juga begitu banyak.

Komunita : Kalau begitu, sebagian besar kurikulum pendidikan tinggi dirasa kurang relevan dengan kebutuhan (requirements) dunia industri dan usaha. Bagaimana pandangan bapak ?

Hendry – Bank Sampoerna : Sebenamya bukan tidak relevan, namun ada beberapa hal yang tidak diajarkan dalam hal prakteknya secara teoretis, misalnya tentang verifikasi karakter seseorang. Melihat karakter seseorang sebenamya pemahaman secara teori sudah baik, tetapi masih diperlukan berbagai pengalaman di bidangnya. Sehingga, suatu bentuk kompetisi dan pengalaman merupakan suatu hal yang sangat penting bagi lulusan perguruan tinggi. Sebab untuk memahami teori bahasan yang diajarkan dibangku perguruan tinggi dapat dipelajari, akan tetapi untuk suatu hubungan (relationship) yang bersifat bisnis dan saling menguntungkan hanya bisa diperoleh dari pengalaman.

Komunita : Bagaimana dengan penyebab kesenjangan antara jumlah pencari kerja (lulusan PT) dengan kebutuhan lapangan kerja (lowongan kerja)?

Hendry – Bank Sampoerna : Penyebab terjadinya kesenjangan antara jumlah lulusan suatu perguruan tinggi dengan kebutuhan lapangan pekerjaan dikarenakan kebanyakan mereka ingin bekerja di kantor dengan suasana nyaman serta memperoleh pendapatan yang bersifat rutin, tanpa melihat peluang atau potensi yang ada disekitar untuk menjadi seorang pengusaha (entrepreneur). Apabila kita berusaha kembali ke alam dengan beragam kegiatan yang bermanfaat, pasti akan menghasilkan pendapatan yang jauh lebih besar dibandingkan bekerja dikantor. Oleh karenanya, dengan usaha yang bersifat mandiri serta dirintis secara efektif dan efisien akan menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan terus berkutat di atas meja kantor. Apalagi, pada era digital sekarang ini yang serba dimudahkan untuk melakukan kegiatan pemasaran produk secara luas.

Komunita : Saran bapak selaku pimpinan manajemen dunia usaha kepada pemerintah serta pengelola PT dalam rangka meminimalisir kesenjangan (gap) lulusan PT dengan kebutuhan tenaga terampil yang siap pakai guna menurunkan angka pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ?

Hendry – Bank Sampoerna : Solusinya yaitu dengan memberikan pendampingan yang berkelanjutan hingga proses monitoring ke berbagai perusahaan tempat bekerja maupun bagi yang memilih untuk berwirausaha, bukan hanya pada saat perkuliahan saja. Para lulusan atau alumni perguruan tinggi kebanyakan hanya mengetahui kesuksesan suatu bisnis tanpa mengetahui proses panjangnya yang begitu berharga. Selama tidak ada pendatnpingan yang baik maka hasilnya pun tidak akan maksimal utnuk tnencapai target yang diinginkan. Sementara, peran pemerintah sangat diperlukan dalam mempermudah akses birokrasi dan kebijakan yang mendukung ke arah pengembangan potensi & bakat bagi masyarakat, khususnya para alumni perguruan tinggi. Untuk PT-nya agar senantiasa menggiatkan mahasiswanya untuk aktif pada berbagai organisasi kampus sehingga memiliki pengalaman & kepemimpinan ,ketika nantinya terjun ke tengah masyarakat. Hal ini pun dikarenakan dalam suatu organisasi bukan hanya sekedar tnetnpelajari tentatig metode berorganisasi, namun dipelajari juga mengenai cara menyelesaikan suatu permasalahan secara komprehensif. (Written by Riyan Mardian & editted by Abdul Rozak)

4) Wawancara Irna Mutiara – Wirausaha Hijab

“Dunia bisnis memiliki perputaran sangat cepat”

Perkembangan fashion busana muslim di Indonesia, tidak luput mengkait diri pada seorang desainer Irna Mutiara. Selain sebagai pengusaha busana muslim, Irna juga dikenal terampil saat merancang berbagai busana muslim, terutama busana pengantin untuk wanita yang memakai hijab. Kesuksesan Irna Mutiara tidak datang begitu saja. Untuk mencapai tingkat kesuksesan ini Irna bekerja keras dan membangun ketekunan. Kemampuan Irna dalam hal merancang busana dan menjahit dimulai karena orang tuanya berprofesi sebagai penjahit. Wanita ini memulai usahanya dengan berbekal satu mesin jahit. Pasang surut usahanya sempat membuat Ima bangkrut, tetapi dia kembali bangkit dan berhasil mendirikan puluhan outlet butik. Irna membangun labelnya sejak 1998. Wanita kelahiran 24 Januari 1970 ini mulai terjun menjadi desainer karena senang mendesain dan hidup dalam lingkungan keluarga yang menekuni bisnis jahit-menjahit. Bahkan Irna mengaku sempat bekeda sebagai penjahit di pabrik gannen busana untuk anak di kawasan Bandung selama lima tahun. Kemudian ia berpikir kalau bekerja dengan orang lain bukan pekerjaan yang bisa menjanjikan inasa depan yang diinginkannya. Bertepatan dengan resesi di tahun 1998, ia memutuskan membangun bisnis keluarga di bidang jahit-menjahit. Tidak puas hanya menjahit, ia mencoba menuangkan kemampuannya mendisain busana siap pakai untuk sehari-hari. Irna berusaha memperkenalkan hasil rancangannya ke masyarakat sehingga harus berusaha keras untuk mempromosikan rancangannya. la memulai aksi promosi dari rumah ke rumah. Irna menawarkan desainnya sebagai penjahit sekaligus, memberikan saran kepada kliennya. Promosi dari rumah ke rumah tersebut cukup membuahkan hasil dan namanya cukup populer. Bahkan kini Ima sudah memiliki dua label yang masing-masing memiliki butik sendiri.

Ima mendirikan PT Trimoda Up2date di 2006 dan merilis busana siap pakai untuk wanita dewasa hingga anak-anak. Busana “Up2date” didesain simpel, berwarna cerah, serta minim detail. Brand siap pakai yang dinamakan “Up2date” mencapai 27 butik yang t ersebar di Indonesia dan Malaysia. Dua tahun setelah merilis “Up2date”, Irna memutuskan membuat produk busana pengantin muslim dengan nama “Ima La Perle”. la pun diklaim sebagai desainer busana pengantin pertama Indonesia. Label “Ima La Perle” yang dirilis pada 2008 terus meningkat sampai saat ini. Capaian-capaian wirausaha wanita asal kota Bandung ini mendorong majalah Komunita menemui beliau untuk menjaring opininya tentang “Cap Lulusan PT dan Kebutuhan Dunia Industri dan Usaha”. Berikut petikan wawancaranya.

Komunita : Bagaimana pandangan Ibu memaknai “mutu lulusan PT kaitannya dengan persyaratan (requirements) pada dunia industri dan usaha”?

Irna Mutiara : Dunia bisnis memiliki perputaran yang sangat cepat, hal tersebut terkadang membuat lulusan PT tidak sinkron pada saat menerapkan teori yang telah dipelajari dengan praktek di lapangan. Terdapat gap terhadap lulusan PT, namun dunia industri pun tetap membutuhkan lulusan dari PT. Oleh karenanya PT tidak hanya mempelajari ilmu yang praktis, tetapi mempelajari metode-metode yang kemudian membentuk pola pikir secara sistematis dan terukur guna kebutuhan pada dunia industri. Sebab dunia industri akan terus berjalan dan berkembang dengan cepat, tentunya akan membutuhkan strategi yang tepat pula. Dengan demikian, pada dasarnya dunia industri pun membutuhkan lulusan PT yang mampu menerapkan metode-metode yang telah dipelajari di bangku perkuliahan. Karena untuk menyusun sebuah usaha diperlukan metode dan strategi dari segala teori yang telah dipelajari. Ketika mahasiswa sudah mendapatkan modal berupa teori, hal selanjutnya yaitu menyelaraskan antara teori dengan praktek. Setelah itu kita dapat membandingkan teori yang telah dipelajari dengan praktek di lapangan, yang nantinya akan membentuk pola pikir sistematis.

Komunita : Apa saja persyaratan dunia industri terhadap berbagai kriteria lulusan PT ? selain persyaratan administratifnya?

Irna Mutiara : Syarat utama harus aktif. Ketika seorang lulusan PT telah memiliki keilmuan tertentu maka dia harus mampu menerapkannva. Yang kemudian ditambahkan dengan pola kreatifitas dalam berfikir, dalam bekerja, sehingga memiliki sikap yang efektif dan efisien. Sebab dunia usaha sangat menuntut hal-hal tersebut. Terkadang pada dunia PT mahasiswa tidak mampu menerapkan sikap yang efektif dan efisien, karenanya perlu dilatih agar dapat menerapkan sikap tersebut. Mengenai persyaratan administratif sebetulnya tergantung pada dunia usahanya sendiri. Saat ini dunia usaha sudah merambah ke ranah digital marketing, bahkan saya pun menampung siswa SMK yang jurusannya lebih fokus ke bagian IT, walaupun mereka tidak dinobatkan sebagai lulusan PT, ternyata mereka mampu dilatih untuk membuat sebuah konten pemasaran. Strategi yang terdapat pada digital marketing membutuhkan konten-konten pemasaran yang kreatif, jadi kita lebih mengutamakan akan kebutuhan tersebut. Namun apabila untuk dijadikan seorang leader (supervisor), tentu kami pun menbutuhkan lulusan PT, baik dari program S I maupun D3. Hal ini sebetulnya kembali lagi pada kebutuhan dunia industrinya. Kecepatan yang terdapat pada dunia usaha tentu berbeda dengan PT dan kita pun harus mampu menyesuaikannya, yaitu dengan memahami pola pikir yang telah disebutkan serta bersikap efektif dan efisien agar dapat mengejar target yang telah ditetapkan. Tentu harus disediakan pula perangkat/too/s yang sudah dimiliki oleh lulusan PT sehingga mereka harus mampu beradaptasi antara lingkungan PT dengan dunia industri/usaha.

Komunita : Target, arah dan sepak tetjangapa yang akan dicapai dunia industri/usaha dalam membina & melatih SDM agar dapat menyelaraskan kompetensi dengan lingkungan kerja pada masing-masing bidangnya ?

Irna Mutiara : Yang kita lihat yaitu persaingan di luar, apabila persaingan di luar semakin cepat tentu kita juga harus mampu menyusun strategi utama (backbone) secara internal dan diharapkan dapat terus mengrupdate secara dinamis. Agar selalu tetap updating terhadap segala perkembangan, maka perlu diadakan program melalui mekanisme training khusus baik secara internal maupun eksternal.

Komunita : Mohon dijelaskan perihal hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia industri dan usaha dari sisi : a) Potensi lulusan PT, b) Kuantitas lulusan PT, dan c) Ketersediaan lowongan pekerjaan.

lrna Mutiara : Kebetulan saya memiliki anak yang sudah lulus dari PT; ketika saya menawarkan pekerjaan kepada anak saya, ternyata dia menolak dan lebih memilih untuk terjun ke dunia bisnis. Faktanya anak muda jaman sekarang cenderung lebih tertarik untuk berwirausaha dan membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain melalui sistem business start up. Hal tersebut memiliki potensi yang bagus, dengan demikian mereka akan mampu memahami digital marketing yaitu membuat program khusus berkaitan dengan media promosi online yang nantinya akan dibutuhkan oleh perusahaan lain. Jika kita bekerja pada perusahaan besar, tentu harus memiliki disiplin kerja dan juga mengukur jumlah kuantitas orang yang dapat menghargai potensinya.

Membahas tentang kuantitas lulusan PT, tentunya setiap manusia akan saling berkompetisi guna memperoleh hasil yang lebih
baik. Namun hal ini akan ditunjukkan oleh seberapa besar usaha (effort) yang telah dikeluarkannya. Bila effort-nya kurang, maka akan tersisihkan oleh seseorang yang memiliki effort lebih tinggi. Biasanya orang yang berkompetisi tersebut akan terseleksi dan terkurasi dengan sendirinya, hanya saja dia memiliki potensi yang berbeda antar satu dengan lainnya. Pembeda itulah yang kemudian akan menonjol dan menciptakan pemikiran kreatif, sehingga akhirnya terpilih. Bagi yang belum terpilih,
harus terus berfikir lagi dan belajar mengenai kchidupan, scbab pada intinya kehidupan itu harus disikapi dengan pemikiran optimis serta tidak lalai dalam segala hal. Lulusan jenjang PT memang tidak selalu dituntut untuk bekerja dengan orang lain, karena semuanya bergantung pada karakter mahasiswa itu sendiri yang akan memilihnya. Menurut saya untuk mengatasi tingkat pengangguran yang semakin kentara ini melalui pemberian motivasi dan dukungan secara penuh kepada para lulusan PT serta mengembangkan program /link & match dengan dunia industri dan usaha yang telah memiliki target-target tersendiri.

Komunita : Terkait dengan kurikidum pendidikan tinggi vang dipandang kurang relevan dengan kebutuhan (requirements) dunia industri/usaha. Bagaimana pandangan ibu tentang hal tersebut ?

Irna Mutiara : Ada beberapa yang mungkin kurang relevan, namun pada dasarmya semua keilmuan yang dipelajari di tingkat PT sangat penting untuk disampaikan dan diterapkan yang bertujuan untuk membentuk pola pikir, sehingga mampu menerapkan metode dan strategi terstruktur di masa mendatang. Bila ternyata diindikasikan terdapat kurang relevan, maka diharapkan ada yang menjembatani antara kedua belah pihak (perguruan tinggi & dunia industri/usaha), dikarenakan dunia usaha selalu berkembang dinamis dan variatif. PT diharapkan dapat terus update secara kekinian dengan mencetak lulusan yang selalu lebih berfikir kreatif dan dinamis. Selain itupun PT dapat juga mengubah konsep pembelajaran di dalam ruang kelas, dari yang tadinya bersifat monoton (metode ceramah) – menjadi lebih semangat, asik dan rileks. Materi pembelajaran
yang disampaikan dosen pada umumnya terpaku oleh bidang keilmuan yang dimilikinya tanpa ada bukti perwujudan implementasi di lapangan. Hal ini perlu dibenahi oleh setiap dosen yang mengajar khususnya pada jurusan bisnis dan manajemen agar senantiasa dapat berkolaborasi dengan dosen praktisi (pakar) guna memperoleh metode penerapan keilmuan di masyarakat, sehingga para mahasiswa dapat mengembangkannya secara mandiri di lapangan. Jika tidak dilakukan, akan berdampak pada adanya kekakuan suatu ilmu. Sehingga dibutuhkan standar baku yang tepat, relevan, dinamis dan up to date untuk terus dikembangkan.

Komunita : Faktor apa lagi yang menjadi penyebab kesenjangan antara jumlah pencari kerja (Lulusan Perguruan Tinggi) dengan kebutuhan lapangan kerja (lowongan kerja) ?

Irna Mutiara : Dunia industri dan usaha yang telah beroperasi lama bahkan sudah menjadi favorit; tentu menjadi target sebagian besar lulusan PT untuk bekerja apalagi dilihat dari fasilitas yang ditawarkan dan tingginya standar gaji. Sementara dunia industri dan usaha mempunyai perputaran durasi waktu yang berbeda dengan PT. Dunia industri dan usaha tidak sclalu menyediakan bidang lowongan pekerjaan secara rutin bila dibandingkan dengan jumlah angka lulusan PT setiap tahunnya.
Terlebih setiap perusahaan menerapkan seleksi atau penyaringan khusus yang tidak semua persyaratannya dimiliki oleh semua lulusan PT. Faktor penyebabnya adalah tingkat populasi lulusan PT semakin meningkat, sedangkan lapangan pekerjaan semakin terbatas. Oleh sebab itu, sebaiknya mahasiswa diarahkan untuk lebih kreatif guna menciptakan kesempatan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Sebenarnya perguruan tinggi dapat terus mendorong mahasiswanya agar mampu menciptakan business start up yang bisa disalurkan dan diajak kerjasama dengan lembaga lain.

Komunita : Saran ibu selaku pimpinan dunia industri dan usaha kepada pemerintah, serta pengelola PT dalam rangka meminimalisir gap/kesenjangan lulusan PT dengan kebutuhan tenaga terampil yang siap pakai guna menurunkan angka pengangguran dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ?

Irna Mutiara : Seperti yang sudah dibahas tadi bahwa dunia industri ini di tuntut untuk cepat, efektif dan efisien. Kemudian menerapkan metode-metode praktis dan strategi yang sebagaimana telah dipelajari pada jenjang PT guna membuat para mahasiswa memiliki soft ski// atau karakter yang baik, seperti: memiliki motivasi agar mampu lebih kreatif atau lebih menghargai waktu; disamping ard skill yang dimiliki dan dibutuhkan dalam dunia industrim dan usaha. Contoh: dengan menghimbau mahasiswa agar senantiasa aktif mengikuti kegiatan atau workshop di luar_ jam pembelajaran kampus, seperti: mengikuti berbagai jenis kegiatan UKM atau organisasi yang telah disediakan oleh pihak kampus. Dengan begitu, mahasiswa pun akan dituntut untuk menjadi lebih kreatif schingga implementasi soft ski/l-nya akan terbentuk. (Written by Silpiani Nur Utami & editted by Abdul Rozak)

Pesan Mendikbud, Bisakah Masalah Lulusan PT Teruraikan?

Darurat Pendidikan Tinggi

Pesan Mendikbud

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim ,Cdang belanja masalah dan merancang strategi dan terobosan dalam menjalankan fungsinya sebagai menteri yang membidangi pendidikan dan kebudayaan. Ia membuka ruang jumpa dengan sebanyak mungkin stakeholden pendidikan dan kebudayaan yang sarat dcngan problem dan masalah luar biasa pelik, yang salah satunya adalah masalah lulusan PT. Ia menegaskan bahwa untuk lima rahun kedepan, yang menjadi prioriras nomor satu untuk pendidikan tinggi dan Perguruan Tinggi Indonesia adalah mencetak pcmimpin masa depan. Artinya, mahasiswa yang saat ini scdang duduk di bangku kuliah harus disiapkan menjadi pemimpin setelah lulus perguruan tinggi.

Deklarasikan pesan disampaikan di hadapan civitas akademika Universitas Indonesia ketika serah terima jabatan Rektor Universitas Indoncsia dari Prof. Muhammad Anis kepada pejabat baru Prof. Ari Kuncoro Rabu, 4 Desember 2019 lalu di kampus Depok Jawa Barat. Ini menjadi pesan yang sangat penting bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi dan perguruan ringgi. Perubahan budaya organisasi perguruan tinggi yang selama ini sudah terbentuk dalam mengelola perguruan tinggi “just business as usual management”. Yakni sebagai sebuah formal itas dan rutinitas yang nyaris minim, bahkan miskin dengan inovasi, terobosan dan kreatifitas.

Padahal sesungguhnya Proses Pembelajaran yang terjadi di kampus, ada di bawah kontrol dan kendali penuh para Rektor, pimpinan fakultas dan program studi, Dosen dan semua para ahli yang ada disana. Secara sederhana seharusnya tidak ada alasan bagi perguruan cinggi tidak bisa mencetak pemimpin berkarakter dalam kurun waktu 3 sampai 5 tahun. Ke depan scjumlah tantangan harus dihadapi dan dikelola oleh para rektor/pimpinan perguruan tinggi adalah: Pertama, perkembangan dan perubahan di bidang teknologi yang menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia, termasuk dunia perguruan tinggi. Kedua, republik ini sedang memasuki perubahan orientasi praktis kegiatan.

Nadiem menegaskan “Kita memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi. Kita memasuki era di mana kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya. Kita memasuki era dimana akreditasi tidak menjamin tnutu. Ini hal-hal yang harus segera disadari”. Ketiga, mengelola proses pembelajaran dengan kemerdekaan. Yang merdeka bukan hanya peserta didik, terapi juga guru atau dosen dalam mengelola proses pembelajaran.

Nadiem menegaskan bahwa kemerdekaan itu harus menampak dalam setiap jenjang unit pendidikan yang dikelola, dan tidak sekedar formalitas mengikuti SOP belaka. Dengan kemerdekaan, masing-masing memiliki otonomi dalam membuat output berkualitas. Dan otonomi adalah cerminan dari kepercayaan kepada setiap pengelola unit pendidikan. “Dalam era ini ekspektasi saya adalah lembaga perguruan tinggi merdeka dari berbagai macam regulasi dan birokratis”. “Para pendidik dan dosen juga dimerdekakan dari birokrasi. Dan yang terpenting mahasiswa diberikan kemerdekaan untuk belajar sesuai kemauannya, sesuai kemampuannya, sesuai interest dia,” jelas Nadiem. Problematik Indonesia disoroti para peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) belum lama ini masalah ekonomi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja Indonesia mensikapi tantangan era industri 4.0 yang dipaparkan dalam berbagai kesemparan. Bhima Yudhistira, ekonom Indef, dalam bincang dengan tabloid Kontan menyorot tiga hal penting permasalahan ekonomi tahun 2019.

Salah satunya, kualitas tenaga kerja yang belum ideal. Sejumlah 60% tenaga kerja merupakan lulusan sekolah mcnengah pertama (SMP), atau bahkan di bawahnya. Sedangkan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) menduduki tingkat pengangguran tertinggi. M. Fadhil Hasan, Ekonom Senior Indef juga mengatakan saat ini perekonomian ke depan mengarah ke dunia digital. Maka mau tidak mau, dunia usaha dan industri akan mengarah ke sana. Namun, persoalannya sudahkah dipersiapkan tenaga kerja untuk memasuki era tersebut, serta keahlian apa yang dibutuhkan agar mereka bisa jadi bagian dari digital ekonomi. Menurutnya, pendidikan keahlian tenaga kerja Indonesia masih pada era ekonomi 1.0 atau 2.0, sementara perkembangan masyarakat dan ekonomi sudah mengarah pada era industri 4.0. Karena itu, sesun uhnya ada gap anrara perkembangan perekonomian dengan kesiapan tenaga kerja.

Di era digital ckonomi ke depan hampir 60 persen tenaga kerja akan digantikan dengan berbagai teknologi. Sementara faktanya, dari total 124,5 juta yang bekerja, mereka ada di sektor formal 40 persen dan informal 60 persen, serta pengan uran sejumlah 7 juta. Kondisi ini menyebabkan masalah produktivitas tenaga kerja yang rendah. Kedua, ketidakcocokan tingkat pendidikan tenaga kerja dengan kebutuhan dunia usaha dan industri, ujar Fadhil dalam diskusi “Menyelesaikan Masalah Struktural Ketenagakerjaan” di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan,14 Maret 2019 lalu. Kontradiksi dengan realita angkatan kerja lulusan SMK atau perguruan tinggi sekarang, ketika mereka memasuki ke pasar kerja, mereka masih memerlukan berbagai training untuk meningkatkan “skill” agar cocok dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. Pcndapat scnada dikemukakan Eko Listiyanto, peneliti Indef lainnya. Tingginya jumlah penganggur yang berlatar belakang pendidikan SMK serta PerguruanTinggi tren-nya selalu naik sejak tahun 2012. Padahal, penganggur dari latar belakang pendidikan lain cenderung mengalami penurunan. Faktor penyebab, yang terampil dan terdidik tingkar penganggurannya naik adalah : Pertama, para lulusan PT terlalu mcmilih pekerjaan yang hendak dijalani selepas pendidikan. Kedua, ada kemungkinan kemampuan atau lulusan SMK dan PT tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri saat ini. Kalaupun selama ini, produk perguruan tinggi seperti gambaran di atas dan uraian berikut adalah lulusan yang tidak kompeten, berarti ada yang salah dalam manajemen perguruan Inilah yang akan menjadi pusat perhatian Nadiem untuk mengubahnya secara ”fundamental agar prioritas nomor satu ini dapat diwujudkan dengan jelas dan tegas.

Lulusan PT dalam Kacamata Mahasiswa

Mahasiswa adalah subyek dari lulusan PT, yang merasakan langsung proses belajar mengajar yang mereka alami, dampak proses belajar mengajar, serta harapan yang mereka gantungkan setelah mereka lulus dari studinya. Berikut bincang dengan mereka seputar “Nilai Lebih Lulusan PT”.

Komunita : Bagaimana pandangan anda memaknai ‘Kualitas lulusan PT kaitannya dengan posisi peluang pekerjaan sebagai persyaratan (requirements) dunia industri/usaha’ dan apa nilai lebih dari lulusan suatu perguruan tinggi?

Ezhaldo Jesaya JH : Kualitas seorang mahasiswa sangat bergantung pada bidang pekerjaan yang akan dicapai. Semakin berkualitas dalam dunia pendidikan tinggi (bangku perkuliahan), maka semakin besar peluang untuk memperoleh pekerjaan. Berbicara mengenai indikator perkuliahan; ada dua macam indikatornya, yaitu akademik dan non akademik. Untuk bidang akademik dapat diukur dari perolehan nilai IPK, sedangkan untuk bidang non akademik dapat diukur dari kompetensi organisasi sosial. Tentunya tidak semua mahasiswa mampu menguasai kedua indikator tersebut, misalnya: terdapat mahasiswa yang memperoleh nilai IPK tinggi namun cara dia bersosialisasi maupun berorganisasi terlihat kurang menonjol, sebaliknya ada pula mahasiswa yang tidak memperoleh nilai IPK tinggi namun cara dia bersosialisasi dan berorganisasi lebih mumpuni.

Mengenai perkembangan disaat saya mengikuti beasiswa Djarum, ternyata perolehan nilai IPK hanya menjadi syarat administratif saja, manajemen Djarum lebih cenderung mengajarkan bagaimana cara berorganisasi dan bersosialisasi dengan baik. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa perolehan nilai IPK juga penting guna mencapai dunia perkerjaan yang diharapkan. Intinya kedua indikator tersebut harus tetap seimbang. Membahas mengenai nilai lebih pada Universitas Widyatama, seperti yang kita ketahui bahwa motto kampus Widyatama yaitu “Friendly Campus for Future Business Pro”. Mahasiswa dituntut agar mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan terjun langsung pada bidangnya, hal tersebut dapat dirasakan pada saat mempelajari mata kuliah kewirausahaan. Setelah mempelajari mata kuliah tersebut, saya pun merasakan manfaatnya. Awalnya saya tidak berminat untuk terjun ke berbagai bidang usaha, namun akhirnya saat ini saya sudah memiliki dua jenis usaha.

Efry Amar Prasetya : Di lingkungan kampus Itenas, saya sendiri bukanlah termasuk kriteria mahasiswa yang memperoleh nilai IPK tinggi. Dapat dikatakan pula saya tergefincir dalam kcilmuan sains, karena pada awalnya saya tidak tertarik dengan keilmuan tersebut. Namun setelah mengikuti berbagai macam bidang perlombaan serta mendapatkan beasiswa, ternyata saya mampu meraihnya. Dengan demikian, menurut saya bidang akademik pada suatu perguruan tinggi yang digunakan sekitar 70%, sementara sisanya merupakan bagian dari softskill mahasiswa. Untuk mempetoleh pekerjaan bukan hanya dari akademik saja, melainkan diperlukan pula sisi sollskill-nya. Dari sana dapat disimpulkan bahwa kita tidak perlu bersikeras menggeluti bidang akademik seperti dalam menentukan target nilai IPK harus tinggi, karena tidak semua orang pintar seperti ‘Habibie’. Memang semua orang menginginkan untuk menjadi pintar, hanya saja masing-masing tingkat IQ-nya pasti berbeda dan tidak bisa disamakan. Saran saya untuk semua mahasiswa, agar tidak melihat dari sisi perolehan nilai IPK yang tinggi saja, namun mulailah untuk mencoba dalam mencari relasi sebanyak mungkin. Jenjang perkuliahan memang tidak sama dengan jenjang sekolah biasa yang hanya bcrpedoman pada pengerjaan tugas semata, akan tetapi dalam jenjang perkuliahan — kita juga diharapkan dapat membangun relasi + memperbanyak sertifikasi kualitas keilmuan. Selain ilmu yang diperoleh pada saat di bangku perkuliahan, tentu relasi pun penting kita bangun. Seperti ‘quotes’ atas inspirasi dari Bapak Habibie, “Percuma Anda Jenius Jika Anda Pemalas” yang secara garis besar, isinya adalah walaupun kita jenius dan pintar, jika kita mengedepankan rasa malas dalam melakukan sesuatu hal, tentu tidak akan dapat dicapai hingga kapan pun. Dari semangat jiwa juang tersebut, manusia dapat dibandingkan; apakah dia mampu atau tidak untuk bertahan hingga akhir. Saat usia muda inilah kesempatan kita untuk menentukan yang terbaik. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak akan dapat menggapai sesuatu hal tanpa adanya kemauan dan kerja keras dari dalam diri sendiri.

Komunita : Target, harapan dan upaya apa yang anda lakukan setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi agar dapat menyelaraskan kompetensinya dengan lingkungan kerja?

Ezhaldo Jesaya JH : Setelah lulus, mahasiswa diharapkan untuk tidak hanya beketja dengan orang lain, namun harus pula mampu mcmbuka lowongan pekerjaan. Target dan harapan yang ingin saya raih saat ini yaitu semoga usaha yang sedang saya jalani tems berkerobang dengan lancar & sustainable. Dengan bermodalkan usaha tersebut, diharapkan dapat membantu tumbuhnya perekonomian khususnya di wilayah setempat. Efry Amar Prasetya : Dapat dikatakan bahwa saya sudah lama berada di lingkungan kerja tepatnya pada perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perminyakan, kemudian pemah juga terikat pembangunan proyek nasional yaitu pembuatan tol Sumatera. Namun terdapat misi yang memang belum terealisasi yakni mendapatkan beasiswa kc Jerman, karena merasa bosan dan jenuh dengan pekerjaan yang sedang dijalani, sehingga saya memutuskan untuk mencari informasi guna mengikuti beasiswa tersebut.

Pada dasamya untuk mencapai target yang diinginkan tidak hanya melalui satu cara saja, akan tetapi banyak metode dan jalannya. Seyogianya kita memiliki persepsi bahwa tidak hanya orang pintar yang mampu mendapatkan beasiswa, namun dengan bermodalkan kepercayaan dan keyakinan kita pun mampu mendapatkan beasiswa meskipun tidak terlalu pintar. Kesalahan mempersepsikan semua pada umumnya bahwa untuk masuk perusahaan BUMN syaratnya harus memperoleh nilai IPK tinggi. Nah, pemyalaan tersebut sepenuhnya kurang pas juga, hal yang penting selain itu adalah dengan bekerja keras & bekerja cerdas guna mensukseskan segalanya.

Komunita : Jelaskan hubungan antara dunia pendidikan dengan dunia indust?i dan usaha dari sisi : a) Potensi lulusan petguruan tinggi, Kuantitas Musan perguruan tinggi, dan c) Ketersediaan lowongan pekerjaan.

Ezhaldo Jesaya JH : Seorang memperoleh nilai 1PK tinggi belum tentu mendapatkan posisi jabatan dalam pekerjaannya yang tinggi pula. Semuanya tergantung dari bagaimana cara kita bersosialisasi antar satu dengan lainnya. Contoh: saya kenal dengan kebanyakan orang, sehingga memiliki banyak hubungan/relasi dan link pengetahuan. Namun, hal tersebut kembali kepada diri mahasiswanya masing-masing; ada mahasiswa yang hanya mengcjar perolehan nilai IPK saja dengan tujuan ingin bekerja pada perusahaan bonafid, kemudian ada juga mahasiswa yang kuliah hanya ingin bertemu dengan teman-temannya sehingga mengikuti perkuliahan pun dengan sesukanya. Hal itulah yang menjadi penentu tujuan dari setiap mahasiswa di kampus.

Efry Amar Prasetya : Dikarenakan saya menggeluti bidang sains, maka saya akan tnenjelaskannya dari sudut pandang sains, khususnya pada bagian teknik. Jika dikaitkan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja di Indonesia, dapat dikatakan sudah sejalan dengan bidang sains. Presiden kita saat ini (Bapak Jokowi), telah mcncanangkan pembangunan berbagai proyek di setiap daerah. Jadi untuk pengaplikasian dalam pendidikan teknik, bisa langsung dioperasikan ke berbagai perusahaan yang melakukan proyek tersebut. Seperti pada perusahaan yang sedang saya jalani, terdapat mahasiswa dari berbagai macam perguruan tinggi yang menjalani kegiatan magang.

Dari sanalah mahasiswa dapat terjun langsung untuk mengaplikasikan segala keilmuan yang telah didapatkan pada bangku perkuliahan dengan dunia kerjanya melalui program magang. Bila dilihat dari sudut pandang bidang keilmuan teknik, kualitas dan kuantitas mahasiswanya cukup baik. Hanya saja cara penerimaan materi perkuliahan dari setiap mahasiswanya yang berbeda-beda. Kendala lainnya yaitu kesulitan dalam mengaplikasikan antara teori dengan praktek di lapangannya, sehingga mereka pun perlu dibimbing agar mampu menjalankan dan mengaplikasikan secara prakteknya. Mengenai ketersediaan lowongan peketjaan yang ada di Indonesia saat ini, tentu sangat banyak. Terlebih semakin banyaknya tingkat penempatan posisi pada lowongan pekerjaan yang saya inginkan, sehingga saya berkeinginan keluar dari Indonesia guna meraih posisi yang saya dambakan sebagaimana canangan program kerja yang di usung oleh Bapak Presiden Jokowi melalui wadah MEA (Masyarakat Ekonomi Asean).

Komunita : Sebagian besar kurikulum pendidikan tinggi dirasa kurang twlevan dengan kebutuhan (requirements) dunia indust?i dan usaha. Bagaintana pandangan anda sebagai mahasiswa dalam tnenyikapi hal tersebut ?

Ezhaldo Jesaya JH : Memang dapat dikatakan bahwa saat ini sebagian besar kurikulum perguruan tinggi kurang relavan dengan kebutuhan dunia usaha. Namun dengan adanya perkembangan era teknologi industri 4.0 + jaringan internet, hal tersebut memudahkan kita dalam menyeimbangkan antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan dunia industri. Misalnya saja saat ini Universitas Widyatama sudah menerapkan sistem digital pembelajaran melalui aplikasi e-learning yang diharapkan secara perlahan akan cocok guna menyeimbangkan kurikulum pendidikan. Selain itu, kurikulum pendidikan pada perguruan tinggi dapat ditambahkan dengan tidak hanya menjelaskan mengenai teori namun lebih mengajarkan para mahasiswa untuk teljun langsung ke lapangan, seperti halnya pada matakuliah kewirausahaan. Sistem pembelajaran e-learning harus lebih ditingkatkan dengan menambahkan aplikasi guna membangun motivasi mahasiswa dalam meraih point melalui pengemasan dan metode menarik. Apabila mahasiswa hanya diajarkan dengan teori saja justru hal tersebut dirasa kurang efektif dan efisien, sehingga diperlukan metode e-learning dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran berbasis digital. Sebenamya setiap perguruan tinggi diharapkan mampu tnenerapkan kurikulum yang metnadukan sinergitas antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, agar disaat mahasiswa terjun langsung ke dunia bisnis — mereka tidak merasa canggung dalam penerapan segmen teknologinya.

Efry Amar Prasetya : Tidak dapat dipungkiri memang terdapat mata kuliah yang tidak selaras dengan pekerjaan atau memang tidak teraplikasikan pada kchidupan nyata, seperti (akar 3) yang tidak ada dalam kehidupan. Namun dalam dunia matematika, hal itu justru sesuatu yang mendasar untuk tetap dipelajari. Oleh karena itu pada berbagai kampus dipelajari matakuliah matematika, meskipun memang dalam dunia pekerjaan tidak langsung diterapkan secara penuh sebagaimana teori yang telah dipelajari. Sehingga dibutuhkanlah suatu kunci kreativitas dan inovasi dalam pengembangannya. Memang tidak semua bagian keilmuan akan selalu selaras, akan tetapi tentu harus tetap kita pelajari dan kembangkan sesuai dengan bidang keilmuan yang kita tekuni

Ezhaldo Jesaya JH : Sebetulnya jumlah lulusan alumni perguruan tinggi dengan kapasitas lapangan pekerjaan itu seimbang, namun permasalahannya jumlah lulusan alumni perguruan tinggi — mau atau tidak dalam menerima posisi pekerjaan yang ditawarkan. Selaku lulusan baru perguruan tinggi atau istilahnya ‘fresh graduate”, harus mampu mengukur kemampuan yang dimiliki, walaupun telah memperoleh keilmuan pada bangku perkuliahan, serta telah mengikuti program magang secara terukur. Alangkah lebih baiknya kita menerima tawaran lowongan pekerjaan itu terlebih dahulu, karena memang segala sesuatu ada proses jenjang karirnya. Pada dasarnya lapangan pekerjaan itu telah tersedia, namun bersedia atau tidaknya menerima tawaran tersebut sangat tergantung pada diri kita sendiri meskipun posisi bidang penempatannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Efry Amar Prasetya : Faktor posisi dan pengaturan jumlah pegawai dari pihak manajemen perusahaan yang tidak ingin menambah karyawan baru. Padahal dalam kenyataannya, jumlah alumni mahasiswa perguruan tinggi banyak membawa ide baru bagi pengembangan perusahaan. Saat ini kebanyakan perusahaan menutup diri terhadap sesuatu hal yang baru, seh ingga kemudian mengak ibatkan lulusan alumni perguruan tinggi tidak memperoleh kesempatan bekerja. Contohnya pada PT. Garuda I ndonesia, menyatakan bahwa terdapat fasilitas bagi konsumen yakni “first class” dalam penyajian menu makanan. Seharusnya dapat menggunakan pengembangan teknologi touch screen, namun kenyataannya hanya menggunakan kertas yang ditulis oleh pulpen. Menyadari hal tersebut, seharusnya PT. Garuda Indonesia melek teknologi dengan memposisikan seorang pegawai yang profesional pada bidang tersebut sehingga dapat melakukan inovasi baru guna memberi kenyamanan bagi para konsumennya.

Komunita : Saran anda sebagai mahasiswa kepada pemerintah, pengelola perguntan tinggi dan pimpinan manajemen dunia industri dan usaha dalam rangka meminimalisir gapikesenjangan lulusan PT dengan kebutuhan tenaga terampil yang siap pakai guna menunmkan angka pengangguran dan meningkatkan pertwnbuhan ekonomi ?

Ezhaldo Jesaya JH : Berdasarkan artikel yang pemah saya baca, yakni terdapat negara yang memfokuskan anak-anak dalam memilih pendidikan pada satu bidang saja. Contohnya : seorang memiliki keberminatan pada bidang pertanian, maka dia harus fokus pada bidang tersebut, tujuannya yaitu agar menjadi seorang yang memiliki kepahaman & kepakaran tersendiri dengan menguasai bidangnya. Seharusnya kita memiliki jangkauan ke depan mengenai tujuan hidup serta cita-cita yang ingin diraih sejak dari bangku SMA. Apabila menginginkan jadi seorang pengusaha, maka kita harus memfokuskan pendidikan pada bidang usaha. Sementara saran untuk pemerintah, sebaiknya terus memfasilitasi bidang pendidikan/sekolandengan tidak hanya fokus pada bidang akademik saja, namun fokus pula pada non-akademiknya. Seperti halnya ketika ada mahasiswa yang berbakat di bidang olahraga, alangkah lebih baik difokuskan pada bidang olahraga. Karena pada dasarnya setiap mahasiswa memiliki kemampuan dan kelebihannya masing-masing. Dengan demikian, alangkah baiknya diberikan pilihan peminatan untuk masa depan mulai sejak dini (usia remaja). Kemudian pemerintah juga harus memberi akses kemudahan kepada semua mahasiswa yang memang memiliki peminatan/bakatnya bukan hanya pada bidang akademik, misalnya : bakat pada bidang seni, desain grafis, broadcasting dan lainnya.

Efry Amar Prasetya : Pemerintah sebaiknya memberikan wadah khusus dalam menampung ide-ide baru dari mahasiswa. Dilihat dari kenyataannya, pemerintah saat ini justru sulit untuk membuka diri dalam menampung ide tersebut, dikarenakan telah memiliki kesibukan tersendiri dalam menyelesaikan program kerjanya. Walaupun begitu terbukanya suara mahasiswa, akan tetapi pemerintah masih terpaku dengan peraturan yang telah ditetapkan. Banyak para SDM unggul kita beraktivitas di luar negeri, dikarenakan mereka tidak diberikan fasilitas memadai di dalam negeri sendiri. Oleh karenanya saya juga menyarankan agar pemerintah memulangkan para SDM unggul kita yang tengah berada di luar negeri untuk kembali mengemban amanah dalam memajukan negeri Indonesia mclalui berbagai metode pembelajaran dan kelembagaan riset. (Written by Silpiani Nur Utami & Editted by AbdulRozak)

Mahasiswa Widyatama Ikuti Kompetisi Diplomasi Nasional di Ull

7 Mahasiswa Universitas Widyatama ikuti Kompetisi Diplomasi Nasional bertajuk “Short Diplomatic Course” yang diselenggarakan Universitas lslam Indonesia (UII) Jogyakarta 5-7 juli 2019. Acara Short Diplomatic Course merupakan acara dimana para delegasi dari Perguruan Tinggi di Indonesio melakukan simulasi Konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Setiap delegasi merepresentasikan suatu negara dan bertindak sesuai dengan kepentingan negara yang ia representasikan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang akan dibahas dalam konferensi

tersebut. Selain bertujuan memberikan pelatihan kemampuan berdiplomasi melalui simulasi sidang Association Southeast-Asian Nations (ASEAN), mahasiswa juga dilatih berani tampil. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mempresentasikan negara anggota ASEAN. Dalam simulasi sidang tersebut, para mahasiswa
mempraktekkan diplomasi, negosiasi,dan lobi negara lain guna mendapatkan kepentingan yang diinginkan. Mereka juga diminta menyampaikan pandangan masing-masing negara terkait isu-isu yang sedang dibicarakan. Pada ajang tersebut delegasi Universitas Widyatama berhasil meraih beberapa predikat : Most Outstanding Delegates diraih Nabila Adiandini,Fakultas Bahasa angkatan 2018; Best Position Paperdiraih Vioriza Kemala Putri, Fakultas Ekonomiangkatan 2018; Verbal Comendation diraih Muhamad Anfaza (Fakultas Bisnis Manajemen 2017), Ananda Panji (Fakultas Bahasa 2017) dan Ricky Adrian (Fakultas Bahasa 2017). “Prestasi ini diharapkan dapat meningkatkan peringkat Universitas Widyatama melalui SIMKATMAWA”, ucap Ka. Biro Kemahasiswaan Widyatama Pawit Wartono, S.E., M.M. (Hms – 08 Jull 2019)

Kunjungan Widyatama Ke Kampus IMWI Sukabumi

Kamis, 11 Juli 2019, Institut Monajemen Wiyata Indonesia (IMWI) Sukabumi menerima kunjungan Pengurus Yayasan Widyatama beserta jajaran Rektorat UniversitasWidyatama Bandung. Hadir dalam kunjungan tersebut, Ketua Harian Yayasan Widyatama, Prof. Dr. H. Obsatar Sinaga, M.Si.; Wakil Rektor Bidang Operasional, SDM dan Keuangan Universitas Widyatama, Djoko S. Roespinoedji, S.E., PG. DIP; Wakil Rektor Bidang Akademik, Perencanaan dan Kerjasama Universitas Widyatama, Prof. Dr. Mohd. Haizom Bin Mohd. Saudi; Direktur Penjaminan Mutu Widyatama (PMW), Dr. Suhamo Powirosumarto, M.M.; jajaran manajemen Pascasarjana Universitas Widyatama, staf ahli Yayasan Widyatama, jajaran Yayasan serta jajaran Rektorat Universitas Widyatama lainnya. Kunjungan Pengurus Yayasan dan Rektorat Universitas Widyatama diterima lang5ung jajaran Yayasan Wiyata Indonesia, yang menaungi Institut Manajemen Wiyata Indonesia. Hadir
Pembina Yayasan Wiyata Indonesia, Bapak Bambang Somantri, S.E., M.M. dan Ketua YayasanWiyata Indonesia,lbu Dra. Mariati Tirta Wiyata, MBA., Rektor Institut Manajemen Wiyata Indonesia, Dr. Ryan Kurniawan,S.E., M.M., Wakil Rektor Institut Manajemen Wiyata Indonesia, Zulkarnain, S.E., M.Si.; dan jajaran Yayasan serta jajaran Rektorat lnstitut Manajemen Wiyata Indonesia. “IMW1 merasa tersanjung atas kunjungan tokoh-tokoh dari Widyatama,” ungkap Bapak Bambang Somantri dalam sambutannya. “Semangat yang dibawa dalam kunjungan ini, yakni peluang kerjasama antar Iembaga yang dapat dijalin yang memberi dampak pada pengembangan dan kemajuan IMWI,” ujarnya. Prof. Obsatar menyampaikan bahwa semangat membangun pendidikan menjadi ciri Widyatama. Tersedianya ruang dan kesempatan bagi generasi muda untuk mendapatkan pendidikan tinggi berkualitas harus terbuka lebar.

Widyatama membuka pintu jalinan kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi lain, baik di dalam maupun di luar negeri, khususnya dengan IMWI dengan arah tujuan serupa, yaitu untuk membangun generasi masa depan melalui pendidikan. Semoga warga Kota Sukabumi dan sekitarnya dapat merasakan manfaat dari kerja sama yangdijalin. (Hms – )2 Juli 2019)